Anda di halaman 1dari 48

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL

PINMAFARI
“PEMANFAATAN SENYAWA KURKUMIN DENGAN SINERGITAS
SENYAWA KATEKIN SEBAGAI ANTIKANKER BARU”

DISUSUN OLEH:

1. Resma Seftyana

2. Dianita Gadis Pratama

3. Wina Pratiwi

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT

MATARAM

2022

1
LEMBAR PENGESAHAN LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL

PINMAFARI 2022

1. Judul KTI : Pemanfaatan Senyawa Kurkumin Dengan

Sinergitas Senyawa Katein Sebagai Antikanker Baru

2. Subtema Pilihan : Pemanfaatan Bahan Alam Dan


Obat

Tradisional

3. Ketua Tim

a. Nama : Resma Seftyana

b. Nim : 2008060031

c. Prodi/ Jurusan/ Fakultas : Farmasi/ Kesehatan

d. Nama Perguruan Tinggi : Universitas Nahdlatul Ulama NTB

e. Nomor HP/ WA : 081775242002

f. Alamat Email : seftyanaresma@gmail.com

4. Anggota

a. Anggota 1 : Dianita Gadis Pratama

b. Anggota 2 : Wina Pratiwi

5. Dosen Pembimbing

a. Nama Lengkap : Baiq Repika Nurul Furqan M.Si.P

b. NIDN : 0813029402

c. Nomor HP/WA : 081917078450

d. Alamat Email : refika.nf@gmail.com

Mataram ,08 Agustus 2022

Dosen Pembimbing Ketua Tim

( Baiq Tepika Nurul Furqan M.Si.P ) ( Resma Seftyana )

ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL PINMAFARI 2022

Judul Karya Tulis Ilmiah : Pemanfaatan Senyawa Kurkumin Dengan

Sinergitas Senyawa Katekin Sebagai Antikanker Baru

Nama Ketua : Resma Seftyana

Nama Anggota : 1) Dianita Gadis Pratama

2) Wina Pratiwi

Kami yang bertanda tangan dibawah ini mengatakan bahwa karya tulis ilmiah
dengan judul yang tersebut di atas memang benar merupakan karya orisinil yang dibuat
oleh penulis dan belum pernah dipublikasikan dan / atau dilomobakan diluar kegiatan “
lomba karya tulis ilmiah nasional PINMAFARI 2022”. Demikian pernyataan ini kami
buat dengan sebenarnya, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran dalam isi karya tulis
ilmiah ini, maka kami siap untuk didiskluafikasi dari kompetensi ini sebagai bentuk
pertanggungjawaban kami.

Mataram ,8 Agustus 2022

Ketua Tim,

(Resma Seftyana)

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................


.............................................................................................
.............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................
.............................................................................................
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS...................................
DAFTAR ISI...................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................
ABSTRAK .....................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................
.............................................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................
1.3 Uraian Singkat Gagasan................................................
1.4 Tujuan Penulisan...........................................................
1.5 Manfaat Penulisan.........................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................


.............................................................................................
2.1 Kanker........................................................................
2.2 Kunyit (Curcuma domestica Val.)..............................
2.3 Senyawa Kurkumin....................................................
2.4 Teh (Camellia sinensis).............................................

BAB III. METODE PENULISAN...............................................


3.1 Prosedur Pengumpulan data.......................................
....................................................................................
3.2 Pengolahan Data........................................................
3.3 Pengambilan Simpulan Dan Saran.............................

iv
BAB IV. PEMBAHASAN............................................................

4.1 Potensi Senyawa Kurkumin Pada Kunyit


Sebagai Antikanker..................................................... 15
4.2 Mekanisme Kerja Kurkumin Dalam Menghambat
Pertumbuhan dan Menginduksi Kematian Sel Kanker... 16

4.3 Sinergitas Senyawa Kurkumin Dengan Senyawa Katekin


Sebagai Antikanker Baru............................................ 22
BAB V. KESIMPULAN..............................................................
5.1 Kesimpulan...................................................................
5.2 Saran.............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BIODATA

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Estimasi kematian akibat kanker berdasarkan


lokasinya dan jenis kelamin....................................
Gambar 2.2 Proses perubahan sel normal menjadi sel
kanker......................................................................
Gambar 2.3 Rimpang Kunyit.....................................................
Gambar 2.4 Struktur kimia Kurkumin........................................
Gambar 2.5 Efek dan Mekanisme Kerja Daun teh.....................
Gambar 4.1 Struktur Kimia Kurkumin.......................................
Gambar 4.2 skema penghambatan pertumbuhan dan
penginduksian kematian sel kanker........................

Gambar 4.3 skema titik kerja obat antikanker pada siklus sel....... 17

Gambar 4.4 Mekanisme penghambatan kurkumin terhadap enzim

penyokong sel kanker (contoh pada enzim TrxR)..... 22


Gambar 4.5 Struktuk Kimia EC..................................................
Gambar 4.6 Struktuk Kimia ECG...............................................
Gambar 4.7 Struktuk Kimia EGC...............................................
Gambar 4.8 Struktuk Kimia EGCG............................................
Gambar4.9 Pembentukan ion enolat oleh gugus OH pada Katekin.. 25

vi
ABSTRAK

Kanker merupakan suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan
mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organisme
multiseluler. Kanker menempati peringkat tertinggi sebagai penyebab kematian di
negara berkembang. Di Indonesia, kematian akibat kanker mencapai 4,3% atau
menduduki peringkat ke-6 dan diperkirakan akan meningkat 7 kali lipat pada
tahun 2030. Salah satu cara pengobatan kanker adalah dengan menggunakan
senyawa-senyawa kimia sintetik (kemoterapi). Misalnya golongan siklofosfamid,
methotreksat, dan 5-flurorasil. Pada dasarnya kinerja obat-obatan tersebut sama
yaitu menghambat proliferasi sel sehingga sel tidak dapat memperbanyak diri.
Kemoterapi bisa diberikan secara tunggal (satu macam obat saja) atau kombinasi,
dengan harapan bahwa sel-sel yang resisten terhadap obat tertentu juga bisa
merespon obat yang lain sehingga bisa diperoleh hasil yang lebih baik. Namun,
obat-obat tersebut memiliki berbagai kelemahan seperti toksik, menimbulkan efek
samping, harganya mahal, serta dapat menyerangsel nonkanker yang mengalami
proliferasi seperti sum-sum tulang, kulit dan mukosa saluran pencernaan sehingga
perlu dikembangkan senyawa antikanker dari bahan alam yang bersifat selektif
dan nontoksik berbasis kekayaan lokal Indonesia.

Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial,
yang mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin diketahui memiliki efek
antikanker meliputi penghambatan tumorigenesis, penghambatan proliferasi sel
kanker. Demikian juga dengan teh yang mengandung senyawa polifenol yaitu
katekin yang memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker.

vii
Metode penulisan dalam karya tulis ini berdasarkan studi pustaka (data sekunder)
dan melakukan berbagai analisis dan sintesis berdasarkan literatur serta fakta di
masyarakat.

Hasil analisis dari literatur diperoleh bahwa senyawa kurkumin memiliki potensi
yang besar dalam menghambat dan menginduksi kematian sel kanker dengan
spektrum yang luas sertastrukturkurkumin yang terdiri dari gugus hidroksi
fenolik, gugus β-diketon, dan ikatan rangkap yang berperan penting dalam
menyerang sel kanker. Mekanisme kerja dari kurkumin antara lain (1)
menghambat proliferasi pada siklus sel yaitu pada fase G1/S dan G2/M.
(2)Penghambatan Proses Angiogenesis (Aktifitas HIF1 (Hypoxia Inducible
Factor 1. (3) Blocking protein kinase C (PKC) yang merupakan protein
penghubung dari luar sel menuju pusat DNA sel kanker. (4) Penghambatan NF-
κb dan Cytokineyang merupakan faktror transkripsi yang diperlukan untuk
ekspresi gen-gen yang terlibat pada proses hubungan struktur dan aktivitas
sitotoksis proliferasi, invasi sel, metastasis, angiogenesis (5) Penghambatan
Berbagai Enzim Pendukung Proliferasi dan Angiogenesisseperti Cyclooxigenase
(COX) dan Lipoxygenase (LOX), Enzim metalloproteinase, Isoenzim
Thioredoksin Reduktase (TrxR).

