Anda di halaman 1dari 77

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PERBANDINGAN MUTU SEDIAAN SIMVASTATIN


TABLET E-CATALOGUE BPJS DAN NON
E-CATALOGUE BPJS

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

YUNNICA SRI HAPSARI


1112102000054

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JULI 2016
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Yunnica Sri Hapsari


NIM : 1112102000054
Tanda Tangan :

Tanggal : 19 Juli 2016

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Yunnica Sri Hapsari

NIM : 1112102000054

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Perbandingan Mutu Sediaan Simvastatin Tablet E-


Catalogue BPJS dan Non E-Catalogue BPJS

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt..


NIP. 19831028 200901 2 008 NIP. 1946 022 719 740 31001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi


Fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt.


NIP. 197404302005012003

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Yunnica Sri Hapsari
NIM : 1112102000054
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Perbandingan Mutu Sediaan Simvastatin Tablet E-
Catalogue BPJS dan Non E-Catalogue BPJS

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt ( )

Pembimbing II : Drs. Umar Mansur, M. Sc., Apt. ( )

Penguji I : Ofa Suzanti Betha, M. Si., Apt. ( )

Penguji II : Lina Elfita, M. Si., Apt. ( )

Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : 19 Juli 2016

v
ABSTRAK

Nama : Yunnica Sri Hapsari


Program Studi : Farmasi
Judul : Perbandingan Mutu Sediaan Simvastatin Tablet E-
Catalogue BPJS dan Non E-Catalogue BPJS

Simvastatin adalah agen anti-hiperlipidemia yang banyak digunakan di seluruh dunia


untuk pengobatan hiperkolesterolemia. Berbagai merek sediaan simvastatin beredar di
masyarakat, sehingga perlu dilakukan uji perbandingan mutu sediaan. Penelitian ini
bertujuan untuk membandingkan kualitas sediaan simvastatin tablet e-catalogue BPJS
dan non e-catalogue BPJS. Dua obat e-catalogue BPJS dan dua obat non e-catalogue
BPJS di uji kualitas fisik meliputi uji kekerasan dan uji waktu hancur, pengujian
penetapan kadar dan uji keseragaman kandungan sesuai Farmakope Indonesia, serta uji
profil disolusi menurut United States of Pharmacopeia XXXII (USP 32). Simvastatin
yang terdisolusi diukur dengan spektrofotometer UV-vis. Hasil uji kualitas fisik yaknii uji
kekerasan tablet dan uji waktu hancur tablet dari tablet e-catalogue BPJS dan tablet non
e-catalogue BPJS telah memenuhi persyaratan. Hasil uji penetapan kadar untuk tablet e-
catalogue BPJS sebesar 94,65% dan 87,90%, untuk tablet non e-catalogue BPJS sebesar
96,40% dan 94,73%, di mana terdapat satu merek tablet e-catalogue BPJS yang tidak
memenuhi persyaratan. Hasil uji keseragaman kandungan untuk tablet e-catalogue BPJS
dan tablet non e-catalogue BPJS telah memenuhi persyaratan. Hasil uji disolusi
menunjukkan bahwa tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS memenuhi
rentang penerimaan persyaratan pelepasan metode disolusi tes satu yang tercantum dalam
USP 32. Hasil analisa statistik data persentase kumulatif simvastatin yang terlepas dari
simvastatin e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna tetapi tidak memiliki arti karena semua sampel telah
memenuhi persyaratan uji disolusi. Berdasarkan hasil parameter uji penetapan kadar,
tablet simvastatin non e-catalogue BPJS memiliki mutu yang relatif lebih baik
dibandingkan dengan tablet simvastatin e-catalogue BPJS.

Kata Kunci : tablet simvastatin e-catalogue BPJS, tablet non e-catalogue BPJS, evaluasi
tablet, uji disolusi, spektrofotometri UV-vis

vi
ABSTRACT

Name : Yunnica Sri Hapsari


Program Study : Pharmacy
Title : Quality Comparison of Simvastatin Tablet
BPJS E-Catalogue and Non BPJS E-Catalogue

Simvastatin is an anti-hyperlipidemic agents which are widely used worldwide for the
treatment of hypercholesterolemia. Various brands of simvastatin widely revolve, then
quality comparisons is important to do. This study aimed to compare the quality of
simvastatin tablet dosage BPJS e-catalog and non BPJS e-catalog. Two drug of BPJS e-
catalog and two drug of non BPJS e-catalog had physical tested include by hardness test
quality and disintegration test. The assay and uniformity of content is accordance
Pharmacopoeia of Indonesia and the profiles of dissolution by the United States of
Pharmacopeia XXXII (USP 32). Simvasatatin were dissolved was measured by UV-vis
spectrophotometer. The physical test result of e-catalogue BPJS and non BPJS e-catalog
tablets have fulfilled the requirements of physical testing ranges acceptance by
Pharmacopeia of Indonesia. The test results of the assay for tablet e-catalog BPJS is
94.65% and 87,90%, meanwhile for non e-catalog tablet BPJS amounted to 96.40% and
94,73%, where there is one of e-catalog BPJS tablet that unfulfilled the requirements of
assay testing. The results of tablet content uniformity testing for e-catalog BPJS and non
BPJS e-catalog tablet have fulfilled the requirements ranges acceptance by Pharmacopeia
of Indonesia. The dissolution testing results shows that the tablet of BPJS e-catalog and
non-e-catalog BPJS have fulfilled the requirements ranges acceptance tests of the
dissolution methods listed in USP 32. The results of the statistical analysis of data
cumulative released percentage of simvastatin e-catalog BPJS and non BPJS e-catalog
shows that there are significant differences but does not have meaning because all of the
samples have fulfilled the requirements of dissolution testing. Based on the results of the
test parameters of the assay, simvastatin tablets non BPJS e-catalog has a relatively better
quality compared with simvastatin tablets BPJS e-catalog.

Keywords : simvastatin tablets of BPJS e-catalog, simvastatin tablet of


non BPJS e-catalog, tablet evaluation, tablet dissolution testing, UV-vis
spectrophotometry

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berbagai macam nikmat, karunia serta kasih sayang-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Perbandingan
Mutu Sediaan Simvastatin Tablet e-catalogue BPJS dan Non e-catalogue BPJS”. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikikan
Strata 1 (S1) pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses perkuliahan hingga penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis
menyadari adanya beberapa pihak yang memberikan kontribusi kepada penulis. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nelly Suryani, Ph.D., Apt selaku sekertaris Program Studi Farmasi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt. selaku pembimbing pertama dan Bapak Drs.
Umar Mansur, M.Sc., Apt. selaku pembimbing kedua, yang telah meluangkan
waktu, pikiran dan tenaga serta memberikan ilmu terbaik yang dimiliki sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetauan selama
penulis menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibunda Alm. Prapti, ayahanda Hadi Suryanto tersayang, dan keluarga tercinta
yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dukungan, do’a dan nasihat tak
terhingga yang tak akan pernah mampu penulis membalas semua itu, dan
keponakan-keponakanku serta saudara-saudaraku yang memberikan do’a dan
dukungan serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

viii
7. Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kak Rahmadi, Kak Eris, Kak
Rani, Kak Lisna, Kak Tiwi dan Kak Walid yang dengan sabar membantu
keseharian penulis di laboratorium selama penelitian.
8. Teman seperjuangan penelitian, Resha dan Zainab atas kebersamaan, bantuan
serta motivasinya sejak awal penelitian hingga akhir penyelesaian skripsi ini.
9. Temanku Mita, Amelia, Dian Mutia, Dwi Haryati, Hasna dan ‘Afniah yang telah
setia menemaniku selama di bangku perkuliahan, serta telah memberikan
dukungan, motivasi, hiburan dan masukan kepada penulis selama pengerjaan
skripsi dan selama masa perkuliahan.
10. Teman-teman Farmasi 2012, terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaan kita
dari awal masuk sampai akhir ini, semoga silahturahmi kita biasa tetap terjaga.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut memberikan
bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan
kekurangan, kritik dan saran pembaca diharapkan penulis untuk memperbaiki
kemampuan penulis. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Ciputat, Juli 2016

Penulis

ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah


Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yunnica Sri Hapsari


NIM : 1112102000054
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah


saya, dengan judul :

PERBANDINGAN MUTU SEDIAAN SIMVASTATIN TABLET


E-CATALOGUE BPJS DAN NON E-CATALOGUE BPJS

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 19 Juli 2016

Yang menyatakan,

Yunnica Sri Hapsari

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................................v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
ABSTRACT .............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. xi
DAFTAR ISI............................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL .....................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................1


1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................3
1.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................4


2.1 Penggolongan Obat..................................................................................5
2.2 Tablet .......................................................................................................7
2.3 Monografi Simvastatin ..........................................................................10
2.3.1 Sifat Fisikokimia ..........................................................................10
2.3.2 Mekanisme Kerja .........................................................................10
2.3.3 Efek Samping ...............................................................................11
2.4 Parameter Analisis Tablet ......................................................................11
2.4.1 Keseragaman Bobot Tablet ..........................................................11
2.4.2 Kekerasan Tablet ..........................................................................12
2.4.3 Kerapuhan Tablet .........................................................................12
2.4.4 Waktu Hancur Tablet ...................................................................13
2.4.5 Keseragaman Sediaan Tablet .......................................................13
2.4.6 Disolusi ........................................................................................14
2.5 Spektrofotometer UV-Vis......................................................................18
2.5.1 Teori Spektrofotometri .................................................................18
2.5.2 Komponen Spektrofotometri ........................................................19
2.5.3 Analisa Kualitatif .........................................................................20
2.5.4 Analisa Kuantitatif .......................................................................20
2.5.5 Hukum Lambert-Beer ..................................................................21

xi
BAB 3 METODE PENELITIAN.............................................................................23
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................23
3.2 Alat ......................................................................................................23
3.3. Bahan .....................................................................................................23
3.4 Prosedur Kerja .......................................................................................23
3.4.1 Pemilihan Sampel.........................................................................23
3.4.2 Parameter Evaluasi Tablet............................................................24
3.4.3 Penentuan Panjang Gelombang....................................................24
3.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi .........................................................25
3.4.5 Penetapan Kadar Tablet Simvastatin ...........................................25
3.4.6 Keseragaman Kandungan.............................................................26
3.4.7 Uji Laju Disolusi Tablet Simvastatin ...........................................26
3.4.8 Analisa Statistik ...........................................................................27

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................28


4.1 Pengambilan sampel ..............................................................................28
4.2 Evaluasi Fisik Tablet .............................................................................29
4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum simvastatin.......................31
4.4 Penentuan Kurva Kalibrasi ....................................................................32
4.5 Penetapan Kadar Tablet Simvastatin .....................................................33
4.6 Keseragaman Kandungan ......................................................................35
4.7 Uji Disolusi Tablet Simvastatin .............................................................36
4.8 Analisa Statistik .....................................................................................42

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................43


5.1 Kesimpulan ............................................................................................43
5.2 Saran ......................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................44


LAMPIRAN...............................................................................................................46

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Struktur Simvastatin ..................................................................... 10
2.2 Disolusi obat dari Ssuatu Padatan Matriks .................................... 13
4.1 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Metanol ................... 32
4.2 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0 33
4.3 Profil Disolusi Simvastatin Empat Merek Obat ............................ 38

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet .......................................... 12
4.1 Hasil Uji Kekerasan Tablet.............................................................. 29
4.2 Hasil Uji Waktu Hancur .................................................................. 30
4.3 Hasil Uji Penetapan Kadar Tablet Simvastatin ............................... 34
4.4 Hasil Uji Keseragaman Kandungan ................................................ 35
4.5 Data Persentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin ......................... 38
4.6 Hasil Analisis Kesesuaian Pelepasan Simvastatin pada Menit ke-45
dari Empat Merek ............................................................................ 41
4.7 Persyaratan Pelepasan Obat Simvastatin Berdasarkan USP XXXII,
Tahun 2010 ...................................................................................... 41

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Bagan Alur Penelitian ............................................................................. 47
2. Alat .................................................................................................. 48
3. Sertifikat Analisis Standar Simvastatin ........................................... 49
4. Hasil Uji Kekerasan Tablet.............................................................. 50
5. Hasil Uji Waktu Hancur Tablet. ...................................................... 50
6. Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin dalam Metanol ....... 51
7. Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin dalam Dapar fosfat .. 51
8. Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Metanol .................................. 52
9. Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0 ............... 52
10. Data Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Metanol .......................... 53
11. Data Kurva Kalibrasi dalam Medium Dapar Fosfat pH 7,0 ............ 53
12. Data Uji Penetapan Kadar Tablet Simvastatin ................................ 53
13. Peritungan Persen Kadar pada Uji Penetapan Kadar....................... 54
14. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin Generik A. 56
15. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin Generik B. 56
16. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin merek X ... 57
17. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin merek Y ... 57
18. Perhitungan Persen Kadar pada Uji Keseragaman Kandungan....... 58
19. Data Persentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin ......................... 60
20. Perihitungan % Jumlah Kumulatif Simvastatin yang Terlepas ....... 61
21. Data hasil Analisa Statistik Uji Disolusi Tablet e-catalogue BPJS
dan Non e-catalogue BPJS .............................................................. 62

