PINMAFARI
“PEMANFAATAN SENYAWA KURKUMIN DENGAN SINERGITAS
SENYAWA KATEKIN SEBAGAI ANTIKANKER BARU”
DISUSUN OLEH:
1. Resma Seftyana
3. Wina Pratiwi
MATARAM
2022
1
LEMBAR PENGESAHAN LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL
PINMAFARI 2022
Tradisional
3. Ketua Tim
b. Nim : 2008060031
4. Anggota
5. Dosen Pembimbing
b. NIDN : 0813029402
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
2) Wina Pratiwi
Kami yang bertanda tangan dibawah ini mengatakan bahwa karya tulis ilmiah
dengan judul yang tersebut di atas memang benar merupakan karya orisinil yang dibuat
oleh penulis dan belum pernah dipublikasikan dan / atau dilomobakan diluar kegiatan “
lomba karya tulis ilmiah nasional PINMAFARI 2022”. Demikian pernyataan ini kami
buat dengan sebenarnya, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran dalam isi karya tulis
ilmiah ini, maka kami siap untuk didiskluafikasi dari kompetensi ini sebagai bentuk
pertanggungjawaban kami.
Ketua Tim,
(Resma Seftyana)
iii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................
.............................................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................
1.3 Uraian Singkat Gagasan................................................
1.4 Tujuan Penulisan...........................................................
1.5 Manfaat Penulisan.........................................................
iv
BAB IV. PEMBAHASAN............................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.3 skema titik kerja obat antikanker pada siklus sel....... 17
vi
ABSTRAK
Kanker merupakan suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan
mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organisme
multiseluler. Kanker menempati peringkat tertinggi sebagai penyebab kematian di
negara berkembang. Di Indonesia, kematian akibat kanker mencapai 4,3% atau
menduduki peringkat ke-6 dan diperkirakan akan meningkat 7 kali lipat pada
tahun 2030. Salah satu cara pengobatan kanker adalah dengan menggunakan
senyawa-senyawa kimia sintetik (kemoterapi). Misalnya golongan siklofosfamid,
methotreksat, dan 5-flurorasil. Pada dasarnya kinerja obat-obatan tersebut sama
yaitu menghambat proliferasi sel sehingga sel tidak dapat memperbanyak diri.
Kemoterapi bisa diberikan secara tunggal (satu macam obat saja) atau kombinasi,
dengan harapan bahwa sel-sel yang resisten terhadap obat tertentu juga bisa
merespon obat yang lain sehingga bisa diperoleh hasil yang lebih baik. Namun,
obat-obat tersebut memiliki berbagai kelemahan seperti toksik, menimbulkan efek
samping, harganya mahal, serta dapat menyerangsel nonkanker yang mengalami
proliferasi seperti sum-sum tulang, kulit dan mukosa saluran pencernaan sehingga
perlu dikembangkan senyawa antikanker dari bahan alam yang bersifat selektif
dan nontoksik berbasis kekayaan lokal Indonesia.
Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial,
yang mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin diketahui memiliki efek
antikanker meliputi penghambatan tumorigenesis, penghambatan proliferasi sel
kanker. Demikian juga dengan teh yang mengandung senyawa polifenol yaitu
katekin yang memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker.
vii
Metode penulisan dalam karya tulis ini berdasarkan studi pustaka (data sekunder)
dan melakukan berbagai analisis dan sintesis berdasarkan literatur serta fakta di
masyarakat.
Hasil analisis dari literatur diperoleh bahwa senyawa kurkumin memiliki potensi
yang besar dalam menghambat dan menginduksi kematian sel kanker dengan
spektrum yang luas sertastrukturkurkumin yang terdiri dari gugus hidroksi
fenolik, gugus β-diketon, dan ikatan rangkap yang berperan penting dalam
menyerang sel kanker. Mekanisme kerja dari kurkumin antara lain (1)
menghambat proliferasi pada siklus sel yaitu pada fase G1/S dan G2/M.
(2)Penghambatan Proses Angiogenesis (Aktifitas HIF1 (Hypoxia Inducible
Factor 1. (3) Blocking protein kinase C (PKC) yang merupakan protein
penghubung dari luar sel menuju pusat DNA sel kanker. (4) Penghambatan NF-
κb dan Cytokineyang merupakan faktror transkripsi yang diperlukan untuk
ekspresi gen-gen yang terlibat pada proses hubungan struktur dan aktivitas
sitotoksis proliferasi, invasi sel, metastasis, angiogenesis (5) Penghambatan
Berbagai Enzim Pendukung Proliferasi dan Angiogenesisseperti Cyclooxigenase
(COX) dan Lipoxygenase (LOX), Enzim metalloproteinase, Isoenzim
Thioredoksin Reduktase (TrxR).
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker merupakan suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan
mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada
organisme multiseluler. Kanker timbul karena terjadi mutasi pada sel normal
oleh pengaruh radiasi, virus, hormon dan bahan kimia karsinogen. Sifat sel
kanker berbeda dari sel tubuh normal karena mitosis sel kanker lebih cepat,
tidak normal dan tidak terkendali (Husada, 2016).
Selain itu, obat kanker umumnya masih relatif mahal dan memiliki efek
samping yang besar. Hal tersebut mendorong dilakukannya pencarian
1
sumber baru senyawa-senyawa toksik dari tanaman yang mungkin nantinya
dapat ditingkatkan pemanfaatannya sebagai salah satu kandidat tumbuhan
obat yang berkhasiat sebagai antikanker (Indrayani, et al., 2016).
Salah satu tumbuhan lokal yang tersebar luas di hampir seluruh wilayah
Indonesia dan digunakan sebagai obat tradisional di masyarakat adalah
kunyit (Curcuma domestica). Kunyit mengandung senyawa polyfenol yaitu
kurkumin yang mempunyai aktivitas farmakologi yang luas seperti anti
peradangan, anti kanker, anti oksidan, penyembuhan luka dan anti
mikrobakteria (Kristina, et al., 2016). Senyawa kurkumin diketahui
memiliki aktifitas antikanker yang tinggi dan selektif (tidak menyerang sel
nonkanker), serta tidak toksik.
2
1.3 Uraian Singkat Gagasan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan karya tulis ini adalah:
3
b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat luas
mengenai pemanfaatkan potensi sumber daya alam Indonesia
khususnya kekayaan lokal berupa senyawa kurkumin pada tanaman
kunyit yang dapat dikembangkan sebagai antikanker baru dengan
sinergitas senyawa katekin dari teh.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker
Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan
mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada
organisme multiseluler. Sel kanker memiliki ciri khusus pada fenotipnya
yang disebabkan karena adanya mutasi pada genotipnya, yaitu mampu
mencukupi kebutuhan sinyal pertumbuhannya sendiri, tidak sensitif terhadap
sinyal antiproliferatif, mampu menghindar dari proses apoptosis, memiliki
potensi tak terbatas untuk replikasi, mampu menginduksi angiogenesis, serta
mampu menginvasi jaringan di sekitarnya dan membentuk metastasis
(Meiyanto, Sismindari, Candra, Moordiani, 2016).
Penyakit kanker ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan
5
sel-sel tersebut memiliki kemampuan untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis)
(Mediascore, 2016).
Sel kanker timbul dari sel normal tubuh yang mengalami transformasi atau
perubahan menjadi ganas oleh karsinogen atau karena mutasi spontan.
Transformasi sejumlah gen yang menyebabkan gen tersebut termutasi
disebut neoplasma atau tumor. Neoplasma merupakan jaringan abnormal
yang terbentuk akibat aktivitas proliferasi yang tidak terkontrol (neoplasia).
Pada tahap awal, neoplasma berkembang menjadi karsinoma in situ di mana
sel-sel pada jaringan tersebut masih terlokalisasi dan mungkin memiliki
kesamaaan fungsional dengan sel normal (King, 2016. Sel neoplasma
mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang
akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel.