Untuk menghasilkan senyawa antikanker yang lebih efektif maka senyawa


kurkumin dikombinasikan dengan senyawa katekin. Penambahan senyawa katekin
akan menyebabkan terjadinya sinergitas antara kurkumin dan katekin yangdapat
terjadi dengan cara berikatan atau membentuk ikatan satu sama lain dan
menyebabkan meningkatnya bioaktivitas senyawa sebagai antikanker. Sehingga
dengan bioaktivitas yang tinggi dan sifatnya yang tidak toksik dan selektif
terhadap sel kanker, maka senyawa kurkumin yang disinergikan dengan katekin
sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai antikanker baru.

Kata kunci: Kanker, Kemoterapi, Kunyit (Curcuma domestica Val.), Kurkumin,


Katekin, Enzim, Kinase, Cytokin, Sinergitas, Bioaktivitas.

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan
mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada
organisme multiseluler. Kanker timbul karena terjadi mutasi pada sel normal
oleh pengaruh radiasi, virus, hormon dan bahan kimia karsinogen. Sifat sel
kanker berbeda dari sel tubuh normal karena mitosis sel kanker lebih cepat,
tidak normal dan tidak terkendali (Husada, 2016).

Kanker menempati peringkat tertinggi sebagai penyebab kematian di negara


berkembang (Radji, et al., 2004). Berdasarkan data dari WHO, pada 2005-
2030 akan ada peningkatan jumlah penderita kanker hingga tiga kali lipat
(Trisnawati, 2007). Di Indonesia, kematian akibat kanker mencapai 4,3%
atau menduduki peringkat ke-6 dan diperkirakan akan meningkat 7 kali lipat
pada tahun 2030. (Sugiyanto, et al., 2016).

Beberapa usaha pengobatan kanker secara intensif telah dilakukan meliputi


pengobatan secara fisik, dengan pembedahan maupun pengobatan dengan
senyawa kimia (kemoterapi). Terapi pengobatan kanker yang utama seperti
pembedahan dan radiasi hanya dapat dilakukan pada kanker lokal stadium
awal. Pengobatan ini gagal digunakan untuk kanker yang telah berkembang
pada stadium lanjut dan mengalami metatasis. Adapun pengobatan dengan
kemoterapi seperti penggunaan obat sintesis memiliki kelemahan yaitu
hanya efektif untuk beberapa periode saja (Anderson, 2016), serta memiliki
selektivitas yang rendah karena dapat menyerang sel nonkanker yang
mengalami proliferasi seperti sum-sum tulang, kulit dan mukosa saluran
pencernaan (Yohana, et al., 2016).

Selain itu, obat kanker umumnya masih relatif mahal dan memiliki efek
samping yang besar. Hal tersebut mendorong dilakukannya pencarian

1
sumber baru senyawa-senyawa toksik dari tanaman yang mungkin nantinya
dapat ditingkatkan pemanfaatannya sebagai salah satu kandidat tumbuhan
obat yang berkhasiat sebagai antikanker (Indrayani, et al., 2016).

Salah satu tumbuhan lokal yang tersebar luas di hampir seluruh wilayah
Indonesia dan digunakan sebagai obat tradisional di masyarakat adalah
kunyit (Curcuma domestica). Kunyit mengandung senyawa polyfenol yaitu
kurkumin yang mempunyai aktivitas farmakologi yang luas seperti anti
peradangan, anti kanker, anti oksidan, penyembuhan luka dan anti
mikrobakteria (Kristina, et al., 2016). Senyawa kurkumin diketahui
memiliki aktifitas antikanker yang tinggi dan selektif (tidak menyerang sel
nonkanker), serta tidak toksik.

Untuk menghasilkan antikanker yang efektifitasnya tinggi diperlukan upaya


peningkatan bioaktivitas senyawa salah satunya dengan menambahkan
senyawa lain yang sinergis, dalam hal ini senyawa Katekin pada teh yang
juga memiliki aktivitas antikanker.

Dengan meningkatnya bioaktivitas, disertai sifat senyawa yang selektif


terhadap sel kanker dan tidak toksik, serta tidak menimbulkan efek samping
bagi tubuh, maka senyawa kurkumin yang disinergikan dengan senyawa
katekin sangat potensial untuk dikembangkan sebagai antikanker baru
dengan memanfaatkan kekayaan alam lokal sehingga kesejahteraan bangsa.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dikaji dalam karya tulis ini meliputi:

1.2.1 Bagaimana potensi kurkumin sebagai obat antikanker?

1.2.2 Bagaimana mekanisme kerja kurkumin dalam penghambatan dan


penginduksian kematian sel kanker?

1.2.3 Bagaimana sinergitas kurkumin dengan senyawa katekin sebagai


obat antikanker baru?

2
1.3 Uraian Singkat Gagasan

Kanker merupakan penyakit yang menempati peringkat tertinggi sebagai


penyebab kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu
cara pengobatan kanker adalah dengan senyawa-senyawa kimia
(kemoterapi). Namun, senyawa yang digunakan saat ini adalah senywa
kimia sintetik yang memiliki sifat toksik, menimbulkan berbagai efek
samping, serta dapat menyerang sel normal terutama yang mengalami
proliferasi seperti sum-sum tulang, kulit, dan mukosa saluran pencernaan.
Sehingga perlu dikembangkan senyawa antikanker yang efektif dan aman
berbasis kekayaan alam Indonesia.

Salah satu senyawa yang memiliki kemampuan antikanker yang cukup


tinggi adalah kurkumin. Untuk dikembangkan menjadi antikanker yang
efektif, senyawa kurkumin perlu ditingkatkan bioaktivitasnya yaitu dengan
menambahkan senyawa lain yang kemungkinan besar bersinergis (katekin).
Dengan meningkatnya bioaktivitas tersebut maka senyawa kurkumin dengan
sinergitas senyawa katekin sangat potensial untuk dikembangkan sebagai
antikanker baru karena sifatnya yang tidak toksik, efektif dan selektif.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan karya tulis ini adalah:

a. Untuk mengetahui potensi kurkumin sebagai obat antikanker.

b. Untuk mengetahui mekanisme kerja kurkumin dalam penghambatan


dan penginduksian kematian sel kanker.

c. Untuk mengetahui sinergitas kurkumin dengan senyawa katekin


sebagai obat antikanker baru.

1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan melalui penulisan karya tulis ini adalah:

a. Sebagai salah satu sumbangan pemikiran dan memperkaya ilmu


pengetahuan khususnya di Indonesia.

3
b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat luas
mengenai pemanfaatkan potensi sumber daya alam Indonesia
khususnya kekayaan lokal berupa senyawa kurkumin pada tanaman
kunyit yang dapat dikembangkan sebagai antikanker baru dengan
sinergitas senyawa katekin dari teh.

c. Mendukung pembangunan berkelanjutan dan upaya pemerintah


dalam peningkatan daya saing bangsa melalui pemanfaatan sumber
daya lokal sebagai salah satu sumber kesejahteraan manusia.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker
Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan
mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada
organisme multiseluler. Sel kanker memiliki ciri khusus pada fenotipnya
yang disebabkan karena adanya mutasi pada genotipnya, yaitu mampu
mencukupi kebutuhan sinyal pertumbuhannya sendiri, tidak sensitif terhadap
sinyal antiproliferatif, mampu menghindar dari proses apoptosis, memiliki
potensi tak terbatas untuk replikasi, mampu menginduksi angiogenesis, serta
mampu menginvasi jaringan di sekitarnya dan membentuk metastasis
(Meiyanto, Sismindari, Candra, Moordiani, 2016).

Penyakit kanker merupakan penyakit ke-2 terbesar di dunia setelah jantung


yang menyebabkan kematian, sedangkan di Indonesia berada pada urutan
ke-6. Berikut ini adalah estimasi kematian akibat kanker berdasarkan
lokasinya dan jenis kelamin.

