Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TEKNOLOGI FITOFARMASETIKA

PENGEMBANGAN KOSMETIKA SEDIAAN KRIM DARI


EKSTRAK KELAKAI (Stenochlaena Palustris (Burm.F.) Bedd.)

Dosen Pengampu : Wahyudin Bin Jamaludin, M.Si

Kelompok 1

Syarifah Rizka Amalia 4820102220064


Try Herdina 4820102220065
Try Rachmadan Sari 4820102220066
Nugrah Lailatul M 4820102220042
Oktri Wahyu Nyai 4820102220075

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


UNIVERSITAS BORNEO LESTARI
BANJARBARU

2023
A. Latar Belakang
Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.F.) Bedd) merupakan
tanaman jenis paku-pakuan khas Kalimantan selatan yang banyak
ditemukan di daerah rawa, menurut studi empiris memiliki khasiat
sebagai antioksidan dan dapat mengobati anemia. Kelakai di
Kalimantan Selatan memiliki sebaran yang sangat banyak dan
umumnya belum banyak dimanfaatkan dan belum ada pembudidayaan.
Pemanfaatan tumbuhan ini hanya untuk sayuran saja dan dijelaskan
bahwa kelakai merupakan makanan bekantan (Larvatus nasalis)
(Maharani, 2006).

Gambar tanaman Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.F.) Bedd)

Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.F.) Bedd), yang dikenal


juga dengan nama paku air, merupakan tanaman yang memiliki potensi
sebagai bahan alami dalam pengembangan kosmetika. Tanaman ini
memiliki sejarah penggunaan yang panjang dalam pengobatan
tradisional di berbagai negara, termasuk Indonesia. Stenochlaena
palustris mengandung senyawa-senyawa aktif seperti flavonoid, tanin,
dan polifenol, yang memberikan efek farmakologis yang bermanfaat
bagi kesehatan kulit.
Morfologi Tumbuhan Kelakai
Tumbuhan kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.F.) Bedd)
merupakan jenis tumbuhan paku yang memiliki panjang 5 – 10 m.
Akar rimpang yang memenjat tinggi, kuat, pipih persegi. Tangkai
daun 10 – 20 cm, kuat. Daun menyirip tunggal 1,5 – 4 cm,
mengkilap, daun mudanya berwarna merah muda, merah kerap kali
keungu-unguan, bertekstur lembut dan tipis, semakin dewasa
daunnya mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan dan pada
akhirnya menjadi hijau tua dan keras. Daun berbentuk lanset,
ujungnya meruncing, tepinya bergerigi dan pangkalnya membulat
(Steenis, 2003).
Kingdom :Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Filicales
Suku : Blechnaceae
Genus : Stenochlaena
Species : S. Palutris

Tanaman Kelakai merupakan salah satu jenis tumbuhan


yang termasuk plasma nuftah di Kalimantan Tengah (BPTP,
Kalimantan Tengah, 2008). Tanaman Kelakai (Stenochlaena
palustris (Burm F)Bedd) adalah tanaman paku-pakuan yang
tumbuh di daerah rawa gambut yang secara umum disebut lahan
basah (MacKinnon et al. dalam Maharani dkk., 2000). Botani
kelakai termasuk dalam Kingdom Plantea, Sub Kingdom
Viridaeplantae, Divisio Pteridophyta, Phylum Tracheophyta, Sub
phylum Euphyllophytina, Ordo Filicales, Famili Blenchnaceae,
Genus Stenochlaena, Spesies Stenochlaena palustris (Burm
F)Bedd. Dari analisis gizi, diketahui bahwa kelakai merah
mengandung Fe yang tinggi (41,53 ppm). Kelakai juga
mengandung Cu (4,52 ppm), vitamin C (15,41 mg/100g), protein
(2,36%), beta karoten (66,99 ppm), dan asam folat (11,30 ppm).
Kemudian, kelakai juga mengandung flavonoid. Flavonoid adalah
kelompok senyawa fenol yang mempunyai dua peran utama, yaitu
sebagai antioksidan dan antibakteri. Sebagai antioksidan, flavonoid
dalam kelakai berperan untuk menetralkan radikal bebas (irawan
dkk, 2003).
Kelebihan tanaman Kelakai (Stenochlaena palustris) terkait
efek farmakologisnya:
1. Antioksidan
Stenochlaena palustris mengandung senyawa-senyawa antioksidan
yang dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas.
Antioksidan membantu mengurangi stres oksidatif dan peradangan pada
kulit, serta mempercepat proses regenerasi sel kulit.
2. Anti-inflamasi
Senyawa-senyawa aktif dalam Stenochlaena palustris memiliki
efek anti-inflamasi yang dapat membantu mengurangi peradangan pada
kulit. Ini bermanfaat dalam mengatasi masalah kulit seperti jerawat, eksim,
dan dermatitis.
3. Perlindungan dari sinar UV
Stenochlaena palustris memiliki sifat fotoprotektif yang dapat
membantu melindungi kulit dari kerusakan akibat paparan sinar UV. Hal
ini penting dalam mencegah penuaan dini dan risiko kanker kulit.
4. Pelembap alami
Ekstrak Stenochlaena palustris dapat berfungsi sebagai pelembap
alami yang membantu menjaga kelembapan kulit. Ini penting dalam
menjaga elastisitas dan kelembutan kulit.
5. Anti-aging
Senyawa-senyawa aktif dalam Stenochlaena palustris dapat
membantu mengurangi tanda-tanda penuaan seperti keriput dan garis-garis
halus.

Berdasarkan studi empirik kelakai dipergunakan sehari-hari oleh


masyarakat untuk mencegah kekurangan darah (pencegah anemia) dengan
mengkonsumsinya sebagai sayuran. Sehingga perlu diteliti kandungan zat gizinya.
Diharapkan hal itu dapat mengantarnya menjadi salah satu pangan fungsional.
Penelitian meliputi analisa proksimat, uji mineral (Fe dan Ca), uji vitamin
(vitamin C dan vitamin A) dan uji fitokimia (flavonoid, alkaloid dan steroid).
Hasil pengukuran sampel daun dan batang yaitu untuk kadar air 8,56% dan
7,28%, kadar abu 10,37% dan 9,19%, kadar serat kasar 1,93% dan 3,19%, kadar
protein 11,48% dan 1,89%, kadar lemak 2,63% dan 1,37%. Hasil analisis mineral
Ca lebih tinggi di daun dibandingkan batang yaitu 182,07 mg per 100 g, demikian
pula dengan Fe tertinggi 291,32mg per100 g. Hasil analisis vitamin C tertinggi
terdapat di batang 264 mg per 10 g dan vitamin A tertinggi terdapat di daun
26976,29 ppm. Hasil analisa fitokimia flavonoid, alkaloid dan steroid tertinggi
terdapat pada batang ,sebesar 3,010%, 3,817% dan 2,583% (Maharani dkk, 2006).

Akar dari tumbuhan kalakai (Stenochlaena palustris Bedd)


dikatakan dapat memiliki potensi sebagai tabir surya. Hal ini dibuktikan
dengan adanya penelitiannilai SPF dari ekstrak etanol akar kalakai pada
konsentrasi 300 ppm dan 350 ppm diperoleh nilai SPF berturut-turut 11, dan
14. Nilai SPF pada rentang ≥ 11 menunjukkan kemampuan perlindungan
terhadap sinar UV yang sangat baik (Adawiyah, 2019). Hal ini dapat dilihat
dari rentang nilai SPF 8-15 yang memiliki perlindungan maksimal terhadap
sinar UV (Paramawidhita et al., 2019). Untuk kemudahan penggunaan pada
kulit, maka akar kalakai perlu diformulasi menjadi suatu sediaan
farmasi.

Mengingat potensinya sebagai bahan alami dalam kosmetika, bentuk


sediaan yang cocok bisa berupa krim atau lotion. Krim dan lotion umumnya
digunakan dalam produk perawatan kulit dan dapat dengan mudah diaplikasikan
secara topikal, sehingga dapat diserap langsung oleh kulit. Sebuah penelitian yang
diterbitkan dalam jurnal Molecules (2018) menunjukkan bahwa ekstrak kelakai
dapat digunakan sebagai bahan aktif dalam produk kosmetik untuk meningkatkan
hidrasi kulit dan mengurangi kerutan. Penelitian ini menggunakan ekstrak kelakai
dalam bentuk krim. Sehingga kami memilih bentuk sediaan krim dengan tipe A/M
yang digunakan sebagai sun protector factor, karena Keuntungan sediaan krim
adalah mudah dalam penggunaan, nyaman dan penyebarannya rata untuk
kulit.

B. Metode
1. Formula Kosmetika

Bahan Kegunaan bahan Formula

Ekstrak etanol akar Zat Aktif 1 gr


kelakai

Asam Stearat Emulsifying agent 7,25 gr

TEA Emulsifying agent 0,75 gr

Adeps Lanae Basis krim 1,5 gr

Paraffin Liquid Emolien 12,5 gr

Nipagin Pengawet 0,5 gr

Aquadest Pelarut Qs

Ad 50 gr

2. Alasan Pemilihan Bahan dan Konsentrasinya


Alasan pemilihan bahan dalam formula kosmetika krim tipe
A/M yang menggunakan ekstrak etanol akar kelakai (Stenochlaena
palustris Bedd) sebagai sun protector factor adalah sebagai berikut:
a. Ekstrak etanol akar kelakai (Zat Aktif) - 1 gr: Dipilih karena
ekstrak etanol akar kelakai mengandung senyawa-senyawa
aktif yang memiliki potensi sebagai antioksidan dan
fotoprotektif. Senyawa-senyawa ini dapat membantu
melindungi kulit dari kerusakan akibat paparan sinar UV.
b. Asam Stearat (Emulsifying agent) - 7,25 gr: Digunakan sebagai
agen pengemulsi untuk membantu mencampurkan bahan-bahan
yang tidak larut dalam air dan minyak. Asam stearat membantu
menciptakan tekstur krim yang stabil dan mudah diaplikasikan
pada kulit.
c. TEA (Emulsifying agent) - 0,75 gr: Digunakan sebagai agen
pengemulsi tambahan untuk membantu mencampurkan bahan-
bahan yang tidak larut dalam air dan minyak. TEA juga dapat
membantu menjaga pH krim agar tetap stabil.
d. Adeps Lanae (Basis krim) - 1,5 gr: Digunakan sebagai basis
krim untuk memberikan tekstur dan kelembutan pada produk.
Adeps Lanae merupakan bahan dasar yang umum digunakan
dalam formulasi krim.
e. Paraffin Liquid (Emolien) - 12,5 gr: Digunakan sebagai bahan
emolien untuk melembapkan dan melunakkan kulit. Paraffin
liquid membantu menjaga kelembapan kulit dan memberikan
efek pelembut pada krim.
f. Nipagin (Pengawet) - 0,5 gr: Digunakan sebagai bahan
pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang
dapat merusak produk. Nipagin membantu menjaga kestabilan
dan keamanan krim.

