Anda di halaman 1dari 23

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN GEL

LAPISAN PUTIH KULIT SEMANGKA (Citrullus vulgaris, Schrad)

SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN GELLING AGENT CMC Na

Usulan Penelitian Karya Tulis Ilmiah

Diajukan oleh :

Ari Munjirotun Nadziroh

A1131002

Kepada

AKADEMI FARMASI NUSAPUTERA

SEMARANG

November 2015
2

Usulan Penelitian Karya Tulis Ilmiah

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN GEL

LAPISAN PUTIH KULIT SEMANGKA (Citrullus vulgaris, Schrad)

SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS CMC Na

Diajukan :

Ari Munjirotun Nadziroh

A1131002

Untuk diajukan menjadi penelitian mahasiswa

Telah disetujui oleh

Mengetahui,

Direktur

Pembimbing Akademi Farmasi Nusaputera

Agustina Putri Pitarisa.,S.Farm,Apt Poppy Diah Palupi.,M,Sc.,Apt

NIP : 060710112 NIP : 060707083

Tanggal : Tanggal :
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Radikal bebas sebagai molekul yang relatif tidak stabil, memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbital luarnya. Molekul

tersebut bersifat reaktif dalam mencari pasangan elektronnya. Apabila sudah

terbentuk di dalam tubuh maka akan terjadi reaksi berantai dan

menghasilkan radikal bebas baru yang akhirnya jumlahnya terus bertambah

(Kusumawati, 2009). Hal ini dapat merusak sel dan akan menyebabkan

munculnya berbagai penyakit seperti inflamasi, arterosclerosis, kanker dan

penuaan dini. Aktivitas radikal tersebut dapat dihambat oleh kerja

antioksidan (Mun’im et al., 2008).

Ada beberapa jenis antioksidan yang diijinkan dalam makanan baik

dari jenis antioksidan sintetis maupun alami. Antioksidan sintetis yang

diproduksi secara reaksi kimia dianggap kurang aman (Sarastani et al.,

2002) dan dapat meningkatkan terjadinya karsinogenesis, sehingga

penggunaan antioksidan alami mengalami peningkatan dan dipandang lebih

aman karena diperoleh dari ekstrak bahan alami (Rohman dan Riyanto,

2005).

Lapisan putih kulit semangka (Citrullus vulgaris, Schrad)

mengandung flavonoid, saponin dan polifenol. Vitamin - vitamin yang


4

terdapat pada kulit buah semangka meliputi vitamin A, vitamin B2, vitamin

B6, vitamin E, dan vitamin C. Flavonoid dapat bermanfaat sebagai

antioksidan. Betakaroten dan likopen selain bermanfaat sebagai antioksidan

juga bermanfaat untuk mengencangkan kulit wajah dan mencegah timbulnya

keriput pada wajah (Daniel, 2012).

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat

dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli. (Depkes RI,

1995). Sediaan gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak

lengket, mudah dioleskan, mudah dicuci dan tidak meninggalkan lapisan

berminyak pada kulit sehingga mengurangi resiko timbulnya peradangan

lebih lanjut akibat menumpuknya minyak pada pori-pori (Lieberman et al.,

1998).

Formulasi gel membutuhkan senyawa gelling agent sebagai bahan

pembentuk gel. Gelling agent bermacam-macam jenisnya, diantaranya

adalah CMC Na, karbopol dan tragakan. Pada penelitian ini gelling agent

yang digunakan adalah gelling agent berbasis polisakarida, yaitu natrium

karboksimetilselulosa (Na CMC). Na CMC merupakan basis gel golongan

polimer semi sintetik. (Swarbrick dan Boylan, 1989).

Natrium CMC mudah didapatkan, harganya relatif lebih murah, dan

memiliki kestabilan yang lebih baik jika dibandingkan dengan bahan

pembentuk gel lain, seperti karagen, amylum, tragakan, dan pektin.

