ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai penyediaan kitosan oligomer dari limbah kulit udang
lipan (Squilla Mantis) sebagai efek anti mikroba. Kitosan oligomer diperoleh dengan
menambahkan 10 ml HNO2 pada larutan kitosan kemudian di inkubasi selama satu malam
pada suhu ruang. Depolimerisasi kitosan dapat diketahui dengan melihat penurunan
viskositas nya dengan menggunakan viskosimeter oswald dan berat molekul dengan
menggunakan persamaan Mark-Kuhn-Houwink. Uji antibakteri ditentukan dengan metode
difusi agar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai viskositas oligomer dari viskositas
standart dengan penambahan 10 ml HNO2 mengalami penurunan sebesar 76,49% dan nilai
berat molekul mengalami penurunan sebesar 80,94%. Uji anti mikroba menggunakan dua
mikroba staphylococcus aureus dan escherichia coli dengan variasi konsentrasi 0,5%. 1%,
1,5%, 2% dan 2,5% kitosan oligomer, dari hasil uji anti mikroba di peroleh zona bening
terbesar pada kitosan oligomer dengan konsentrasi 0,5% yaitu sebesar 13,4 pada escherichia
coli dan 16,2 pada staphylococcus aureus.
Kata kunci : kitosan, kitosan oligomer, viskositas, berat molekul, anti mikroba
ABSTRACT
We report the provision of chitosan oligomers from shrimp shell waste(Squilla Mantis)
centipede as anti-microbial effect. Chitosan oligomer obtained by adding 10 ml HNO2 in
chitosan solution and then incubated for one night at room temperature. Depolymerization of
chitosan can be determined by looking at a decrease in its viscosity by using viscometer
oswald and molecular weight using the equation Kuhn-Mark-Houwink. Antibacterial test
was determined by agar diffusion method. The results showed that the viscosity value of the
viscosity standard oligomers with the addition of 10 ml of HNO2 decreased by 76,49% and
the molecular weight decreased by 80.94%. Antimicrobial Test uses two
microbesstaphylococcus aureus and Escherichia coli with variations in the concentration of
0,5%, 1%, 1.5%, 2% and 2,5% chitosan oligomers, anti-microbial test results obtained the
largest clear zone on chitosan oligomers with a concentration of 1% is equal to 13,4 in
Escherichia coli and 16,2 in staphylococcus aureus.
I. PENDAHULUAN
pemutusan ikatan β-glikosidik, sehingga
Indonesia mempunyai daerah laut akan mempunyai bobot yang lebih kecil
yang luas ± 3.446.488km2 dengan dari pada kitosan sebelum
kekayaan alam yang sangat potensial terdepolimerisasi. Berkurangnya bobot
termasuk mahluk hayati sebagai hasil molekul dari kitosan tersebut akan
perikanan. Hasil perikanan seperti udang, menyebabkan sifat kelrutan yang semakin
kerang, rajungan dan ketam (shellfish) besar. (Srijanto,2006)
dalam pengolahannya menyisakan limbah. Dalam bentuk rantai pendek
Limbah padat crustecea (kulit, kepala, kaki oligomer ini,aktivitas biologis kitosan
dan ekor) merupakan salah satu masalah masih dapat dipertahankan, bahkan
yang dihadapi pabrik pengolahan shellfish. beberapa diantaranya memiliki aktivitas
Bahan tersebut belum dimanfaatkan secara biologis yang lebih baik. Oligomer kitosan
optimal yang akan mencemari atau oligosakarida dilaporkan masih
lingkungan(Anon, 2006). menjadi fokus dan menjadi trenriset saat
Limbah yang berupa kepala, kulit, ini karena memiliki beberapa bioaktivitas
ekor dan kaki udang tersebut memiliki yang sangat menarik,diantaranya sebagai
potensi untuk dimanfaatkan salah satunya penyembuh luka, anti mikroba,
adalah kitosan dari kulit udang. Kulit penghambat pertumbuhan, dan metastase
udang dan cangkang kepiting limbah tumor,penginduksi produksi interleukin 1
seafood merupakan sumber pembuatan dan 2(Khoushab &Yamabhai,2010).
kitin dan kitosan. (Marganov, 2003). Juliati (2008) telah melakukan
Kitosan merupakan suatu poli-(2- penelitian mengenai pembuatan kitosan
amino-2- deoksi-β-(1-4)-D-glukopiranosa) oligomer melalui proses degradasi
dengan rumus molekul (C6 H11 NO4)n oksidatif dengan penambahan H2O2 dan
(Arief, 2013) yang dapat diperoleh dari ultrasonic bath dan pengaruhnya terhadap
deasetilasi sempurna atau parsial kitin. viskositas dan berat molekul, kemudian
Kitosan adalah biopolymer yang kitosan oligomer yang diperoleh
kandungan utamanya D-glukosamin dan ditentukan nilai viskositas intinsiknya
beberapa bagian N-asetil-D-glukosamin dengan menggunakan viskosimeter oswald
yang berikatan pada β-(1-4) glukosida dan nilai berat molekulnya dengan
(Mahae dkk., 2011). menggunakan persamaan Mark-Kuhn-
Kitosan mendapat perhatian Houwink.