Gambar 2.1. Estimasi kematian akibat kanker berdasarkan lokasinya dan


jenis kelamin (Sumber: Rohadi, 2016).

Penyakit kanker ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan

5
sel-sel tersebut memiliki kemampuan untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis)
(Mediascore, 2016).

Gambar 2.2. Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker

Sel kanker timbul dari sel normal tubuh yang mengalami transformasi atau
perubahan menjadi ganas oleh karsinogen atau karena mutasi spontan.
Transformasi sejumlah gen yang menyebabkan gen tersebut termutasi
disebut neoplasma atau tumor. Neoplasma merupakan jaringan abnormal
yang terbentuk akibat aktivitas proliferasi yang tidak terkontrol (neoplasia).
Pada tahap awal, neoplasma berkembang menjadi karsinoma in situ di mana
sel-sel pada jaringan tersebut masih terlokalisasi dan mungkin memiliki
kesamaaan fungsional dengan sel normal (King, 2016. Sel neoplasma
mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang
akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel.
Tumor diklasifikasikan sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang
bersifat jinak dan tidak menyebar ke jaringan di sekitarnya. Sebaliknya,
maligna disinonimkan sebagai tumor yang melakukan metastasis, yaitu
menyebar dan menyerang jaringan lain. Maligna sering dikatakan sebagai
kanker (Lodish et al., 2016)

Agen penyebab kanker disebut karsinogen. Penyebab tunggal untuk


terjadinya kanker hingga saat ini belum diketahui. Namun demikian,
berdasarkan laporan berbagai penelitian, dapat diketahui bahwa karsinogen
digolongkan ke dalam 4 golongan yaitu :

6
a. Bahan kimia, karsinogen bahan kimia melalui metabolisme membentuk
gugus elektrofilik yang kurang muatan elektron, sebagai hasil antara,
yang kemudian dapat berikatan dengan pusat-pusat nukleofilik pada
protein, RNA dan DNA.

b. Virus, contohnya adalah pada golongan virus DNA seperti Human


papiloma virus yang menyebabkan kanker penis atau vulva ; Epstein
Barr virus yang menyebabkan karsinoma nasofaring dan limfoma
Burkitt , cytomegalovirus yang menyebaban sarkoma kaposi pada
penderita AIDS , virus hepatitis B yang menyebabkan kanker hati.
Golongan virus RNA menyebabkan kanker atau sarkoma jaringan lunak.

c. Radiasi, terutama radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 290-370


nm berkaitan dengan terjadinya kanker kulit.

d. Agen biologis, antara lain hormon estrogen yang membantu


pembentukan kanker payudara dan kanker rahim (Darma, et al., 2016.

2.1.1 Karsinogenesis

Karsinogenesis adalah proses terjadinya kanker melalui mekanisme


multitahap yang menunjukkan perubahan genetik dan menyebabkan
transformasi progresif sel normal menjadi sel malignan (ganas) (Hanahan
dan Weinberg, 2016).

Karsinogenesis melibatkan inisiasi, promosi, progresi, dan metastasis.


Inisiasi merupakan perubahan spesifik pada DNA sel target yang menuntun
pada proliferasi abnormal sebuah sel. Sel yang mengalami inisiasi atau
prakanker dapat kembali ke tingkat normal secara spontan, tetapi pada
tingkat lebih lanjut menjadi ganas. Promosi merupakan tingkat lanjutan dari
tahap inisiasi. Sel-sel akan memperoleh beberapa keuntungan selektif untuk
tumbuh sehingga pertumbuhannya menjadi cepat dan berubah menjadi
bentuk tumor jinak. Tahap promosi berlangsung lama, bisa lebih dari
sepuluh tahun. Pada tahap perkembangan (progression), terjadi instabilitas
genetik yang menyebabkan perubahan-perubahan mutagenik dan epigenetik.

7
Proses ini akan menghasilkan klon baru sel-sel tumor yang memiliki
aktivitas proliferasi, bersifat invasif (menyerang) dan potensi metastatiknya
meningkat. Metastasis melibatkan beberapa tahap yang berbeda, termasuk
memisahnya sel kanker dari tumor primer, masuk ke dalam sirkulasi dan
limfatik, serta perlekatan pada permukaan jaring baru (Silalahi, 2016).

2.1.2. Antikanker

Upaya penyembuhan (kuratif) kanker antara lain adalah :

a. Kemoterapi: terapi ini menggunakan obat-obatan misalnya saja golongan


siklofosfamid, methotreksat, dan 5-flurorasil. Pada dasarnya kinerja
obat-obatan tersebut sama yaitu menghambat proliferasi sel sehingga sel
tidak dapat memperbanyak diri. Kemoterapi bisa diberikan secara
tunggal (satu macam obat saja) atau kombinasi, dengan harapan bahwa
sel-sel yang resisten terhadap obat tertentu juga bisa merespon obat yang
lain sehingga bisa diperoleh hasil yang lebih baik. Dampaknya pada
pasien biasanya rambut rontok, selera makan menurun, rasa lemah dan
letih.

b. Terapi hormon : terapi ini digunakan untuk jenis kanker yang berkaitan
dengan hormon misalnya kanker payudara (berkaitan dengan hormon
estrogen) pada wanita dan kanker prostat (berkaitan dengan hormon
androgen) pada pria. Terapi hormon pada dasarnya berusaha
menghambat sintesis steroid sehingga sel tidak dapat membelah. Terapi
ini membawa dampak negatif bila diaplikasikan pada wanita yang masih
dalam usia subur karena dapat menghambat siklus menstruasi.

c. Radioterapi: terapi ini menggunakan sinar-X dengan dosis tertentu


sehingga dapat merusak DNA dan memaksa sel untuk berapoptosis.
Efek negatif yang ditimbulkan hampir sama dengan kemoterapi
(Nurlaila dan Hadi, 2016).

2.2 Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat

8
potensial, selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur
dan zat pewarna alami (Rahardjo dan Rostiana, 2016).

Gambar 2.3. Rimpang Kunyit

2.2.1 Sistematika Curcuma domestica (Sumber: Darwis, 2016)

Kingdom : Plantae

Pylum : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica Val.

2.2.2 Ciri Morfologi Curcuma domestica

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang


merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan
warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak).
Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm,
lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat.
Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang
semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5
cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi
daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging
buah merah jingga kekuning-kuningan (Kloppenburg-Versteegh, 2016)

9
2.2.3 Kandungan Kimia Kunyit

Kandungan utama di dalam rimpangnya terdiri dari minyak atsiri,


kurkumin, resin, oleoresin, desmetoksikurkumin, dan
bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor
dan besi. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat
tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu
masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga
bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba,
pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan
kolesterol, serta sebagai pembersih darah (Rahardjo dan Rostiana,
2016).

2.3 Senyawa Kurkumin

Kurkumin merupakan salah satu produk senyawa metabolit sekunder dari


tanaman Zingiberaceae, yang telah dimanfaatkan dalam industri farmasi,
makanan, parfum, dan lain-lain. Ada banyak data dan literatur yang
menunjukkan bahwa kunyit dan temulawak berpotensi besar dalam aktifitas
farmakologi yaitu anti imflamatori, anti imunodefisiensi, anti virus (virus flu
burung), anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik dan anti
infeksi (Joe et al., 2016).