Alasan pemilihan konsentrasi bahan dalam formula kosmetika


krim tipe A/M yang menggunakan ekstrak etanol akar kelakai
(Stenochlaena palustris Bedd) sebagai sun protector factor adalah
sebagai berikut:
a. Ekstrak etanol akar kelakai (Zat Aktif) - 1 gr: Konsentrasi ini
dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya yang menunjukkan
aktivitas antioksidan dan fotoprotektif dari ekstrak akar kelakai
pada konsentrasi yang serupa.
b. Asam Stearat (Emulsifying agent) - 7,25 gr: Konsentrasi ini
dipilih berdasarkan kebutuhan untuk mencapai stabilitas emulsi
yang baik dalam krim. Asam stearat pada konsentrasi ini dapat
membantu menciptakan tekstur krim yang kohesif dan mudah
diaplikasikan.
c. TEA (Emulsifying agent) - 0,75 gr: Konsentrasi ini dipilih
berdasarkan kebutuhan untuk membantu mencampurkan
bahan-bahan yang tidak larut dalam air dan minyak. TEA pada
konsentrasi ini dapat membantu mencapai emulsi yang stabil
dan pH yang sesuai.
d. Adeps Lanae (Basis krim) - 1,5 gr: Konsentrasi ini dipilih
berdasarkan kebutuhan untuk memberikan tekstur dan
kelembutan pada krim. Adeps Lanae pada konsentrasi ini dapat
memberikan basis krim yang cocok untuk aplikasi topikal.
e. Paraffin Liquid (Emolien) - 12,5 gr: Konsentrasi ini dipilih
berdasarkan kebutuhan untuk memberikan efek pelembut dan
melembapkan pada krim. Paraffin Liquid pada konsentrasi ini
dapat membantu menjaga kelembapan kulit dan memberikan
efek emolien.
f. Nipagin (Pengawet) - 0,5 gr: Konsentrasi ini dipilih
berdasarkan kebutuhan untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat merusak produk.

3. Prosedur Penyiapan Sampel dan Pembuatan Sediaan


a. Pembuatan ekstraksi akar kelakai
1.) Akar kelakai dikeringkan dan dihaluskan menjadi serbuk.
2.) Serbuk akar kelakai diekstraksi dengan menggunakan
pelarut etanol 70%.
3.) Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Menurut
Parameter Standar Umum Ekstrak Obat (2000)
maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan
atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
Proses maserasi yang dilakukan dalam penelitian ini
dilakukan selama 4 x 24 jam. Pembuatan ekstrak kental
etanol akar kalakai dilakukan dengan cara memanaskan
ekstrak cair yang telah melalui proses penguapan
dengan rotary evaporator diatas waterbath dengan
suhu 60° C, digunakannya suhu waterbath 60°C agar zat
aktif pada akar kalakai tidak pecah.
4.) Setelah proses ekstraksi selesai, ekstrak etanol akar kelakai
dihasilkan.
b. Pembuatan Sediaan Krim Ekstrak Etanol Akar Kalakai
1.) Bahan-bahan yang diperlukan, seperti asam stearat, TEA,
adeps lanae, paraffin liquid, nipagin, dan aquadest,
disiapkan sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan.
Bahan-bahan fase minyak (asam stearat, adeps lanae,
paraffin cair, triaetanolamin dan nipagin) dan fase air
(aquadestilata) dipisahkan.
2.) Asam stearat, TEA, adeps lanae, dan paraffin liquid
dicampurkan dan dipanaskan menggunakan waterbath
dengan suhu 70°C hingga meleleh, membentuk fase
minyak.
3.) Ekstrak etanol akar kelakai ditambahkan ke dalam fase
minyak dan diaduk hingga tercampur secara homogen.
4.) Nipagin dilarutkan dalam aquadest dan ditambahkan ke
dalam campuran sebelumnya.
5.) Campuran tersebut terus diaduk hingga membentuk krim
yang homogen.
6.) Setelah krim terbentuk, sediaan krim diisi ke dalam wadah
yang sesuai dan dibiarkan mendingin hingga mengeras.
DAFTAR PUSTAKA

Hanani, Endang. 2015. Analisis Fitokimia. EGC : Jakarta.

Paramawiditha, Risqika.Y., dkk. Efektifitas Sun Protection Factor Secara In Vitro


Sediaan Krim Ekstrak Etanol Akar Kelakai (Stenochlaena palustris Bedd) Asal
Kalimantan Tengah. Jurnal Surya Medika (JSM), Vol 8 No 3 Desember
2022, Page 268 – 275

Van Steenis, C.G.G.J., 2003, Flora, hal 233-236, P.T. Pradya Paramita, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai