STUDI KASUS
Disusun Oleh:
PROGRAM PELATIHAN
KEPERAWATAN KARDIOVASKULAR TINGKAT DASAR
RS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA
MEI 2023
i
HALAMAN PENGESAHAN
Tahun 2023
TIM PEMBIMBING
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : Mei 2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia- Nya yang
telah memberikan kesehatan kepada kelompok sehingga dapat menyelesaikan laporan
kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.A dengan AKUT LIMB ISKEMIA di
Ruang ICVCU Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita , Jakarta”
Dalam proses penyusunan Laporan Kasus ini kelompok mendapatkan bimbingan,
doa dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kelompok mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K), MARS, FACC, FESC selaku direktur Rumah Sakit
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
2. Tina Rahmawati, Sp. MM selaku Kepala Instalasi Pendidikan dan Pelatihan Rumah
Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
3. Rambu Inanda Dwihasti, S.Kep.Ners atas segala arahannya selaku Pembimbing
kelompok dalam penyusunan makalah ini.
4. Siti Noorwidiastuti, S.Kep. Ners dan Tandang Susanto,S.Kep.Ners.M.Kep atas segala
saran dan masukannya selaku penguji dalam presentasi makalah ini.
5. Jajaran panitia Diklat serta Pengajar dan Pembimbing lahan selama proses pelatihan
PKKvTD Angkatan III.
6. Semua rekan peserta PKKvTD Angkatan III atas dukungan dan kerjasama serta
kekompakannya.
Kelompok menyadari dalam penyusunan studi kasus ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman yang kelompok miliki,
maka kelompok mengharapkan kritik dan saran dalam perbaikan dan sempurnanya laporan
kasus ini.
Jakarta, Mei 2023
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................1
3.1. Pengkajian.....................................................................................................34
BAB 4 PEMBAHASAN...........................................................................................60
4.1 Pengkajian.......................................................................................................61
BAB V PENUTUP...................................................................................................63
5.1 Kesimpulan........................................................................................................63
5.2 Saran..................................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................63
v
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem sirkulasi manusia yang terdiri dari pembuluh darah, jantung, dan
saluran limfe mempunyai fungsi dalam proses pengangkutan nutrisi, oksigen,
dan zat lainnya ke bagian tubuh (Fikriana, 2018). Pembuluh darah ini
membentuk saluran yang memungkinkan darah mengalir dari jantung ke sel-sel
tubuh lainnya. Pada pembuluh arteri, darah akan dialirkan dari jantung dengan
tekanan tinggi menuju jaringan. Sehingga semua bagian tubuh dapat terpasok
nutrisi dan mengeluarkan zat sisa metabolismenya ke dalam darah kembali.
Penyakit vaskular merupakan penyakit pada pembuluh darah baik itu pembuluh
darah arteri maupun vena yang dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
Salah satu contoh penyakit vaskular yang menyerang pembuluh darah arteri
adalah Acute Limb Ischaemia (ALI). ALI adalah kondisi di mana terjadi
penurunan mendadak perfusi ekstremitas yang biasa melibatkan trombus dan
emboli. Trombus dapat berasal dari perkembangan penyakit arteri, diseksi
aorta, thrombus graft, aneurisma, hiperkoagulabilitas, iatrogenik, dan lainnya.
Insidens iskemia ekstremitas akut sekitar 1,5 kasus per 10.000 orang per tahun
(Olinic et al., 2019). Acute limb ischemic (ALI) merupakan salah satu
kategorisasi dari penyakit arteri perifer (Setiawan, J., % Safrudin, 2019).
Gambaran klinis ALI dikatakan akut bila terjadi dalam 2 minggu. Gejala
berkembang dalam hitungan jam sampai hari dan bervariasi dari episode
klaudikasio intermiten hingga rasa nyeri di telapak kaki atau ekstremitas
ketika pasien sedang beristirahat, parestesia, kelemahan otot, dan kelumpuhan
pada ekstremitas yang terkena. Temuan fisik yang dapat ditemukan meliputi
tidak adanya pulsasi di daerah distal dari oklusi, kulit teraba dingin dan pucat
atau berbintik-bintik, penurunan sensasi saraf, dan penurunan kekuatan
motorik. (Sidawy and Perler, 2019). ALI ditandai dengan 6 P yaitu, pain,
pallor, pulseless, perishing cold, paraesthesia dan paralysis. Gejala ALI
berkembang sangat cepat dalam hitungan jam sampai hari dan bervariasi dari
episode klaudikasio intermitten (Marie, Gerhard, & Heather, 2017).
Secara luas, ALI disebabkan oleh emboli dan trombosis. Mayoritas kasus
emboli adalah emboli jantung, diantaranya fibrilasi atrium. Penyebab lain
termasuk penyakit katup, seperti penggantian katup, trombosis dinding
ventrikel kiri setelah infark miokard jantung atau tumor aorta, dan emboli
paradoks (Obara H et al, 2018). Peripheral Artery Disease (PAD) bertanggung
jawab terhadap 12 sampai 15% kematian di Eropa dan menjadi beban terhadap
sistem kesehatan. Spektrum berkisar dari klaudikasio asimptomatik /
intermitten hingga nekrosis dan kehilangan anggota gerak tubuh. Salah satu
contoh Peripheral Artery Disease (PAD) adalah Acute Limb Ischaemia (ALI).
