Anda di halaman 1dari 5

Molekul, Vol. 4. No. 1.

Mei, 2009 : 1 - 5

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KITOSAN TERHADAP BAKTERI S.aureus

Mardiyah Kurniasih, Dwi Kartika


Program Studi Kimia, Jurusan MIPA
Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

ABSTRACT
Chitosan is the N-deacetylated derivative of chitin. Chitosan is biodegradable,
biocompatible and non-toxic. Chitosan is polycationic in acidic media and give
antibacterial activity. In this paper, antibacterial activity of chitosan have been studied.
Chitosan had been isolated from white shrimp. Antibacterial activity of chitosan
solutions was examined against S. aureus The result showed that antimicrobial effect on S.
aureus was strengthened as the choitosan concentrate decreased.

Keywords: chitosan, antibacterial test, S. aureus

PENDAHULUAN Penggerak utama pengembangan


Kitosan yang tiap tahunnya aplikasi-aplikasi baru kitosan adalah
dihasilkan 100 trilyun ton oleh crustacea, peranannya sebagai polimer kationik
mollusca, insekta, fungi dan diperkirakan yang secara ekonomis dapat diproses
kelimpahannya paling banyak nomor dua secara alami dari kitin yang melimpah,
setelah selulosa (Lim, 2002 ; Gylienė et tetapi tidak beracun, dapat didaur ulang
al., 2003 ; Kim, 2004 ; Fouda, 2005 ; dan ramah lingkungan (Rege dan
Shanmugasundaram, 2006). Disamping Lawrence, 1999). Akhir-akhir ini kitosan
itu, pemanfaatan kitosan merupakan banyak dimanfaatkan dalam beragam
suatu upaya meningkatkan nilai tambah industri.
produk hasil perairan seperti udang dan Kitosan merupakan polimer
kepiting sekaligus mengatasi masalah kationik yang bersifat nontoksik, dapat
karena udang dan kepiting menghasilkan mengalami biodegradasi dan bersifat
limbah berupa kulit/cangkang yang biokompatibel. Kitosan juga memiliki
selama ini kurang termanfaatkan kegunaan yang sangat luas dalam
(Yamazaki, 2007). kehidupan sehari-hari misalnya sebagai
Kitosan merupakan biopolimer adsorben limbah logam berat dan zat
yang diperoleh dari deasetilasi kitin. warna, pengawet, antijamur, kosmetik,
Kitosan terdiri dari poli (2-deoksi-2- farmasi, flokulan, antikanker, dan
asetilamin-2-glukosa) dan poli (2-deoksi- antibakteri. Kitosan dapat aktif dan
2-aminoglukosa) yang berikatan secara berinteraksi dengan sel, enzim atau
(1-4) β-glikosidik, struktur kitosan tersaji matrik polimer yang bermuatan negatif
pada Gambar 1 (Tolaimatea et al., 2003) (Stephen, 1995) serta sebagai bahan
antibakteri (Lim et al., 2002; No et al.,
2002).
Menurut Fernández et al. (2006)
kitosan memberikan aktivitas antibakteri
(E. coli, S. aureus, Pseudomona
aeruginosa dan Salmonella paratyphi B).
Kemampuan kitosan mengkoagulasi dan
Gambar 1 Struktur kitosan (DA adalah
membentuk komplek dengan DNA,
derajat deasetilasi)

1
Aktivitas Antibakteri Kitosan…(Mardiyah Kurniasih dan Dwi Kartika)

menyebabkan mekanisme antara sel dan Setiap konsentrasi asam asetat dibuat 25
gugus kationik pada polimer kitosan mL dengan 15 mL NB dan 5 mL kultur
masih perlu dikaji lebih lanjut (Dunn et bakteri S. aureus 108 CFU/mL. Efek
al., 1992). asam asetat terhadap pertumbuhan S.
Performance sifat-sifat kitosan aureus pada jam ke-0, 24 dan 48
sangat dipengaruhi oleh dua parameter dimonitor dengan spektrofotometer UV-
penting yaitu: derajat deasetilasi (DD) Vis dengan panjang gelombang 460nm
dan berat molekul (BM). Besarnya DD dan diukur CFU/mL dari bakteri yang
dan BM ini sangat dipengaruhi oleh masih hidup dengan platting technique.
konsentrasi basa, temperatur, waktu dan Kontrol pertumbuhan bakteri S. aureus
pengulangan proses selama pembentukan dalam media NB juga dihitung.
kitosan. Sampel kitosan dilarutkan dalam
Pada penelitian ini mengkaji asam asetat dengan variasi konsentrasi
aktivitas antibakteri kitosan terhadap [1,4; 1,0; 0,6; 0,4; 0,2; 0,1 dan 0,05%
bakteri S. aureus. (b/v)]. Sampel-sampel kitosan termasuk
asam asetat sebanyak 25 mL ditambah
METODE PENELITIAN kultur bakteri S. aureus 108 CFU/mL
Bahan dan Alat masing-masing 5 mL. Campuran
Bahan yang digunakan adalah: kemudian diinkubasi pada 37 oC. Efek
kulit udang putih, HCl, NaOH, NaOCl, konsentrasi kitosan terhadap
kultur murni bakteri S. aureus ATCC pertumbuhan S. aureus pada jam ke-0, 24
25293, nutrisi cair (NB), nutrisi padat dan 48 dimonitor dengan
(NA), akuades dan akuabides. spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
Peralatan yang digunakan gelombang 460nm dan diukur CFU/mL
meliputi: mortar, blender, ayakan 100 dari bakteri yang masih hidup dengan
mesh, seperangkat alat refluks, oven, platting technique. Sebagai kontrol media
timbangan analitik Mettler AE200, kurs digunakan pertumbuhan bakteri S. aureus
porselin, spritus, vortex, autoklaf, ose, dalam media NB yang juga dihitung
cawan petri, pipet mikro 1 mL, pipet dengan cara yang sama. Semua dilakukan
ukur, dan inkubator. secara duplo.