Berdasarkan hal – hal tersebut di atas maka timbul ide atau gagasan untuk

melakukan penelitian membuat sediaan gel dengan zat aktif ekstrak etanol
5

lapisan putih kulit semangka (Citrullus vulgaris, Schrad) dengan

menggunakan gelling agent Na CMC.

CMC-Na digunakan untuk bahan dasar untuk membentuk gel,

karakteristiknya yang mudah mengembang dengan prosedur pembuatan

yang benar, dapat bercampur dengan bahan aktif dan tampilannya yang

jernih merupakan solusi bahan yang cocok digunakan sebagai pembentuk

gel dan CMC-Na dilarutkan dengan air panas karena dapat memutuskan

ikatan yang ada.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah lapisan putih kulit buah semangka dapat dibuat sediaan gel

dengan basis CMC-Na?

2. Berapakah konsentrasi optimum CMC Na sebagai gelling agent dalam

pembuatan sediaan gel?

3. Bagaimana pengaruh konsentrasi gelling agent terhadap karakteristik

dan hasil evaluasi sediaan gel?

C. Batasan Masalah

1. Lapisan putih kulit buah semangka yang digunakan diambil dari buah

semangka yang berasal dari daerah Ambarawa

2. Ekstraksi flavonoid dari lapisan putih kulit buah semangka

menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol

3. Pada forrmulasi gel digunakan gelling agent CMC-Na dengan

konsentrasi 3%,4%,5%
6

4. Sebagai pembanding digunakan gel dengan gelling agent CMC- Na

dengan konsentrasi 4%

5. Pengujian yang dilakukan yaitu uji organoleptis, uji homogenitas, uji

pH, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji daya proteksi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah

diperoleh selama menjalani perkuliahan.

2. Bagi institusi dapat menambah pustaka dan informasi bagi mahasiswa

jurusan D-3 farmasi Nusaputera sebagai referensi untuk penelitian

selanjutnya.

3. Mengetahui apakah lapisan putih kulit buah semangka dapat dibuat

sediaan gel dengan basis CMC-Na.

4. Mengetahui konsentrasi optimum CMC Na sebagai gelling agent

dalam pembuatan sediaan gel.

5. Mengetahui pengaruh konsentrasi gelling agent terhadap karakteristik

dan hasil evaluasi sediaan gel.

E. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi terbaik CMC Na

sebagai gelling agent dalam pembuatan gel lapisan putih kulit buah

semangka sehingga diharapkan menghasilkan gel yang memenuhi

persyaratan dan dapat digunakan sebagai antioksidan untuk kulit.


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Puastaka

1. Buah Semangka

Semangka (Citrullus vulgaris, Schard) merupakan salah satu buah yang

sangat digemari masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan

kandungan airnya yang banyak. Menurut asal-usulnya, tanaman semangka

konon berasal dari gurun Kalahari di Afrika, kemudian menyebar ke segala

penjuru dunia, mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Thailand, India, Belanda, bahkan
8

ke Amerika. Semangka biasa dipanen buahnya untuk dimakan segar atau dibuat

jus. Biji semangka yang dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan isinya

sebagai kuaci. Buah semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat

atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua tergantung kultivarnya, daging

buahnya yang berair berwarna merah atau kuning. (Prajnanta, 2003)

a. Sistematika Tanaman Semangka Merah

Berdasarkan klasifikasinya, tanaman semangka merah termasuk ke

dalam:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Subkelas : Sympetalae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Citrullus

Species : Citrullus vulgaris, Schard

(Rukmana, 1994)

b. Manfaat Buah Semangka

Buah semangka diketahui mengandung zat-zat tertentu yang cukup

efektif dalam membunuh sel-sel kanker, yaitu zat yang mampu menghidupkan

aktivitas fungsi sel darah putih yang mampu meningkatkan sistem kekebalan.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa semangka mengandung zat-zat yang


9

dapat menstimulir phagocyte, yaitu suatu sel darah yang mampu melindungi

sistem darah dari infeksi dengan cara menyerap mikroba untuk mematikan

sel-sel penyebab penyakit kanker. Kandungan kalori buah semangka sangat

rendah sehingga semangka dapat berfungsi sebagai diuretik. Buah semangka

mengandung pigmen karotenoid jenis flavonoid yang memberikan warna daging

buah merah atau kuning. (Prajnanta, 2003)

c. Kandungan Gizi Buah Semangka

Kandungan gizi dari buah semangka dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Kandungan gizi buah semangka per 100 gram bahan

Kandungan gizi Banyaknya

1) 2)
10

Air 92,10 g 92,30 g

Kalori 28,00 kal 28,00 kal

Protein 0,50 g 0,10 g

Lemak 0,20 g 0,20 g

Karbohidrat 6,90 g 7,20 g

Kalsium 7,00 mg 8,00 mg

Fosfor 12,00 mg 7,00 mg

Zat Besi 0,20 mg 0,20 mg

Serat - 0,50 mg

Natrium - 1,00 mg

Kalium - 82,00 mg

Niacin - -

Vitamin B1 0,05 mg 0,20 mg

Vitamin C 6,00 mg 6,00 mg

d. Manfaat dan Kandungan Gizi Kulit/Pulp Buah Semangka

Menurut riset dari Bhimu Patil, seorang peneliti dan direktur Texas A&M's

Fruit and Vegetable Improvement Center, Amerika Serikat, pada daging dan

kulit/pulp buah semangka ditemukan zat citrulline. citrulline lebih banyak

ditemukan pada kulit semangka yakni sekitar 60 persen dibanding dagingnya.

Zat ini juga dapat ditemukan pada semua warna semangka dan yang paling

tinggi kandungannya adalah jenis semangka kuning. Zat citrulline ini akan
11

bereaksi dengan enzim tubuh ketika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup

banyak lalu diubah menjadi arginin, asam amino non essensial yang berkhasiat

bagi jantung dan kekebalan tubuh.

Gambar 2.1 Kulit Buah Semangka (http:// replika-obatsakit2011.blogspot.com)

Kulit/pulp buah semangka juga kaya akan vitamin, mineral, enzim, dan klorofil.

Vitamin-vitamin yang terdapat pada kulit buah semangka meliputi vitamin A,

vitamin B2, vitamin B6, vitamin E, dan vitamin C. Kandungan vitamin E, vitamin

C, dan protein yang cukup banyak pada kulit buah semangka dapat digunakan

untuk menghaluskan kulit, rambut, dan membuat rambut tampak berkilau.

Sedangkan betakaroten dan likopen yang terdapat pada kulit buah semangka

dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan untuk mengencangkan kulit wajah dan

mencegah timbulnya keriput pada wajah. Cara memanfaatkan kulit/pulp

semangka dapat dikatakan tidak sulit. Di beberapa negara seperti Amerika

Selatan, Rusia, Ukraina, Rumania, Bulgaria, dan Arab, kulit buah semangka

sering dibuat acar atau dimakan sebagai sayuran. Kulit buah semangka juga
12

dapat diminum setelah dijus dengan campuran buah lainnya. Selain itu, kulit

buah semangka dapat langsung digunakan dengan cara diparut dan ditempel

pada wajah sebagai masker atau digosok-gosokkan pada kulit kepala untuk

menghilangkan ketombe dan membuat rambut tampak lebih berkilau.

(http://forum.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/ )

e. Maserasi

1) Pengertian Maserasi

Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya

merendam). Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair

yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam

menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya

etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku

resmi kefarmasian (Anonim, 2014). Maserasi adalah salah satu jenis metoda

ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi

dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan

sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat

digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas

(Hamdani, 2014). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana.

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari (Afifah,2012). Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling

sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang

sesuai dan tanpa pemanasan

2) Prinsip Maserasi
13

Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat

kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like),penyarian zat aktif yang

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang

sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan

penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena

adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.

Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan

penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang

sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam

sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan

penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada

temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

f. Gel

1) Pengertian Gel

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli,

merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel

anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu

cairan. Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan bermassa lembek,

berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau

makromolekul senyawa  organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap

oleh cairan. Menurut Ansel, gel didefinisikan sebagai suatu system setengah
14

padat yang terdiri dari suatu disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik

yang terkecil atau molekul organic yang besar dan saling diresapi cairan.

2) Penggolongan Gel

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel dibagi

menjadi dua yaitu:

a. Gel sistem dua fase

    Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif

besar , massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma

bentonit. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk

semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan.Sediaan harus

dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.

b. Gel sistem fase tunggal

    Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama

dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul

makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari

makromolekul sintetik misalnya karboner atau dari gom alam misanya tragakan.

3) Keuntungan dan Kekurangan Gel

Keuntungan dan kerugian menurut Lachman, 1994 :

a. Keuntungan sediaan gel

Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan,

penampilan sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit

setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah dicuci

dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada

kulit baik.
15

b. Kekurangan sediaan gel

Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam

air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti

surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur,

tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat,

kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga

lebih mahal.

4) Sifat dan Karakteristik Gel

Menurut Lachman, dkk. 1994 sediaan gel memiliki sifat sebagai berikut:

a. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik

ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.

b. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk

padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika

sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh

pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan

topical.

c. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan

sediaan yang diharapkan.

d. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi

atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan

atau digunakan.

e. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga

pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu.

Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang
16

dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada

peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.

f. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan

oleh pemanasan disebut thermogelation.

Sediaan gel umumnya memiliki karakteristik tertentu, yakni (disperse

system, vol 2 hal 497):

a. Swelling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat

mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan

berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.

Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di

dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.

b. Sineresis

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel.

Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu

pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel

yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi

akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan

pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga

memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada

hidrogel maupun organogel.

c. Efek suhu
17

                 Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui

penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah

pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya

pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu

larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan

fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.

d. Efek elektrolit

Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel

hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut

yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik

dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan

mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel

Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion

kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat

sebagai kalsium alginat yang tidak larut. 

e. Elastisitas dan rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa,

selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas

dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten

terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur

gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.

f. Rheologi

Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang

terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan


18

jalan aliran non–newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan

peningkatan laju aliran.

5) Komponen Gel.

a. Gelling agent

Gelling agent adalah bahan yang digunakan untuk mengentalkan dan

menstabilkan berbagai macam sediaan obat, dan sediaan kosmetik. Beberapa

bahan penstabil dan pengental juga termasuk dalam kelompok bahan

merupakan bahan berbasis polisakarida atau protein. Contoh dari gelling agent

antara lain Na CMC, metil selulosa, asam alginat, sodium alginat, kalium alginat,

kalsium alginat, agar, karagenan, locust bean gum, pektin dan gelatin (Raton

dkk.,1993).

Gelling agent merupakan komponen polimer dengan bobot molekul tinggi

yang merupakan gabungan molekul-molekul dan lilitan-lilitan dari molekul polimer

yang akan memberikan sifat kental dan gel yang diinginkan. Molekul polimer

berikatan melalui ikatan silang membentuk struktur jaringan tiga dimensi dengan

molekul pelarut terperangkap dalam jaringan (Clegg, 1995).

Pemilihan gelling agent dalam sediaan farmasi dan kosmetik harus inert,

aman, tidak bereaksi dengan komponen lain. Penambahan gelling agent dalam

formula perlu dipertimbangkan yaitu tahan selama penyimpanan dan tekanan

tube selama pemakaian topikal. Beberapa gel, terutama polisakarida alami peka

terhadap penurunan derajat mikrobial. Penambahan bahan pengawet perlu untuk

mencegah kontaminasi dan hilangnya karakter gel dalam kaitannya dengan

mikrobial (Lieberman dkk., 1996).

1) Jenis - jenis gelling agent


19

Menurut Sulaiman dan Kuswahyuning (2008) gelling agent digolongkan

menjadi beberapa golongan antara lain:

a) Golongan protein contohnya: kolagen dan gelatin

b) Golongan polisakarida contohnya: alginat, karagen, asam

hialuronat, pektin, amilum, tragakan, tragakan, xantum gum,

gellan gum dan guar gum

c) Golongan polimer semi sintetik atau turunan selulosa contohnya:

karboksimetil selulosa, metil selulosa dan Na CMC

d) Golongan polimer sintetik contohnya: polaxomer, polyacrylamid,

polyvinyl alkohol dan karbopol

e) Golongan anorganik contohnya: aluminium hidroksida, smectite

dan bentonit.

b. Bahan tambahan

1) Pengawet

Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan

mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga

membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet

harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.

2) Penambahan bahan higroskopis

Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol,

propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %.

3) Chelating agent

Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive  terhadap

logam berat. Contohnya EDTA.


20

6) Monografi Bahan

a. Natrium karboksimetilselulosa (Na CMC)

Natrium CMC adalah garam natrium polikarboksimetil eter selulosa,

mengandung tidak kurang dari 6,5 % dan tidak lebih dari 9,5% Na

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Menurut Farmakope

Indonesia (1979) Kekentalan larutan 2 gram dalam 100 mL air, untuk

zat yang mempunyai kekentalan 100 centipoise (cP) atau kurang,

tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari 120% dari ketentuan yang

tertera pada etiket, untuk zat yang mempunyai kekentalan lebih dari

100 cP, dan tidak kurang dari 75% dan tidak lebih dari 140% dari

ketentuan yang tertera dietiket. Penggunaan sebagai gelling agent 3-6

% (Rowe et al., 2009).

Struktur kimia Natrium CMC dapat dilihat dalam gambar 6.1

Gambar 6.1 Struktur Kimia Natrium Karboksimetilselulosa (Na CMC),

sumber : (Rowe et al., 2009).


21

b. Trietanolamina

Trietanolamina adalah campuran dari trietanolamina,

dietanolamina dan monoetanolamina. Mengandung tidak kurang dari

99,0 % dan tidak lebih dari 107,4 % dihitung terhadap zat anhidrat

sebagai trietanolamina. Trietanolamina berupa cairan kental, tidak

berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik.

Trietanolamina mudah larut dalam air dan etanol 95% P, larut dalam

kloroform (Anonim, 1979). Penggunaan Trietanolamina sebagai

penghalus gel adalah 2-4% (Rowe et al., 2009).

Struktur kimia Trietanolamin dapat dilihat pada gambar 6.2

Gambar 6.2. Struktur kimia Trietanolamin, (Rowe et al., 2009).

c. Gliserin

Pemerian : cairan kernih seperti syrup, tidak berwarna,

rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah ( tajam dan tidak

enak), higroskopik, netral terhadap lakmus . Kelarutan : dapat

bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam

kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan dalam minyak


22

menguap (Anonim, 1995). Penggunaan Gliserin sebagai gel

vehicle 5-15% (Rowe et al., 2009).

Struktur kimia Gliserin dapat dilihat pada gambar 6.3

Gambar 6.3. Struktur kimia Gliserin, (Rowe et al., 2009).

d. Natrium Benzoat

Natrium benzoat berupa granul atau serbuk hablur, halus, putih,

tidak berbau, atau praktis tidak berbau, stabil di udara. Natrium benzoat

mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah

larut dalam etanol 90% (Anonim, 1995). Penggunaan Natrium benzoat

sebagai bahan pengawet adalah 0,02-0,3% (Rowe et al.,2009).

Struktur kimia Natrium Benzoat dapat dilihat pada gambar 6.4

Gambar 6.3. Struktur kimia Na Benzoat, (Rowe et al., 2009).


23

e. Aquadest

Pemerian cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak


mempunyai rasa (Anonim,1979).

B. Hipotesis

1. Hipotesis penelitian

a. Kandungan ekstrak lapisan putih kulit buah semangka dapat dibuat

sediaan gel.

b. Variasi konsentrasi Na CMC sebagai gelling agent berpengaruh

terhadap karakteristik fisik sediaan gel yang meliputi uji organoleptis,

uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji daya

proteksi.

Anda mungkin juga menyukai