Menurut World Health Organization (WHO), angka kejadian ALI
mecapai sekitar 1,5 kasus per 10.000 orang tiap tahun, dengan kejadian paling
banyak pada usia rata-rata 60 - 70 tahun. Sebanyak 52,7% terjadi pada laki-laki
(Nego, 2020). Telah dilaporkan, angka mortalitas ALI mencapai 15 - 20%
dalam 30 hari dan angka amputasi pada kasus ALI mencapai 10 - 15% (Baker
and Diercks, 2018). Sedangkan menurut dr. Immanuel NT (2021) dari data
epidemiologi diperkirakan lebih dari 200 juta penduduk di seluruh duania
menderita peripheral artery disease (PAD), termasuk sekitar 55 juta orang di
Asia Tenggara, sedangkan angka kejadian ALI untuk di Indonesia sendiri
khususnya di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita adalah
Penanganan terhadap kasus ALI ini harus dilakukan secara holistik
meliputi aspek biologis psikologis sosial spiritual. Pemantauan pre dan pasca
revaskularisasi yang dilakukan pada pasien dengan ALI harus diberikan secara
optimal untuk mengurangi risiko komplikasi yang terjadi seperti stroke
hemoragik, kompartemen syndrom, melena, bleeding, amputasi dan lain lain.
Peran perawat sangat penting dalam melakukan preventif, promotif, kuratif,
dan rehabilitatif pada pasien ALI. Semakin banyaknya masyarakat yang
mengetahui tanda dan gejala ALI, maka semakin meningkat pengetahuan
masyarakat tentang pencegahan dini pada ALI, sehingga komplikasi yang
diakibatkan oleh ALI berkurang.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka perawat harus memahami lebih
lanjut tentang asuhan keperawatan pada acute limb ischenic (ALI) supaya klien
yang beresiko ALI tidak mengalami masalah tungkai yang berat bahkan sampai
menyebabkan kematian. maka Kelompok A merasa tertarik untuk melakukan
asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan ALI dan
melaporkannya dalam bentuk makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Tn. A dengan Acute Limb Ischemic (ALI) di ICVCU RS Jantung
& Pembuluh Darah Harapan Kita ”.
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.1.2 Arteriol
2.3.1.3 Kapiler
1. Intima
Gambar 2.5. Blue Toe Syndrome (BTS) (Sidawy and Perler, 2019)
2.3.3.2 Trombosis
Secara umum keluhan dan tanda iskemia tungkai akut dapat digambarkan
dengan sebutan “6P”sebagai berikut: (Victor Aboyans, 2018)
2.3.4.1 Pain (nyeri)
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Ras/etnis
4. Genetik
1. Merokok
2. Diabetes mellitus
20
individu dengan diabetes mellitus memiliki risiko yang relatif sama
dengan perokok untuk menderita Penyakit Arteri Perifer.
3. Hiperlipidemia
4. Hipertensi
5. Inflamasi
6. Gagal ginjal
2.3.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada kasus acute limb ischemic (ALI) yaitu :
21
2.3.8.2 Sindrom kompartemen
22
peradangan dan kerusakan oksidatif (Gross, Auchampach, &
cardiology,dalam (Care et al., 2021).
2.3.8.4 Infark Miokard
23
pada pasien yang tidak menggunakan heparin terapeutik,
perdarahan hanya terjadi pada 9%. Selain itu tindakan endovaskular
turut menyebabkan komplikasi seperti stroke dan perdarahan,
dalam waktu 30 hari pengobatan (Hideaki Obara, MD, PhD,
Kentaro Matsubara, MD, PhD, and Yuko Kitagawa, MD, 2018).
Beberapa prosedur diagnostik yang dilakukan pada kasus acute limb ischemic
(ALI), terdiri dari :
2.4.7.2 Arteriografi
24
2.4.7.3 Elektrocardiografi (EKG)
25
Gambar 2.8 Echocardiography pada Klien ALI
2.4.8 Penatalaksanaan
Pengenalan dan penanganan yang utama pada pasien dengan Acute Limb
Ischemic karena perburukan dapat terjadi dalam hitungan menit, jam dan hari
(semakin cepat semakin baik). Semua pasien dengan ALI di berikan terapi
heparinisasi dan obat - obatan untuk mencegah perburukan. Stratifikasi
menggunakan Klasifikasi Rutherford dapat membantu menentukan tata
laksana terbaik untuk pasien. Pada pasien acute limb ischemia yang tidak
mengalami kehilangan fungsi sensorik, kelemahan otot, serta USG Doppler
vena dan arteri masih baik, ekstremitas masih viabel. Namun, jika didapatkan
kehilangan fungsi sensorik minimal disertai mulai muncul kelemahan otot,
maka harus dilakukan revaskularisasi segera.
26
2.2 Tabel Pilihan Tata laksana ALI
Acute limb ischemic (ALI) merupakan keadaan yang darurat yang memerlukan
tatalaksana (revaskularisasi) segera, meminimalisir waktu revaskularisasi
dapat mengakibatkan keterlambatan dalam melepaskan oklusi. Hal ini
merupakan hal terpenting karena dapat mengurangi resiko kehilangan anggota
gerak meningkat dengan durasi dari iskemik akut.
27
2.4.8.1 Penatalaksanaan Awal
28
1. Streptokinase, 100.000-200.000unit /10 menit dilanjutkan
100.000-200.000 unit /jam.
2. r-tPA , 10-20 mg selama 2 jam pertama dilanjutkan dengan
3mg/3 jam, selanjutnya 0.5 - 1 mg/jam.
Klien dengan trombolitik perlu dilakukan monitoring, meliputi :
1. Bila fibrinogen < 150 mg / dl kadar fibrinogen dinilai ulang
dalam 24 jam nilai normal fibrinogen 180-350 mg/dl
2. Bila fibrinogen < 100 mg / dl trombolitik harus dihentikan
3. Trombolitik juga dihentikan bila :
29
b. Stadium IIa : PIAT or Trombosuction (Manual atau mekanikal
percutaneous embolectomi atau embolectomi secara bedah)
Trombosuction adalah pengambilan trombus dari dalam pembuluh
darah untuk membebaskan sumbatan. Proses trombosuction terbagi
atas manual dan mekanikal. Trombosuction manual merupakan
proses pengambilan thrombus melalui kateter yang dihubungkan
dengan suction, kemudian ditarik dengan menggunakan spuit 20
atau 50 cc dengan diberikan tekanan negatif. Sementara
trombosuction mekanik menggunakan alat suction untuk
pengambilan trombus
c. Stadium IIb : Percutaneous embolectomy atau embolectomy
secara bedah
Tindakan operasi revaskularisasi tungkai bawah umumnya adalah
tindakan embolektomi.