Cara Kerja HASIL DAN PEMBAHASAN


Kulit udang yang lolos 100 mesh Kitosan yang dihasilkan dari isolasi
direaksikan dengan NaOH untuk serbuk kulit udang berwarna coklat muda
deproteinase, demineralisasi dengan HCl, seberat 15,69% dari berat serbuk udang
pemutihan menggunakan NaOCl dan yang digunakan. Perhitungan derajat
deasetilasi sebanyak tiga kali deasetilasi dengan spektra IR dapat
menggunakan NaOH. Kitosan hasil menggunakan metode baseline a dan b
sintesis ditentukan derajat dan berat yang diusulkan oleh Baxter pada Khan
molekulnya. (2002). Berdasarkan hasil perhitungan
Uji antibakteri terlebih dahulu diperoleh derajat deasetilasi kitosan hasil
dilakukan pada larutan asam asetat, sintesis adalah 87,50 untuk metode
sebagai kontrol aktivitas antibakteri baseline a dan 96,50 untuk metode
larutan kitosan. Mengacu pada Liu et al. baseline b. Nilai baseline b lebih tinggi
(2006), kondisi uji dibuat dua set yaitu uji daripada baseline a, hal ini serupa dengan
dengan asam asetat dan tanpa asam asetat yang uraikan oleh Khan (2002). Semakin
(hanya NB) sebagai kontrol. Tujuh tinggi derajat deasetilasi maka semakin
variasi konsentrasi asam asetat (50, 100, banyak jumlah gugus amina pada kitosan,
150, 200, 250, 300 dan 350 ppm) dibuat. sehingga jumlah gugus amina yang

2
Molekul, Vol. 4. No. 1. Mei, 2009 : 1 - 5

terprotonasi dalam kondisi asam juga kelarutan akan turun ketika berat molekul
meningkat dan akhirnya dapat larut besar.
sempurna, selain itu akan meningkatkan Menurut Liu et al. (2006) asam
peluang kitosan berinteraksi dengan asetat memiliki aktivitas antibakteri. Oleh
muatan negatif pada dinding sel karena itu, ketika digunakan sebagai
mikroorganisme. pelarut kitosan maka peran serta asam
Viskosimetri merupakan metode asetat tidak dapat diabaikan. Dalam
paling mudah dan cepat untuk penelitian ini dikaji pengaruh konsentrasi
menentukan berat molekul (Dunn et al., asam asetat terhadap pertumbuhan
1992). Dari hasil perhitungan diperoleh bakteri S. aureus dengan hasil yang
berat molekul kitosan hasil isolasi sebesar diperoleh disajikan dalam Gambar 3.
176634,4 Da untuk derajat deasetilasi
hasil perhitungan dengan baseline a dan
129177,0 Da untuk derajat deasetilasi
hasil perhitungan dengan baseline b.
Berat molekul sangat berkaitan dengan
kelarutan kitosan dalam asam asetat,

Gambar 3 Pertumbuhan bakteri S. aureus pada larutan asam asetat (Inset:


pertumbuhan bakteri pada larutan asam asetat 250 ppm, 300 ppm dan 350
ppm, skala 0-2.107 CFU/mL)

Berdasarkan hasil yang diperoleh Larutan kitosan dilarutkan dalam


dapat disimpulkan semakin besar asam asetat dengan bervariasi konsentrasi
konsentrasi asam asetat maka semakin selanjutnya dilakukan uji aktivitas
besar aktivitas antibakteri. Berdasarkan antibakteri. Hasil yang diperoleh
hasil tersebut sebaiknya untuk disajikan dalam Gambar 2.
memanfaatkan kitosan dalam uji bakteri Berdasarkan Gambar 2 dapat
digunakan pelarut asam asetat dengan disimpulkan semakin besar konsentrasi
konsentrasi kurang dari 100 ppm. larutan kitosan semakin kecil aktivitas
antibakteri yang dberikan.