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Simvastatin adalah agen anti-hiperlipidemia yang banyak
digunakan di seluruh dunia untuk pengobatan hiperkolesterolemia dan
meminimalkan tingkat keparahan pada penyakit jantung kronis
(Scandinavian Simvastatin Survival Study Group. 1994). Berdasarkan
hasil laporan IMS (Institute for Healthcare Informatics) pada tahun 2010
tablet generik simvastatin menempati peringkat kedua untuk obat yang
paling banyak diresepkan yakni sebanyak 94,1 juta resep di seluruh dunia
(Daniel J. DeNoon, 2011). Tablet simvastatin dalam perdagangan
dijumpai dengan nama dagang dan generik, dimana obat dengan nama
generik harganya jauh lebih murah dibanding dengan obat dengan nama
dagang. Sementara masyarakat cenderung menilai bahwa kualitas obat
identik dengan harga yang lebih tinggi, obat yang lebih mahal mutunya
lebih baik daripada obat yang lebih murah harganya (Depkes RI, 1989).
Parameter persyaratan mutu antara lain kualitas fisik sediaan dan
kadar yang dikandung harus memenuhi persyaratan kadar yang tercantum
dalam literatur yang berlaku seperti Farmakope Indonesia maupun literatur
lain yang berlaku (Depkes RI, 1989). Sementara, obat yang telah
memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur, keragaman bobot, dan
penetapan kadar, belum dapat menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek
terapi. Oleh karena itu, uji disolusi harus dilakukan pada setiap tablet.
Disolusi menggambarkan efek obat terhadap tubuh, jika disolusi
memenuhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat pada
tubuh (Syukri, 2002).
Menurut sistem klasifikasi BCS (Biopharmaceutical Classification
System), simvastatin termasuk golongan obat kelas II yaitu obat yang
rendah kelarutannya dalam air dan tinggi permeabilitasnya (Amidon GL,
1995). Untuk obat yang memiliki kelarutan rendah seperti simvastatin,

1
2

sebaiknya dilakukan uji laju disolusi yang merupakan tahap penentu


kualitas terhadap bioavailabilitasnya (Sulaiman, 2007). Disolusi
merupakan langkah penentu kecepatan onset of action dan aktivitas
terapetik, oleh sebab itu uji disolusi perlu dilakukan untuk memastikan
kualitas sediaan tablet simvastatin.
Jaminan kualitas produk farmasi adalah sebuah cakupan konsep
yang luas mengenai semua isu yang secara individual atau kolektif dapat
mempengaruhi kualitas suatu produk. Dalam hal ini, uji disolusi in-vitro
sangat penting untuk mengevaluasi variasi berbagai merek-merek obat
guna memastikan kualitas dan khasiat dari produk sediaan. Hal ini sangat
penting untuk memastikan produk yang aman dan efektif untuk pasien
ketika berbagai merek yang berbeda beredar di masyarakat dengan zat
aktif yang sama. Produk generik mungkin memiliki perubahan tertentu
dalam bahan formulasi, bahan baku zat aktif, proses manufaktur, teknologi
manufaktur, ukuran batch dan scale-up dari proses manufaktur, sehingga
evaluasi kualitas sediaan dari berbagai merek tersebut perlu dilakukan
(Bonûlio, R., dkk, 2011)
Saat ini pemerintah sedang melaksanakan penjaminan kesehatan
bagi masyarakat menengah ke bawah sebagai bagian dari pengembangan
jaminan secara menyeluruh. Sistem jaminan kesehatan akan mendorong
perubahan-perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan,
standarisasi tarif, penataan formularium dan penggunaan obat rasional,
yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya.
Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan dilakukan pengujian untuk
membandingkan kualitas sediaan simvastatin tablet e-catalogue BPJS
dibandingkan dengan sediaan simvastatin tablet non e-catalogue BPJS
demi keamanan dan pengendalian mutu sesuai dengan standar yang
dicantumkan menggunakan metode evaluasi kelayakan tablet yang baik
menurut Farmakope Indonesia dan USP XXXII.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana mutu sediaan simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan
non e-catalogue BPJS menurut persyaratan kualitas fisik yang sesuai
dengan Farmakope Indonesia, serta kadar dan profil disolusinya menurut
USP XXXII?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas
Simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS dengan
menggunakan metode yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia dan USP
XXXII.

1.4 Hipotesis Penelitian


Simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan simvastatin tablet non e-
catalogue BPJS memiliki kualitas fisik, kadar, dan profil disolusi yang
sama.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kualitas simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS
serta memberikan masukan kepada instansi terkait dan masyarakat
mengenai mutu simvastatin tablet BPJS dan non BPJS.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggolongan Obat


Dalam pemasarannya, selain obat bebas, obat bebas terbatas, obat
keras terbatas dan psikotropika, dan obat narkotika. Obat juga dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian berdasarkan nama mereknya, antara lain
adalah :
a. Obat Paten
b. Obat Generik Bermerek /Bernama dagang
c. Obat Generik
Obat paten atau specialité adalah obat milik perusahaan tertentu
dengan nama khas yang diberikan produsennya dan dilindungi hukum,
yaitu merek terdaftar (proprietary name). Dalam pustaka lain, obat paten
adalah obat yang memiliki hak paten (Jas, 2007; Depkes, 2010).
Menurut UU No. 14 Tahun 2001 paten adalah hak eksklusif
yang diberikan Negara kepada investor kepada hasil invesinya dibidang
teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan invesinya
tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. Invensi adalah ide Investor yang dituangkan ke
dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik dibidang
teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan
pengembangan produk atau proses. Investor adalah seorang atau
beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang
dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. Masa
berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu,
perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk
memproduksi obat yang dimaksud. perusahaan lain tidak diperkenankan
untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki
perjanjian khusus dengan pemilik paten.

4
5

Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik bermerek dagang
dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat
aktifnya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat aktif itu diberi
nama (merek).
a. Obat Paten
Obat paten adalah obat yang mempunyai hak paten dan
diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang
ditemukannya berdasarkan riset. Industri farmasi tersebut
diberi hak paten untuk memproduksi dan
memasarkannya, setelah melalui berbagai tahapan uji klinis
sesuai aturan yang telah ditetapkan secara internasional.
Obat yang telah diberi hak paten tersebut tidak boleh
diproduksi dan dipasarkan dengan nama generik oleh
industri farmasi lain tanpa izin pemilik hak paten selama
masih dalam masa hak paten.
b. Obat Generik Bermerek atau Bernama Dagang
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 obat generik
bermerek bernama dagang adalah obat generik dengan nama
dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang
bersangkutan (Depkes, 2010).
Nama dagang ini sering disebut nama paten. Disebut
obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak atas paten
penemuan obat tersebut dalam jangka waktu tertentu. Selama
paten tersebut masih berlaku, obat ini tidak boleh diproduksi
oleh pabrik lain, baik dengan nama dagang pabrik peniru
ataupun dijual dengan nama generiknya. Obat nama dagang
yang telah habis masa patennya dapat diproduksi dan dijual
oleh pabrik lain dengan nama dagang berbeda yang biasanya
disebut sebagai me-too product di beberapa negara barat
disebut branded generic atau tetap dijual dengan nama generik
(Chaerunisaa, et. al,, 2009)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


6

Dalam pustaka lain, terdapat istilah yang berbeda yaitu


obat merek dagang (trademark). Obat merek dagang
(trademark) adalah obat yang dibuat dengan mendapatkan
lisensi dari pabrik lain yang obatnya telah dipatenkan (Jas,
2007).
Untuk obat generik me-too pertama harus memenuhi
seluruh standar yang digunakan dalam identitas, kekuatan,
kualitas, dan kemurniannya. Bahkan untuk obat generik me-too
terdapat persaratan bioavailabilitas dan bioekivalensi dengan
obat paten yang telah habis masa edarnya (Nanang, 2010)
c. Obat Generik
Berdasarkan peraturan Menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 obat generik
adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary
Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
atau buku standar lainnya untuk zat khasiat yang
dikandungnya. Dalam pustaka lain, obat generik (generic
name) adalah obat dengan nama umum tanpa melanggar hak
paten obat bersangkutan (Jas, 2007).
Kebijakan obat generik adalah salah satu kebijakan
untuk mengendalikan harga obat, di mana obat dipasarkan
dengan nama bahan aktifnya.
Agar upaya pemanfaatan obat generik ini dapat
mencapai tujuan yang diinginkan, maka kebijakan tersebut
mencakup komponen-komponen berikut :
1. Produksi obat generik dengan Cara Produksi Obat yang
Baik (CPOB). Produksi dilakukan oleh produsen yang
memenuhi syarat CPOB dan disesuaikan dengan
kebutuhan akan obat generik dalam pelayanan
kesehatan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


7

2. Pengendalian mutu obat generik secara ketat.


3. Distribusi dan penyediaan obat generik di unit-unit
pelayanan kesehatan.
4. Peresapan berdasarkan atas nama generik, bukan nama
dagang.
5. Penggantian (substitusi) dengan obat generik diusulkan
diberlakukan di unit-unit pelayanan kesehatan.
6. Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi
dokter dan masyarakat luas secara berkesinambungan.
7. Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat generik secara
berkala
(Informatorium Obat Nasional Indonesia, 2000).
2.2 Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara cetak,


dalam tabung bentuk pipih atau sirkuler, kedua permukaannya
atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa
zat tambahan (Anonim,1979).
Dengan kemajuan di bidang teknologi dan peningkatan
pengetahuan serta adanya tuntutan untuk terus mengembangkan
bentuk sediaan, tablet terus dikembangkan dari tablet standar menjadi
berbagai jenis tablet yang lain yang menawarkan berbagai
keunggulan dan keuntungan termasuk dalam hal peningkatan
bioavailabilitas, format dosis tablet yang lebih efisien, serta kenyamanan
dalam penggunaan (Saifullah, 2007).
Sediaan obat dalam bentuk tablet mempunyai keuntungan
dibanding sediaan lain (Banker dan Anderson, 1986), yaitu:
a. Bentuk sediaan dengan ketepatan ukuran dan variabilitas
kandungan yang paling rendah.
b. Ongkos pembuatan paling murah dan mudah diproduksi
secara besar besaran.
c. Bentuk sediaan yang paling ringan dan kompak sehingga
mudah dikemas dan mudah dibawa kemana mana.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


8

d. Tablet paling mudah ditelan.


e. Memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas
mikrobiologi yang baik.
Selain berbagai keuntungan, tablet juga memiliki berbagai
kelemahan, diantaranya (Saifullah, 2007) :
a. Bahan aktif dengan dosis yang besar dan tidak kompresibel
sulit dibuat tablet karena tablet yang dihasilkan akan besar
sehingga tidak acceptable
b. Terdapat kendala dalam memformulasi zat aktif yang sulit
terbasahi dan tidak larut, serta disolusinya rendah
c. Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah dan
pasien lanjut usia
d. Pasien yang menjalani radioterapi tidak dapat menelan
tablet.
Pada umumuya sediaan tablet mengalami suatu rangkaian
proses untuk mendukung onset kerjanya. Proses tersebut meliputi :
1. Disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat dari zat
pembawa.
Setelah tablet diminum, tablet akan mengalami proses
disintegrasi di dalam lambung menjadi granul-granul kecil
yang terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan. Granul-granul
akan pecah, dan zat aktif akan terlepas dari bahan tambahan
yang kemudian akan terlarut pada larutan cerna. Bahan
tambahan yang digunakan pada formulasi tablet sangat
mempengaruhi kinetika pelarutan obat.
Contoh bahan tambahan yang digunakan dalam sediaan
tablet adalah :
i. Bahan pengisi yakni ditambahkan untuk mendapatkan
berat yang diinginkan, bahan tambahan harus
bersifat inert.
ii. Bahan pengikat yakni digunakan untuk mengikat
komponen-komponen tablet untuk dijadikan garanul

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


9

dengan ukuran yang sama dan bentuk speris setelah


dipaksakan melewati ayakan.
iii. Bahan pengembang yakni digunakan untuk memecah
tablet menjadi partikel kecil sehingga luas permukaan
akan bertambah besar.
iv. Bahan pelicin yakni digunakan untuk
meningkatkan daya alir granul-granul pada corong
pengisi mencegah melekatnya massa pada punch dan
die, mengurangi gesekan antara butir-butir granul dan
mempermudah pengeluaran tablet dari die.
(Soekemi, 1987)
2. Pelarutan obat dalam media.
Obat akan dapat diabsorpsi bila dalam bentuk terlarut
dalam media saluran cerna. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelarutan obat adalah derajat kehalusan obat dan bentuk kristal
zat aktif. Semakin kecil ukuran partikel obat maka semakin
luas permukaan yang dimiliki untuk berinterakski dengan
media saluran cerna. Dengan demikian, akan mempercepat
proses pelarutan obat.
Zat aktif yang berbentuk amorf lebih baik diabsorpsi
daripada yang berbentuk kristal karena senyawa obat yang
berbentuk amorf memiliki sifat lebih mudah larut
dibandingkan bentuk kristal.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


10

2.3 Monografi Simvastatin

2.3.1 Sifat Fisikokimia

Rumus Bangun

Gambar 2.1 Struktur Simvastatin (WikiBooks, 2008)

Rumus molekul : C25H38O


Sinonim : butanoic acid, 2,2-dimethyl-,1,2,3,7,8,8a-
hexahydro-3,7dimethyl-8-[2-(tetrahydro-4-
hydroxy-6-oxo-2H-pyran-2yl)-ethyl]-1-
naphthalenylester,
Berat Molekul : 418,57
Pemeriaan : serbuk kristal berwaran putih sampai abu-abu,
tidak higroskopis.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan sangat larut
dalam kloroform, metanol dan etanol.
2.3.2 Mekanisme Kerja

Simvastatin merupakan senyawa yang diisolasi dari jamur


Penicillium citrinum, senyawa ini memiliki struktur yang mirip dengan
HMG-CoA reduktase. Simvastatin bekerja dengan cara menghambat
HMG-CoA reduktase secara kompetitif pada proses sintesis kolesterol
di hati. Simvastatin akan menghambat HMG-CoA reduktase mengubah
asetil-CoA menjadi asam mevalonat (Witztum, 1996). Simvastatin jelas

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


11

menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek


tersebut meningkatkan kecepatan ekstraksi LDL oleh hati, sehingga
mengurangi simpanan LDL plasma (Katzung, 2002).
Simvastatin merupakan prodrug dalam bentuk lakton yang
harus dihidrolisis terlebih dulu menjadi bentuk aktifnya yaitu asam β-
hidroksi di hati, lebih dari 95% hasil hidrolisisnya akan berikatan dengan
protein plasma. Konsentrasi obat bebas di dalam sirkulasi sistemik
sangat rendah yaitu kurang dari 5%, dan memiliki waktu paruh 2 jam.
Sebagian besar obat akan dieksresi melalui hati.
Dosis awal pemberian obat adalah sebesar 5-10 mg/hari, dengan
dosis maksimal 40 mg/hari. Pemberian obat dilakukan pada malam hari
(Witztum, 1996).
2.3.3 Efek Samping
Efek samping dari pemakian Simvastatin adalah konstipasi, nausea,
flatulen, diare, dispepsia, sakit perut, fatigue, nyeri dada dan angina,
sstenia, miopathy, ruam kulit, rhabdomyolisis, hepatitis, angioneurotik
edema terisolasi. Insiden terjadinya miopati cukup rendah (<1%). Akan
tetapi, pada pada pasien dengan risiko tinggi terhadap gangguan otot,
pemberian Simvastatin harus diperhatikan (Suyatna, 1995).

2.4 Parameter Analisis Tablet


Pemeriksaan kualitas tablet meliputi keseragaman bobot,
kekerasan kerapuhan daya serap dan waktu hancur.

2.4.1 Keragaman Bobot Tablet


Tablet tidak bersalut harus memenuhi memenuhi syarat
keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet,
hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang masing- masing bobotnya menyimpang
dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A
dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20
tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


12

kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih
besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B (Anonim, 1973).
Tabel 2.1 Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet (Anonim, 1995)

2.4.2 Kekerasan Tablet


Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,
kikisan dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan dan
pengangkutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan ini dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan, semakin besar tekanan yang
diberikan saat pentabletan maka akan meningkatkan kekerasan tablet.
Kekerasan tablet yang baik mempunyai kekerasan atara 4 - 8 kg (Parrott,
1971).

2.4.3 Kerapuhan Tablet


Kerapuhan tablet merupakan ketahanan tablet dalam melawan
tekanan mekanik terutama goncangan dan pengikisan. Kerapuhan
dinyatakan dalam persentase bobot yang hilang selama uji kerapuhan.
Tablet yang baik mempunyai nilai kerapuhan tidak lebih dari 1% (Parrott,
1971). Kerapuhan tablet dapat dihitung dengan rumus % kerapuhan

Keterangan :
f : Friabilitas
a : berat tablet awal
b : berat tablet akhir

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


13

2.4.4 Waktu Hancur Tablet


Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan untuk
hancurnya tablet dalam waktu yang sesuai sehingga tidak ada bagian
yang tertinggal diatas kasa. Waktu hancur dipengaruhi oleh sifat fisik granul
dengan kekerasan (Banker dan Anderson, 1994). Waktu yang diperlukan
untuk hancurnya tablet untuk medium yang sesuai kecuali dinyatakan lain
tidak lebih dari 15 menit (Anonim, 1995).

2.4.5 Keseragaman Sediaan Tablet


Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua
metode, yairu keragaman bobot atau keragaman kandungan. Persyaratan
keragaman bobot dapat diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif
berkisar 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih dari bobot
satuan sediaan.
Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah lebih kecil,
ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan. Untuk penetapan
sediaan dipih tidak kurang dari 30 satuan (Ditjen POM, 1995)
Persyaratan keseragaman sediaan dipenuhi, jika jumlah zat aktif 10
satuan sediaan yang ditetapkan dari cara keragaman bobot atay dalam
keseragaman kandungan terletak antara kisaran yang telah ditetapkan pada
literatur dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif . Jika
kondisi tidak dipenuhi pada uji 10 satuan, makan uji 20 satuan tambahan
dilakukan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 satuan
terletak di luar rentang 75% hingga 125% dari yang tertera pada etiket dan
simpangan baku relatig 7,8%

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


14

2.4.6 Disolusi
Disolusi atau pelarutan didefinisikan sebagai proses melarutnya
suatu obat dari sediaan padat dalam medium tertentu (Wagner, 1971).

Gambar 2.2 Disolusi Obat dari Suatu Padatan Matriks


(Martin, et al, 1993)

Selain itu disolusi juga dikatakan sebagai hilangnya kohesi suatu


padatan karena aksi dari cairan yang menghasilkan suatu dispersi
homogen bentuk ion (dispersi molekuler) sedangkan kecepatan
pelarutan atau laju pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat kimia atau
senyawa obat ke dalam medium tertentu dari suatu padatan (Martin et. al,,
1993; Wagner, 1971). Proses disolusi obat dari suatu matrik ditunjukkan
pada Gambar 2.2. Secara keseluruhan kecepatan disolusi dapat
digambarkan oleh persamaan Noyes-Whitney :
dM/dt = (D S / h) (Cs - Cb) ................................................... (2.1)
Keterangan :
dM/dt : Laju pelarutan obat pada waktu t
M : Jumlah massa terlarut (mg atau mmol) terhadap t waktu
(detik)
D : Koefiesien laju disolusi (cm2/s)
S : Luas permukaan partikel (cm2)
h : Ketebalan dari lapisan film cair (stagment layer) yang
terbentuk
Cs : Konsentrasi obat (sama dengan kelarutan obat) dalam
stagment layer)
Cb : Konsentrasi obat dalam bagian terbesar pelarut

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


15

yang mirip dengan hukum difusi Fick (Shargel, et al,


2 005). Hukum difusi Fick secara matematik dinyatakan sebagai
berikut:
dM/dt = DSCs / h .................................................................. (2.2)
Persamaan Noyes-Whitney memperlihatkan bahwa
pelarutan dalam labu dapat dipengaruhi oleh sifat fisikokimia obat,
formulasi dan pelarut. Obat dalam tubuh, terutama dalam saluran cerna
dianggap mealrut dalam suatu lingkungan “aqueous”. Penetrasi obat
melintasi dinding usus dipangaruhi oleh kemampuan obat berdifusi (D)
dan partisi antar membran lipid. Suatu koefisien partisi yang
mendukung (Kminyak/air) akan memindahkan absorpsi obat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi disolusi obat dari suatu bentuk sediaan
oral padat meliputi (Shargel, Wu-Pong & Yu, 2005):
(1) Sifat fisika dan Kimia bahan obat aktif
Sifat-sifat fisikokimia obat yang mempengaruhi laju
disolusi meliputi : kelarutan zat aktif, bentuk kristal,
kompleksasi serta ukuran partikel. Sifat fisikokimia lain
seperti kekentalan dapat menimbulkan masalah disolusi.
(2) Sifat bahan tambahan
Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan,
bahan tambahan dan cara pengolahan. Pengaruh bentuk
sediaan terhadap laju disolusi tergantung kecepatan
pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya.
Penggunaan bahan tambahan sebagai bahan pengisi,
pengikat, penghancur dan pelicin dalam proses formulasi
dapat menghambat atau mempercepat laju disolusi
tergantung bahan tambahan yang digunakan. Cara
pengolahan bahan baku, bahan tambahan dan prosedur
yang dilakukan dalam formulasi sediaan padat peroral juga
berpengaruh terhadap laju disolusi. Waktu pengadukan
lama pada granulasi basah dapat menghasilkan granul-
granul besar, keras dan padat sehingga pada proses

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


16

pencetakan dihasilkan tablet dengan waktu hancur dan


disolusi yang lama. Faktor formulasi yang mempengaruhi
laju disolusi diantaranya : kecepatan disintegrasi, interaksi
obat dengan eksipien (bahan tambahan) dan kekerasan.
(3) Metode fabrikasi
Dari studi biofarmasetik memberi fakta yang kuat
bahwa metode fabrikasi dan formulasi dengan nyata
mempengaruhi kualitas dan bioavailabilitas obat tersebut.
Sifat ruah (curah) serbuk farmasetis termasuk ukuran
partikel, kerapatan, aliran, wettability, dan luas permukaan.
Beberapa sifat tersebut penting dari pandangan proses
pabrikasi (manufaktur), misalnya kerapatan dan aliran,
sedangkan sifat lainnya dapat berpengaruh kuat pada laju
disolusi produk obat (ukuran partikel, wettability, dan luas
permukaan).
USP-NF (United States Pharmacopeia) mengatur standar
untuk uji disolusi dan pelepasan. Kecepatan disolusi obat
merupakan tahap sebelum obat berada dalam darah. Apabila suatu
sediaan padat berada dalam saluran cerna, bahan berkhasiat harus
terlarut, sesudah itu barulah obat tersebut dapat melewati
membran saluran cerna. Obat yang larut baik dalam air akan
melarut cepat dan berdifusi secara pasif. Sebaliknya, obat yang
kelarutannya kecil kecepatan disolusi tidak larut atau disintegrasi
sediaan relatif karena pengaruhnya kecil terhadap disolusi zat
aktif (Syukri, 2002).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


17

Dari jenis alat, ada dua tipe alat uji disolusi sesuai dengan
yang tertera dalam masing-masing monografi:
a) Alat 1 (Tipe Keranjang).
Alat terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca,
suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan wadah
disolusi (keranjang) berbentuk silinder dengan dasar setengah
bola, tinggi 160 mm−175 mm, diameter 98 mm−106 mm dan
kapasitas nominal 1000 ml. Batang logam berada pada posisi
sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada
setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan
halus dan tanpa goyangan. Sebuah tablet diletakkan dalam
keranjang saringan kawat kecil yang diikatkan pada bagian
bawah batang logam yang digerakkan oleh motor yang
kecepatannya dapat diatur. Wadah dicelupkan sebagian di
dalam suatu tangas air yang sesuai sehingga dapat
mempertahankan suhu dalam wadah pada ± C selama
pengujian dan menjaga agar gerakan air halus dan tetap. Pada
bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah
penguapan digunakan suatu penutup yang pas.
b) Alat 2 (Tipe Dayung).
Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini
digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang logam
sebagai pengaduk. Daun melewati diameter batang sehingga
dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi
dengan jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dasar
wadah yang dipertahankan selama pengujian berlangsung.
Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah
sebelum dayung mulai berputar. Gulungan kawat berbentuk
spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya
sediaan (Ditjen POM, 1995).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


18

2.5 Spektrofotometer UV-Visible


2.5.1 Teori Spektrofotometri
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang
dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh
sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup
untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang
lebih tinggi.
Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit
informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi
spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.
Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).
Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400
nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-800
nm (Dachriyanus, 2004).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri ultraviolet yaitu:
1. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Panjang gelombang yang digunakn untuk analisis
kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi absorbansi
maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang serapan
maksimum dapat diperoleh dengan membuat kurva hubungan
antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan
baku dengan konsentrasi tertentu. Ada beberapa alasan mengapa
harus menggunakan panjang gelombang maksimum, yaitu :
a. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannnya juga
maksimal karena pada panjang gelombang maksimal
tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


19

b. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva


absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lamber-
Beer akan terpenuhi
c. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang
disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang
akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang
maksimal.
2. Pembuatan kurva kalibrasi
Dilakukan dengan membuat seri larutan baku dalam
berbagai konsentrasi kemudian asorbansi tiap konsentrasi di ukur
lalu dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi
dengan konsentrasi. Kurva kalibrasi yang lurus menandakan
bahwa kriteria regresi linier terpenuhi.
3. Pembacaan absorbansi sampel
Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya
antara 0,2 sampai 0,8. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa
kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5 %. Hal ini
disebabkan karena pada kisaran nilai absorbansi tersebut
kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal.
(Rohman dan Sudjaji, 2007)

2.5.2 Komponen Spektrofotometri UV-Visible


Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimum, setiap
komponen dari instrumen yang dipakai harus berfungsi dengan baik.
Komponen-komponen spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar,
monokromator, dan sistem optik.
a. Sebagai sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen
untuk pengukuran UV dan lampu tungsten digunakan untuk
daerah visibel.
b. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke
dalam komponen-komponen panjang gelombangnya yang
selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit). Monokromator
berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


20

dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati


spektrum.
c. Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar
sehingga sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagai
mana dalam spektrofotometer berkas ganda (double beam),
suatu larutan blanko dapat digunakan dalam satu
kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum
sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam
spektrofotometri adalah semua pelarut yang digunakan untuk
melarutkan sampel atau pereaksi (Rohman, 2007).

2.5.3 Analisa Kualitatif


Spektrofotometer UV-Vis digunakan terutama untuk
analisa kuantitatif, tetapi dapat juga digunakan untuik analisa
kualitatif. Untuk analisis kualitatif yang diamati adalah (Hardjono,
1985) :
a. Membandingkan λ (panjang gelombang) maksimum
b. Membandingkan serapan ( A ) , daya serap ( a )
c. Membandingkan bentuk spektrum serapannya.

2.5.4 Analisis Kuantitatif


Analisis kuantitatif spektrofotometri dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu:
1. Metode Regresi
Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu
dengan menggunakan persamaan garis regresi yang
didasarkan pada harga serapan dan larutan standar yang
dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit
menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang
dapat memberikan serapan linier, kemudian di plot
menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


21

kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung


berdasarkan kurva tersebut.
2. Metode Pendekatan
Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan
membandingkan serapan standar yang konsentrasinya
diketahui dengan serapan sampel.
Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus
perbandingan
C = As. Cb/ Ab
Keterangan:
As = Serapan sampel
Ab = Serapan standar
Cb = Konsentrasi standar
C = Konsentrasi sampel
(Holme, 1983).

2.5.5 Hukum Lambert-Beer


Hukum Lambert-Beer (Beer’s law) adalah hubungan linearitas
antara absorban dengan konsentrasi larutan analit (Dachriyanus, 2004).
Menurut hukum Lambert, serapan (A) berbanding lurus dengan
ketebalan lapisan (b) yang disinari :
A= k. b
Dengan bertambahnya ketebalan lapisan, serapan akan bertambah.
Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatis
dan larutan yang sangat encer, serapan (A) dan konsentrasi (c) adalah
proporsional:
A= k. c
Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas
sinar akan bertambah, sehingga serapan juga bertambah.
Kedua persamaan ini digabungkan dalam hukum Lambert-Beer,
maka diperoleh bahwa serapan berbanding lurus dengan konsentrasi dan
ketebalan lapisan:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


22

A= k . c. B

Umumnya digunakan dua satuan c (konsenterasi zat yang


menyerap) yang berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai
tetapan (K ) dalam hukum Lambert-Beer tergantung pada sistem
konsentrasi mana yang digunakan. Bila c dalam gram perliter, tetapan
tersebut disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol per liter
tetapan tersebut adalah absorbtivitas molar (∈ ). Jadi dalam sistem yang
direkombinasikan, Hukum Lambert-Beer dapat mempunyai dua bentuk:
A= a. b. c g/liter atau A= ∈. b. c mol/liter .............................................. (2.3)
Keterangan : A = Serapan (tanpa dimensi)
a = absorptivitas (g-1 cm-1)
b = ketebalan sel (cm)
C = konsentrasi (g.I-1)
∈ = absorptivitas (M-1 cm-1)
Penandaan lain untuk a adalah ekstingsi spesifik, koefisien
ekstingsi, dan absorbsi spesifik, sedangkan ∈ adalah koefisien ekstingsi
molar (Day and Underwood, 1999).
Jadi, dengan Hukum Lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari
ketebalan sel serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan
spesifik untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut
tertentu.
Menurut Roth dan Blaschke (1981), absorptivitas spesifik juga
sering digunakan sebagai ganti absorptivitas. Harga ini memberikan
serapan larutan 1% (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga diperoleh
persamaan :
A = A| . b. C .............................................................................. (2.4)
Keterangan : A| = absorptivitas spesifik (ml g-1 cm-1)
b = ketebalan sel (cm)
C = konsentrasi senyawa terlarut (g/100 mL
larutan)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 3
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Labolatorium Formulasi Sediaan Padat
dan Labolatorium Penelitian II Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu yang
diperlukan untuk penelitian ini terhitung sejak bulan April 2016 hingga
Mei 2016.

3.2 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
seperangkat alat disolusi (Erweka), termometer (Erweka), pH-meter
(Horiba), timbangan analitik (Kern), magnetic stirer (Nouvo stirer),
micropipet (Bio Rad), spuit injeksi 10 mL (Terumo), syringe filter
(Sartorius), seperangkat alat Spektrofotometer UV-Visible (Hitachi),
Hardness tester (Erweka), dan alat-alat gelas skala labolatorium.

3.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Baku
standar simvastatin (PT. Kimia Farma), tablet simvastatin e-catalogue
BPJS yaitu tablet Simvastatin generik A dan simvastatin generik B, serta
dua merk tablet Simvastatin non e-catalogue BPJS yaitu merek X dan
merek Y, serta aquades, Sodium dihidrogen fosfat (Merck), sodium
hidroksida (Merck), Sodium lauril sulfat (Merck) dan metanol (Merck).

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Pemilihan Sampel
Sampel obat yang diteliti adalah tablet standar simvastatin yang
beredar di masyarakat sesuai dengan e-catalog BPJS. Kriteria pemilihan
sampel berdasarkan tahun kedalwarsa yang sama dan berasal dari apotek
yang sama. Dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

23
24

Purposive Sampling. Dari setiap subpopulasi dipilih merek yang paling


sering digunakan dan diresepkan (Sugiyono, 2007), kemudian diambil
sebanyak 25% dari masing-masing subpopulasi (Balai POM, 2014)..

3.4.2 Parameter Evaluasi Tablet


3.4.2.1 Kekerasan Tablet
Diambil sampel obat yang akan diteliti masing-masing
tablet sebanyak 10 tablet kemudian diuji kekerasannya
menggunakan alat Hardness tester (Ditjen POM, 1995).

3.4.2.2 Uji Waktu Hancur


Diambil sampel obat yang akan diteliti masing-masing
tablet sebanyak 6 tablet kemudian diuji waktu hancurnya
menggunakan alat Disintegrasi Tester. Uji waktu hancur dilakukan
dengan menghitung waktu hancur masing-masing 6 tablet dari
masing-masing sampel dalam medium aquades sebanyak 900 mL
dengan suhu ± 370 C selama 15 menit (Ditjen POM, 1995).

3.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Simvastatin


Penentuan panjang gelombang maksimum simvastatin dilakukan
dengan menggunakan membuat larutan induk 1000 μg/ml Simvastatin
dengan melarutkan 100 mg sampel simvastatin dalam pelarut metanol
sampai tanda batas labu ukur 100 mL (Asha Jyothi, dkk, 2013). Larutan
ini selanjutnya disebut sebagai larutan induk.
Kemudian dari larutan induk ini, dibuat larutan 100 ppm dengan
mengambil 10 mL dan diencerkan dengan pelarut metanol hingga 100 mL.
Dari larutan 100 ppm lalu dibuat larutan 10 ppm dengan mengambil 1
mL diencerkan dengan pelarut metanol hingga 10 mL.
Larutan diamati absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 400-200 nm dan ditentukan panjang
gelombang maksimumnya (Rupinder Kaur, dkk, 2013, telah diolah
kembali).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


25

3.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi


Dari larutan induk 1000 µg/mL yang telah dibuat pada metode
kerja sebelumnya pada poin 3.4.3 kemudian dibuat larutan simvastatin 100
µg/mL dengan memipet 1 mL dari larutan induk lalu diencerkan dalam
labu ukur 10 mL dan ditambahkan dengan metanol hingga tanda batas.
(Asha Jyothi, dkk, 2013),
Kurva kalibrasi dibuat dengan larutan simvastatin dengan seri
konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 µg/ml yang dibuat dari larutan
simvastatin 100 µg/mL kemudian diencerkan dengan metanol, yakni dari
larutan induk 100 µg/mL simvastatin dipipet 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 ; 1,2
ml dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml lalu
dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda sehingga diperoleh
konsentrasi 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10 dan 12 µg/mL.
Masing-masing larutan diukur serapannya dengan
spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang 238,5 nm,
kemudian dibuat kurva regresi linear antara kadar simvastatin dan
serapannya sehingga diperoleh persamaan regresi linear y = a + bx
(Mariyam, R, 2011, telah dioleh kembali).

3.4.5 Penetapan Kadar Tablet Simvastatin


Uji penetapan kadar tablet Simvastatin dilakukan menggunakan
alat Spektrofotometer UV-Visible dengan pelarut metanol.
Ditimbang 20 tablet Simvastatin dari masing-masing keempat
sampel dan hitung berat rata-ratanya. Tablet diserbukkan, ditimbang
setara lebih kurang 100 mg simvastatin kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 ml dan ditambahkan dengan 100 mL pelarut metanol lalu
kocok hingga terlarut. Kemudian larutan tersebut disaring sehingga
diperoleh larutan simvastatin dengan konsentrasi 1000 µg/ml. Masing-
masing larutan disaring dengan membran filter 0,45 µm. Dari filtrat
hasil penyaringan diambil 1 mL, kemudian diencerkan dengan metanol
hingga 100 mL. Larutan ini mengandung kurang lebih 10 µg/ml

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


26

Simvastatin (± 10 ppm). Serapan larutan diukur dengan Spektrofotometer


UV-Visible dengan panjang gelombang 238,5 nm (K. Naga Raju, 2012).
Kemudian hasil serapan dihitung kadarnya dengan
menggunakan persamaan regresi linear yang telah didapatkan pada
pembuatan kurva kalibrasi. Tiap simvastatin tablet mengandung tidak
kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari Jumlah
Simvastatin anhidrat yang tertera pada etiket (USP XXXII, NF 27, 2010)

3.4.6 Keseragaman Kandungan


Sebanyak 10 tablet Simvastatin ditetapkan kadarnya satu per satu
dengan menggunakan prosedur penetapan kadar.
Persyaratan keseragaman sediaan dipenuhi, jika jumlah zat aktif
10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keragaman bobot
atau dalam keseragaman kandungan terletak antara 85,0 % hingga 115,0
% yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau
sama dengan 6% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, uji 20 satuan
tambahan dilakukan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan
dari 30 terletak di luar rentang 75% hingga 125% dari yang tertera pada
etiket dan simpangan baku relatif dari 7,8% (Ditjen POM, 1995).

3.4.7 Uji Laju Disolusi Tablet Simvastatin


Uji disolusi tablet Simvastatin dilakukan sesuai cara yang
tercantum dalam The United States of Pharmacopeia XXXII (USP
XXXII) berdasarkan uji 1, karena di dalam Farmakope Indonesia edisi IV
belum tercantum prosedur uji disolusi tablet Simvastatin. Uji Disolusi tes
1 dilakukan menggunaan alat uji disolusi tipe 2 (tipe dayung) pada suhu
370 ± 0,50 C dengan kecepatan 50 rpm selama 60 menit. Uji disolusi
dilakukan pada medium 900 mL larutan buffer fosfat pH 7,0.
Medium yang digunakan yaitu larutan Buffer dengan pH 7,0
yang telah disiapkan dengan 8,28 gram sodium dihydrogen fosfat dan
ditambahkan 0,5 % w/v atau sekitar 30 gram natrium lauril sulfat dalam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


27

6000 ml aquades dan pH diatur sampai 7,0 dengan 10% w/v NaOH (USP
XXXII, NF 27, 2010)
Proses pengambilan cuplikan sampel dilakukan pada menit ke 5,
10, 15, 30, 45, dan 60 sebanyak 10 ml dengan menggunakan spuit yang
telah dikalibrasi sebelumnya. Setelah pencuplikan sampel dilakukan
penggantian medium disolusi, yaitu degnan menambahkan 10 mL
medium disolusi ke dalam wadah disolusi. Sampel yang telah dicuplik
disaring dengan memasang membran filter berukuran 0,45 µm ke
spuit, sebanyak ±1 ml sampel awal dibuang dan sisanya ditampung di
dalam tabung reaksi yang bersih (Sakina, 2013).
Masing-masing cuplikan kemudian diukur serapannya dengan
Spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang 238,8 nm.