Kurkumin atau 1,7-bis(4-hidroksi-3-metoksifenil)-1,6-heptadien-3,5-dion


merupakan diferuloylmetan dilaporkan memiliki efek antikanker meliputi
penghambatan tumorigenesis, penghambatan proliferasi sel kanker, down
regulasi Dehidrozingeron maupun dehidrozingeron. aktivitas reseptor faktor
pertumbuhan epidermal dan ekspresi HER2/neu, antisiklooksigenase-2,
down regulasi aktivitas NF-êB dan jalur STAT3, mengaktivasi PPAR-ã,
down regulasi aktivitas AP-1 dan JNK, menghambat ateroslerosis dan infark
miokardial yakni menurunkan kolesterol serum, menghambat LDL dan
menghambat agregrasi platelet, menekan diabetes, meningkatkan
penyembuhan luka, menekan gejala artritis, hepatoprotektif, imunosupresif,
serta antiinflamasi dan antioksidan (Aggarwal et al., 2016)

10
Kurkumin (1,7-bis-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion.

Gambar 2.4. Struktur kimia Kurkumin

2.4 Teh (Camellia sinensis)

Teh (Camellia sinensis L.O. Kuntze) merupakan salah satu minuman


terpopuler di dunia. Kepopulerannya tersebut dikarenakan teh mempunyai
rasa dan aroma yang atraktif. Berdasarkan proses pengolahannya, teh
diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu teh fermentasi (teh hitam), teh semi
fermentasi (teh oolong) dan teh tanpa fermentasi (teh hijau). Teh hijau
secara luas dikonsumsi sebagai minuman yang sebagian besar komponen
utamanya berupa polifenol (Yokozawa et al., 2016). Sejumlah penelitian
baik secara farmakologi maupun epidemiologi menegaskan bahwa teh hijau
merupakan antioksidan yang sangat potensial Komponen kimia yang
disebut-sebut paling bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan
tersebut adalah polifenol (Rohdiana, et al., 2016)

Teh mengandung bermacam-macam flavonoid dalam jumlah besar dengan


karakteristik mengandung 2 atau lebih ring aromatik, yang mengikat
minimal 1 hidroksil aromatik yang dihubungkan dengan carbon bridge.
Flavonoid yang utama adalah katekin yang terdiri dari epicatechin (EC),
epigallocatechin (EGC), epicatechin-3-gallate (ECG), and epigallocatechin-
3-gallate (EGCG). EGCG dilaporkan sebagai senyawa yang memiliki
aktivitas biologis yang paling besar (Stangl, et al., 2016).

Dari gambar dibawah ini dapat diketahui bahwa efek dan mekanisme
molekuler dari senyawa polifenol pada teh adalah pada sistem

11
kardiovaskuler diantaranya: antioksidan, anti-inflamasi, antiproliferasi,
antitrombotik, dan anti-angiogenesis. Polifenol bercampur dengan suatu
plethora dari molekul target pada sel-sel kardiovaskular, hal tersebut
memberikan efek kardiovaskular yang bermanfaat.

Gambar 2.5. Efek dan Mekanisme Kerja Daun teh

12
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Prosedur Pengumpulan Data


1. Telaah Pustaka
Penulisan karya tulis ini menggunakan metode studi pustaka berupa
buku-buku, jurnal, artikel dan browsing data dari internet yang telah
teruji kevalidannya, berhubungan satu dengan yang lain, relevan dengan
kajian tulisan serta mendukung uraian atau analisis pembahasan.

2. Diskusi
Diskusi dan konsultasi dengan orang-orang yang ahli dalam bidang
kimia bahan alam dan kimia obat terutama tentang antikanker.

3.2 Pengolahan Data


Dalam penulisan karya tulis ini dipergunakan metode deskriptif, yaitu
menggambarkan hubungan antara senyawa kurkumin pada kunyit yang
dipadukan dengan senyawa katekin pada teh agar terbentuk sinergitas
senyawa antikanker yang lebih efektif, serta mengkaji mekanisme kerja
senyawa tersebut dalam membunuh sel kanker. Data yang terdapat dalam
karya tulis ini adalah data sekunder dan merupakan hasil penelitian. Dalam
melakukan pengkajian, data yang telah ada dari hasil peneliti-peneliti lain
dikumpulkan dan diseleksi. Analisis dan sintesis dilakukan sehingga
diperoleh suatu konsep bahwa sinergitas senyawa kurkumin dan katekin
menghasilkan bioaktivitas yang tinggi sebagai antikanker sehingga dapat
dikembang menjadi antikanker baru.

3.3 Pengambilan Simpulan dan Saran


Dalam menarik simpulan dan merumuskan saran digunakan kaidah deduktif
yakni dengan mengaitkan variabel yang bersifat umum kemudian dijadikan
poin dalam beberapa simpulan dan saran ke hal-hal yang lebih khusus.

Penulisan karya tulis ini berdasarkan pedoman penyusunan karya tulis


(KKTM) yang dikeluarkan oleh DIKTI tahun 2008.

13
BAB IV

PEMBAHASAN

Kanker merupakan pertumbuhan sel yang bersifat ganas, dapat menyerang organ
apa saja di tubuh manusia. Kanker dapat tumbuh dengan relatif cepat, menyusup
atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan di sekitarnya serta merusaknya, menyebar
jauh (metastasis) melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ
yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke liver, paru-paru dan akhirnya
akan menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan baik (Supandi, 2016).

Salah satu terapi kanker yang bertujuan untuk membunuh sel kanker lokal
maupun yang sudah metastase atau menyebar jauh adalah kemoterapi. Dalam
kemoterapi digunakan obat-obatan sintetik yang dalam aplikasinya
dikombinasikan satu dengan yang lain agar menimbulkan efek yang lebih
maksimal dan menghindari resistensi terhadap satu jenis obat. Namun,
pengobatan kanker dengan obat-obatan sintetik (kemoterapi) memiliki beberapa
kelemahan yaitu hanya efektif untuk beberapa periode saja, menimbulkan
keracunan, efek alergi, serta dapat menyerang sel normal terutama pada sel yang
berproliferasi seperti sum-sum tulang, kulit, dan mukosa saluran pencernaan
(Harsana, 2016)

Dengan demikian dibutuhkan suatu pengobatan baru yang aman, efektif dan
selektif pada sel kanker. Salah satu strategi untuk pengembangan obat kanker
adalah dengan menemukan senyawa-senyawa yang mendasarkan target aksinya
pada gen-gen pengatur pertumbuhan atau proliferasi sel (Meiyanto, 2003). Cell
cycle progression merupakan parameter utama dalam mengukur sifat proliferatif
sel. Proses ini diatur oleh regulator posistif (onkogen) dan regulator negatif
(minor suppressor gen) antikanker. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
bahan-bahan dari tanaman ternyata memiliki potensi sebagai regulator negatif
onkogen dan regulator positif gen tumor (Sismindari et al., 2016)

Sebagai negara tropis yang kaya sumber daya hayati, Indonesia memiliki
±30.000 spesies tumbuhan, dan baru ±7000 spesies diantaranya yang dikenal

14
sebagai tumbuhan berkhasiat obat. Salah satu tumbuhan yang terdapat secara luas
di seluruh Indonesia adalah kunyit. Kunyit (Curcuma domestica) sering
dibudidayakan dan digunakan sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai
efek farmakologis seperti anti inflamasi, antioksidan, antimikroba, pencegah
kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta
sebagai pembersih darah (Anonim, 2016)

4.1 Potensi Senyawa Kurkumin Pada Kunyit Sebagai Antikanker

Kunyit diketahui mengandung berbagai senyawa aktif salah satunya kurkumin


(1,7-bis-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion).

Struktur kimia kurkumin adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Struktur Kimia Kurkumin (Sumber: Nugroho, et al., 2016)

Struktur kurkumin terdiri dari gugus hidroksi fenolik, gugus β-diketon, dan
ikatan rangkap. Dari struktur kimia kurkumin tersebut diketahui bahwa,
substitusi kurkumin pada karbon no 4 dengan substituen pendorong elektron
(gugus alkil) dan substituen penarik elektron (gugus fenil dan fenil
tersubstitusi), mempengaruhi stabilitas tautomer kurkumin. Substituen
pendorong elektron meningkatkan stabilitas tautomer β diketo, sedangkan
substituen penarik elektron meningkatkan stabilitas keto enol kurkumin
(Istyastono et al., 2016). Hal ini dimungkinkan berpengaruh terhadap aktivitas
kurkumin dikaitkan dengan keberadaan ikatan rangkap dan gugus karbonil
kurkumin, yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antikanker kurkumin
(Suparjan, 2016).

Kurkumin telah diketahui memiliki aktivitas biologis dengan spektrum yang


luas. Aktivitas antioksidan ditentukan oleh gugus hidroksi aromatik terminal,
gugus β diketon dan ikatan rangkap telah dibuktikan berperan pada aktivitas

15
antikanker dan antimutagenik kurkumin (Majeed et al., 2016).

Kurkumin memiliki selektivitas yang tinggi terhadap sel kanker, artinya tidak
menyerang sel nonkanker yang mengalami pertumbuhan (Mitchel, 2016).
Selain itu, senyawa kurkumin terbukti aman dan tidak toksik bila dikonsumsi
oleh manusia dengan jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia
adalah 100 mg/hari (Kristina, et al., 2016).

Berdasarkan hal tersebut dikembangkan suatu pemikiran bahwa kurkumin


memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan sebagai senyawa aktif
dalam obat antikanker yang aman dan mudah didapat serta berbasis pada
keunggulan sumber daya lokal.

4.2 Mekanisme Kerja Kurkumin Dalam Menghambat Pertumbuhan dan


Menginduksi Kematian Sel Kanker

Gambar 4.2. Skema penghambatan pertumbuhan dan penginduksian


kematian sel kanker (Sumber: Rohadi, 2016).

Berikut ini adalah beberapa mekanisme kerja dari kurkumin terhadap sel
kanker:

16
4.2.1 Penghambatan Proliferasi Kanker pada Siklus Sel

Sel kanker memiliki kemampuan yang tak terbatas dalam


memperbanyak dirinya sendiri (proliferasi). Proliferasi sel merupakan
fungsi dari program siklus sel (Sher, 2016). Siklus sel terdiri dari
empat fase yaitu G1 (Gap 1), S (fase sintesis dan replikasi DNA), G2
(Gap 2) dan M (mitosis) (Foster et al., 2016). Penghambatan
proliferasi terkait dengan penghambatan cell cycle progression.

Berikut ini adalah skema titik kerja obat antikanker pada siklus sel

Gambar 4.3. Skema titik kerja obat antikanker pada siklus sel

Keterangangan:

G1 : Fase Inter Mitosis

S : Fase Sintesis DNA

G2 : Fase Pramitosis

M : Fase Mitosis

G0 : Fase Istirahat

Kurkumin telah dibuktikan mampu menginduksi cell cycle arrest pada


fase G1, dan menurunkan prosentase sel memasuki fase S (Chen dan
Huang, 1998; Bharti el al., 2003). Penghambatan pada fase G1 akan

17
berakibat terhambatnya proses sintesis DNA (fase S).

Kurkumin juga telah dibuktikan mampu menghambat cell cycle


progression pada fase G2/M (Van Erk et al., 2016)). Sehingga
menghambat terjadinya mitosis dan menyebabkan sel kanker tidak bisa
berkembang. Daya hambat pertumbuhan sel kanker oleh kurkumin
tersebut menyebabkan kematian sel atau menghambat program cell cycle
progression menuju cell cycle arrest atau cell cycle delay.

4.2.2. Penghambatan Proses Angiogenesis (Aktifitas HIF1 ( Hypoxia


Inducible Factor 1))

Angiogenesis merupakan proses pembentukan pembuluh darah baru di


dalam tubuh yang berasal dari pembuluh darah yang lama. Pembuluh
darah baru (neovascular) yang terbentuk digunakan oleh sel kanker
untuk memenuhi pasokan oksigen dan nutrien yang serasi agar tetap
hidup dan berkembang. Dalam proses angiogenesis terdapat degradasi
matriks ektrasel serta percabangan baru (sprouting) dan migrasi sel
Endotel dari kapiler yang telah ada. Untuk proses angiogenesis tersebut
antara lain diperlukan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF)
yang merupakan peptida angiogenik yang sangat berpotensi dalam
mengendali pengembangan hematopoietic stem cell dan pengubahan
matriks Ekstrasel. In vitro VEGF merangsang degradasi matriks
ekstrasel dan proliferasi, migrasi dan pembentukan rongga pembuluh
pada sel endotel pembuluh darah. In Vivo mengatur permiabilitas
dinding kapiler yang merupakan hal penting dalam Proses awal
angiogenesis (Singgih, 2016).

Pertumbuhan dan metastasis tumor bergantung kepada keberlangsungan


proses Angiogenesis. Angiogenesis mulai berlangsung pada awal
pertumbuhan tumor dan memerlukan pasokan darah yang dipicu oleh
VEGF. Keadaan tersebut dapat berlangsung sebagai respons sel tumor
terhadap stres lokal antara lain berupa Hipoksia dan pH yang merendah.
Pada keadaan hipoksia di lingkungan sel tumor (micro-environment)

18
terjadi peningkatan hypoxia-inducible factor-1 (HIF-1) dan HIF-2 dalam
sel tumor dan sel stroma seperti makrofag dan fibroblast. HIF-1 dan
HIF-2 tersebut memicu terbentuknya VEGF dan faktor pro-angiogenesis
lain. Ternyata Hipoksia mempengaruhi penurunan factor anti-
angiogenesis antara lain TSP1 (thrombospondin-1). Hal ini jelas
memberi peluang bagi tumor untuk meningkatkan kegiatan angiogenesis
(Martina, et al., 2016).

Gagasan yang dikembangkan untuk menghambat pertumbuhan tumor


dengan pendekatan proses angiogenesis adalah berupaya untuk
menghambat pertumbuhan tumor dengan menghambat aktifitas HIF1
(hypoxia Inducible factor 1) yang secara tidak langsung memicu
terjadinya proliferasi sel tumor dan proses angiogenesis dalam keadaan
hipoksia. Hasil penelitian Choi (2016) menunjukkan bahwa curcumin
dapat bekerja sebagai salah satu bahan yang dapat menghambat kegiatan
HIF1. Dengan dihambatnya HIF1 diharapkan tidak terjadi pembentukan
kapiler baru melalui proses Angiogenesis, serta proses proliferasi
dihambat.

4.2.3. Blocking protein kinase C (PKC)

Kinase merupakan protein penghubung dari luar sel menuju pusat DNA
sel kanker. Kinase memiliki peran penting sebagai pentransmisi sinyal
dari epidermal growth factor (EGF) receptor. Dengan menghambat
kinase berarti memutus sinyal transmisi melalui EGF sehingga
menghambat pertumbuhan sel kanker. Kurkumin dilaporkan dapat
memblok sinyal EGF hingga 90% dan menghentikan pertumbuhan sel
kanker.

4.2.4. Penghambatan NF- κb dan Cytokine

Gugus α, β tak jenuh diketon kurkumin merupakan gugus yang


bertanggung jawab terhadap penekanan aktivitas nuclear factor κb NF-

19
κb (Moos et al., 2016). NF-κb merupakan faktror transkripsi yang
diperlukan untuk ekspresi gen-gen yang terlibat pada proses hubungan
struktur dan aktivitas sitotoksis proliferasi, invasi sel, metastasis,
angiogenesis dan dapat pula menekan proses apoptosis pada berbagai sel
tumor (Aggarwal et al., 2016).

Kurkumin terbukti menurunkan ekspresi protein yang ditranskrip oleh


NF-κb antara lain Bcl2, Bcl-xl (antiapoptosis) dan Cyclin D1 sehingga
menghambat proliferasi sel kanker dan memacu terjadinya apoptosis
(Bharti et al., 2016).

Penghambatan NF-κB berakibat pula pada pemacuan apoptosis (program


bunuh diri sel) sel kanker. Penghambatan daur sel ini dapat juga
disebabkan kemampuan senyawa kurkumin untuk meningkatkan
ekspresi protein CIP/KIP yaitu p21 waf1 dan p27 kip. Protein p21 dan
p27 akan membentuk ikatan kompleks dengan CyclinD dan Cyclind
Dependent Kinase 4/6 (CDK), sehingga akan menghambat posporilasi
pRb (protein retinoblastoma). Hal ini menyebabkan E2F inaktif, dan
berakibat pada terhentinya daur sel (Foster et al., 2016).