1) Teknik Percutaneous embolectomy
Kedua tungkai sampai umbilicus dipersiapkan untuk akses
operasi. Dilakukan insisi oblique lipat paha untuk ekspos
bifurcation femoralis, dan kemudian keseluruhan cabang
dilingkari dengan silastic band. Hindari penggunaan klem
karena dapat memecah trombus. Kemudian dilakukan
kateterisasi pada pembuluh darah arteri yang tersumbat sampai
melewati thrombus. Balon kateter kemudian dikembangkan
secara bertahap sambil menarik kateter sehingga trombus
tertarik keluar lumen pembuluh darah. Prosedur diatas diulangi
sampai beberapa kali bila perlu.
2) Teknik Embolektomi secara bedah dilakukan cutdown tepat pada
pembuluh darah yang tersumbat, kemudian trombus ditarik
secara perlahan-lahan
30
d. Stadium III : Amputasi
Tindakan amputasi dilakukan pada iskemik yang irreversible
dengan kerusakan jaringan yang permanen. Level amputasi
ditentukan berdasarkan level pulsasi : bila pulsasi teraba di arteri
poplitea diamputasi dibawah lutut, dan bila pulsasi tidak teraba di
arteri poplitea maka diamputasi diatas lutut.
31
dengan emboli jantung. Terapi tradisional pada klien tersebut adalah
warfarin. Antikoagulan oral baru yang menghambat trombin atau faktor
Xa, seperti dabigatran atau rivaroxaban. Obat tersebut dapat
dipertimbangkan pada klien dengan fibrilasi atrium. Cangkok bypass
oklusi mungkin diperlukan revisi jika terjadi masalah misalnya,
stenosis, kekusutan, atau cusps katup yang ditahan diidentifikasi
setelah berhasil trombolisis, setelahnya diberikan agen antiplatelet yang
digunakan untuk melestarikan paten. Antiplatelet jangka panjang juga
diindikasikan saat penyebab iskemia ekstremitas akut adalah trombosis
yang disebabkan oleh plak aterosklerotik dan setelah perbaikan dari
aneurisma arteri yang dianggap mendasari oklusi emboli.
e. Observasi hemodinamik
2.3.1 Anamnesa
32
penjadwalan untuk bedah umum ataupun bedah vascular bila kondisi
memungkinkan.
33
Gambar 2.4 cara mengecek pulsasi
2.3.1.1 Lokasi
34
2.3.1.2 Warna dan temperatur
35
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) pada pasien dengan ALI antara lain :
2.3.5.1 Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) berhubungan dengan
penurunan aliran arteri
2.3.5.2 Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera biologi
(iskemia jaringan)
2.3.5.3 Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot
2.3.5.4 Resiko cidera (D.0136) berhubungan dengan Hipoksia jaringan
23
36
2.3.4 Rencana dan Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2 Rencana dan intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan SLKI SDKI
Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer meningkat Perawatan sirkulasi
Kriteria hasil : Observasi :
Definisi: - Pulsasi arteri perifer teraba kuat - Periksa sirkulasi perifer (misalnya
Penurunan sirkulasi darah pada level - Nyeri ekstermitas berkurang (skala nadi perifer, edema , pengisian
kapiler yang dapat mengganggu nyeri 0/10) kapiler , warna, suhu, ankle brachial
metabolisme tubuh - Warna kulit tidak pucat, akral teraba index)
hangat, CRT < 3 detik, turgor kulit - Identifikasi faktor resiko gangguan
Penyebab : elastis sirkulasi ( misalnya diabetes,
- Penurunan aliran arteri atau vena - Tidak ada parestesia perokok, orang tua, hipertensi dan
- Hiperglikemia - Proses penyembuhan luka baik kadar kolesterol tinggi)
- Monitor panas, nyeri, atau bengkak
Gejala dan tanda mayor : pada ekstermitas
Objektif : Terapeutik
- Pengisian kapiler >3 detik - Lakukan hidrasi
- Nadi perifer menurun atau tidak - Lakukan perawatan kaki
teraba - Hindari pengukuran tekanan darah
37
- Akral teraba dingin pada ekstermitas pada keterbatasan
- Warna kulit pucat perfusi
38
- Anjurkan program rehabilitasi
vaskuler
- Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan, omega3)
- Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan( mis. Rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
39
atau dingin
- Periksa kemampuan mengidentifikasi
lokasi dan tekstur benda
- Monitor terjadinya parestesia,
jika perlu
- Monitor perubahan kulit
- Monitor adanya tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Terapeutik
- Hindari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
- Anjurkan penggunaan termometer
untuk menguji suhu air
- Anjurkan penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
- Anjurkan memakai sepatu lembut dan
- bertumit rendah
40
Nyeri Akut Perubahan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Kriteria Hasil : Observasi
Definisi : - Skala nyeri 0/10 - lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Pengalaman sensorik atau emosional yang - Pasien menyampaikan nyeri kualitas, intensitas nyeri
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual berkurang atau hilang - Identifikasi skala nyeri
atau fungsional, dengan onset mendadak - Nafsu makan meningkat - Identifikasi respon nyeri non verbal
atau lambat dan berintensitas ringan hingga - Hemodinamik stabil - Identifikasi faktor yang memperberat
berat yang berlangsung kurang dari 3 dan memperingan nyeri
- Pasien tenang dan rileks
bulan. - Identifikasi pengetahuan dan
- Pasien dapat tidur nyaman
keyakinan tentang nyeri
Penyebab :
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap
- Agen pencedara fisiologis ( misalnya
respon nyeri
inflamasi, iskemia, neoplasma)
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Agen pencedera kimiawi (misalnya
kualitas hidup
terbakar, bahan kimia iritan)
- Monitor keberhasilan terapi
- Agen pencedera fisik (misalnya abses,
komplementer yang sudah diberikan
amputasi, terbakar, terpotong,
- Monitor efek samping penggunaan
mengangkat berat, prosedur operasi,
analgetik
trauma, latihan fisik berlebihan).
41
Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor - Berikan teknik nonfarmakologis
Subjektif : untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
- Pasien mengeluh nyeri TENS, hypnosis, akupresur, terapi
Objektif : musik, biofeedback, terapi pijat,
- Tampak meringis aroma terapi, teknik imajinasi
- Bersikap protektif terbimbing, kompres hangat/dingin,
- Gelisah terapi bermain)
42
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
43
nyeri
- Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesic
Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
- Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan respon pasien
- Dokumentasikan respon terhadap efek
analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
44
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi
45
- Nyeri saat bergerak Edukasi teknik ambulasi
- Merasa cemas saat bergerak Observasi
- Enggan melakukan pergerakan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Objektif : menerima informasi
- Sendi kaku Terapeutik
- Gerakan tidak terkoordinasi - Sediakan materi, media, dan alat
- Gerakan terbatas bantu
- Fisik lemah jalan ( misalnya tongkat, walker dan
kruk)
- Jadwalkan penkes sesuai kesepakatan
- Jelaskan prosedur dan tujuan
ambulasi tanpa alat bantu
- Anjurkan menggunakan alas kaki
yang memudahkan berjalan dan
mencegah cedera
- Ajarkan duduk di tempat tidur, disisi
tempat tidur (menjuntai) atau dikursi
sesuai toleransi
- Ajarkan berdiri dan ambulasi dalam
46
jarak tertentu.
47
- Perubahan sensasi lingkungan (misal pegangan tangan)
- Disfungsi autoimun - Gunakan perangkat pelindung (misal
- rel samping, pintu terkunci, pasang
pagar tempat tidur)
Edukasi:
- Ajarkan individu keluarga dan
kelompok mengenai resiko tinggi
bahaya
Pencegahan Cedera
Observasi:
- Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cidera
- Identifikasi kesesuaian alas kaki atau
stoking elastis pada ekstremitas bawah
Terapeutik:
- Sediakan pencahayaan yang memadai
48
- Sediakan alas kaki antislip
49
eksternal (terjadi hingga keluar tubuh). - Hematokrit membaik sebelum dan setelah kehilangan darah
- Frekuensi nadi membaik 5 - Monitor tanda-tanda vital ortostatik
Faktor resiko: - Suhu tubuh membaik - Monitor koagulasi darah (mis.
1. Efek agen farmakologis ( obat prothrombin time/PT, APTT,
antikoagulan) Kontrol resiko meningkat : degradasi fibrin dan/ platelet
2. Tindakan pembedahan Kriteria hasil: Terapeutik
1. Kemampuan mengidentifikasi faktor - Pertahankan bedrest selama
resiko meningkat perdarahan
2. Kemampuan melakukan strategi faktor - Batasi tindakan invasif, jika perlu
resiko meningkat Edukasi
3. Kemampuan berpartisipasi dalam - Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
skrining risiko - Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Balut Tekan
Observasi
- Monitor perban untuk memantau
50
drainase luka
- Monitor jumlah dan warna cairan
drainase dari luka
- Periksa kecepatan dan kekuatan
denyut nadi distal
- Periksa akral, kondisi kulit dan
pengisian kapiler distal
Terapeutik
- Tutup luka dengan kassa tebal.
- Fiksasi kasa dengan plester setelah
perdarahan berhenti
- Tekan arteri (pressure point) yang
mengarah ke area perdarahan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur balut
tekan
- Anjurkan membatasi gerak pada area
cedera
51
2.3.6 Implementasi Keperawatan
32
Setelah melakukan evaluasi keperawatan tahap selanjutnya
adalah mencatat hasil tindakan keperawatan. Dokumentasi
asuhan keperawatan merupakan bukti jadi pelaksanaan
keperawataan yang menggunakan metode pendekatan proses
keperawatan dan catatan respon klien terhadap tindakan medis,
tindakan keperawatan atau reaksi klien tehadap penyakitnya
33
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 90 tahun
c. Status : Menikah
e. Ruangan : ICVCU
f. Pekerjaan : Swasta
a. Airway : Pasien tidak ada sumbatan jalan napas baik parsial maupun
total (jalan napas paten), tidak ada tanda-tanda obstruksi, tidak ada
stridor atau snoring
34
ekstremitas hangat (kecuali pada ekstremitas kanan bawah), CRT <2
detik, dan CRT > 3 detik pada ekstremitas kanan bawah, denyut nadi
teraba dan adekuat, tidak ada edema ataupun asites, suara jantung S1
normal S2 normal, tidak ada murmur, Keadaan umum tenang, TD 110/60
mmHg, Nadi 104 x/m, dan Saturasi 99% dengan nasal kanul 3 lpm
d. Dissability : Kesadaran compos mentis (EMV 4/6/5), refleks pupil baik
(2/2), tidak ada masalah mobilisasi, dan fungsi saraf normal
e. Exposure : Tidak ada tanda trauma, tidak ada kelainan tulang belakang,
tidak ada dekubitus, tidak ada abses, Terpasang IV line din vena
brachialis dextra (6 Mei 2023) : Trental 1200 mg/24 jam, Di Vena
Metacarpal Sinistra (5/5/23) : IVFD Heparin 25000/50 ml – 700 iu /jam,
Fentanyl 500 mg/50ml-50 mcg/jam, Infus Gelofusin 500 mg Stop
stanby.
3.1.3. Keluhan Utama
a. Provocative: Nyeri pada kaki kanan masih terjadi dan bertambah saat
ada aktifitas pergerakan fisik.
c. Radiation: Nyeri yang dirasakan di area kaki kanan mulai dari betis
sampai telapak kaki
Pasien datang ke RS PJNHK tanggal 05 Mei 2023 jam 12.44 WIB dengan
keluhan kaki kanan membiru dan nyeri. Sebelumnya pasien mengeluh
sesak napas sejak 3 minggu yang lalu, tidur dengan 2 bantal, PND (+),
35
cepat capai jika berjalan, perut membesar disangkal, kaki bengkak
disangkal, nyeri dada tidak ada, berdebar tidak ada, keluhan demam dan
batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu, kaki kanan membiru dan sakit sejak
1 hari SMRS, kemudian pasien dirawat di RS Aisyah Pandeglang Banten
Selama 3 hari dan pasien meminta pulang paksa kemudian berobat ke RS
PJNHK.
Saat di IGD pasien mendapat terapi ramipril 1 x 2.5 mg, Furosemid Extra
40 mg IV lanjut 3 x 40 mg, Spironolactone 1 x 25 mg, Allopurinol 3 x 300
mg, Vit E 3 x 400 iu, Na Bicarbonat 3 x 1 tab, Heparin 700 iu/jam, NAC 2
x 400 mg, Inhalasi Fluimucil per 8 jam, Pentoxyphilin IV 2 ampul hari 1,
dilanjutkan 600 mg hari kedua dan ketiga , Inj Meropenem Loading 2 gr
drip dalam 3 jam, dilanjut 2 x 1 gr drip 3 jam, Levofloxacin loading 750
mg H-1, H-2 1 x 500 per 48 jam, Inj Pantoprazole 2 x 40 mg.
Kemudian TTV jam 22.00 TD 89/48 mmHg, Nadi 101 x/m, RR 24 x/m,
Suhu 37ºC, dan Saturasi 96% dengan binasal 3 lpm dan diberikan terapi
Norepineprin 0.05 mcg/kgbb/mnt, infus NaCl 1500 cc/24 jam, Gelofusin
500 ml/24 jam, Fentanyl 50 mcg/jam.
Pasien masuk Ruang ICVCU tanggal 06/05/2023 pukul 18.00 WIB dengan
masih mengeluh nyeri pada kaki kanan mulai dari betis sampai telapak
kaki, skala 6/10 dan tanda vital saat di ICVCU TD 136/60 mmHg, Nadi 85
36
x/m, RR 18 x/m, Suhu 37.7ºC, dan Saturasi 98%.
Tn. A mengatakan baru kali ini mengalami nyeri kaki sehebat ini. Pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat sakit Stroke, HT dan DM.
3.1.6. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama
3.1.7. Pengkajian Fisik (Tanggal: 7 Mei 2023)
Kesadaran CM, KU sedang , tungkai kaki kanan tampak pucat dan teraba
dingin
4) Pernafasan : 22 x/menit
5) Saturasi O2 : 99%
37
3.1.7.3. Pemeriksaan kepala
1) Raut muka : Bentuk muka bulat, ekspresi datar
2) Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak tampak
ikterik, pandangan rabun
3) Hidung : Bentuk simetris, tidak tampak peradangan
membran mukosa seperti kemerahan dan sekret
4) Pipi : Warna sesuai warna kulit pasien sawo matang
5) Mulut : Papila lidah warna merah muda, mukosa lidah
tidak menebal, bentuk simetris, pengecapan
dapat membedakan rasa manis dan asin pada
makanan yang disajikan
6) Bibir : Kelembaban cukup, Sianosis (-)
7) Telinga : Bentuk dan kedudukan daun telinga kanan dan
kiri simetris, lubang telinga tampak bersih dan
tidak tampak tanda-tanda peradangan,
kemampuan pendengaran baik.
38
1) Inspeksi : Bentuk dada simetris, gerakan pernafasan pada pasien
teratur, simetris, frekuensi nafas 22 x/menit
2) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada dinding thoraks,
gerakan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi
simetris
3) Perkusi : Terdengar resonan
4) Auskultasi : Vesikuler,ronchi -/-,wheezing -/-
39
arteri poplitea, arteri tibia, poplitea, arteri tibia, dan pada
d a n t i d a k t e r a b a arteri arteri dorsalis pedis
dorsalis pedis
Parathesia: terasa kebas Parathesia: dapat merasakan
sensai sensorik
Paralysis: tonus otot 4, foot Paralysis: tonus otot 5
drop.
Poikilothermia: teraba dingin Poikilothermia: teraba hangat
mulai dari lutut
Tidak ada edema Tidak ada edema
CRT > 3 detik CRT < 3 detik
SPO2 perdigiti : Saturasi tidak SPO2 perdigiti : 97 - 98%
terukur disemua jari kaki
Turgor kulit menurun Turgor kulit baik
40
3.1.8. Pemeriksaan Penunjang
3.1.7.1. Laboratorium
Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Nilai normal
05/05/2023: 06/05/2023 jam 07.25 07/05/2023 jam 15.25 08/05/2023
jam 18.13
Hb : 15.6g/Dl 12 - 16 g/dL
Ht : 48.4% 36 - 47 %
Leukosit : 13.840/ul 4000 - 11000/ul
Trombosit : 264rb/ul 150rb - 450 rb/ul
Eritosit : 5.44 juta/Aul 4.29-5.70
LED : 14 mm/j 0 -20 mm/jam
D-Dimer : 14790 ng/ml MRR
Ureum : 36.00 mg/dL 17.40-49.20 mg/dL
Creatinin : 2.86 mg/dL 0.51 - 0.95 mg/dL
Procalcitonin : 53.80 ng/ml MRR
22.0-29.0
(-2) – (+3)
42
3.1.7.2. Electrocardiogram ( di IGD Tanggal 05/05/23 jam 12.33 )
Interprestasi:
1. Irama : Teratur
2. HR : 115 kali/menit
6. Segemen ST : Isoelektrik
8. Axis : LAD
T inverted di V1-V3
Kesan :
CTR 50 %
Segmen Ao Melebar
Segmen Po Menonjol
PJ Mendatar, Apex Downward
Batas jantung kanan melebar
Kongesti (+), Infiltrat (+), Efusi pleura (-)
3.1.7.4. Echocardiography
Tapse 16 , Peak E 53
44
Tanggal 06/05/2023 jam 19.22 (ICVCU) on vascon 0.03 mcg :
TD 101/41 (54) HR 95 x
EDD 65 ESD 51
EF 32 % Tapse 14
Mid-apical anteroseptal
45
3.1.7.4. Duplex Sonography (DUS) Ekstremitas
Kesimpulan
Oklusi ec. Thrombus mulai arteri femoralis superior proximal s/d tibialis distal
kanan.
Meropenem 2 X 1 gr Intravena
Furosemid 2 x 40 mg Intravena
Pantoprazole 2 x 40 mg Intravena
46
3.2 Analisa Data
Tanggal/
Analisa Data Etiologi Masalah
Jam
07/05/2023 Data Subjektif: Penurunan aliran Perfusi perifer
arteri tidak efektif
Jam 09.00 Pasien mengatakan kebas dan
(D.0009)
nyeri pada kaki kanan mulai
dari betis sampai dengan
telapak kaki
47
bertambah saat ada aktifitas
pergerakan fisik.
Quality: Nyerinya muncul, terasa
seperti ditusuk tusuk dan
diremas.
Radiation: Nyeri yang dirasakan
di area kaki kanan mulai dari
betis sampai telapak kaki
Severity/Scale: Skala nyeri 5/10
Time: Nyeri yang dirasakan terus
menerus, sedikit berkurang saat
istirahat
Data Objektif:
48
07/05/2023 Data Subjektif : Penurunan kekuatan Gangguan
otot mobilitas fisik
Jam 09.00 Pasien mengatakan nyeri pada
(D.0054)
kaki kanan mulai dari betis
sampai dengan telapak kaki
Data Objektif :
Pasien mendapat terapi
Heparin 700 iu/jam
Tekanan darah : 110/60
(72)mmHg
Nadi : 104 x/menit
Suhu tubuh : 37.0oC
Pernafasan : 22 x/menit
Saturasi O2 : 99%
49
Hasil Lab tanggal 5/5/23 INR :
1.25 detik, PT 13.1 detik, D-
Dimer14790 ng/ml
Hasil lab tanggal 7/5/2023 jam
17.00 APTT 52.5 detik
50
3.4 Intervensi keperawatan
Diagnosa
Tanggal Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
keperawatan
07/05/2023 Perfusi Perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi
Tidak Efektif asuhan keperawatan Observasi :
b/d penurunan selama 1x24 jam - Periksa sirkulasi perifer
aliran arteri diharapkan perfusi (misalnya nadi perifer,
perifer (L 02011) edema , pengisian
meningkat dengan kapiler , warna, suhu,
Kriteria Hasil : ankle brachial index)
- Denyut nadi - Identifikasi faktor
perifer resiko gangguan
meningkat sirkulasi ( misalnya
- Sensasi diabetes, perokok,
meningkat orang tua, hipertensi
- Nyeri dan kadar kolesterol
ekstermitas tinggi)
berkurang - Monitor panas,
(skala nyeri nyeri, atau
0/10) bengkak pada
- Parastesia ekstermitas
menurun Terapeutik
- Kelemahan - Lakukan hidrasi
otot menurun - Lakukan perawatan kaki
- Akral yg luka
membaik - Hindari
- Turgor kjulit pengukuran
membaik tekanan darah
pada ekstermitas
pada
keterbatasan
perfusi
- Hindari penekanan
51
dan pemasangan
tourniquet pada area
yang cedera
Edukasi
- Anjurkan berolahraga
rutin
07/05/2023 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
b/d Agen asuhan :
pencedera keperawatan Observasi :
fisiologis selama 1 x 24 jam Identifikasi lokasi, karakt
(iskemia) diharapkan tingkat eristik, durasi, frekuensi,
nyeri (L.08066) kualitas, intensitas nyeri.
menurun, dengan Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : Identifikasi respon nyeri n
Keluhan nyeri on verbal
menurun Identifikasi factor yang m
Wajah meringi emperberat dan memperin
s menurun gan nyeri
Skala nyeri me Terapeutik:
nurun Kontrol lingkungan yang
TTV dalam memperberat nyeri
rentang normal Berikan teknik non farma
Sikap
kologis untuk mengurangi
protektive rasa nyeri.
menurun Edukasi :
(melindungi
Jelaskan penyebab peri
pada area
ode dan pemicu nyeri
nyeri)
Jelaskan strategi mered
Berfokus pada
akan nyeri
diri sendiri
Kolaborasi :
menurun
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
53
farmakologis diharapkan tidak Monitor tanda dan
terjadi perdarahan , gejala perdarahan
dengan kriteria Monitor nilai
hasil: hematokrit dan
Kelembaban hemoglobin
membran mukosa Monitor koagulasi (PT,
meningkat APTT, Fibrinogen,
Kelembaban kulit degradasi fibrin dan atau
meningkat platelet)
Tekanan darah Terapeutik
membaik Batasi tindakan invasiv
bila perlu
Gunakan kasur
dekubitus
Edukasi
Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan
Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
54
3.5 Implementasi
No
Hari/Tgl Pukul Implementasi Evaluasi
Dx
1 Minggu 09.00 1. Memeriksa Pkl. 14.00
07/05/2023 sirkulasi perifer S : Pasien mengatakan kebas
(memeriksa CRT, dan nyeri pada kaki kanan mulai
meraba pulsasi) dari betis sampai dengan telapak
2. Memonitor tanda kaki dan kaki kanannya terasa
vaskularisasi di dingin
ekstremitas (kaki O:
teraba hangat/ Warna kulit kaki kanan pucat
dingin), dengan bercak merah
kemerahan/pucat keunguan pada ujung dan
pada kaki, skala tumit kaki
nyeri, CRT > 3 detik
bengkak/tidak Akral teraba dingin
pada ekstremitas Pulsasi di arteri dorsalis
3. Memonitor tanda pedis kaki kanan tidak
vital teraba
Turgor kulit menurun
Spo2 per digiti : tidak
terukur
TD : 116/ 76 mmHg,
N : 112 x/mnit,
S : 36,6 C
SaO2 : 99 %
A:
55
P:
3. gangguan sirkulasi
4. Monitor tanda vaskularisasi
di ekstremitas (kaki teraba
hangat/ dingin),
5. kemerahan/pucat pada kaki,
skala nyeri, bengkak/tidak
pada ekstremitas
6. Monitor tanda vital
7. Anjurkan program rehabilitasi
vaskular
2 Minggu 10.00 1. Mengkaji tingkat Pukul 14.00
07/05/2023 nyeri
S:
2. Mengidentifikasi
Pasien mengatakan nyeri pada
respon nyeri non
kaki kanan.
verbal (ekspresi
Provocative: Nyeri pada kaki
muka)
kanan masih terjadi dan
3. Memberikan teknik
bertambah saat ada aktifitas
nonfarmakologis
pergerakan fisik.
untuk mengurangi
Quality: Nyerinya muncul,
rasa nyeri (teknik
terasa seperti ditusuk tusuk dan
nafas dalam)
diremas.
Kolaborasi
Radiation: Nyeri yang
pemberian
dirasakan di area kaki kanan
analgetik
mulai dari betis sampai telapak
(Fentanyl 50
kaki
mcg/jam)
Severity/Scale: Skala nyeri
56
5 /10
Time: Nyeri yang dirasakan
terus menerus, sedikit
berkurang saat istirahat
O:
3. TD : 116/ 76 mmHg,
4. N : 112 x/mnit,
5. S : 36,6 C
6. SaO2 : 99 %
A:
Masalah nyeri akut
belum teratasi
P:
Kaji ulang nyeri pada
Pasien
3. Minggu 11.00 1. Mengidentifikasi Pukul: 14.00
07/05/2023 adanya nyeri
S: Pasien mengatakan kaki
atau keluhan
kanan sulit digerakkan.
fisik lainnya
Pasien mengatakan kaki
2. Mengidentifikasi
kanan terasa nyeri bila
toleransi fisik
digerakkan
melakukan
O:
pergerakan
Gerakan terbatas (hanya di
3. Memfasilitas
tempat tidur)
i melakukan
Pasien tampak lemah
pergerakan
Adanya foot drop di kaki
4. (membantu ADL
57
pasien) kanan
5. Menganjurkan Kekuatan otot menurun
lakukan Tangan kanan 5
mobilisasi dini Tangan kiri 5
(ROM pasif)
Kaki kanan 4
Kaki kiri 5
A:
A :
59
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Tn. A di ruang ICVCU, pada tanggal 5 Mei 202.
Adapun keluhan utama Tn. A adalah kaki kanan sulit digerakkan, tampak pucat
membiru dan teraba dingin, mulai dari betis. Hasil DUS pada tanggal 5 Mei 2023
didapatkan hasil oklusi ec. Thrombus mulai arteri femoralis superior proximal s/d
tibialis distal kanan. Asuhan Keperawatan pada pengkajian lebih di fokuskan pada
klinis klien yang sesuai dengan data data yang didapatkan.
Diagnosis keperawatan yang ada dalam tinjauan teori hampir semua ditemukan
pada Tn. A, diagnosis berdasarkan tinjauan pustaka antara lain Perfusi Jaringan
Perifer Tidak Efektif, Nyeri Akut, Gangguan Mobilitas Fisik, dan Risiko
Perdarahan. Sedangkan diagnosis keperawatan pada Tn. A adalah Perfusi Perifer
Tidak Efektif sebagai diagnosis utama, untuk diagnosis lanjutan yaitu Nyeri Akut
dan Resiko perdarahan. Asuhan Keperawatan yang ditampilkan dirumuskan secara
sistematik, berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017),
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI,2019), dan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018).
61
4.3 Implementasi dan Evaluasi
Implementasi keperawatan pada Tn. A yang dibahas pada makalah ini adalah pada
tanggal 7 Mei 2023, yang ditampilkan dalam bentuk tabel catatan perkembangan
terintegrasi dari diagnosis, luaran dan intervensi keperawatan yang telah
dirumuskan pada rencana asuhan keperawatan sebelumnya.
Evaluasi dilakukan setelah melakukan implementasi keperawatan, dilakukan dengan
mengkaji ulang bagaimana masalah keperawatan yang muncul, disesuaikan dengan
kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dilakukan pada semua
diagnosis. Keempat diagnosis yang diangkat belum dapat teratasi sepenuhnya,
sehingga intervensi masih dilanjutkan sampai tercapainya luaran yang telah
ditetapkan dan adanya perbaikan manifestasi klinis pada Tn. A.
62
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeuruh, oleh karena itu tahap pengkajian pada pasien ALI
memegang peranan penting dalam menggali dan mengenali masalah yang
timbul.
5.1.2. Dalam membuat perencanaan penulis berpedoman pada teori – teori yang
ada dalam literatur, namun untuk literatur secara akurat dan terinci tentang
ALI penulis melakukan penggabungan berdasarkan kesesuaian antara teori.
5.2 Saran
Sebaiknya pasien dengan ALI dapat menjaga pola hidup yang sehat dan
olahraga teratur, hindari merokok jika saat perawatan dirumah nanti. Dan
selama di rumah sakit, pasien senantiasa kooperatif bersama tim medis dan
tim keperawatan rumah sakit.
63
DAFTAR PUSTAKA
Acar RD, S. M. (2013). One of the most urgent vascular circumstances: Acute limb
ischemia. SAGE Open Medicine. doi:10.1177/2050312113516110
Ashorobi D, Ameer MA, F. R. (2022). Thrombosis. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 30860701.
Asmadi. (2005). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Bulecheck, B. D. (2012). Nursing Intervention Classification (NIC) . Missouri:
Elsevier, Mosby.
Creager MA, K. J. (2012). Acute Limb Ischemia. The New England Journal of
Medicine.2012, 366:2198-206.
Dosluoglu H H. (2014). Lower extremity arterial disease: general considerations.
Rutherford’s vascular surgery. Ed J L Cronenwett dan K W Johnston. Edisi ke-
8. Philadelphia: Elsevier Saunders. Bab 108. (pp. 1660–1674).
Fikriana, R. (2018). Sistem Kardiovaskuler. Bagian Fisiologi Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, May, 1–17.
Fukuda, I., Chiyoya, M., Taniguchi, S. & Fukuda, W. (2015). Acute limb ischemia:
contemporary approach. Gen. Thorac. Cardiovasc. Surg. 63,. 540–548.
Greenberg, J. W., Goff, Z. D., Mooser, A. C., Wittgen, C. M., & Smeds, M. R. (2020).
Acute Limb Ischemia Secondary to Patent Foramen Ovale–Mediated
Paradoxical Embolism: A Case Report and Systematic Review of the
Literature. Annals of Vascular Surgery, 66, 668.e5-668.e10.
https://doi.org/10.1016/j.avsg.2019.12.022
Gunawan , H., Isnanta, R., & Syafri, Z. (2017). Iskemia Tungkai Akut.
IndonesianJournal chest & critical care medicine, 14-22.
Herdman, T. H. (2018). NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2018-2020. . Jakarta: : EGC.
Hideaki Obara, MD, PhD, Kentaro Matsubara, MD, PhD, and Yuko Kitagawa, MD, P.
(2018). Acute Limb Ischemia. Surgical Clinics of North America, 98(5), 1081–
1096. https://doi.org/10.1016/j.suc.2018.05.002
64
Indrayana A., S. D. (2015). Catheter-Directed Thrombolysis in Patient with Acute Limb
Ischemia Grade IIB. Malang: Resident of Cardiology and Vascular Faculty of
Medicine, Brawijaya University Malang.
Marie, D., Gerhard, H., & Heather, G. L. (2017). 2016 AHA/ACC Guideline on the
Management of Patient With Lower Extremity Peripheral Artery Disease :
Exsecutive Summary. American Heart Association and the American
Collageof cardiology Foundation (hal. e686 -e725). America: AHA/ACC
GUIDELANCE.
Mark A. Creager, M. J. (2012). Acute Limb Ischemia. The New England Journal of
Medicine N Engl J Med, 366:2198-206.
Olinic, D. M., Stanek, A., T A Taru, D. A., Homorodean, C., & Olinic, M. (2019).
Acute limb ischemia: An update on diagnosis and management. Journal of
Clinical Medicine, 8(8), 1–12. https://doi.org/10.3390/jcm8081215
Pearce, E. C. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum.
Potter, P. ( 2016). Fundamentals of nursing. St.Louis, Missouri: Elsevier.
Pradian, E., & Rizki, T. T. M. (2020). Manifestasi Klinis Iskemik dan Injuri Reperfusi.
Macc.Perdatin. Org, 38, 157–166. https://macc.perdatin.org/index.php/my-
journal/article/view/63
Price, S. A., & Wilson, L. (2012). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Rhee SY, K. Y. (2015). Peripheral arterial disease in patients with type 2 diabetes
mellitus. Diabetes metab J. 39(4), 283–90.
Acute Coronary Sindrom (ACS) dengan Intervensi Inovasi Akupresur Menggunakan
Minyak Valerian Terhadap Kualitas Tidur di Ruang Intensive Cardiac Care
Unit (ICCU) RSUD Abdul.
Sirait, C. N., & Mustofa, S. (2021). Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Arteri
Perifer. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 10(April), 1–10.
http://repository.lppm.unila.ac.id/id/eprint/34916
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Jakarta: EGC.
Tawbariah, L., Apriliana, E., Wintoko, R., Sukohar, A. (2014). The Corelation of
65
Consuming Cigarette with Blood Pressure of The Society in Pasaran Island
Kota Karang Village East Teluk Betung Sub-District Bandar Lampung.
Medical Journal Of Lampung University. Vol 3.
TASC, I. (2017). Inter Soecity Consensus for the Management of PAD (TASC II).
Japanese College of Angiology transl (hal. 109-114). Tokyo: medical Tribune.
Tummala, S., & Scherbel, M. D. D. (2018). Penilaian Klinis Penyakit Arteri Perifer di
Kantor : Apa Kata Pedoman ? 1(212), 365–377.
Untario, E. (2017). Hubungan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita
Lansia. Keperawatan, 11(11), 40–47.
Vashi, F. (2014). Vascular System and Hematology. In Acute Care Handbook for
Physical Therapists: Fourth Edition (Fourth Edi). Elsevier Inc.
https://doi.org/10.1016/B978-1-4557-2896-1.00007-X
Victor Aboyans, J.-B. R.-L. (2018). ESC Guidelines on the Diagnosis and Treatment of
Peripheral Arterial Diseases, in collaboration with the European Society for
Vascular Surgery (ESVS).
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Edisi I. Jakarta : DPP PPNI.
----------------------------------.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi
I. Jakarta: DPP PPNI.
----------------------------------.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi I.
Jakarta: DPP PPNI.
66