3.4.8 Analisis Statistik


Pengolahan data dilakukan secara statistik dengan menggunakan
metode komparatif one way ANOVA dengan program SPSS 16. Analisis
statistik dilakukan terhadap data presentase kadar simvastatin yang
terdisolusi tiap waktu dari keempat sampel obat. Sebelum dilakukan uji
komparatif one way ANOVA, data presentase kadar simvastatin yang
terdisolusi tiap waktu dari keempat sampel obat dilakukan uji normalitas
distribusi dengan uji Saphiro Wilk dan uji hohogenitas data antar
kelompok dengan metode Levene’s Test. Data dikatakan terdistribusi
normal dan hohmogen jika nilai sig > 0,05. Uji komparatif one way
ANOVA dilakukan pada derajat kepercayaan 0,95 (p= 0,05). Dalam hal
rancangan ini dapat diuji data presentase kadar simvastatin yang
terdisolusi tiap antar sampel terdapat perbedaan bermakna bila dapat
diketahui dengan melihat signifikansi (p). Bila nilai p yang dihasilkan
<0,05, maka terdapat perbedaan yang bermakna antar data presentase
kadar simvastatin yang terdisolusi tiap waktu antar keempat sampel
obat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengambilan Sampel


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sediaan
simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Teknis
Pengertian Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Sampel digunakan untuk penelitian kualitatif atau
penelitian yang tidak melakukan generalisasi (Sugiyono, 2007). Dari setiap
subpopulasi dipilih merek yang paling sering digunakan dan diresepkan,
informasi ini didapatkan dengan melakukan survei di 20 Apotek yang ada di
Jakarta Timur. Sampel yang diperoleh dari beberapa apotek dikarenakan
ketersediaan jenis merek di setiap apotek dengan mengambil sebanyak 25%
dari masing-masing subpopulasi (Balai POM, 2014). Dari tablet e-catalogue
BPJS terdapat 5 merek, sehingga 25% dari subpopulasi tablet e-catalogue
diambil 2 merek, sementara untuk tablet non e-catalogue BPJS terdapat 8
merek, sehingga 25% dari subpopulasi tablet non e-catalogue BPJS diambil
2 merek.
Pada uji ini memilih simvastatin tablet generik A serta tablet generik
B sebagai tablet e-catalogue dan merek X serta merek Y sebagai obat non e-
catalogue BPJS yang masing-masing terkandung zat aktif simvastatin 10
mg tiap tabletnya. Kriteria pemilihan sampel berdasarkan tempat
pembelian dan tahun kedalwarsa yang sama, yaitu dari apotek Gadi
Lamba di Jakarta Timur dan memiliki tahun kedaluarsa yang sama yaitu
tahun 2018. Tempat dan tahun kedaluarsa yang sama dipilih untuk
meminimalkan faktor kesalahan luar, seperti kondisi dan penyimpanan
obat diharapkan setara karena berasal dari tempat penyimpanan yang
sama meskipun dari pabrik yang berbeda.

28
29

4.2 Evaluasi Fisik Tablet


4.2.1 Kekerasan Tablet
Uji kekerasan tablet bertujuan untuk memperoleh gambaran
tetang ketahanan tablet melawan tekanan mekanik (guncangan),
tekanan pada saat pengemasan, distribusi, dan penyimpanan.
Dilakukan pengujian terhadap 10 tablet dari masing-masing sampel
(Ditjen POM, 1995). Alat yang digunakan pada pengujian ini
adalah Hardness tester (ERWEKA) dengan unit kP (kilopound).
Dan didapatkan hasil pada Tabel 4.1 yang telah di konversikan
menjadi satuan kg dan data hasil uji kekerasan tablet terdapat pada
Lampiran 4.
Tabel 4.1 Hasil Uji Kekerasan Tablet (Hardness Tester)

Kekerasan (kg)
e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS
Tablet
Generik A Generik B Merek X Merek Y
Rata-
6,18 ± 7,641 11,55 ± 9,606 8,01 ± 5,065 11,05 ± 13,71
rata

Hasil yang didapatkan ialah dari masing-masing 10 tablet


yang berasal dari empat merek obat memiliki variasi kekerasan
yang berbeda-beda. Kekerasan adalah parameter yang
menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan
mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet
selama pengemasan, pendistribusian dan pemakaian. Kekerasan ini
dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi
dan sifat bahan yang dikempa. Semakin besar tekanan yang
diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet
(Parrot, 1971). Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu
hancur yang lama atau lebih sukar hancur dan disolusi yang rendah,
namun tidak selamanya demikian.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


30

Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai


kekerasan antara 4 - 8 kg (Parrot, 1971). Namun hal ini tidak
mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih
tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat
diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang
diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki
kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat
pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10
kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu
hancur (disintegrasi) dan disolusi yang dipersyaratkan (Rhoihana,
2008).

4.2.2 Waktu Hancur


Uji waktu hancur dilakukan bertujuan untuk mengetetahui
waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet menjadi partikel-
partikel penyusunnya bila kontak dengan cairan. Waktu hancur
tablet juga menggambarkan cepat lambatnya tablet hancur dalam
cairan pencernaan. Dilakukan pengujian terhadap masing-masing
enam tablet dari masing-masing sampel, pada medium akuades
suhu ± 370 C (Ditjen POM, 1995). Hasil yang diperoleh tertera pada
tabel 4.2 dan data hasil uji waktu hancur terdapat pada Lampiran 5.
Tabel 4.2 Hasil Uji Waktu Hancur (Disintegration Tester)
Waktu (Detik)
e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS

Tablet
Generik A Generik B Merek X Merek Y

Rerata 47,17 ± 8,99 322,50 ± 10,67 55,17 ± 2,64 60,33 ± 2,73

Berdasarkan hasil yang diperoleh semua tablet telah


memenuhi syarat uji waktu hancur karena masing-masing 6 tablet
dari keempat merek yang diuji waktu hancurnya kurang dari 15
menit sehinnga dianggap telah memenuhi persyaratan waktu hancur

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


31

tablet. Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah


tablet untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang
mampu melewati ayakan No.10 yang terdapat di bagian bawah
alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester
(ERWEKA), yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube
plastik yang terbuka di bagian atas, sementara di bagian bawah
dilapisi dengan ayakan/screen No. 10 mesh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu
sediaan tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas
tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan pada waktu
pembuatan tablet menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan
kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan
menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga
memperpanjang waktu hancur tablet. Tablet simvastatin e-catalogue
BPJS dan non e-catalogue BPJS yang telah diuji dalam penelitian
ini telah memenuhi persyaratan untuk waktu hancur tablet,
sedangkan untuk uji kekerasan terdapat beberapa tablet yang
melebihi rentang persyaratan yang telah ditetapkan. Tablet yang
tidak memenuhi persyaratan uji kekerasan masih dapat diterima
apabila tablet tersebut memenuhi persyaratan uji waktu hancur dan
uji disolusi (Yos Banne, et. al,, 2013)

4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin


Penentuan panjang gelombang maksimum simvastatin dilakukan
dalam pelarut metanol. Pengukuran panjang gelombang dilakukan dengan
cara scanning pada panjang gelombang 200-400 nm. Di antara rentang
panjang gelombang tersebut dicari panjang gelombang dengan absorbansi
yang paling hinggi.
Dari hasil pemindaian dari spektrofotometer Uv-Vis diperoleh
panjang gelombang maksimum simvastatin yaitu 238,5 nm dalam metanol
dapat dilihat pada Lampiran 6 dan panjang gelombang 238,8 nm dalam
dapar fosfat dapat dilihat pada Lampiran 7.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


32

Simvastatin pada pelarut metanol memiliki panjang gelombang 238


nm menurut USP XXXII tahun 2010. Berdasarkan hasil pengukuran yang
diperoleh, panjang gelombang simvastatin mengalami pergeseran
batokromik, yaitu pergeseran panjang gelombang ke arah lebih besar.
Pergeseran panjang gelombang dapat terjadi karena adanya pengaruh dari
pelarut dan pH pelarut, di mana pelarut sering memberikan pengaruh
yang besar pada kualitas dan bentuk dari spektrum (Moffat, et. al, 2005)

4.4 Penentuan Kurva Kalibrasi


Kurva kalibrasi digunakan untuk penetapan kadar tablet simvastatin,
yang kadarnya dapat dihitung melalui persamaan regresi liner. Kurva
kalibrasi standar simvastatin dibuat menggunakan pelarut metanol yang
kemudian diencerkan kembali menggunakan pelarut aquades. Dari
pembuatan kurva kalibrasi simvastatin diperoleh persamaan regresi linier
y = a + bx dan koefisien korelasi (r), di mana y menggambarkan absorbansi
dan x menggambarkan konsentrasi. Persamaan regresi linier simvastatin
adalah y = 0,06x + 0,0036 sedangkan data kurva kalibrasi yang lebih
lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.1

0,8
y = 0,06x + 0,0036
0,7
R² = 0,9998
0,6 R = 0,9999
Absorbansi

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Metanol

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


33

Persamaan regresi linier tersebut kemudian digunakan untuk


menetapkan kadar simvastatin dalam sampel. Berdasarkan data
menunjukkan bahwa kurva kalibrasi simvastatin tersebut memiliki koefisien
korelasi (r) yang memenuhi syarat linearitas yaitu r ≥ 0,999 (Snyder,
Kirkland dan Glajch, 1997).
Pada kurva kalibrasi uji disolusi didapatkan persamaan regresi linier
y = 0,0555x + 0,0124 sedangkan data kurva kalibrasi yang lebih lengkap
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
1,2
y = 0.0555x + 0.0124
1 R² = 0.9994
R = 0,9997
0,8
Absorbansi

0,6

0,4

0,2

0
0 5 10 15 20
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0

Persamaan regresi linier tersebut kemudian digunakan untuk


menetapkan kadar simvastatin dalam pengujian disolusi tablet. Berdasarkan
data menunjukkan bahwa kurva kalibrasi simvastatin tersebut memiliki
koefisien korelasi (r) yang memenuhi syarat linearitas yaitu r ≥ 0,999
(Snyder, Kirkland dan Glajch, 1997).

4.5 Penetapan Kadar Tablet Simvastatin


Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui nilai kadar
zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang
tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-
masing monografi (Syamsumi, 2007)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


34

Penetapan kadar dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-


Visible (Hitachi) dalam pelarut metanol. Penetapan kadar simvastatin
dapat dilakukan dengan spektrofotometri karena memiliki gugus kromofor
yang berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan gugus auksokrom.
Penggunaan pelarut metanol karena simvastatin mudah larut dalam
metanol, selain itu juga didukung oleh literatur USP (United States
Pharmacopeia) XXXII tahun 2010 yang menggunakan metanol sebagai
pelarut untuk penetapan kadar simvastatin. Hasil penetapan kadar obat
tertera pada Tabel 4.3 dan data hasil uji penetapan kadar terdapat pada
Lampiran 12.
Tabel 4.3 Hasil Uji Penetapan Kadar Tablet Simvastatin
e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS

Tablet
Generik A Generik B Merek X Merek Y

95,06 87,23 96,90 95,40


Kadar (%)
94,23 88,56 95,90 94,06
Rerata (%) 94,65 87,90 96,40 94,73
SD (%) 0,589 0,942 0,707 0.942
RSD (%) 0,622 1,072 0,733 0,995

Berdasarkan hasil dari data yang tertera pada tabel terdapat satu
merek yakni generik B yang tidak memenuhi persyaratan yaitu kurang dari
rentang persyaratan untuk kadar simvastatin yang berkisar tidak kurang dari
90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah simvastatin anhidrat yang
tertera pada etiket (USP XXXII,NF 27, 2010). Sementara untuk ketiga
merek lain yakni generik A, merek X dan merek Y telah memenuhi
persyaratan.
Adapun kadar suatu obat dalam suatu sediaan farmasi
mempengaruhi efek terapi yang diharapkan. Namun kadar yang tidak
sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan pada suatu senyawa obat
tertentu juga dapat berefek buruk, baik ditunjukkan dengan tidak adanya
efek terapi yang diharapkan, sehingga bila terdapat kadar yang tidak

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


35

sesuai dengan persyaratan maka dapat mempengaruhi jumlah kumulatif


kadar terdisolusinya dan juga berdampak pada khasiat maupun
farmakokinetik obat tersebut.

