Abstract
Biofouling issues become major problems that occurred in membrane application for water
and waste water treatment. Biofouling which is caused by the activity of microorganisms is
the effect of acumulation of bacteria colony on the surface of the membrane. In this study,
cellulose acetate membranes were prepared by adding chitosan as an antibacterial agent
with various concentration. The modified membranes were tested in two stages, the first is
characterization test that include membrane permeability test, FTIR, and SEM, the second is
antibacterial test. S. aureus bacteria was used in this study by using inhibition zone methode.
Compared to other variations, chitosan blending membran 0.5% had a better antibacterial
levels. The result in antibacterial test showed that chitosan can be used as an agent
antibacterial in membrane but it is less effective than when chitosan as a solution.
Keywords: Cellulose Acetate, Chitosan, Biofouling, Antimicrobial
70 68.79
metode zona hambat. 60
Inokulan S. aureus diambil 50
43.58
menggunakan ose steril sebanyak seujung 40 36.48
30.42
ose kemudian dimasukan kedalam larutan 30 28.84
20 21.60
Nutrient Broth (NB) dan dibiarkan selama 17.70
18-24 jam. Membran dipotong dengan 10 10.80 9.78
8.75
0
diameter ± 2 cm kemudian disterilkan
0 1 2 3
menggunakan autoklaf selama 15 menit
Jumlah Coating Membran
dalam suhu 121oC dan tekanan 2 atm.
Gambar 2. Grafik Hubungan Jumlah Coating dan karena puncaknya kebawah dapat
Nilai Flux disimpulkan bahwa itu hanyalah
ketidakmurnian dan oleh bising (noise)
Jika dilihat secara umum, nilai fluks
elektronik (Fessenden, 1986). Puncak
pada membran coating lebih besar
ketiga yaitu pada panjang gelombang 3690
dibandingkan dengan nilai fluks membran
yang mewakili gugus hidroksil (-OH)
blending. Perbedaan nilai fluks ini
(Leceta et al., 2013). Ikatan hidrogen
kemungkinan terjadi karena adanya
mengubah posisi dan penampilan pita
penyumbatan pori (pore blocking) pada
absorbsi. Jika pada spektra infrared pitanya
membran coating. Karena penambahan
melebar artinya ikatan hidrogen yang ada
kitosan pada membran coating hanya
murni dari senyawa dalam fase cair.
dilakukan pada permukaan membran saja.
Namun jika spektra yang terbentuk berupa
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang
pita yang meruncing maka dapat
dilakukan oleh Mollahoseini et. al. (2012)
disimpulkan ikatan hidrogennya tak terikat
yang menyatakan bahwa penyumbatan pori
(fase uap) (Fessenden, 1986). Hal ini
lebih mempunyai pengaruh dalam
membuktikan bahwa ikatan –OH murni
penurunan performa membran
berasal dari senyawa di dalam membran,
dibandingkan dengan hidrofilisitas
bukan karena adanya uap air dari luar.
membran.
Dari ketiga puncak tersebut merupakan
gugus yang khas berada dalam senyawa
3.2 Fourier Transform Infrared (FTIR)
kitosan sehingga dapat disimpulkan bahwa
1.6
KI 0% kitosan yang ditambahkan dengan cara
1.4 KI 0.1%
KI 0.5%
blending berinteraksi dengan kuat dengan
1.2
KI 1% selulosa asetat.
1
0.8
0.6
0.4
1.4
0.2
KI 0%
1.2
0 KI 0.1% 1x
1122
1267
1411
1556
1701
1845
1990
2135
2279
2424
2569
2713
2858
3003
3147
3292
3437
3581
3726
3871
399
543
688
833
977
KI 1% 3x
1
KI 1% 1x
Gambar 3. Grafik Panjang Gelombang pada
Absorbansi
(CA/CS) 0.6
0.4
Terjadi beberapa puncak yang berbeda
antara membran selulosa asetat dan kitosan 0.2