Tumor diklasifikasikan sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang
bersifat jinak dan tidak menyebar ke jaringan di sekitarnya. Sebaliknya,
maligna disinonimkan sebagai tumor yang melakukan metastasis, yaitu
menyebar dan menyerang jaringan lain. Maligna sering dikatakan sebagai
kanker (Lodish et al., 2016)
6
a. Bahan kimia, karsinogen bahan kimia melalui metabolisme membentuk
gugus elektrofilik yang kurang muatan elektron, sebagai hasil antara,
yang kemudian dapat berikatan dengan pusat-pusat nukleofilik pada
protein, RNA dan DNA.
2.1.1 Karsinogenesis
7
Proses ini akan menghasilkan klon baru sel-sel tumor yang memiliki
aktivitas proliferasi, bersifat invasif (menyerang) dan potensi metastatiknya
meningkat. Metastasis melibatkan beberapa tahap yang berbeda, termasuk
memisahnya sel kanker dari tumor primer, masuk ke dalam sirkulasi dan
limfatik, serta perlekatan pada permukaan jaring baru (Silalahi, 2016).
2.1.2. Antikanker
b. Terapi hormon : terapi ini digunakan untuk jenis kanker yang berkaitan
dengan hormon misalnya kanker payudara (berkaitan dengan hormon
estrogen) pada wanita dan kanker prostat (berkaitan dengan hormon
androgen) pada pria. Terapi hormon pada dasarnya berusaha
menghambat sintesis steroid sehingga sel tidak dapat membelah. Terapi
ini membawa dampak negatif bila diaplikasikan pada wanita yang masih
dalam usia subur karena dapat menghambat siklus menstruasi.
8
potensial, selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur
dan zat pewarna alami (Rahardjo dan Rostiana, 2016).
Kingdom : Plantae
Pylum : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
9
2.2.3 Kandungan Kimia Kunyit
10
Kurkumin (1,7-bis-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion.
Dari gambar dibawah ini dapat diketahui bahwa efek dan mekanisme
molekuler dari senyawa polifenol pada teh adalah pada sistem
11
kardiovaskuler diantaranya: antioksidan, anti-inflamasi, antiproliferasi,
antitrombotik, dan anti-angiogenesis. Polifenol bercampur dengan suatu
plethora dari molekul target pada sel-sel kardiovaskular, hal tersebut
memberikan efek kardiovaskular yang bermanfaat.
12
BAB III
METODE PENULISAN
2. Diskusi
Diskusi dan konsultasi dengan orang-orang yang ahli dalam bidang
kimia bahan alam dan kimia obat terutama tentang antikanker.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Kanker merupakan pertumbuhan sel yang bersifat ganas, dapat menyerang organ
apa saja di tubuh manusia. Kanker dapat tumbuh dengan relatif cepat, menyusup
atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan di sekitarnya serta merusaknya, menyebar
jauh (metastasis) melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ
yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke liver, paru-paru dan akhirnya
akan menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan baik (Supandi, 2016).
Salah satu terapi kanker yang bertujuan untuk membunuh sel kanker lokal
maupun yang sudah metastase atau menyebar jauh adalah kemoterapi. Dalam
kemoterapi digunakan obat-obatan sintetik yang dalam aplikasinya
dikombinasikan satu dengan yang lain agar menimbulkan efek yang lebih
maksimal dan menghindari resistensi terhadap satu jenis obat. Namun,
pengobatan kanker dengan obat-obatan sintetik (kemoterapi) memiliki beberapa
kelemahan yaitu hanya efektif untuk beberapa periode saja, menimbulkan
keracunan, efek alergi, serta dapat menyerang sel normal terutama pada sel yang
berproliferasi seperti sum-sum tulang, kulit, dan mukosa saluran pencernaan
(Harsana, 2016)
Dengan demikian dibutuhkan suatu pengobatan baru yang aman, efektif dan
selektif pada sel kanker. Salah satu strategi untuk pengembangan obat kanker
adalah dengan menemukan senyawa-senyawa yang mendasarkan target aksinya
pada gen-gen pengatur pertumbuhan atau proliferasi sel (Meiyanto, 2003). Cell
cycle progression merupakan parameter utama dalam mengukur sifat proliferatif
sel. Proses ini diatur oleh regulator posistif (onkogen) dan regulator negatif
(minor suppressor gen) antikanker. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
bahan-bahan dari tanaman ternyata memiliki potensi sebagai regulator negatif
onkogen dan regulator positif gen tumor (Sismindari et al., 2016)
Sebagai negara tropis yang kaya sumber daya hayati, Indonesia memiliki
±30.000 spesies tumbuhan, dan baru ±7000 spesies diantaranya yang dikenal
14
sebagai tumbuhan berkhasiat obat. Salah satu tumbuhan yang terdapat secara luas
di seluruh Indonesia adalah kunyit. Kunyit (Curcuma domestica) sering
dibudidayakan dan digunakan sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai
efek farmakologis seperti anti inflamasi, antioksidan, antimikroba, pencegah
kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta
sebagai pembersih darah (Anonim, 2016)
Struktur kurkumin terdiri dari gugus hidroksi fenolik, gugus β-diketon, dan
ikatan rangkap. Dari struktur kimia kurkumin tersebut diketahui bahwa,
substitusi kurkumin pada karbon no 4 dengan substituen pendorong elektron
(gugus alkil) dan substituen penarik elektron (gugus fenil dan fenil
tersubstitusi), mempengaruhi stabilitas tautomer kurkumin. Substituen
pendorong elektron meningkatkan stabilitas tautomer β diketo, sedangkan
substituen penarik elektron meningkatkan stabilitas keto enol kurkumin
(Istyastono et al., 2016). Hal ini dimungkinkan berpengaruh terhadap aktivitas
kurkumin dikaitkan dengan keberadaan ikatan rangkap dan gugus karbonil
kurkumin, yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antikanker kurkumin
(Suparjan, 2016).
15
antikanker dan antimutagenik kurkumin (Majeed et al., 2016).
Kurkumin memiliki selektivitas yang tinggi terhadap sel kanker, artinya tidak
menyerang sel nonkanker yang mengalami pertumbuhan (Mitchel, 2016).
Selain itu, senyawa kurkumin terbukti aman dan tidak toksik bila dikonsumsi
oleh manusia dengan jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia
adalah 100 mg/hari (Kristina, et al., 2016).
Berikut ini adalah beberapa mekanisme kerja dari kurkumin terhadap sel
kanker:
16
4.2.1 Penghambatan Proliferasi Kanker pada Siklus Sel
Berikut ini adalah skema titik kerja obat antikanker pada siklus sel
Gambar 4.3. Skema titik kerja obat antikanker pada siklus sel
Keterangangan:
G2 : Fase Pramitosis
M : Fase Mitosis
G0 : Fase Istirahat
17
berakibat terhambatnya proses sintesis DNA (fase S).
18
terjadi peningkatan hypoxia-inducible factor-1 (HIF-1) dan HIF-2 dalam
sel tumor dan sel stroma seperti makrofag dan fibroblast. HIF-1 dan
HIF-2 tersebut memicu terbentuknya VEGF dan faktor pro-angiogenesis
lain. Ternyata Hipoksia mempengaruhi penurunan factor anti-
angiogenesis antara lain TSP1 (thrombospondin-1). Hal ini jelas
memberi peluang bagi tumor untuk meningkatkan kegiatan angiogenesis
(Martina, et al., 2016).
Kinase merupakan protein penghubung dari luar sel menuju pusat DNA
sel kanker. Kinase memiliki peran penting sebagai pentransmisi sinyal
dari epidermal growth factor (EGF) receptor. Dengan menghambat
kinase berarti memutus sinyal transmisi melalui EGF sehingga
menghambat pertumbuhan sel kanker. Kurkumin dilaporkan dapat
memblok sinyal EGF hingga 90% dan menghentikan pertumbuhan sel
kanker.
19
κb (Moos et al., 2016). NF-κb merupakan faktror transkripsi yang
diperlukan untuk ekspresi gen-gen yang terlibat pada proses hubungan
struktur dan aktivitas sitotoksis proliferasi, invasi sel, metastasis,
angiogenesis dan dapat pula menekan proses apoptosis pada berbagai sel
tumor (Aggarwal et al., 2016).
Berikut ini adalah contoh beberapa enzim yang dapat dihambat oleh
kurkumin:
20
toksik pada gastrointestinal meskipun pada dosis tinggi. Aktivitas
penghambat COX-2 memungkinkan pengembangan kurkumin sebagai
zat antikanker yang bersifat antiproliferaif dan memacu apoptosis
(Meiyanto,2016).
21
enol form
22
penyokong sel kanker (contoh pada enzim TrxR)
23
Gambar 4.5 Struktuk Kimia EC Gambar 4.6 Struktuk Kimia ECG
Gambar 4.7 Struktuk Kimia EGC Gambar 4.8 Struktuk Kimia EGCG
24
sehingga mendukung peran kurkumin dalam menghambat proliferasi sel
kanker (Stangl, et al., 2016)
1. Senyawa kurkumin dan katekin tidak berikatan satu sama lain dan
keduanya saling mendukung dalam menghambat dan menginduksi
kematian sel kanker.
25
(kurkumin)
(EC)
26
(enolat ion)
Atom yang paling mudah diserang pada struktur kurkumin adalah atom H
pada C α (C no 1, 3, 5). Dengan hadirnya senyawa katekin yang memiliki
gugus aktif OH maka akan berpengaruh pada terbentuknya ion enolat lebih
cepat sehingga senyawa kurkumin menjadi elektrofil yang sangat kuat,
lebih reaktif dan efektif dalam menyerang sel kanker.
Selain itu, senyawa kurkumin memiliki gugus fungsi lain yang juga reaktif
yaitu hidroksil dan ikatan rangkap. Keadaan enolat dan adanya gugus
fungsi yang lain menyebabkan peluang terjadinya reaksi di berbagai sisi.
27
kanker pada sisi yang berbeda (berbagai sisi). Hal ini terlihat pada uraian
sebelumnya mengenai mekanisme kerja kurkumin maupun katekin yang
dapat menghambat sel kanker dengan berbagai cara.
28
BAB V
5.1 Simpulan
Berdasarkan telaah pustaka, analisis dan sintesis yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
5.1.1 Senyawa kurkumin pada kunyit memiliki potensi yang besar sebagai
antikanker karena sifatnya yang tidak toksik dan selektif terhadap sel
kanker (tidak menyerang sel nonkanker).
5.1.3 Sinergitas senyawa kurkumin dan katekin dapat terjadi dengan 2 cara
yaitu tanpa berikatan dan membentuk ikatan satu sama lain dan
menyebabkan meningkatnya bioaktivitas senyawa sebagai antikanker.
5.2 Saran
29
menghambat sel kanker dan sifatnya yang aman (tidak toksik) dan
selektif maka perlu dikembangkan formulasi obat kanker baru dari
senyawa alam tersebut.
30
DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, B.B., Kumar, A., Aggarwal, M.S., and Shishodia, S. 2016. Curcumin
Derived From Turmeric (Curcuma longa): A Spice for All Seasons, in
Phytochemicals in Cancer Chemoprevention. CRC Press LLC, p. 1-24. Di
download dari
http://ccrcpharmacyugm.files.wordpress.com/2008/02/antiproliferatie-effect-
of pentagamavunon-0-on-breast-cancer-cell-line-t47d.pdf. Pada tanggal 13
Oktober 2016, pukul 09.30 WITA.
Anderson R.N. 2016. Deaths: Leading causes for 1999. National Vital Statistics
Reports. Hyattsville, Maryland; National Center for Health Statistics. 49:11.
Anonim. 2016. Kunyit (Curcuma domestica Val.). Di download dari
http://www.jbc.org/cgi/reprint/280/26/25284. Pada tanggal 13 Oktober 2016,
pukul 11.00 WITA.
Bharti, A.C., Donato, N., Singh, S., and Aggarawal, B.B. 2016. Curcumin
(diferloymethane) downregulates the constitutive action of nyclear factor-κB
and IκBα kinase in human multiple myeloma cells, leading to suppression of
proliferation and induction of apoptosis. Blood: 101(3), 1053-1062.
Darwis SN. 2016. Tumbuhan obat famili Zingiberaceae. Bogor. Puslitbang
Tanaman Industri: 39-61.
Fang, J., J. Lu, and A. Holmgren. 2016. Thioredoxin Reductase Is Irreversibly
Modified by Curcumin A Novel Molecular Mechanism For Its Anticancer
Activity. The Journal Of Biological Chemistry Vol. 280, No. 26, pp. 25284–
25290. Di download dari
http://pkukmweb.ukm.my/~mjas/v11_n2/rosmawani%20et%20al.pdf
Pada tanggal 13 Oktober 2022, pukul 09.25 WITA.
Foster, J.S., Henley, D.C., Ahamed, S., and Wimalasena, J. 2016. Estrogens and
Daur sel Regulation in Breast Cancer. TRENDS in Endocrinology &
Metabolism: 12 (7), 320-327.
Hanahan, D. and Weinberg, R.A. 2016. The Hallmark of Cancer. Cell: 100: 57-70
Harsana, W. 2016. Khemoterapi Kanker. dalam Materi Kuliah Farmakologi.
31
Fakultas Kedokteran Unram.
Hyunsung, C., YS. Chun, SW. Kim, M. Kim, and J. Park. 2016. Curcumin
Inhibits Hypoxia-Inducible Factor-1 by Degrading Aryl Hydrocarbon
Receptor Nuclear Translocator: A Mechanism of Tumor Growth Inhibition.
Mol Pharmacol 70:1664-1671.
Indrayani, L., Hartati S., dan Lydia S. 2016. Skrining Fitokimia Dan Uji
Toksisitas Ekstrak Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta Jamaicensis L. Vahl)
Terhadap Larva Udang Artemia Salina Leach, Berk. Penel. Hayati: 12 (57–
61). Di download dari
http://journal.discoveryindonesia.com/index.php/hayati/article/view/10/11.
Pada tanggal 11 Oktober, pukul 14.20 WITA.
Istiyastono, E.P., Supardjan, A.M., dan Pramono, H.D. 2016. Tautomeri Keto-
Enol Kurkumin dan Beberapa Turunan Kurkumin Tersubstitusi Pada C-4.
Suatu Kajian Pendekatan Kimia Komputasi. Majalah Farmasi Indonesia :14
(3):107-133.
King, R.J.B. 2016. Cancer Biology 2nd ed. Pearson Education Limited. London.
Kristina, NN., Rita N, Siti FS, dan Molide R. 2016. Peluang Peningkatan Kadar
32
Kurkumin Pada Tanaman Kunyit Dan Temulawak. Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik. Di download dari
http://balittro.litbang.deptan.go.id/pdf/edisikhusus/2007_01/edisi_khusus_20
07_01_01.pdf. Pada tanggal 13 Oktober 2022 pukul 11.10 WITA.
Lamy, S., D. Gingras, and R. Be´liveau. 2016. Green Tea Catechins Inhibit
Vascular Endothelial Growth Factor Receptor Phosphorylation1. Di
download dari http://cancerres.aacrjournals.org/cgi/reprint/62/2/381. Pada
tanggal 13 Oktober 2022 pukul 11.10 WITA Pada tanggal 13 Oktober 2008,
pukul 11.10 WITA
Lodish, H., Berk, A., Matsudaira, p., Kaiser, C.A., Krieger, M., Scott, M.P.,
Zipursky, S.L., Darnell, J. 2016. Molecular Cell Biology, 5th edition. WH
Freeman. New York.
Majeed, M., Badmaev, V., Shirakumar U., and Rajendran, R. 2016. Curcuminoids
antioxidant phytonutrients. 3-80, NutriScience Publisher Inc., PisCataway,
New Jersey.
33
Martina, E.D., Andreas M., Malcolm R., Claire E.L. 2016. Hemostatic Regulators
of Tumor Angiogenesis: A Source of Antiangiogenic Agents for Cancer
Treatment?. Journal of the National Cancer Institute. Vol. 95, No. 22, 1660-
1673.
Radji, M., A. Sumiati, N. Indani. 2016. Uji Mutagenisitas Dan Anti Kanker
Ekstrak Aseton Dan N-Heksana Dari Kulit Batang Sesoot ( Garcinia
picrorrhiza Miq.). Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. I, No.2, Agustus 2016,
69 – 78.
Rahardjo M., Otih R. 2016. Budidaya Tanaman Kunyit. Sirkuler No. 11. Di
download dari http://clincancerres.aacrjournals.org/cgi/reprint/10/20/6847.
Pada tanggal 13 Oktober 2022, pukul 13.45 WITA.
Rohdiana, D., Sri R., Murdijati G. 2016. Evaluasi daya hambat tablet effervescent
Teh Hijau pada oksidasi asam linoleat. Di download dari
http://www.ebmonline.org/cgi/reprint/230/5/291.pdf. Pada tanggal 21
Oktober 2022 pukul 15.00 WITA.
34
tanggal 21 Oktober 2022 pukul 16.50 WITA.
Singgih, SA. 2016 Apoptosis dan Angiogenesis pada Glioma Otak. Departemen
Ilmu Faal FKUI Jakarta. Di download dari
http://www.jbc.org/cgi/reprint/280/26/25284. Pada tanggal 13 Oktober 2008,
pukul 12.10 WITA.
Sismindari, Yuswanto, A., Susanti, L., Ngolady, D. 2016. Effects of Aqueous and
Methanol Extract of Erythrina fusca Lour. on DNA topoisomerase II.
Journal of Biotechnology. inpress.
Sugiyanto, B., Sudarto, E. Meiyanto, A. E. Nugroho. 2016. Aktivitas
Antikarsinogenik Senyawa Yang Berasal Dari Tumbuhan. Majalah Farmasi
Indonesia: 14(3), 132 – 141. Di download dari
http://ccrcenglishversion.files.wordpress.com/2008/02/anticarcinogenic-
activity.pdf. Pada tanggal 11 Oktober 2022, pukul 09.00 WITA.
Supandi, FI. 2016 Analisa Diagnosa Keperawatan Kasus Kanker Kolorektoral
dengan Indikasi Kolostomi. Di download dari
http://jaketkuning.com/2008/05/02/analisis-diagnosa-keperawatan-kasus-
kanker-kolorektal-dengan-indikasi-kolostomi/. Pada tanggal 19 Oktober
2008, pukul 13.30 WITA.
Supardjan, AM., Muhammad D. 2016. Hubungan struktur dan aktivitas sitotoksik
turunan kurkumin terhadap sel Myeloma. Majalah Farmasi Indonesia: 16
(2), 100 – 104. Di download dari http://www.jbc.org/cgi/reprint/280/8/6301.
Pada tanggal 13 oktober 2022, pukul 10.50 WITA.
35
oktober 2022, pukul 10.50 WITA.
Verena S., Henryk D., Karl S., Mario L. 2016. Molecular targets of tea
polyphenols in the cardiovascular system. Cardiovascular Research 73
(2007) 348–358. Di download dari www.elsevier.com/locate/cardiores. Pada
tanggal 15 Oktober 2022, pukul 15.15 WITA.
Yohana, Arisandi, dan Yovita A. 2016. Khasiat Tanaman Obat. Pustaka Buku
Murah. Jakarta.
Yokozawa, T., Cho, E.J. and Nakagawa, T. 2003. Influence of Green Tea
Polyphenol in RatsWith Arginine-Induced Renal Failure. J. Agric. Food
Chem, 51: 2421-2425.
Zhou, JR., Lunyin Yu, Ying Zhong and George L. Blackburn. 2016. Soy
Phytochemicals and Tea Bioactive Components Synergistically Inhibit
Androgen-Sensitive Human Prostate Tumors in Mice. Di download dari
http://jn.nutrition.org/cgi/reprint/133/2/516. Pada tanggal 21 Oktober 2022,
pukul 12.10 WITA.
Lampiran
36
37
Biodata Ketua TIM
38
1. Nama : Resma Seftyana
4. No Hp : 081775242002
Biodata Anggota 1
4. No Hp : 081936208352
Biodata Anggota 2
4. No Hp : 085945962645
39
40