Anda di halaman 1dari 7

Praktikum Ke-4

Senin, 02 Maret 2020

EKTRAKSI DRY RENDERING MINYAK IKAN JEROAN


BANDENG (Chanos chanos)

Siti Nur Hasanah


4443170045
6A
Kelompok 3

PROGRAM STUDI ILMU PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020

ABSTRAK
Limbah perikanan adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun rumah tangga, yang kehadirannya kurang
bermanfaat dan tidak memiliki nilai ekonomis. Minyak ikan merupakan hasil
ekstraksi lipid yang dikandung dalam ikan dan bersifat tidak larut air. Dry
rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Tujuan dari praktikum ekstraksi dry rendering minyak ikan jeroan
bandeng (Chanos chanos) ini adalah untuk mempelajari cara pembuatan minyak
ikan menggunakan ekstraksi dry rendering dengan perbedaan suhu dan waktu.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 02 Maret 2020, bertempat di
Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHPT), Program Studi
Ilmu Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Hasil
dari praktikum yang sudah dilakukan. Hasil yang didapatkan berbeda-beda pada
praktikum ini pada setiap kelompok kelas A dan kelas B karena perbedaan suhu
dan waktu.
Kata kunci : Dry rendering, Limbah, Minyak ikan

PENDAHULUAN
Limbah perikanan adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun rumah tangga, yang kehadirannya kurang
bermanfaat dan tidak memiliki nilai ekonomis. Bhaskar et al. (2008) menyatakan
bahwa limbah industri perikanan yaitu jeroan memiliki kandungan protein dan
lemak tak jenuh yang tinggi. Menurut Abun (2006) limbah perikanan memiliki
potensi baik berupa protein dan sebagainya yang dapat diolah secara kimiawi
maupun biologi untuk menghasilkan produk yang lebih bermanfaat dan bernilai
ekonomis.
Penanganan limbah yang tidak memadai dapat menjadi sumber
pencemaran yang membahayakan kesehatan. Limbah yang dihasilkan dari proses
pengolahan makanan dapat berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah ini
umumnya masih mengandung bahan-bahan organik yang dapat dimanfaatkan oleh
mikroba seperti bakteri, jamur, parasit atau serangga dan hewan pengerat
(Purnawijayanti 2001).
Limbah olahan bahan makanan dimasukkan ke dalam bahan buangan
organik. Limbah ini seringkali menimbulkan bau busuk yang menyengat hidung.
Bila limbah olahan bahan makanan mengandung protein dan gugus amino, maka
pada saat degradasi oleh mikroba akan terurai menjadi senyawa yang mudah
menguap dan berbau busuk (Wardhana 1995).
Minyak ikan adalah sumber omega-3, khususnya EPA (Eicosapentaenoic
acid) dan DHA (Docosahexaenoic acid) (Newton 1996). Minyak ikan merupakan
hasil ekstraksi lipid yang dikandung dalam ikan dan bersifat tidak larut air.
Menurut Brody (1965) Kandungan gizi minyak ikan terdiri dari 25% asam lemak
jenuh dan 75% asam lemak tak jenuh. Menurut Rasoarahona et al. (2005) bahwa
kandungan asam lemak tidak jenuh pada minyak ikan berkonfigurasi dengan
omega-3, yaitu asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dua pertama terletak
pada atom karbon ketiga dihitung dari gugus metilnya. Asam lemak tak jenuh atau
disebut juga polyunsaturated fatty acid (PUFA), diantaranya Eicosapentanoicacid
(EPA) dan Docosahexanoicacid (DHA) yang dapat berfungsi meningkatkan
kecerdasan, fungsi indera penglihatan, kekebalan tubuh balita dan menghambat
penyakit degenerative.
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama
proses berlangsung. Ekstraksi dry rendering yang dilakukan oleh (Kamini et al.
2016), yaitu 250 gram jeroan ikan patin dicuci dan dipotong dadu kecil.
Selanjutnya dioven vakum pada 70ºC selama 3 jam dan diambil minyaknya.
Ampas yang tersisa dilakukan pengepresan dan dipisahkan menggunakan corong
pisah. Minyak dari kedua proses tersebut dicampurkan. Kemudian ditambahkan
NaCl 2,5%, dan dipanaskan pada 50ºC. minyak yang diperoleh pada proses ini
dipisahkan menggunakan corong pisah. Setepah itu, minyak yang diperoleh
disentrifugasi dengan 7000 rpm selama 20 menit dan dihitung rendemen minyak
yang diperoleh.
Menurut Sartika (2009), pemanasan minyak dengan kompor mencapai
suhu 200°C. Menurut Estiasih et al. (2009) menyatakan bahwa penggunaan suhu
tinggi dan lama ekstraksi yang kurang tepat akan memicu pembentukan radikal
bebas dan oksidasi sekunder yang semakin banyak karena terjadi proses
dekomposisi yang dapat memecahkan komponen hidroperoksida. Perlakuan suhu
dan lama ekstraksi yang optimal penting dilakukan agar diperoleh kualitas minyak
ikan sesuai standar minyak layak konsumsi.
Tujuan dari praktikum ekstraksi dry rendering minyak ikan jeroan
bandeng (Chanos chanos) ini adalah untuk mempelajari cara pembuatan minyak
ikan menggunakan ekstraksi dry rendering dengan perbedaan suhu dan waktu.

METODOLOGI
Praktikum Diversifikasi Dan Pengolahan Hasil Samping Perikanan
mengenai ekstraksi dry rendering minyak ikan jeroan bandeng (Chanos chanos)
yang dilaksanakan pada hari Senin, 02 Maret 2020 pukul 10.00 WIB sampai
dengan selesai. Pelaksanaan praktikum ini bertempat di Laboratorium Teknologi
Hasil Perikanan (THP), Program Studi Ilmu Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Alat yang digunakan dalam praktikum Diversifikasi dan Pengolahan Hasil
Samping Perikanan tentang ekstraksi dry rendering minyak ikan jeroan bandeng
(Chanos chanos) ini yaitu timbangan digital, wadah saringan alimunium, sendok,
blender, oven digital, alat press, botol kaca bening, suntikan,kain blacu, gelas ukur
dan corong kaca. Sedangkan bahan yang digunakan adalah jeroan ikan bandeng.
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu siapkan alat dan
bahan terlebih dahulu. Pertama, preparasi jeroan ikan bandeng lalu cuci hingga
bersih kemudian timbang 250 gram. Setelah itu potong jeroan ikan dengan ukuran
kecil lalu haluskan menggunakan blender sampai menjadi pasta. Kemudian
masukan pasta jeroan ikan ke dalam wadah saringan, lalu masukkan ke dalam
oven selama 90 menit. Selanjutnya letakan wadah dibawah saringan untuk
menampung minyak yang dihasilkan. kemudian press jeroan menggunakan kain
blacu. Lalu gabungkan minyak. Kemudian pisahkan minyak dan air menggunakan
corong kaca. Setelah itu hitunglah rendemen yang dihasilkan.
Adapun diagram alir dari praktikum mengenai ekstraksi dry rendering
minyak ikan bandeng (Chanos chanos) adalah sebagai berikut :

Menyiapkan alat dan bahan

Preparasi jeroan ikan dan penimbangan

Pemotongan jeroan dengan ukuran kecil

Penghalusan jeroan ikan menggunakan blender hingga menjadi pasta

Memasukan pasta ke dalam oven selama 90 menit dengan suhu 50oC

Press jeroan menggunakan kain blacu

Penggabungan minyak yang sudah dihasilkan

Pemisahan antara minyak dengan air menggunakan corong kaca

Penghitungan rendemen yang dihasilkan

Gambar 1. Diagram Alir Prosedur Kerja ekstraksi dry rendering minyak ikan
bandeng (Chanos chanos)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari praktikum Diversifikasi Dan Pengolahan Hasil Samping Perikanan
yang telah dilaksanakan tentang ekstraksi dry rendering minyak ikan bandeng
(Chanos chanos) didapatkan hasil rendemen pada setiap minyak ikan. Berikut
adalah hasil rendemen minyak ikan.
Tabel 1. Hasil Rendemen Ekstraksi Dry Rendering Minyak Ikan Jeroan Bandeng
Kelompok Berat Awal (g) Berat Akhir (ml) Rendemen (%)
1A 252,7 82 32,4%
2A 254,2 109 42,8%
1B 250 66 26,4%
2B 240 56 27,5%
Berdasarkan tabel hasil rendemen minyak ikan diatas dapat diketahui
bahwa hasil rendemen yang didapatkan berbeda pada setiap kelompok kelas A
dan kelas B berdasarkan suhu dan waktunya. Pada kelompok 1A dengan suhu
50oC selama 7 jam menghasilkan rendemen sebesar 32,4%. Pada kelompok 2A
dengan suhu 50oC selama 8 jam menghasilkan rendemen sebesar 42,8%. Pada
kelompok 1B dengan suhu 60oC selama 7 jam menghasilkan rendemen sebesar
26,4%. Dan pada kelompok 2B dengan suhu 60oC selama 8 jam dihasilkan
rendemen sebesar 27,5%.
Perlakuan suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh terhadap rendemen
minyak yang dihasilkan, tetapi interaksi suhu dan waktu tidak memberikan
pengaruh secara signifikan. Jumlah rendemen meningkat seiring kenaikan suhu
ekstraksi. Sesuai dengan penelitian Adeoti et al. (2014) dan Nugroho et al. (2014)
bahwa suhu berpengaruh terhadap pecahnya dinding matrik dalam membran sel
jaringan lipid, sehingga semakin tinggi suhu ekstraksi maka rendemen yang
dihasilkan semakin besar. Lama waktu dan suhu pemasakan dapat memberikan
hasil kualitas minyak yang berbeda dalam pembuatan minyak ikan (Hadipranoto
2005).

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang ekstraksi dry
rendering minyak ikan jeroan bandeng (Chanos chanos), dapat disimpulkan
bahwa Pada kelompok 1A dengan suhu 50oC selama 7 jam menghasilkan
rendemen sebesar 32,4%. Pada kelompok 2A dengan suhu 50oC selama 8 jam
menghasilkan rendemen sebesar 42,8%. Pada kelompok 1B dengan suhu 60oC
selama 7 jam menghasilkan rendemen sebesar 26,4%. Dan pada kelompok 2B
dengan suhu 60oC selama 8 jam dihasilkan rendemen sebesar 27,5%. Perlakuan
terbaik pada suhu 50oC dengan waktu 8 jam menghasilkan rendemen sebesar
42,8%. Perbedaan perlakuan suhu dan waktu pada setiap kelompok
mempengaruhi hasil rendemen yang didapatkan semakin tinggi suhunya maka
rendemen yang didapatkan semakin rendah.
Saran untuk praktikum kali ini yaitu menggunakan ikan yang berbeda jenis
pada setiap kelomponya agar mengetahui hasil minyak ikan pada setiap jenis
ikannya.

DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2006. Protein dan Asam Amino Pada Unggas Nutrisi Ternak Unggas dan
Monogastrik. Skripsi. Universitas Padjadjaran. Bandung

Adeoti, I., Hawboldt, K. 2014. A Review Of Lipid Extraction From Fish


Processing By-Product For Use As A Biofuel. Biomass and Bio
energy 63(2) : 330-340

Bhaskar, N., Mahendrakar, N.S. 2008. Protein Hydrolysate From Visceral Waste
Proteins Of Catla (Catla catla). Optimization Of Hydrolysis
Conditions For A Commercial Neutral Protease. Journal of
Bioresource Technology 99(10) : 4105-4111

Brody, J. 1965. Fishery By-Product Technology. The AVI Publishing Company


Inc. Westport Connecticut

Estiasih, T., Ahmadi, K., Nisa, F,C. 2009. Karakteristik Mikrokapsul Minyak
Kaya Asam Lemak Ω-3 Dari Hasil Samping Penepungan Lemuru.
Jurnal Teknologi Industri Pangan 19(2) : 122-130

Kamini, Suptijah, P., Santoso, J., dan Suseno, S. H. (2016). Ekstraksi Dry
Rendering Dan Karakterisasi Minyak Ikan Dari Lemak Jeroan
Hasil Samping Pengolahan Salai Patin Siam. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia 19(3) : 195-205

Newton, I.S. 1996. Food Enrichment With Long Chain N-3 PUFA. Food
Techology. 7(1) : 169-177

Nugroho, A.J., Ibrahim, R., Riyadi, P.H. 2014. Pengaruh Perbedaan Suhu
Pengukusan (Steam jacket) Terhadap Kualitas Minyak Dari
Limbah Usus Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan 3(1): 21-29

Purnawijayanti, H.A. 2001. Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja dalam


Pengolahan Makanan. Kanisius. Yogyakarta

Rasoarahona, J.R.E., Barnathan, G., Bianchini, J.P. dan Gaydou, E.M. (2005).
Influence Of Season On The Lipid Content And Fatty Acid Profiles
Of Three Tilapia Species (Oreochrois niloticus, O. macrochir and
Tilapia rendalli) From Madagascar. Food Journal of Chemistry
91(4) : 683-694

Sartika R.A.D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh Dan Asam
Lemak Trans Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional 2(4) : 154-160

Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset.


Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai