Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PENAMBAHAN KITOSAN SEBAGAI AGEN ANTI-MIKROBA PADA

PEMBUATAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT TERHADAP BIOFOULING YANG


DISEBABKAN OLEH BAKTERI GRAM POSITIF
Nur Novilina Arifianingsih1, Titik Istirokhatun1,Heru Susanto2

Abstract
Biofouling issues become major problems that occurred in membrane application for water
and waste water treatment. Biofouling which is caused by the activity of microorganisms is
the effect of acumulation of bacteria colony on the surface of the membrane. In this study,
cellulose acetate membranes were prepared by adding chitosan as an antibacterial agent
with various concentration. The modified membranes were tested in two stages, the first is
characterization test that include membrane permeability test, FTIR, and SEM, the second is
antibacterial test. S. aureus bacteria was used in this study by using inhibition zone methode.
Compared to other variations, chitosan blending membran 0.5% had a better antibacterial
levels. The result in antibacterial test showed that chitosan can be used as an agent
antibacterial in membrane but it is less effective than when chitosan as a solution.
Keywords: Cellulose Acetate, Chitosan, Biofouling, Antimicrobial

I. PENDAHULUAN rekayasa kimia dengan menambahkan suatu


Sistem pemisahan dengan teknologi zat aditif pada membran. Contoh zat aditif
membran saat ini sangat luas digunakan yang biasa digunakan adalah dengan
terutama untuk pemurnian air baik dari air menambahkan kitosan dalam modifikasi
sungai, air laut maupun air limbah karena komposisi membran. Beberapa penelitian
memiliki potensi yang sangat menjanjikan menunjukan bahwa kitosan mampu untuk
seperti mampu memisahkan partikel membunuh mikroba/bakteri dengan
mikroorganisme, polutan organik (bau dan berbagai mekanisme, diantaranya adalah
rasa), dan senyawa anorganik (kesadahan (1) kemampuan kitosan dalam berinteraksi
dan garam). (Hilal et.al., 2012). Namun dengan lipopolisakarida (LPS), (2) kitosan
teknologi membran memiliki permasalah mengikat Deoxyribose Nucleic Acid
utama berupa fouling yang akan (DNA) atau asam deoksiribonukleat,, (3)
menghambat laju alir pemisahan. Beberapa penumpukan kitosan di permukaan bakteri,
jenis fouling pada membran yaitu scaling, (4) kitosan diserap oleh bakteri. (Li et.al.,
organik fouling dan biofouling. 2010)
Biofouling diakibatkan oleh Penelitian ini bertujuan untuk
penempelan satu atau lebih bakteri pada menganalisis komposisi terbaik campuran
permukaan membran yang diikuti dengan selulosa asetat dan kitosan dalam mencegah
pertumbuhan dan perkembangan sel yang biofouling. Dan untuk mengkaji pengaruh
meluas karena nutrisi yang ada pada air metode pembuatan membran dalam
umpan. Dengan adanya nutrisi yang pengurangan penempelan bakteri pada
memadai dan waktu yang lama, maka membran.
akhirnya bakteri ini akan membentuk Dalam penelitian ini, kitosan
lapisan biofilm di permukaan membran. ditambahkan dalam pembuatan membran
(Hilal et al., 2012) Keberadaan lapisan selulosa asetat melalui 2 metode yaitu
biofilm ini dapat mengganggu sistem blending dan coating.
pengoprasian membran karena menutup
pori membran. II. METODE PENELITIAN
Telah banyak penelitian yang 2.1 Bahan
dilakukan untuk menyelesaikan Selulosa asetat sebagai bahan utama
permasalahan biofouling. Salah satu pembuatan membran dibeli dari Aldrich
caranya adalah dengan melakukan suatu Chemistry, USA. Sebagai zat aditif

1) Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro


2) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
digunakan kitosan (C6H11NO4)n, Larutan bakteri diambil sebanyak 1 mL,
diproduksi oleh Biotect Surendo, Komp. dituang dalam cawan petri yang telah berisi
Pelapuhan Perikanan No.1 Kejawanan, media padat Nutrient Agar (NA),
Cirebon. Kultur Staphylococus aureus (S. dihomogenkan, kemudian didiamkan
aureus) didapatkan dari Laboratorium hingga padat. Potongan membran
Mikrobiologi Universitas Diponegoro.. kemudian diletakan diatas permukaan
media. Media diinkubasi dalam suhu 37oC
selama 18-24 jam.
2.2 Pembuatan membran
Pada pembuatan dengan cara blending, III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dibuat larutan dope dengan komposisi 3.1 Uji permeabilitas membran
selulosa asetat 12% dengan variasi Berikut adalah hasil uji permeabilitas
konsentrasi kitosan 0%, 0,1%, 0,5% dan membran blending:
1% dalam asam asetat 70%. Dicetak
dengan mesin casting kemudian direndam
dengan aquadest selama 30 menit
kemudian aquadest dibuang dan direndam 80
dengan non solvent aquadest kembali Fluks Air Murni
Nilai Fluks (L/m2.jam)
70 68.79
hingga 24 jam, kemudian dikeringkan. 60
50
Pada pembuatan dengan cara coating, 40
35.68
membran selulosa asetat dengan kitosan 30 28.14
0% dilapisi dengan larutan kitosan dengan 20
10 7.68
variasi konsentrasi 0,1%, 0,5% dan 1% 0
sebanyak masing-masing 1x, 2x dan 3x 0 0.5 1 1.5
pelapisan. Konsentrasi Kitosan (% berat)

Gambar 1. Grafik Hubungan Konsentrasi Kitosan


2.3 Karakterisasi membran
dan Nilai Fluks
Untuk mengetahui jumlah permeat
yang dihasilkan per satuan luas dalam Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa
satuan waktu (L/m2.jam) dilakukan uji terjadi penurunan nilai fluks setiap
permeabilitas. Ikatan senyawa kimia yang penambahan konsentrasi kitosan. Menurut
terjadi di dalam membran dilakukan uji penelitian Liu, et al. (2005) diketahui
Fourier Transform Infrared (FTIR). Untuk bahwa penurunan fluks pada membran
mengetahui morfologi dan struktur selulosa asetat-kitosan bisa disebabkan
membran secara visual dilakukan uji karena berubahnya sifat membran yang
Scanning Electron Microscope (SEM). hidrofilik. Semakin banyak penambahan
kitosan semakin berkurang hidrofilisitas
2.4 Uji Antibakteri membran hal ini yang mengurangi jumlah
Untuk mengetahui kemampuan fluks membran.
antibakteri pada kitosan dengan berbagai 80
variabel dilakukan uji antimikroba dengan
Nilai Fluks (L/m2.jam)

70 68.79
metode zona hambat. 60
Inokulan S. aureus diambil 50
43.58
menggunakan ose steril sebanyak seujung 40 36.48
30.42
ose kemudian dimasukan kedalam larutan 30 28.84
20 21.60
Nutrient Broth (NB) dan dibiarkan selama 17.70
18-24 jam. Membran dipotong dengan 10 10.80 9.78
8.75
0
diameter ± 2 cm kemudian disterilkan
0 1 2 3
menggunakan autoklaf selama 15 menit
Jumlah Coating Membran
dalam suhu 121oC dan tekanan 2 atm.
Gambar 2. Grafik Hubungan Jumlah Coating dan karena puncaknya kebawah dapat
Nilai Flux disimpulkan bahwa itu hanyalah
ketidakmurnian dan oleh bising (noise)
Jika dilihat secara umum, nilai fluks
elektronik (Fessenden, 1986). Puncak
pada membran coating lebih besar
ketiga yaitu pada panjang gelombang 3690
dibandingkan dengan nilai fluks membran
yang mewakili gugus hidroksil (-OH)
blending. Perbedaan nilai fluks ini
(Leceta et al., 2013). Ikatan hidrogen
kemungkinan terjadi karena adanya
mengubah posisi dan penampilan pita
penyumbatan pori (pore blocking) pada
absorbsi. Jika pada spektra infrared pitanya
membran coating. Karena penambahan
melebar artinya ikatan hidrogen yang ada
kitosan pada membran coating hanya
murni dari senyawa dalam fase cair.
dilakukan pada permukaan membran saja.
Namun jika spektra yang terbentuk berupa
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang
pita yang meruncing maka dapat
dilakukan oleh Mollahoseini et. al. (2012)
disimpulkan ikatan hidrogennya tak terikat
yang menyatakan bahwa penyumbatan pori
(fase uap) (Fessenden, 1986). Hal ini
lebih mempunyai pengaruh dalam
membuktikan bahwa ikatan –OH murni
penurunan performa membran
berasal dari senyawa di dalam membran,
dibandingkan dengan hidrofilisitas
bukan karena adanya uap air dari luar.
membran.
Dari ketiga puncak tersebut merupakan
gugus yang khas berada dalam senyawa
3.2 Fourier Transform Infrared (FTIR)
kitosan sehingga dapat disimpulkan bahwa
1.6
KI 0% kitosan yang ditambahkan dengan cara
1.4 KI 0.1%
KI 0.5%
blending berinteraksi dengan kuat dengan
1.2
KI 1% selulosa asetat.
1

0.8

0.6

0.4
1.4
0.2
KI 0%
1.2
0 KI 0.1% 1x
1122
1267
1411
1556
1701
1845
1990
2135
2279
2424
2569
2713
2858
3003
3147
3292
3437
3581
3726
3871
399
543
688
833
977

KI 1% 3x
1
KI 1% 1x
Gambar 3. Grafik Panjang Gelombang pada
Absorbansi

Membran Blending Selulosa Asetat dengan Kitosan 0.8

(CA/CS) 0.6

0.4
Terjadi beberapa puncak yang berbeda
antara membran selulosa asetat dan kitosan 0.2

(CA/CS) dan CA/CS 0% yaitu pada 0


1128
1272
1417
1562
1706
1851
1996
2140
2285
2430
2574
2719
2864
3008
3153
3298
3442
3587
3732
3876
405
549
694
838
983

panjang gelombang 1514 pada garis merah,


Panjang Gelombang (cm-1)
hijau dan ungu sedangkan pada garis biru
Gambar 4. Grafik Panjang Gelombang pada
tidak terdapat puncak. Maka garis 1514
Membran Coating Selulosa Asetat dengan Kitosan
mewakili ikatan amida I (-NH) (Li, et al.
2010). Dan dari grafik dapat diketahui Pada gambar 4 puncak pertama yaitu
bahwa dua buah peak kecil di antara 1460 – pada panjang gelombang 1564 terdapat
1560 adalah peak ikatan –NH dalam bentuk puncak di garis merah, hijau dan ungu
amina primer. NH yang terbentuk adalah tetapi pada garis biru tidak terdapat puncak.
amina primer karena menghasilkan dua Maka garis 1564 mewakili ikatan amida I (-
peak kembar (Fessenden, 1986). Puncak NH) (Sun, et al. 2011 ). Puncak pada
kedua yaitu pada panjang gelombang 2397 panjang gelombang 3313 yang mewakili
pada garis merah, hijau dan ungu dimana gugus hidroksil (-OH) (Kumar, et al. 2013).
garis biru tidak menampakkan puncak, Dengan adanya gugus amida I tersebut
membuktikan bahwa kitosan berikatan non solven dalam perendaman berpengaruh
dalam membran. dalam pembentukan diameter pori
Secara umum puncak yang terbentuk (Zavastin et al., 2010).
pada membran selulosa asetat murni
maupun dengan perlakuan coating tidak 3.4 Uji Antibakteri
begitu jauh berbeda. Hal ini bisa
diakibatkan karena konsetrasi kitosan yang Berikut adalah gambar hasil uji
ditambahkan sangat sedikit. (Liu et al., antibakteri dengan menggunakan metode
2010 ) zona hambat:

3.3 Scanning Electron Microscope


(SEM)
Penyebaran pori pada gambar 5
terbentuk karena pada saat pembentukan
membran, terjadi proses solidifikasi atau (a) (b) (c)
pemadatan. Gambar 6. Hasil Uji Antibakteri pada CS 100% dan
CA/CS 0% (a) CA/CS 0,5% dan 0,1% blending (b)
CA/CS 1% blending (c)

(a) (b) (c)


(a) (c)
Gambar 7. CA/CS 0,1% Coating 3x dan CA/CS
0,5% Coating 3x (a) CA/CS 0,5% Coating 1x dan
CA/CS 0,5% Coating 2x (b) CA/CS 1% Coating 3x
(c)

Gambar 6 dan 7 menunjukkan bahwa


kemampuan kitosan sebagai anti bakteri
(b) (d) belum begitu signifikan terlihat dari tidak
adanya zona bening yang dihasilkan oleh
kitosan dalam berbagai variabel, meskipun
jika dicermati lebih baik kitosan blending
0,5% memiliki daya hambat yang paling
baik. Hal ini dapat dibuktikan jika dilihat
lebih dalam lagi dengan SEM didapatkan
(c)
hasil sebagai berikut:
Gambar 5. Hasil SEM membran blending (a) CS 0%
(b) CA/CS 1% (c) CA/CS 0.1%-1x (d) CA/CS 1%-
1x (e) CA/CS 1%-3x

Dilihat dari strukturnya, membran


selulosa asetat adalah membran asimetris.
Hal ini sangat dipengaruhi pembuatan
membran dari bentuk larutan yang
kemudian dicetak dengan menggunakan
mesin casting. Diameter pori yang berbeda
beda disebabkan oleh material membran
dan metodenya. Interaksi polimer dengan (a) (d)
Ma et al., 2007 yang menyatakan bahwa
kitosan sudah dikenal sangat luas dalam
kemampuannya sebagai antibakteri namun
kitosan dalam membran akan lebih lemah
aktivitas antibakterinya dibandingkan
dengan larutan kitosan. Hal ini dikarenakan
(b) (e) adanya penurunan jumlah muatan positif
pada kitosan yang disebabkan oleh
perendaman saat pembuatan membran.
Sehingga interaksi dengan sel negatifnya
akan melemah. Untuk mengantisipasinya
dapat digunakan zat aditif lain untuk
(c) (f) mengkombinasikan dengan kitosan.
Gambar 8 S. aureus dalam membran CA/CS 0% Sehingga daya hambat bakteri akan lebih
perbesaran 3000x (a) perbesaran 7000x (b) optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian
perbesaran 10000x (c) S. aureus dalam membran
CA/CS 0,5% blending perbesaran 3000x (d)
yang telah dilakukan oleh Liu et al, 2010
perbesaran 7000x(e) perbesaran 10000x (f) yang membandingkan penggunaan kitosan
sebagai anti biofouling pada membran
Kitosan memiliki kemampuan untuk selulosa asetat dengan campuran lain
menghambat bakteri. Menurut Zheng et al., seperti kombinasi kitosan, selulosa asetat
2003 ada dua kemungkinan mekanisme dan heparin, atau kombinasi kitosan,
kitosan sebagai antibakteri. Yang pertama selulosa asetat dan perak, atau kombinasi
adalah kitosan yang menempel pada kitosan, selulosa asetat, natrium heparin
permukaan sel bakteri membentuk dan ion perak.
membran polimer yang dapat mencegah
masuknya nutrisi masuk ke dalam sel IV. KESIMPULAN
sehingga lama kelaman sel akan mati. Yang Dari hasil pembahasan dapat
kedua kitosan dengan bobot molekul yang disimpulkan bahwa kitosan terbukti mampu
rendah dapat masuk ke dalam sel dan mengurangi jumlah bakteri dalam membran
meliputi sel. Karena kitosan dapat atau dengan kata lain berfungsi sebagai
mengadsorpsi substansi elektronegatif antibakteri. Namun lemah karena
dalam sel dan membuat mereka terapung, sedikitnya jumlah polianion dalam LTA
hal ini dapat mengganggu psikologi dari pada S.aureus dan sedikitnya polikation
aktivitas bakteri dan membuat mereka lama dalam kitosan akibat proses perendaman
kelamaan mati. Sel elektronegatif atau membran. Dari seluruh variabel konsentrasi
polianion dalam bakteri gram positif berada yang diuji, konsentrasi yang paling
dalam dinding selnya yaitu lipoteichoic optimum bagi kitosan dalam membran
acid (LTA). LTA inilah yang akan bereaksi sebagai antibakteri adalah 0,5%. Metode
dengan polikation dalam kitosan. (Kong et pembuatan membran yang paling baik
al., 2010). Pemecahan dinding sel bakteri untuk mencegah biofouling dengan
atau disebut lisis ini dapat dilihat di gambar mengandalkan kitosan sebagai antibakteri
8. Meskipun lemah dilihat dari sedikitnya adalah dengan metode blending karena
bakteri yang mengalami lisis. Hal ini kitosannya tersebar merata di seluruh
disebabkan oleh sedikitnya muatan negatif bagian membran (bukan hanya di
dalam LTA pada bakteri S. aureus. (Kong permukaan saja)
et al., 2010). Lemahnya daya hambat
kitosan ini juga disebabkan oleh perbedaan
kekuatan antibakteri pada kitosan jika RUJUKAN
dalam bentuk larutannya dan dalam bentuk
membran. Hal ini dipertegas oleh penelitian
Fessenden, Ralp J., and Fessenden, Joan S. through damage to be of cell
1986. Kimia Organik Jilid I: Penerbit membrane mechanism. Carbohydrate
Erlangga. Jakarta. Polymers. Vol 79 : 493-499.
Hilal, Nidal., Kochkodan, Victor., Al- Ma, Yunli., Zhou, Tao., and Zhao
Khatib, Laila., and Levadna, Tetyana. Changseng. 2008. Preparation of
2004. Surface Modified Polymeric Chitosan-Nylon-6 Blended
Membranes to Reduce (Bio)Fouling : Membranes Containing Silver Ions as
A Microbiological Study Using E. Antibacterial Materials.
Coli. Desalination. Vol. 167 : 293 – Carbohydrate Research. Vol. 343 :
300. 230-237
Kong, Ming., Chen, Xi Guang., Xing, Ke., Mollahosseini, Arash., Rahimpour,
Park, Jin Hyun. 2010. Review Ahmad., Jahamshahi, Mohsen.,
Antimicrobial Properties of Chitosan Peyravi, Majid., and Khavarpour,
and Mode of Action : A State of The Maryam. 2012. The Effect of Silver
Art Review. International Journal of Nanoparticle Size on performance
Food Microbiology. Vol 144 : 51-63. and Antibacteriality of Polysulfone
Kumar, Rajesha., Isloor, Arun, M., Ismail, Ultrafiltration Membrane.
A. F., and Matsuura. 2013. Synthesis Desalination. Vol 306 : 41-50
and Characterization of Novel Water Sun, Yan., Liu, Yong., Li, Yongzhen., Lv,
Suluble Derivative of Chitosan as an Mingzhe., Li, Puwang,., Xu,
Additive for Polysulfone Hanglong., and Wang, Lei. 2011.
Ultrafiltration Membrane. Journal of Preparation and Characterization of
Membrane Science. Vol 440 : 140- Novel Curdlan/Chitosan Blending
147. Membranes for Antibacterial
Leceta, I., Guerro, P., Ibarburu, I., Duenas, Applications. Carbohydrate
M.T., and Caba, K. de la. 2013. Polymers. Vol 84 : 952-959.
Characterization and Antimicrobial Zavastin, Daniela., Cretescu, Igor.,
Analysis of Chitosan – Based Film. Bezdadea, Mariana., Bourceanu,
Journal Food of Engineering. Vol Militina., Dragan, Maria., Lisa,
116: 889 – 899. Gabriela., Mangalagiu, Ionel., Vasic,
Liu, Chunxiu., and bai, Renbi. 2005: Vesna., Savic, Jasmina.2010.
Preparing Highly Porous Chitosan/ Preparation, characterization and
Cellulose Acetate Blend Hollow applicability of cellulose acetate-
Fibers as Adsorptive Membranes: polyurethane blend membrane in
Effect of Polymer Consentrations and separation techniques. Colloids and
Coagulant Compositions. Journal of Surface A: Physicochemical and
Membrane Science. Vol. 279: 336 – Engineering Aspect. Vol 370: 120-
346. 128.
Liu, C. X., Zhang, D. R., He, Yi., Zhao, X. Zheng, Lian-Yiang, Zhu, Ziang-Feng.
S., and Bai, Renbi. 2010. 2003. Study on Antimicrobial
Modification of membrane surface Activity of Chitosan With Different
for anti-biofouling performance : Molecular Weights. Carbohydrate
Effect of anti-adhesion and anti- Polymers. Volume 54 Hal 527-531.
bacteria approaches. Journal of
Membrane Science. Vol 346 : 121-
130.
Li, Xiao-fang., Feng, Xiao-qiang., Yang,
Sheng., Fu, Guo-qing., Wang, Ting-
pu., and Su, Zhong-xing. 2010.
Chitosan kills Escherichia coli

Anda mungkin juga menyukai