4.6 Keseragaman Kandungan


Keseragaman sediaan merupakan salah satu uji yang
dipersyaratkan untuk suatu sediaan yang mengandung satu zat aktif dan
sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif. Keseragaman dapat
ditetapkan dengan salah satu dari dua metode yaitu keragaman bobot atau
keseragaman kandungan (Ditjen POM, 1995). Hal ini bertujuan untuk
memastikan bahwa kandungan zat aktif pada sampel obat seragam. Pada
penelitian ini, pengujian keseragaman sediaan yang dilakukan hanya
keseragaman kandungan karena zat aktif yang terkadung dalam sediaan
kurang dari 50 mg yaitu 10 mg. Sementara untuk keragaman bobot
dilakukan apabila produk obat mengandung zat aktif berkisar 50 mg
atau lebih (Ditjen POM, 1995).
Hasil uji keseragaman kandungan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan
data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14, 15, 16, dan 17.

Tabel 4.4 Hasil Uji Keseragaman Kandungan


Kandungan (%)
Simvastatin Non e-
Tablet Simvastatin e-catalogue BPJS
catalogue BPJS
Generik A Generik B Merek X Merek Y
Rerata (%) 93,31 91,78 101,75 94,38
SD (%) 4,276 3,463 2,280 2,512
RSD (%) 4,583 3,773 2,241 2,661

Berdasarkan hasil uji keseragaman kandungan yang dilakukan untuk


keempat merek obat, masing-masing tablet telah memenuhi persyaratan yang
dicantumkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995. Dari hasil
tersebut terdapat perbedaan kadar simvastatin dalam masing-masing tablet
yang diproduksi oleh pabrik yang berbeda disebabkan oleh proses
homogenitas yang kurang sempurna antara zat aktif dan bahan tambahannya.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


36

Berdasarkan hasil uji keseragaman kandungan untuk simvastatin persyaratan


dipenuhi jika mengandung simvastatin tidak kurang dari 85,0% dan tidak lebih
dari 115,0% dari kadar yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatifnya
kurang dari sama dengan 6,0%. Dengan demikian semua merek uji telah
memenuhi persyaratan keseragaman kandungan.

4.7 Uji Disolusi Tablet simvastatin


Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan profil disolusi tablet
simvastatin e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS sehingga dapat
diketahui apakah profil disolusi sediaan tersebut memiliki persamaan dan
telah sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh USP XXXII dan melalui profil
disolusi juga dapat diketahui mekanisme pelepasannya. Uji disolusi in vitro
merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui profil pelepasan obat yang
dapat menggambarkan profil farmakokinetika obat dalam tubuh (Lachman,
1994), di mana laju pelepasan obat dalam cairan saluran cerna merupakan
salah satu tahapan penentu (rate limiting step) absorpsi sistemik obat (Sutriyo,
et. al,, 2005)
Uji disolusi dilakukan berdasarkan metode yang ditetapkan USP XXXII
yaitu metode uji disolusi tes satu, yakni menggunakan alat disolusi tipe 2
(tipe dayung), sementara medium disolusi ialah cairan usus tiruan (dapar
fosfat di adjust NaOH hingga pH 7,0) sebanyak 900 mL beserta surfaktan
Natrium Lauril Sulfat yang bertujuan untuk membantu meningkatkan
kelarutan simvastatin dengan menurunkan tegangan permukaan zat aktif
sebab simvastatin termasuk dalam kategori BCS (Biopharmaceutical
Classification Systems) kelas II, yaitu zat yang memiliki tingkat kelarutan
rendah namun tingkat permeabilitas tinggi. Selain medium yang digunakan
menggambarkan fisiologis saluran cerna, sifat medium disolusi juga
merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam uji disolusi. Media
yang digunakan tergantung sifat zat aktif obat dan lokasi di dalam saluran
cerna di mana diperkirakan obat akan melarut.
Menurut literatur, semua obat golongan statin memiliki first pass
extraction pada hati dan hampir seluruh dosis yang diabsorbsi akan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


37

dieksresikan melalui empedu dan sisanya (5 - 20%) dieksresikan melalui urin


(Katzung, 2009). Ileum atau usus penyerapan adalah bagian akhir dari usus
kecil. Bagian ini memanjang dari jejunum, bagian tengah dari usus kecil, ke
pangkal usus besar. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa). Ileum melakukan beberapa fungsi penting yaitu menyerap kembali
garam empedu dan membantu mempertahankan tingkat garam empedu bagi
pencernaan dan penyerapan lemak di usus kecil (Haris, 1995). Empedu
berperan penting dalam pelarutan simvastatin, karena struktur kimia empedu
memberikan dua fungsi berbeda yaitu salah satu ujung dari molekul empedu
menarik air dan ujung lainnya menolak air. Hal ini memberikan empedu
kemampuan untuk bertindak sebagai deterjen yang memecah lemak menjadi
molekul yang lebih kecil sehingga mudah dicerna oleh enzim lipase
(Champbell, 2004). Oleh sebab itu, penggunaan natrium lauril sulfat sebagai
detergen dapat digunakan untuk menggambarkan fisiologis saluran cerna.
Penggunaan natrium lauril sulfat juga merupakan rujukan oleh literatur USP
XXXII.
Uji disolusi dilakukan selama 60 menit pada suhu 37 ± 0,5 0C, dan
kecepatan pengadukan 50 rpm (USP XXXII, 2010). Pengambilan cuplikan
sampel dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, dan 60 sebanyak 10 mL dan
segera digantikan dengan medium disolusi baru yang sama sengan jumlah
pencuplikan untuk menjaga agar volume disolusi tetap. Kemudian sampel
diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dan dihitung
kadarnya dengan menggunakan persamaan regresi yang telah ditentukan
sebelumnya. Uji disolusi dilakukan menggunakan enam tablet pada masing-
masing sampel obat, kemudian didapatkan hasil profil disolusi berupa kurva
pelepasan obat, dapat di lihat pada Gambar 4.3.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


38

Gambar 4.3 Profil Disolusi Simvastatin Empat Merek Obat

Hasil presentase pelepasan kumulatif simvastatin dapat dilihat pada tabel


dibawah ini dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.

Tabel 4.5 Data Persentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin


Rata-rata kadar (%) simvastatin terdisolusi
e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS
Menit ke-
Generik A Generik B Merek X Merek Y
5 100,04 ± 5,32 22,55 ± 13,33 55,6 ± 5,19 57,36 ± 4,59
10 121,01 ± 3,78 72,50 ± 2,07 89,07 ± 2,89 90,12 ± 2,06
15 117,04 ± 4,94 88,58 ± 3,66 113,47 ± 2,90 101,42 ± 1,88
30 119,50 ± 5,06 102,66 ± 2,35 122,34 ± 2,73 116,88 ± 2,32
45 118,3 ± 2,68 96,28 ± 1,51 117,8 ± 3,63 113,25 ± 1,93
60 115,82 ± 2,67 89,99 ± 2,00 113,88 ± 2,52 106,55 ± 4,16
Keterangan : Nilai ± merupakan nilai SD dari masing-masing 6 tablet uji

Berdasarkan hasil kurva menunjukkan bahwa dari ke empat sampel


menunjukan profil disolusi yang berbeda terutama untuk simvastatin e-catalogue
BPJS, di mana laju disolusi simvastatin e-catalogue untuk merek generik B yang
terlihat dari kurva kumulatif yang terdisolusi terlampau lebih rendah presentase

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


39

kadarnya dibandingkan dengan ketiga merek yang lain, sementara untuk


simvastatin generik A dari awal menit kadarnya sudah terlampau tinggi. Sedangkan
untuk simvastatin non e-catalogue BPJS profil disolusinya terlihat hampir setara
untuk merek X dan Y keduanya terlihat berhimpitan.
Pada simvastatin generik B laju disolusinya lebih kecil dibandingkan
dengan ketiga simvastatin lainnya, hal ini disebabkan oleh faktor pengikat dan
disintegran, di mana bahan pengikat dan disintegran mempengaruhi kekuatan ikatan
partikel-partikel dalam tablet tersebut sehingga mempengaruhi kemudahan cairan
untuk masuk berpenetrasi ke dalam lapisan difusi tablet menembus ikatan-ikatan
dalam tablet tersebut. Dalam hal ini pemilihan bahan pengikat dan disintegran dan
bobot dari penggunaan bahan pengikat dan disintegran sangat berpengaruh terhadap
laju disolusi. Selain itu penyebab lain yang mungkin adalah formulasi dari sediaan
tablet yang kurang baik. Faktor formulasi yang mempengaruhi laju disolusi di
antaranya kecepatan disintegrasi, interaksi obat dengan eksipien (bahan tambahan)
dan kekerasan. Dapat terlihat pada Tabel 4.1 untuk uji kekerasan tablet generik B
memiliki nilai rata-rata terbesar dibandingkan ketiga tablet simvastatin yang lain,
sehingga faktor formulasi berkaitan erat dengan laju disolusi dari sebuat tablet.
Selain itu, pada pengujian waktu hancur, tablet simvastatin generik B memiliki
waktu hancur yang paling lama dan waktu hancur tablet terletak pada menit ke-5,
sedangkan tablet simvastatin lainnya memeiliki waktu hancur kurang dari 5 menit,
sehingga waktu hancur tablet simvastatin generik B yang terlampau lebih lama juga
mempengaruhi laju disolusinya.
Pada simvastatin generik A laju disolusinya paling tinggi sejak menit ke-5
atau sejak pengambilan cuplikan yang pertama, akan tetapi mengalami penurunan
kadar pada menit ke-15, dan justru titik puncak kadar terdapat pada menit ke 10,
semestinya untuk simvastatin kadar puncaknya terletak pada menit ke-30. Hal ini
dapat terjadi karena pada Tabel 4.2 untuk pengujian waktu hancur tablet,
simvastatin A memiliki waktu hancur yang relatif lebih cepat dibandingkan
dengan ketiga tablet simvastatin lainnya, sehingga isi tablet yang pecah menjadi
partikel-partikel terlarut, dan daerah permukaan media pelarut menjadi lebih luas,
dan akan berhubungan dengan tersedianya obat dalam medium, maka pecahnya
tablet tersebut mempengaruhi saat pengambilan cuplikan yakni penyebaran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


40

partikel-partikel dan tebal lapisan difusi sehingga memperluas permukaan partikel


yang kontak dengan pelarut. Oleh sebab itu, memberikan hasil yang fluktuatif di
setiap menit pengambilan cuplikan.
Sementara pada simvastatin tablet non e-catalogue BPJS yakni merek X
dan merek Y terlihat berhimpitan laju disolusinya meskipun pada pengujian
kekerasan tablet dan pengujian waktu hancur keduanya memiliki hasil yang
berbeda yakni untuk waktu hancur merek X lebih cepat dibandingkan merek Y,
begitu juga pada uji kekerasan, Merek X lebih mudah hancur dibandingkan Merek
Y tetapi pada laju disolusinya memberikan pelepasan obat yang tidak berbeda
signifikan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor formulasi yang meskipun terdiri
dari bahan pengikat dan tambahan yang berbeda-beda namun memberikan
pelepasan atau laju disolusi yang terlihat sama. Pelepasan zat aktif dari suatu
produk obat ini dipengaruhi oleh sifat fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan.
Ketersediaan zat aktif ditetapkan oleh kecepatan pelepasan zat aktif dari bentuk
sediaan, di mana pelepasan zat aktif ditentukan oleh kecepatan melarutnya dalam
media sekelilingnya (Tjay, 2002).
Uji disolusi ini didesain untuk membandingkan kecepatan melarutnya suatu
obat, yang ada di dalam suatu sediaan pada kondisi dan ketentuan yang sama dan
dapat diulangi (Shargel, 1988). Terlihat dari kurva diatas bahwa kedua variabel
saring berhimpitan akan tetapi simvastatin tablet non e-catalogue BPJS laju
disolusinya lebih tinggi dibandingkan dengan simvastatin tablet e-catalogue BPJS.
Adanya perbedaan profil disolusi dari masing-masing keempat obat dapat
memberikan profil farmakokinetik dan efek terapi yang berbeda. Kecepatan
disolusi sediaan sangat berpengaruh terhadap respon klinis dari kelayakan sistem
penghantaran obat. Disolusi menjadi sifat sangat penting pada zat aktif yang
dikandung oleh sediaan obat tertentu, di mana berpengaruh terhadap kecepatan
dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh, jika disolusi makin cepat, maka
absorbsi makin cepat, sehingga efektivitas terapi juga lebih cepat dan optimal.
Hasil uji disolusi berupa presentase kumulatif kadar simvastatin yang
terdisolusi dari masing-masing sampel obat kemudian di analisis unutuk
mengetahui apakah pelepasan simvastatin dari keempat sampel sesuai dengan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


41

persyaratan disolusi yang disyaratkan oleh USP XXXII metode disolusi tes satu.
Hasil analisis keseusaian pelepasan obat dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Analisis Kesesuaian Pelepasan Pimvastatin pada Menit ke-45 dari
Empat Merek
Kadar Simvastatin yang terdisolusi (%) Rentang
Keses
Merek Tablet Uji uaian
Rata- penerima
Persy
Obat an (%)
1 2 3 4 5 6 rata aratan

96,28 ± Ya
Generik B 99,82 91,39 97,88 95,28 97,88 95,44
2,68
Tidak
kurang

Generik A 116,69 119,12 116,69 117,34 119,61 120,58


118,30 ± dari 70 Ya
1,51
%
117,80 ± Ya
Merek X 119,44 113,28 124,15 116,04 119,28 114,58
3,63
113,25 ± Ya
Merek Y 111,01 112,47 112,15 113,12 117,17 113,61
1,93
Berdasarkan dasil analisis diatas, dapat diketahui bahwa keenam tablet uji
dari masing-masing merek telah memenuhi persyaratan disolusi tablet simvastatin
menurut USP XXXII metode disolusi tes satu.