khusus sebagai biopolimer fungsional Penelitian sebelumnya yang
untuk aplikasi diberbagai bidang. dilakukan oleh (Meidina, 2005) mengenai
Penelitian dan pemanfaatan kitosan dan aktivitas antibakteri oligomer kitosan hasil
oligomernya mengalami peningkatan degradasi oleh kitonase Bacillus
yang signifikan di berbagai bidang licheniformis MB-2, dimana produksi
terutama dalam bidang farmasi, kesehatan oligomer kitosan dilakukan menggunakan
dan industri makanan. Kitosan lebih empat konsentrasi enzim (0,005, 0,0085,
efektif terserap kedalam tubuh manusia 0,1, 0,17 U/mg kitosan ) dengan waktu
bila dikonversi dulu dalam bentuk reaksi enzim-substrat selama 0,5 ,1,2, dan
oligomer kitosan (Qin Caiqin dkk., 2002). 3 jam pada suhu 70°C. Aktivitas anti
Kitosan oligomer merupakan bakteri citosan oligomer terhadap bakteri
kitosan yang telah mengalami pathogen diuji menggunakan metode difusi
depolimerisasi sehingga memiliki ukuran sumur, sedangkan pengaruh oligomer
molekul yang lebih kecil. Proses terhadap viabilitas bakteri diuji dengan
depolimerisasi terjadi setelah melalui metode kontak.
No……./Volume……. Jurnal Sains Kimia
270
260
250 f(x) = 1600 x + 217.2
240
230
220
210
200
0 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03
Maka berat molekul yang diperoleh :
log (η) = log K+ a log Mv
Gambar 3.2 Kurva Least Square Kitosan
log 924,1= log 9,8×10-3 + 0,9 log Mv
Oligomer
2,965 = -2,008 + 0,9 log Mv
4,973 = 0,9 logMv Jadi dari kurva konsentrasi (C) Vs
log Mv =5,52 Viskositas Reduksi (ηred) didapatkan
Mv = inv log 5,52 persamaan :
Mv = 331.131Da y = 1600x+217,2
3.2.5. Mencari Nilai Viskoistas Reduksi Maka nilai berat molekul yang di peroleh :
dari Larutan Kitosan Oligomer log (η) = log K+ a log Mv
Tabel 3.4 Data Penentuan Nilai Viskositas log 217,2 = log 9,8×10-3 + 0,9 log Mv
pada Kitosan Oligomer 4,338= -2,008 + 0,9 log Mv
4,338= 0,9 logMv
Sampel Viskositas Viskositas Viskositas
Relatif Spesifik Reduksi log Mv =4,8
(ηr) (ηsp) (ηred) Mv = inv log 4,8
t/t0 ηr-1 ηsp/C
0,005 3,25 2,25 225
Mv =63.095Da
0.01 3,33 2,33 233
0.015 3,43 2,43 243 Maka persen penurunan nilai berat
0.02 3,47 2,47 247 molekul dan viskositas instrinsik yang
0,025 3,58 2,58 258 diperoleh adalah :
10 0
90 80
Tra nsm it tan ce [%]
60 50
40
3070
3442. 89
2920. 13
2365. 31
2138. 70
1641. 94
1422. 38
1383. 52
1325. 00
1260. 66
1154. 78
1091. 25
1028. 81
895.7 6
668. 23
350 0 3 000 250 0 2 000 150 0 1 000
Wave numb er cm-1
untuk menghambat bakteri. Menurut Gambar 3.3 Spektrum FTIR serbuk kitosan
Z(heng et al.,2003) ada dua kemungkinan
mekanisme kitosan sebagai antibakteri. Dari gambar diatas spekrum
Yang pertama adalah kitosan yang menunjukkan adanya serapan pada daerah
menempel pada permukaan sel bakteri bilangan panjang gelombang (cm-1);
membentuk membran polimer yang dapat 3442,89 (N-H bending dan O-H
mencegah masuknya nutrisi masuk ke strectching); 2920,13 (C-H stretching);
dalam sel sehingga lama kelaman sel akan 164,94 (C=O amida); 109,25 (C-O)
mati. Yang kedua kitosan dengan bobot
molekul yang rendah dapat masuk ke Munculnya puncak amida
dalam sel dan meliputi sel. Karena kitosan disebabkannkarena kitosan kulit udang
dapat mengadsorpssubstansi elektronegatif lipan yang digunakan mempunyai derajat
dalam sel dan membuat mereka terapung, deasetilasi rendah yang menunjukkan
hal ini dapat mengganggu psikologi dari bahwa gugus asetil yang hilang masih
aktivitas bakteri dan membuat mereka sebagian C-H pada spektrum kitosan
lama kelamaan mati. cangkang udang lipan tersebut berasal dari
rantai utama polimer. Sedangkan ulur C-O
3.4 Analisis Spektroskopi Infra Merah berasal dari metanol yang melekat pada
(FTIR) rantai polimer.
A1655
DD = 1 –
[( ) ] ×
100
A3450 1,33
×100 %
A1655 / A3450 untuk sepenuhnya derajat dimana terdapat diameter zona hambat
deasetilasi kitosan. (Khan, dkk,2002) sebesar 13,4 mm pada Escherichia coli dan
Maka derajat deasetilasi dari penelitian ini 16,2 mm pada Staphylococcus aureus.
adalah :