Selain itu, kurkumin dapat menghambat pertumbuhan sel kanker dengan


menghambat cytokinase, yaitu zat pengaktivasi NF-κb. Cytokine
berperan membantu sistem imun, tetapi juga mengaktivasi signal
perintah sel untuk membelah dan berkembang (Mitchel, 2016).

4.2.5. Penghambatan Berbagai Enzim Pendukung Proliferasi dan


Angiogenesis

Berikut ini adalah contoh beberapa enzim yang dapat dihambat oleh
kurkumin:

- Cyclooxigenase (COX) dan Lipoxygenase (LOX) merupakan dua enzim


yang berperan dalam promosi tahap inflamasi yang dapat menyebabkan
inisiasi dan promosi sel kanker. Kurkumin memiliki aktivitas
penghambat siklooksigenase (COX) sebesar 79% berdasarkan sifat tidak

20
toksik pada gastrointestinal meskipun pada dosis tinggi. Aktivitas
penghambat COX-2 memungkinkan pengembangan kurkumin sebagai
zat antikanker yang bersifat antiproliferaif dan memacu apoptosis
(Meiyanto,2016).

- Enzim metalloproteinase, merupakan enzim yang mempromosikan


angiogenesis dengan membuat pembuluh darah baru untuk tumor.
Dalam bekerja, enzim ini membutuhkan unsur logam (Cu).
Penghambatan metalloproteinase oleh kurkumin adalah dengan jalan
meng-khelat logam tersebut sehingga metastasis dapat dihambat hingga
70%.

- Isoenzim Thioredoksin Reduktase (TrxR)

TrxR1 pada cytosol dan TrxR2 pada mitokondria merupakan


selenocysteine yang esensial yang mengandung flavoenzim dengan sisi
aktif sebuah –Gly-Cys-Sec-Gly. TrxR1 dan TrxR2 merupakan satu-
satunya enzim yang mengkatalis NADPH-dependent reduction dari sisi
aktif disulfide pada TrxR. Dengan menghambat enzim TrxR, maka
menghambat respirasi dan pemenuhan energi sel sehingga menyebabkan
kematian sel kanker (Fang, et al., 2016.

Mekanisme penghambatan kurkumin terhadap enzim penyokong sel


kanker (contoh pada enzim TrxR) dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Dengan berbagai mekanisme kerja kurkumin dalam menghambat sel


kanker tersebut, maka kurkumin sangat potensial dikembangkan sebagai
antikanker baru. Kurkumin memiliki selektivitas yang tinggi terhadap sel
kanker karena tidak menyerang atau menginduksi apoptosis (kematian
sel) pada sel yang sehat. Selain itu, kurkumin merupakan senyawa alami
yang tidak menimbulkan efek samping seperti obat sintesis lainnya.

21
enol form

Gambar 4.4. Mekanisme reaksi penghambatan kurkumin terhadap enzim

22
penyokong sel kanker (contoh pada enzim TrxR)

4.3 Sinergitas Senyawa Kurkumin Dengan Senyawa Katekin Sebagai


Antikanker Baru

Untuk meningkatkan bioaktivitas kurkumin sebagai antikanker, dapat


dilakukan dengan kombinasi membentuk sinergitas senyawa (menambahkan
senyawa lain yang sinergis). Meningkatnya bioaktivitas tersebut terjadi karena
mekanisme aksi yang berbeda saat di dalam sel. Aksinya dapat meningkatkan
pengrusakan dari sel kanker dan mungkin dapat menurunkan resiko
perkembangan kanker yang resisten terhadap salah satu jenis obat (Zhou, et
al., 2016).

Senyawa kurkumin dapat dikombinasikan dengan senyawa polyphenol


(katekin) yang terkandung dalam teh hijau (Camellia sinensis) yang juga
memiliki aktivitas antikanker yang cukup tinggi. Teh hijau mengandung 60%
senyawa katekin dengan empat senyawa katekin utama yaitu: epicatechin
(EC), EC 3 gallate (ECG), epigallocatechin (EGC) and EGC 3-gallate
(EGCG). Senyawa katekin merupakan senyawa bioflavanoid yaitu flavan-3-
ols dengan gugus hidroksil pada posisi C no. 3, 5 and 7. (Rohdiana, et al.,
2016).

Struktur kimia dari masing-masing senyawa tersebut adalah sebagai berikut:

23
Gambar 4.5 Struktuk Kimia EC Gambar 4.6 Struktuk Kimia ECG

Gambar 4.7 Struktuk Kimia EGC Gambar 4.8 Struktuk Kimia EGCG

Dalam menghambat sel kanker, senyawa katekin memiliki persamaan dan


perbedaan dengan mekanisme kerja senyawa kurkumin sehingga dapat
meningkatkan sisi penyerangan terhadap sel kanker. Mekanisme kerja
senyawa katekin adalah sebagai berikut:

1. EGC 3-gallate (EGCG) dapat menghambat fase G1 pada siklus sel

24
sehingga mendukung peran kurkumin dalam menghambat proliferasi sel
kanker (Stangl, et al., 2016)

2. Menghambat proliferasi dengan cara:

- EGCG berinteraksi dengan Basic Fibroblast Growth Factor (bFGF), yang


berperan dalam proliferasi dan migrasi sel.

- Berinteraksi dengan matriks metalloproteinase (MMP) yang berperan


dalam promosi proliferasi dan migrasi sel sehingga menghambat
terjadinya angiogenesis dan metastasis sel kanker (Ravindranath, et al.,
2016).

3. Menghambat Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan p-53 yang


berperan dalam menginduksi proses angiogenesis (Lamy, et al., 2002).
Serta menghambat penyebaran sel kanker pada sistem kardiovaskular
(Stangl, et al., 2016).

Berdasarkan struktur kimia dan uraian mekanisme kerja senyawa kurkumin


dan katekin diatas, maka sinergitas kedua senyawa tersebut dapat terjadi
dalam dua kemungkinan, yaitu:

1. Senyawa kurkumin dan katekin tidak berikatan satu sama lain dan
keduanya saling mendukung dalam menghambat dan menginduksi
kematian sel kanker.

Kemungkinan ini dapat terjadi karena kurkumin dan katekin memiliki


gugus aktif yang sama, yaitu hidroksil (senyawa polyfenol) sehingga tidak
bereaksi namun berperan saling mendukung dan bersinergi. Pada struktur
senyawa kurkumin dapat dilihat adanya gugus hidroksil, ikatan rangkap,
dan β-diketon yang berperan dalam menghambat dan menginduksi
kematian sel kanker. Sedangkan pada senyawa katekin (contoh: EC)
terdapat beberapa gugus hidroksil yang memungkinkannya untuk
menyerang di berbagai sisi penghambatan.

25
(kurkumin)

(EC)

Dengan adanya berbagai gugus fungsi dan mekanisme penghambatan sel


kanker dari kedua senyawa tersebut maka akan terjadi sinergi dan peningkatan
efektivitas senyawa dalam menyerang sel kanker.

2. Kemungkinan yang kedua dan lebih besar kemungkinannya adalah


terjadinya ikatan antara senyawa kurkumin dan katekin Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:

26
(enolat ion)

Gambar 4.8. Pembentukan ion enolat oleh gugus OH pada Katekin

Atom yang paling mudah diserang pada struktur kurkumin adalah atom H
pada C α (C no 1, 3, 5). Dengan hadirnya senyawa katekin yang memiliki
gugus aktif OH maka akan berpengaruh pada terbentuknya ion enolat lebih
cepat sehingga senyawa kurkumin menjadi elektrofil yang sangat kuat,
lebih reaktif dan efektif dalam menyerang sel kanker.

Bioaktivitas yang meningkat dapat terjadi karena pada senyawa kurkumin


dapat terbentuk tiga jenis enolat karena adanya tiga Cα. Dan ion enolat
merupakan molekul atau keadaan molekul yang sangat tidak stabil
sehingga akan cepat membentuk ikatan agar terbentuk struktur yang stabil.

Selain itu, senyawa kurkumin memiliki gugus fungsi lain yang juga reaktif
yaitu hidroksil dan ikatan rangkap. Keadaan enolat dan adanya gugus
fungsi yang lain menyebabkan peluang terjadinya reaksi di berbagai sisi.

Adapun senyawa katekin dapat kembali ke keadaan semula karena atom H


yang sebelumnya diikat akan dilepaskan dan terikat kembali pada atom O
pada gugus karbonil kurkumin. Dengan demikian senyawa katekin dengan
beberapa gugus hidroksil yang dimilikinya dapat juga menyerang sel

27
kanker pada sisi yang berbeda (berbagai sisi). Hal ini terlihat pada uraian
sebelumnya mengenai mekanisme kerja kurkumin maupun katekin yang
dapat menghambat sel kanker dengan berbagai cara.

Jadi dengan penambahan senyawa katekin akan menyebabkan terjadinya


sinergitas antara kurkumin dan katekin yang berimplikasi pada
peningkatan bioaktivitas senyawa tersebut. Sehingga dengan bioaktivitas
yang tinggi dan sifatnya yang tidak toksik dan selektif terhadap sel kanker,
maka senyawa kurkumin yang disinergikan dengan katekin sangat
berpotensi untuk dikembangkan sebagai antikanker baru.

28
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan telaah pustaka, analisis dan sintesis yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

5.1.1 Senyawa kurkumin pada kunyit memiliki potensi yang besar sebagai
antikanker karena sifatnya yang tidak toksik dan selektif terhadap sel
kanker (tidak menyerang sel nonkanker).

5.1.2 Mekanisme kerja kurkumin dalam menghambat dan menginduksi


kematian sel kanker antara lain: Menghambat proliferasi kanker pada
siklus sel (G1 dan G2/M), Penghambatan Proses Angiogenesis
(Aktifitas HIF1 (Hypoxia Inducible Factor 1)), Blocking protein kinase
C (PKC), Penghambatan NF-κb dan Cytokine, Penghambatan
Berbagai Enzim Pendukung Proliferasi dan Angiogenesis seperti
Cyclooxigenase (COX) dan Lipoxygenase (LOX), Enzim
metalloproteinase, Isoenzim Thioredoksin Reduktase (TrxR).

5.1.3 Sinergitas senyawa kurkumin dan katekin dapat terjadi dengan 2 cara
yaitu tanpa berikatan dan membentuk ikatan satu sama lain dan
menyebabkan meningkatnya bioaktivitas senyawa sebagai antikanker.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil telaah pustaka dan pembahasan, maka dapat diberikan


beberapa rekomendasi untuk dikaji dan ditindak lanjuti yaitu:

5.2.1 Kajian mengenai senyawa antikanker dari bahan alam terutama


kekayaan lokal perlu dikembangkan, salah satunya sinergitas antara
senyawa kurkumin dan katekin yang perlu diteliti lebih lanjut
mengenai efektivitasnya dalam menghambat sel kanker.

5.2.2 Mengingat kemampuan senyawa kurkumin dan senyawa katekin dalam

29
menghambat sel kanker dan sifatnya yang aman (tidak toksik) dan
selektif maka perlu dikembangkan formulasi obat kanker baru dari
senyawa alam tersebut.

5.2.3 Seluruh komponen masyarakat hendaknya berusaha mempergunakan


dan mengembangkan kekayaan lokal dalam upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pengembangan sumber daya lokal
merupakan salah satu cara efektif dan strategis dalam mendukung
pemerintah dalam peningkatan daya saing bangsa sehingga terwujud
bangsa yang sejahtera, aman dan maju.

30
DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, B.B., Kumar, A., Aggarwal, M.S., and Shishodia, S. 2016. Curcumin
Derived From Turmeric (Curcuma longa): A Spice for All Seasons, in
Phytochemicals in Cancer Chemoprevention. CRC Press LLC, p. 1-24. Di
download dari
http://ccrcpharmacyugm.files.wordpress.com/2008/02/antiproliferatie-effect-
of pentagamavunon-0-on-breast-cancer-cell-line-t47d.pdf. Pada tanggal 13
Oktober 2016, pukul 09.30 WITA.
Anderson R.N. 2016. Deaths: Leading causes for 1999. National Vital Statistics
Reports. Hyattsville, Maryland; National Center for Health Statistics. 49:11.
Anonim. 2016. Kunyit (Curcuma domestica Val.). Di download dari
http://www.jbc.org/cgi/reprint/280/26/25284. Pada tanggal 13 Oktober 2016,
pukul 11.00 WITA.
Bharti, A.C., Donato, N., Singh, S., and Aggarawal, B.B. 2016. Curcumin
(diferloymethane) downregulates the constitutive action of nyclear factor-κB
and IκBα kinase in human multiple myeloma cells, leading to suppression of
proliferation and induction of apoptosis. Blood: 101(3), 1053-1062.
Darwis SN. 2016. Tumbuhan obat famili Zingiberaceae. Bogor. Puslitbang
Tanaman Industri: 39-61.
Fang, J., J. Lu, and A. Holmgren. 2016. Thioredoxin Reductase Is Irreversibly
Modified by Curcumin A Novel Molecular Mechanism For Its Anticancer
Activity. The Journal Of Biological Chemistry Vol. 280, No. 26, pp. 25284–
25290. Di download dari
http://pkukmweb.ukm.my/~mjas/v11_n2/rosmawani%20et%20al.pdf
Pada tanggal 13 Oktober 2022, pukul 09.25 WITA.
Foster, J.S., Henley, D.C., Ahamed, S., and Wimalasena, J. 2016. Estrogens and
Daur sel Regulation in Breast Cancer. TRENDS in Endocrinology &
Metabolism: 12 (7), 320-327.
Hanahan, D. and Weinberg, R.A. 2016. The Hallmark of Cancer. Cell: 100: 57-70
Harsana, W. 2016. Khemoterapi Kanker. dalam Materi Kuliah Farmakologi.

31
Fakultas Kedokteran Unram.
Hyunsung, C., YS. Chun, SW. Kim, M. Kim, and J. Park. 2016. Curcumin
Inhibits Hypoxia-Inducible Factor-1 by Degrading Aryl Hydrocarbon
Receptor Nuclear Translocator: A Mechanism of Tumor Growth Inhibition.
Mol Pharmacol 70:1664-1671.
Indrayani, L., Hartati S., dan Lydia S. 2016. Skrining Fitokimia Dan Uji
Toksisitas Ekstrak Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta Jamaicensis L. Vahl)
Terhadap Larva Udang Artemia Salina Leach, Berk. Penel. Hayati: 12 (57–
61). Di download dari
http://journal.discoveryindonesia.com/index.php/hayati/article/view/10/11.
Pada tanggal 11 Oktober, pukul 14.20 WITA.

Istiyastono, E.P., Supardjan, A.M., dan Pramono, H.D. 2016. Tautomeri Keto-
Enol Kurkumin dan Beberapa Turunan Kurkumin Tersubstitusi Pada C-4.
Suatu Kajian Pendekatan Kimia Komputasi. Majalah Farmasi Indonesia :14
(3):107-133.

Joe, B., M. Vijaykumar and B.R. Lokesh. 2016. Biological properties of


curcumin-cellular and molecular mechanisms of action. Critical Review in
Food Science and Nutrition 44 (2) : 97 - 112. Di download dari
http://202.146.5.33/ver1/Iptek/0707/10/152401.htm. Pada tanggal 13
Oktober 2022, pukul 11.30 WITA.

King, R.J.B. 2016. Cancer Biology 2nd ed. Pearson Education Limited. London.

Kloppenburg-Versteegh, J. 2018. Petunjuk lengkap mengenai tanamantanaman di


Indonesia dan khasiatnya sebagai obat-obatan tradisional (kunir atau
kunyit-Curcuma domestica Val.). Jilid 1: bagian Botani. Yogyakarta,
CD.RS. Bethesda: 102-103.

Kristina, NN., Rita N, Siti FS, dan Molide R. 2016. Peluang Peningkatan Kadar

32
Kurkumin Pada Tanaman Kunyit Dan Temulawak. Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik. Di download dari
http://balittro.litbang.deptan.go.id/pdf/edisikhusus/2007_01/edisi_khusus_20
07_01_01.pdf. Pada tanggal 13 Oktober 2022 pukul 11.10 WITA.

Lamy, S., D. Gingras, and R. Be´liveau. 2016. Green Tea Catechins Inhibit
Vascular Endothelial Growth Factor Receptor Phosphorylation1. Di
download dari http://cancerres.aacrjournals.org/cgi/reprint/62/2/381. Pada
tanggal 13 Oktober 2022 pukul 11.10 WITA Pada tanggal 13 Oktober 2008,
pukul 11.10 WITA

Lodish, H., Berk, A., Matsudaira, p., Kaiser, C.A., Krieger, M., Scott, M.P.,
Zipursky, S.L., Darnell, J. 2016. Molecular Cell Biology, 5th edition. WH
Freeman. New York.

Majeed, M., Badmaev, V., Shirakumar U., and Rajendran, R. 2016. Curcuminoids
antioxidant phytonutrients. 3-80, NutriScience Publisher Inc., PisCataway,
New Jersey.

Mediascore, 2016, Obat Kanker, Di download dari


http://www.medicastore.com/apotik_online/kemoterapi_antimikroba/obat_k
anker.htm. Pada tanggal 16 Oktober, pukul 16.40.

Meiyanto, E., Sismindari, L. Candra, Moordiani. 2016. Efek Antiproliperatif


Ekstrak Etanol Daun dan Kulit Batang Tanaman Cangkring (Erythrina
Fusca Lour.) Terhadap Sel HeLa. Majalah Farmasi Indonesia. 14(3), 124 –
131. Di download dari
http://ccrcenglishversion.files.wordpress.com/2008/02/antiproliferative-
effect-of-the-bark-and-leaves.pdf. Pada tanggal 13 Oktober, pukul 09.00
WITA.

33
Martina, E.D., Andreas M., Malcolm R., Claire E.L. 2016. Hemostatic Regulators
of Tumor Angiogenesis: A Source of Antiangiogenic Agents for Cancer
Treatment?. Journal of the National Cancer Institute. Vol. 95, No. 22, 1660-
1673.

Nurlaila, I. dan Miftahul H. 2016. Kanker: Pertumbuhan, Terapi, dan Nanomedis.


Di download dari http://www.nano.lipi.go.id. Pada tanggal 14 Oktober
2022, pukul 10.00 WITA.

Radji, M., A. Sumiati, N. Indani. 2016. Uji Mutagenisitas Dan Anti Kanker
Ekstrak Aseton Dan N-Heksana Dari Kulit Batang Sesoot ( Garcinia
picrorrhiza Miq.). Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. I, No.2, Agustus 2016,
69 – 78.

Rahardjo M., Otih R. 2016. Budidaya Tanaman Kunyit. Sirkuler No. 11. Di
download dari http://clincancerres.aacrjournals.org/cgi/reprint/10/20/6847.
Pada tanggal 13 Oktober 2022, pukul 13.45 WITA.

Rohadi. 2016. Neoplasia. Department of Anatomical Pathology School of


Medicine, Mataram University

Rohdiana, D., Sri R., Murdijati G. 2016. Evaluasi daya hambat tablet effervescent
Teh Hijau pada oksidasi asam linoleat. Di download dari
http://www.ebmonline.org/cgi/reprint/230/5/291.pdf. Pada tanggal 21
Oktober 2022 pukul 15.00 WITA.

Ravindranath, MH., Thiruverkadu S. Saravanan, Clarence C. Monteclaro, Naftali


Presser, Xing Ye, Senthamil R. Selvan and Stanley Brosman. 2016.
Epicatechins Purified from Green Tea (Camellia sinensis) Differentially
Suppress Growth of Gender-Dependent Human Cancer Cell Lines. Di
download dari http://ecam.oxfordjournals.org/cgi/reprint/3/2/237. Pada

34
tanggal 21 Oktober 2022 pukul 16.50 WITA.

Silalahi, J. 2016. Antioksidan dalam Diet dan Karsinogenesis. Cermin Dunia


Kedokteran. 153:39-42.

Singgih, SA. 2016 Apoptosis dan Angiogenesis pada Glioma Otak. Departemen
Ilmu Faal FKUI Jakarta. Di download dari
http://www.jbc.org/cgi/reprint/280/26/25284. Pada tanggal 13 Oktober 2008,
pukul 12.10 WITA.

Sismindari, Yuswanto, A., Susanti, L., Ngolady, D. 2016. Effects of Aqueous and
Methanol Extract of Erythrina fusca Lour. on DNA topoisomerase II.
Journal of Biotechnology. inpress.
Sugiyanto, B., Sudarto, E. Meiyanto, A. E. Nugroho. 2016. Aktivitas
Antikarsinogenik Senyawa Yang Berasal Dari Tumbuhan. Majalah Farmasi
Indonesia: 14(3), 132 – 141. Di download dari
http://ccrcenglishversion.files.wordpress.com/2008/02/anticarcinogenic-
activity.pdf. Pada tanggal 11 Oktober 2022, pukul 09.00 WITA.
Supandi, FI. 2016 Analisa Diagnosa Keperawatan Kasus Kanker Kolorektoral
dengan Indikasi Kolostomi. Di download dari
http://jaketkuning.com/2008/05/02/analisis-diagnosa-keperawatan-kasus-
kanker-kolorektal-dengan-indikasi-kolostomi/. Pada tanggal 19 Oktober
2008, pukul 13.30 WITA.
Supardjan, AM., Muhammad D. 2016. Hubungan struktur dan aktivitas sitotoksik
turunan kurkumin terhadap sel Myeloma. Majalah Farmasi Indonesia: 16
(2), 100 – 104. Di download dari http://www.jbc.org/cgi/reprint/280/8/6301.
Pada tanggal 13 oktober 2022, pukul 10.50 WITA.

Trisnawati, Y. 2016 Penderita Kanker di Indonesia Diperkirakan Naik 7 Kali


Lipat. Di download dari
http://clincancerres.aacrjournals.org/cgi/reprint/10/20/6847. Pada tanggal 13

35
oktober 2022, pukul 10.50 WITA.
Verena S., Henryk D., Karl S., Mario L. 2016. Molecular targets of tea
polyphenols in the cardiovascular system. Cardiovascular Research 73
(2007) 348–358. Di download dari www.elsevier.com/locate/cardiores. Pada
tanggal 15 Oktober 2022, pukul 15.15 WITA.
Yohana, Arisandi, dan Yovita A. 2016. Khasiat Tanaman Obat. Pustaka Buku
Murah. Jakarta.
Yokozawa, T., Cho, E.J. and Nakagawa, T. 2003. Influence of Green Tea
Polyphenol in RatsWith Arginine-Induced Renal Failure. J. Agric. Food
Chem, 51: 2421-2425.
Zhou, JR., Lunyin Yu, Ying Zhong and George L. Blackburn. 2016. Soy
Phytochemicals and Tea Bioactive Components Synergistically Inhibit
Androgen-Sensitive Human Prostate Tumors in Mice. Di download dari
http://jn.nutrition.org/cgi/reprint/133/2/516. Pada tanggal 21 Oktober 2022,
pukul 12.10 WITA.

Lampiran

36
37
Biodata Ketua TIM

38
1. Nama : Resma Seftyana

2. TTL : Tembelok, 28 September 2002

3. Asal Institusi : Universitas Nahdlatul Ulama NTB

4. No Hp : 081775242002

Biodata Anggota 1

1. Nama : Dianita Gadis Pratama

2. TTL : Praya, 12 Mei 2002

3. Asal Institusi : Universitas Nahdlatul Ulama NTB

4. No Hp : 081936208352

Biodata Anggota 2

1. Nama : Wina Pratiwi

2. TTL : Bungtiang,16 Juli 2003

3. Asal Institusi : Universitas Nahdlatul Ulama NTB

4. No Hp : 085945962645

39
40

Anda mungkin juga menyukai