3
Aktivitas Antibakteri Kitosan…(Mardiyah Kurniasih dan Dwi Kartika)

30

25
CFU/mL ( x 107 )

20

15

10

0
NB kitosan kitosan kitosan kitosan kitosan kitosan kitosan
0,05% 0,10% 0,20% 0,40% 0,60% 1,00% 1,40%

jam ke-0 jam ke-24 jam ke-48

(a)

3,5

3
CFU/mL ( x 10 7 )

2,5

1,5

0,5

kit osan kit osan kit osan kit osan kit osan kit osan kit osan
0,05% 0,10% 0,20% 0,40% 0,60% 1,00% 1,40%

jam ke-0 jam ke-24 jam ke-48

(b)
Gambar 2 Pertumbuhan bakteri S. aureus pada (a). Variasi larutan kitosan dan kontrol
media NB, (b) variasi larutan kitosan

Beberapa mekanisme dengan DNA bakteri, yang


penghambatan mikroba oleh kitosan telah mengakibatkan terhambatnya sintesis
diusulkan beberapa peneliti, tetapi RNA dan protein. Pada mekanisme ini,
mekanisme yang pasti sampai saat ini kitosan harus mempunyai berat molekul
belum diketahui. Mekanisme yang paling kecil agar dapat masuk dalam sel
banyak diterima adalah interaksi muatan mikroorganisme.
positif kitosan dengan muatan negatif
pada permukaan bakteri, yang KESIMPULAN
menyebabkan perubahan permeabilitas Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
permukaan sel. Hal ini akan semakin kecil konsentrasi kitosan akan
menyebabkan hilangnya beberapa memberikan aktivitas antibakteri
penyusun sel seperti protein, asam amino terhadap bakteri S. aureus yang semakin
dan glukosa. Alhasil kitosan akan besar.
menghambat metabolisme
mikroorganisme dan akhirnya
mengakibatkan kematian sel.
Kemungkinan mekanisme yang lain
adalah muatan positif kitosan berinteraksi

4
Aktivitas Antibakteri
Molekul,Kitosan…(Mardiyah Kurniasih
Vol. 4. No. 1. Mei, 2009 : 1 - 5dan Dwi Kartika)

DAFTAR PUSTAKA Liu N., Xi-Guang, C., Hyun-Jin P., Chen-


Guang, L., Cheng-Sheng, L,
Dunn, E. T.; Li, Q.; Grandmaison, E. W. Xiang-Hong, M. and Le-Jun,
dan Goosen, M. F. A, 1992, Y.,(2006), Effect of MW and
Applications and Properties of Concentration of Chitosan On
Chitosan, J. Bioact. Compat. Antibacterial Activity of
Polym., 7, 370. Escherichia coli, Carbohydr.
Polym., 64, 60-65.
Fernández, M.; Plessing, C.V. dan
Cárdenas, G., 2006, Preparation No, H. K.; Park, N.Y; Lee, S.H. dan
and characterization of chitosan Meyers, S. P., 2002, Antibacterial
gels, J. Chil. Chi. Soc., 51, 1022- activity of chitosans and chitosan
1024. oligomers with different
molecular weights, Int. J. Food
Fouda, M. M. G., (2005), Use of Natural Microbiol. ,74, 65– 72.
Polysaccharides in Medical
Textile Applications, (disertasi) Rege, P. R. dan Lawrence H. B., 1999,
Fachbereich Chemie Universitat Chitosan processing: influence of
Duisburg-Essen, Germany. process parameters during acidic
and alkaline hydrolysis and effect
Gyliene, O., Inga R., Rima, T. and Ona, of the processing sequence on the
N., (2003), Chemical resultant chitosan’s properties,
Composition and Sorption Carbohydr. Res., 321, 235–245.
Properties of Chitosan Produced
from Fly Larva Shells, Chemija Tolaimatea, A.; Desbrieresb, J.; Rhazia,
(Vilnius), 14(3), 121-127. M., dan Alaguic, A., 2003,
Contribution to the preparation of
Khan, T.A.; Peh, K.K. dan Ch'ng H.S, chitins and chitosans with
2002, Reporting degree of controlled physico-chemical
deacetylation values of chitosan: properties, Polym. J. , 44, 7939–
the influence of analytical 7952.
methods, J Pharm Pharmaceut
Sci, 5(3):205-212. Shanmugasundaram, O. L., (2006)
Chitosan Coated Cotton Yarn and
Kim S. F., (2004), Physicochemical and It’s effect Antimicrobial Activity,
Functional Properties of Crawfish JTATM, 5(3), 1-6.
Chitosan as Affected by Different
Processing Protocols, (tesis) Yamazaki, M., (2007), Chemical
Departement of Food Science Modification of Chitosan Films
Louisiana State University. for Improved Hemostatic and
Bioadhesive Properties,
Lim, S., 2002. Synthesis of a fiber- (disertasi), Fiber and Polymer
reactive chitosan derivative and Science Program, College of
its application to cotton fabric as Textiles, North Carolina State
an antimicrobial finish and a University.
dyeing-improving agent,
(Dissertation) Fiber and polymer
science, North Carolina State
University.

545

Anda mungkin juga menyukai