Tabel 4.7 Persyaratan Pelepasan Obat Simvastatin Berdasarkan USP XXXII,


Tahun 2010
Persyaratan Disolusi
Jumlah tercantum dalam Etiket Menit Ketetapan Kecepatan disolusi
5 mg 30 menit Tidak kurang dari 70%
10 mg 45 menit Tidak kurang dari 70%
20 mg 45 menit Tidak kurang dari 70%

Menurut USP XXXII, untuk sediaan simvastatin dengan dosis 10 mg,


persyaratan disolusinya pada menit ke 45 kadarnya tidak boleh kurang dari 70 % .
Hal ini terlihat dari keenam tablet uji pada menit ke 45 telah melebihi 70%
sehingga keempat merek obat dianggap telah memenuhi persyaratan disolusi dari
USP XXXII.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


42

4.8 Analisa Statistik


Analisa statistik dilakukan dengan memasukkan data presentase simvastatin
yang terdisolusi tiap waktu dari masing-masing sampel obat. Sebelum dilakukan uji
statistik komparatif One Way ANOVA dilakukan uji normalitas Saphiro-Wilk untuk
menilai distribusi data dan uji homogenitas dengan metode Levene’s Test untuk
mengetahui variasi data antar kelompok, karena syarat dapat dilakukannya uji
komparatif One Way ANOVA adalah data harus terdistribusi normal dan terdapat
kesamaan varian antar kelompok.
Hasil uji normalitas Saphiro Wilk semua data menunjukkan nilai p>0,05
yang berarti bahwa semua data pada menit ke-5, 10, dan 15 memiliki data yang
terdistribusi normal.
Untuk hasil uji homogenitas dengan metode Levene’s test menunjukkan
nilai p>0,05 pada semua data yang menandakan bahwa terdapat kesamaan varian
antar kelompok atau yang berarti semua data homogen.
Data yang memiliki distribusi data yang normal dan kesamaan varian antar
kelompok kemudian dilanjutkan ke uji komparatif One Way ANOVA untuk melihat
ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna antara presentase simvastatin yang
terlepas diantara keempat variabel yang di uji. Berdasarkan hasil uji komparatif
One Way ANOVA terhadap data presentase simvastatin tyang terlepas pada menit
ke-5, 10, dan 15 dari kelompok obat dihasilkan nilai p<0,05 yang berarti bahwa
presentase pelepasan simvastatin antara tablet e-catalogue simvastatin dan non e-
catalogue simvastatin berbeda secara signifikan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS
mempunyai kualitas fisik yang relatif sama dan memenuhi persyaratan
yang sesuai Farmakope Indonesia.
2. Profil disolusi dari tablet simvastatin e-catalogue BPJS dan non e-
catalogue BPJS memenuhi rentang persyaratan pelepasan tablet
simvastatin menurut metode disolusi tes satu yang tertera pada USP
XXXII tahun 2010.
3. Berdasarkan hasil uji penetapan kadar untuk kedua merek simvastatin
tablet non e-catalogue BPJS telah memenuhi persyaratan USP XXXII,
sedangkan pada simvastatin tablet e-catalogue BPJS terdapat satu merek
yang belum memenuhi persyaratan uji penetapan kadar, sehingga
simvastatin tablet non e-catalogue BPJS memiliki mutu yang relatif lebih
baik.

5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh waktu
penyimpanan terhadap profil disolusi untuk mengetahui apakah waktu
penyimpanan mempengaruhi profil disolusi suatu zat aktif yang memiliki
kelarutan rendah, mengingat pentingnya profil disolusi pada setiap
formulasi sediaan yang mengandung bahan aktif yang kelarutannya
rendah.

43
DAFTAR PUSTAKA

Amidon GL, Lennernäs H, Shah VP, Crison JR. 1995. A theoretical basis for a
biopharmaceutic drug classification: the correlation of in vitro drug
product dissolution and in vivo bioavailability. Pharmaceutical
Resourches. Page; 12:413-420.
Anonim. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Anonim. 1989. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.
05410/A/SK/XII/1989 tentang Petunjuk Operasional Penerapan Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Jakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga . page 591. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal. 32-33, Jakarta :
Sagung Seto
Banker, S.G., and Anderson, R.N., 1986, Tablet In Lachman, L. Lieberman, The
Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3rd ed., Lea and Febiger,
Philadelphia. 643-704.
Chaerunnisa, A.Y. 2009. Farmasetika Dasar . Bandung: Widya Padjajaran
Campbell, N. A et. al,. 2004. Biologi Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Cetakan I. Padang: Andalas University Press
Dav_e RN, Bilgili E, Jallo L, et al. 2013. Special Issue on Pharmaceutical
Powders: Towards Developing Understanding of The Influence of
Materials and Processes on Product Performance Powder Technol.
Page 236:1e4.
Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Penerjemah:
Pujaatmaka, A.H. Edisi ke V. Jakarta: Erlangga
Departemen Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK
02.02/MENKES/068/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
Fatima, Sakina, et.al. 2013. Statical Evaluation of In-vitro Dissolution Profiles of
Different Brands of Simvastatin 20 mg Tablets Available in Local

44
44

Market of Karachiii. International Journal of Pharmacy and


Pharmaceutical Science. ISSN 0975-1491. Vol. 5, Issue 3.
Holme,J.D. and Peck,H. 1983. Analitycal Biochemistry. London. New York :
Departement of Biological Sciences Sheffield City Polytecnic.
Jyothi P, Asha , et.al. 2013. Spectrophotometric Estimation of Simvastatin in Bulk
and Tablet Dosage Form. International Journal of Innovative
Pharmaceutical Research. Page 284-287 Volume 4(1).
Katzung, B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi II. Jakarta : Salemba
Medika.
Kaur, Rupinder, et.al. 2013. Development and Validation of UV Spectroscopic
Method For The Estimation of Simvastatin. World Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Science. Page 763-771 ISSN 2278-
4357 Volume 3(1).
Khadka, Prakash, et.al. 2014. Pharmaceutical Particle Technologies: An Approach
to Improve Drug Solubility, Dissolution and Bioavailability. Journal
of Pharmaceuitcal Science. Page 304-316 Volume 9.
Lancet. 1994. Scandinavian Simvastatin Survival Study Group. Randomised Trial
of Cholesterol Lowering in 4444 Patients With Coronary Heart
Disease: The Scandinavian Simvastatin Survival Study (4S) : Page
1383-1389
Mariyam, Rina. 2011. Preparasi dan Karakterisasi Kitosan Suksinat Sebagai
Matriks pada Tablet Enterik Lepas Lambat. Skripsi Sarjana Farmasi.
Depok : FMIPA Universitas Indonesia
Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Midoux N, Ho_sek P, Pailleres L, et al. 1999. Micronization of pharmaceutical
substances in a spiral jet mill. Powder Technol. Page ;104 - 113
Raju, Naga K., et.al. 2012. Spectrophotometric Methods For Estimation of
Simvastatin Bulk Drug and Its Dosage Form. International Journal of
Pharmaceutical, Chemical and Biological Sciences. Page 124-129
Volume 2 (1)
Roth, H.J., Blaschke. 1981. Pharmaceutical Analysis, diterjemahkan oleh sarjoko
Kisman dan Slamet Ibrahim. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press,
Parrott, E.L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics.
Mineapolis: Burgess Publishing Company
Pertiwi, Herlina. 2015. Evaluasi Profil Disolusi Tablet Lepas Lambat Teofilin
yang Beredar di Masyarakat. Skripsi Sarjana Farmasi. Jakarta :
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


45

Rhoihana, D. 2008. Perbandingan Availibilitas In Vitro Tablet Metronidazol


Produk Generik dan Produk Dagang. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Sastrohamidjojo. Hardjono. 1985. Kromatografi, Yogyakarta: Liberty.
Shargel, Leon, dan Andrew B.C.Y.U. 1988. Biofarmasi dan Farmakokinetika
Terapan. Edisi II. Penerjemah Dr. Fasich, Apt. dan Dra. Siti
Sjamsiah, Apt. Airlangga Universitas Press. Surabaya.
Shargel, L., Wu-pong, S., dan Yu, A.B.C. 2005. Applied Biopharmaceutics &
Pharmacokinetics. Edisi ke-5. Boston: McGraw Hill.
Sirregar, Haris., 1995. Fisiologi Gastrointestinal. Makassar : Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanudin.
Soekemi, R.A., et. al,.. 1987. Tablet. Hal. 2-4, 39-50. Medan : P.T. Mayang
Kencana
Sulaiman, Teuku Nanda Saifullah. 2007. Teknologi Formulasi Sediaan Tablet.
Yogyakarta : MUCOMM. Hal 2-3.
Sudjadi dan Rohman, A. 2007. Analisa Obat dan Makanan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Suyatna, F.D., Tony H. 1995. Farmakologi Dan Terapi. Editor. Sulistia G.,
Rianto S., Frans D. dan Purwantyastuti. Edisi Keempat. Jakarta:
Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Syukri, Y. 2002. Biofarmasetika. UII Press : Jogjakarta
Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan
kedua. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta : Gramedia
The United State Pharmacopeia. 2010. The National Formulary USP 32- NF 27.
Roclville, MD: The United State Pharmacopeial Convention, Inc
Voigt, 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


46

LAMPIRAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


47

Lampiran 1. Bagan Alur Penelitian

Tablet Simvastatin e-
catalogue BPJS dan Non
e-catalogue BPJS

Uji Kekerasan Tablet

Ta
Evaluasi Tablet
Uji Waktu Hancur

Penentuan Panjang
Gelombang Maksimum
simvastatin

Pembuatan Kurva
Kalibrasi

Penetapan Kadar

Keseragaman Kandungan

Uji Disolusi

Analisis Pelepasan Obat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


48

Lampiran 2. Alat

Gambar 1. Harness Tester (ERWEKA) Gambar 2. Disintegration Tester (ERWEKA)

Gambar 3. Spektrofotometri UV- Visible Gambar 4. Dissolution Tester (ERWEKA)


(Hitachi)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


49

Lampiran 3. Sertifikat Analisis Standar Simvastatin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


50

Lampiran 4. Hasil Uji Kekerasan (Hardness Testing)

Kekerasan (kg)
e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS
No.
Generik A Generik B Merek X Merek Y
1. 62 104 75 118
2. 61 118 85 92
3. 61 122 86 126
4. 61 117 79 113
5. 72 107 74 129
6. 52 110 86 103
7. 61 111 76 126
8. 65 107 74 96
9. 49 135 84 98
10 74 124 82 104
Rata-rata 6,18 11,55 8,01 11,05
SD 7,641 9,606 5,065 13,71
CV 12,36 8,31 6,32 12,41

Lampiran 5. Hasil Uji Waktu Hancur (Disintegration Testing)


Waktu (detik)
e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS
No.
Generik A Generik B Merek X Merek Y
1. 40 334 59 62
2. 52 320 54 60
3. 36 313 57 65
4. 42 335 53 58
5. 58 309 56 59
6. 55 324 52 58
Rata-rata 47,17 322,50 55,17 60,33
SD 8,99 10,67 2,64 2,73
CV 19,07 3,30 4,78 4,53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


51

Lampiran 6. Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin dalam Pelarut Metanol

Lampiran 7. Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


52

Lampiran 8. Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Metanol

0,8
y = 0,06x + 0,0036
R² = 0,9998
0,7
R = 0,9999

0,6

0,5
Absorbansi

0,4

0,3

0,2

0,1

0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (ppm)

Lampiran 9. Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0

1,2

y = 0.0555x + 0.0124
1 R² = 0.9994
R = 0,9997

0,8
Absorbansi

0,6

0,4

0,2

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Konsentrasi (ppm)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


53

Lampiran 10. Data Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Metanol


Konsentrasi Absorbansi
2 0,128
4 0,240
6 0,366
8 0,481
10 0,608
12 0,720

Lampiran 11. Data Kurva Kalibrasi dalam Medium Dapar Fosfat pH 7,0

Konsentrasi Absorbansi
2 0,134
6 0,338
10 0,579
14 0,791
18 1,004

Lampiran 12. Data Penetapan Kadar Tablet Simvastatin


Konsen Rerata
Kadar Kadar
Merek Absorbansi trasi Kadar SD RSD
(mg) (%)
(ppm) (%)
e-catalogue BPJS
0,574 9,506 95,06 95,06
Generik A 94,65 0,589 0,622
0,569 9,423 94,23 94,23

Generik B 0,527 8,723 87,23 87,23


87,9 0,942 1,072
0,535 8,856 88,56 88,56
Non e-catalogue BPJS
0,585 9,690 96,90 96,90
Merek X 96,40 0,707 0,733
0,579 9,590 95,90 95,90
0,576 9,540 95,40 95,40
Merek Y 94,73 0.942 0,995
0,568 9,406 94,06 94,06

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


54

Lampiran 13. Perhitungan Persen Kadar pada Uji Penetapan Kadar

Perhitungan penetapan kadar simvastatin generik A

Hasil absorbansi yang diperoleh dari penetapan kadar obat A (1) adalah 0,559 dan
persamaan regresi linier yang didapatkan dari kurva kalibrasi simvastatin dalam
metanol-air adalah y = 0,06x + 0,0036

Kadar terbaca (μg/mL)


y = 0,06x + 0,0036
0,574 = 0,06x + 0,0036
x = 0,5704 / 0,06
x = 9,506 μg/mL

Kadar sebenarnya (kadar sebelum pengenceran)


Kadar = kadar terbaca x faktor pengenceran
= 9,506 μg/mL x 100
Kadar = 950,6 μg/mL

Kadar dalam 100 mL


Kadar = Kadar sebenarnya x 100 mL
= 950,6 μg/mL x 100 mL
Kadar = 95,06 μg
Kadar = 95,06 mg

Kadar dalam satu tablet

Kadar =

Kadar = 9,507 mg

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


55

Kadar simvastatin dalam tablet (%)

Kadar =

= 95,07 %

Kadar simvastatin dalam tablet (%)


Kadar =

=
= 95,07 %

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


56

Lampiran 14. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin Generik


A

Konsentrasi
Tablet Bobot (mg) Absorbansi Kadar (%)
(ppm)
1 170,2 0,610 10,103 101,03
2 173,8 0,554 9,173 91,73
3 171,3 0,556 9,206 92,06
4 166,9 0,566 9,373 93,73
5 175,2 0,525 8,690 86,90
6 167,7 0,554 9,173 91,73
7 167,5 0,587 9,723 97,23
8 168,5 0,530 8,773 87,73
9 171,8 0,558 9,240 92,40
10 170,4 0,595 9,856 98,56
Rata-rata (%) 93,31
SD (%) 4,276
RSD (%) 4,583

Lampiran 15. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin Generik


B
Konsentrasi
Tablet Bobot (mg) Absorbansi Kadar (%)
(ppm)
1 204,1 0,564 9,340 93,40
2 204,6 0,550 9,106 91,06
3 205,3 0,567 9,390 93,90
4 205,1 0,554 9,173 91,73
5 204,8 0,549 9,090 90,90
6 205,9 0,578 9,573 95,73
7 203,1 0,516 8,540 85,40
8 204,5 0,563 9,320 93,23
9 204,1 0,524 8,670 86,73
10 205,8 0,578 9,570 95,73
Rata-rata (%) 91,78
SD (%) 3,463
RSD (%) 3,773

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


57

Lampiran 16. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin merek X

Konsentrasi
Tablet Bobot (mg) Absorbansi Kadar (%)
(ppm)
1 140,3 0,621 102,90 102,90
2 136,0 0,601 99,560 99,560
3 139,3 0,618 102,40 102,40
4 137,3 0,592 98,060 98,060
5 137,6 0,619 102,56 102,56
6 137,2 0,610 101,06 101,06
7 138,4 0,596 98,730 98,730
8 137,0 0,626 103,70 103,70
9 137,9 0,627 103,90 103,90
10 138,9 0,631 104,50 104,50
Rata-rata (%) 101,75
SD (%) 2,280
RSD (%) 2,241

Lampiran 17. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin merek Y


Konsentrasi
Tablet Bobot (mg) Absorbansi Kadar (%)
(ppm)
1 256,1 0,572 9,473 94,73
2 254,9 0,593 9,823 98,23
3 252,5 0,550 9,106 91,06
4 258,1 0,559 9,256 92,56
5 257,0 0,552 9,140 91,40
6 256,8 0,560 9,273 92,73
7 258,1 0,565 9,356 93,56
8 258,3 0,580 9,606 96,06
9 254,0 0,579 9,590 95,90
10 256,0 0,589 9,756 97,56
Rata-rata (%) 94,38
SD (%) 2,512
RSD (%) 2,661

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


58

Lampiran 18. Perhitungan Persen Kadar pada Uji Keseragaman Kandungan


Perhitungan kadar uji keseragaman kandungan tablet (1) generik A

Hasil absorbansi yang diperoleh dari penetapan kadar adalah 0,610 dan persamaan
regresi linier yang didapatkan dari kurva kalibrasi simvastatin dalam metanol-air
adalah y = 0,06x + 0,0036

Kadar terbaca (μg/mL)


y = 0,06x + 0,0036
0,610 = 0,06x + 0,0036
x = 0,6064 / 0,06
x = 10,106 μg/mL

Kadar sebenarnya (kadar sebelum pengenceran)


Kadar = kadar terbaca x faktor pengenceran
= 10,106 μg/mL x 100
Kadar = 1.010,6 μg/mL

Kadar dalam 10 mL
Kadar = Kadar sebenarnya x 100 mL
= 1.010,6 μg/mL x 100 mL
Kadar = 10,106 μg
Kadar = 10,106 mg

Kadar dalam satu tablet

Kadar =

Kadar = 10,103 mg

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


59

Kadar simvastatin dalam tablet (%)

Kadar =

= 101,03 %

Kadar simvastatin dalam tablet (%)


Kadar =

=
= 101.03 %

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Lampiran 19. Data Presentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin

Kadar Simvastatin Terdisolusi (%) SD RSD Rentang Penerimaan


OBAT (%) (%) Test 1 USP XXXII
Menit Tablet 1 Tablet 2 Tablet 3 Tablet 4 Tablet 5 Tablet 6 Rata-rata
5 12,90 28,31 25,55 27,01 22,8 18,74 22,55 5,318 23,577 -
Simvastatin 10 75,50 75,66 73,88 75,50 67,55 66,90 72,50 3,778 5,211 -
e-catalogue 15 94,15 93,34 81,34 88,15 82,96 91,55 88,58 4,944 5,582 -
BPJS 30 106,47 97,07 101,12 96,42 110,69 104,20 102,66 5,065 4,934 -
(Generik B) 45 99,82 91,39 97,88 95,28 97,88 95,44 96,28 2,684 2,788 > 70 %
60 95,36 88,59 87,74 91,39 88,07 88,8 89,99 2,674 2,972 -
5 79,88 95,44 109,23 109,55 88,15 117,98 100,04 13,329 13,323 -
Simvastatin 10 117,98 121,23 121,23 119,12 122,04 124,47 121,01 2,075 1,715 -
e-catalogue 15 112,96 111,98 117,8 117,66 118,96 122,85 117,04 3,666 3,132 -
BPJS 30 118,47 118,8 116,69 117,66 122,52 122,85 119,50 2,353 1,969 -
(Generik A) 45 116,69 119,12 116,69 117,34 119,61 120,58 118,3 1,510 1,276 > 70%
60 115,39 116,20 111,98 115,88 118,63 116,85 115,82 2,000 1,727 -
5 47,44 55,55 62,52 61,23 55,71 51,66 55,6 5,190 9,319 -
Simvastatin 10 84,74 87,98 91,07 86,36 91,71 92,52 89,07 2,891 3,246 -
Non e- 15 108,09 112,47 113,9 117,8 114,58 113,93 113,47 2,901 2,556 -
catalogue 30 125,61 118,8 125,44 120,58 123,82 119,77 122,34 2,731 2,233 -
BPJS merek X 45 119,44 113,28 124,15 116,04 119,28 114,58 117,8 3,630 3,081 > 70 %
60 115,71 110,04 117,34 115,55 112,8 111,82 113,88 2,525 2,217 -
5 47,93 59,28 60,58 60,25 60,74 55,39 57,36 4,594 8,009 -
Simvastatin 10 88,8 89,44 90,25 93,98 90,90 87,34 90,12 2,062 2,288 -
Non e- 15 103,07 99,66 98,85 101,61 104,36 100,96 101,42 1,885 1,858 -
catalogue 30 112,8 116,52 116,36 119,93 119,28 116,36 116,88 2,324 1,988 -
BPJS merek Y 45 111,01 112,47 112,15 113,12 117,17 113,61 113,25 1,931 1,704 > 70%
60 105,98 106,96 106,15 99,17 113,44 107,61 106,55 4,157 3,901 -

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 60


61

Lampiran 20. Perhitungan % Jumlah Kumulatif Simvastatin yang Terlepas dari Tablet

Xt = (V1 . C) + (V2 . ∑o (n-1) C)

% KPA =

Keterangan :
Xt = Jumlah Kumulatif Simvastatin yang terdisolusi pada waktu t
Xo = Jumlah Simvastatin yang tertera pada etiket (masing - masing merek 10 mg)
C = Konsentrasi simvastatin yan terdisolusi pada waktu t
V1 = Volume medium disolusi (900 mL)
V2 = Volume cairan yang disampling (10 mL)
%KPA = % kumulatif pelepasan simvastatin

Contoh perhitungan % kumulatif simvastatin yang terlepas dari tablet (1) Generik B :
Waktu C Xt
(menit) (ppm) (mg)
5 1,434 (1,434 ppm x 900 ml) + ( 1,2906
10 8,389 (8,389 ppm x 900 ml) + [ ( ( 0 + 1,2906) ] = 7,5515
15
10,461 (10,461 ppm x 900 ml) + [ ( ( 0 + 1,2906 + 7,5515) ] = 9,424
dst

% kumulatif pelepasan simvastatin pada menit ke- 5 :

% KPA =

% KPA = 12,90 %

UIN Syarif idayatulla Jakarta


62

Lampiran 21. Data Hasil Analisa Statistik Uji Disolusi tablet e-catalogue BPJS dan non e-
catalogue BPJS
(a) Uji Normalitas Saphiro-Wilk
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Simvastatin Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Terdisolusi Generik-B .295 3 . .919 3 .450
Generik-A .318 3 . .886 3 .342
Merek X .208 3 . .992 3 .829
Merek Y .289 3 . .927 3 .476
a. Lilliefors Significance Correction

(b) Uji Homogenitas Metode Levene’s Test


Test of Homogeneity of Variances
Terdisolusi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.216 3 8 .365

(c) Uji Komparatif One Way ANOVA


ANOVA
Terdisolusi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4008.562 3 1336.187 1.998 .013
Within Groups 5349.445 8 668.681
Total 9358.008 11

(d) Uji Multiple Comparison One Way ANOVA


Multiple Comparisons
Terdisolusi
LSD
95% Confidence Interval
Mean Difference
(I) Simvastatin (J) Simvastatin (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
Generik-B Generik-A -51.48667 21.11367 .041 -100.1749 -2.7985
Merek X -24.86667 21.11367 .027 -73.5549 23.8215
Merek Y -21.75667 21.11367 .033 -70.4449 26.9315
*
Generik-A Generik-B 51.48667 21.11367 .041 2.7985 100.1749
Merek X 26.62000 21.11367 .043 -22.0682 75.3082
Merek Y 29.73000 21.11367 .020 -18.9582 78.4182
Merek X Generik-B 24.86667 21.11367 .027 -23.8215 73.5549
Generik-A -26.62000 21.11367 .043 -75.3082 22.0682
Merek Y 3.11000 21.11367 .887 -45.5782 51.7982
Merek Y Generik-B 21.75667 21.11367 .033 -26.9315 70.4449
Generik-A -29.73000 21.11367 .020 -78.4182 18.9582
Merek X -3.11000 21.11367 .887 -51.7982 45.5782
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

UIN Syarif idayatulla Jakarta

Anda mungkin juga menyukai