Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“Difusi. Osmosis dan Plasmolisis”

Oleh :

Shinta Nur Aisyah

210210103064

6/C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
I. JUDUL
Difusi, Osmosis, dan Plasmolisis
II. TUJUAN
2.1 Mengamati pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan kimia (jenis pelarut) terhadap
permeabilitas membran sel.
2.2 Untuk mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotonik pada sel
tumbuhan.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Sel tumbuhan memiliki dau lapisan yang membatasi antara bagian luar dan
bagian dalam dari sel. Lapisan yang terluar disebut dengan dinding sel yang
memiliki struktur tebal, dinamis dan kompleks. Dinding sel terstruktur atas
komponen selulosa,hemiselulosa , pektin dan lignin. Komponen selulosa
merupakan polisakarida yang tersusun atas glukosa yang mempunyai sifat
kristalisasi tinggi sehingga struktur dinding sel kaku. Selulosa disebut taklarut
dalam air dikarenakan berikatan kuat dengan ikatan hydrogen antar molekul.
Sehingga dengan adanya rantai dari selulosa pencegahan terjadinya dehidrasi
molekul dapat dicegah karena adanya kekuatan rantai selulosa. Hemiselulosa
adalah kumpulan molekul polisakarida heterogen yang mengikat selulosa bagian
permukaan. Pektin merupakan komponen untuk mencegah runtuhnya jaringan dari
selulosa. Dinding sel memiliki peran penting sebagai pemberi kekokohan dan
bentuk dari sel tumbuhan serta melindungi sel dari gangguan mekanis (Detti et al.,
2020). Plasmodesmata adalah tabung berlapis membran plasma yang
menghubungkan sel satu dengan sel lainnya. Dengan adanya plasmodesmata, sel
tumbuhan dapat melakukan komunikasi seluler dan memungkinkan pergerakan
molekul antar sel melalui rongga pusatnya (Hernandez et al., 2019).
Lapisan dalam tumbuhan yaitu membrane sel, tersusun atas lipoprotein yaitu
gabungan dari senyawa lipid (lemak) dengan senyawa protein. Struktur dari
membrane sel yaitu tipis,berisfat dinamis dan asimetris. Dikatakan asimetris karena
memiliki komponen protein dan lipid, kedua molekul inilah yang menyusun lapisan
fosfolipid bilayer (Arif,2021). Lipid memiliki tiga jenis yaitu fosfolipid, sfingolipid,
dan koleterol. Terdapat gugus yang dapat larut dalam lemak disebut hidrofobik dan
gugus lainnya yang tak larut dalam air disebut hidrofilik. Komponen lainnya yaitu
protein, terdapat dua jenis protein membran yaitu protein integral dan protein
perifer. Protein integral menembus membran sepenuhnya dan protein perifer
terletak yang hanya melekat pada hanya satu sisi permukaan membrane sel (Hall,
2018).
Membrane sel memiliki sifat semipermeable yang berarti membrane dapat
dilewati air dan gas terlarut. Selain itu, membrane sel juga bersifat selektif
permeabel karena mampu mengatur zat yang masuk ke dalam atau ke luar sel
(Crespo et al., 2020). Membran sel mampu melakukan proses transport zat yakni
transport pasif dan transport aktif. Pada transpor pasif terdapat tiga jenis yaitu difusi
sederhana, difusi terbantu, dan osmosis. Transport aktif adalah transport di
membrane yang membutuhkan energi berupa Adenosis Tri Phospat (ATP). Difusi
sederhana yaitu proses molekul diangkut langsung melewatu lapisan ganda lipid
yang membentuk memrban sel tanpa memerlukan energi (Blanco et al., 2019).
Perpindahan zat larutan dengan konsentrasi tinggi ( hipertonis ) menuju konsentrasi
larut rendah ( Hipotonis) memiliki dua jenis yaitu difusi sederhana dan difusi
terbantu, difusi terbantu atau facilitated diffusion merupakan proses difusi yang
membutuhkan protein pembawa pembawa protein (Atmaji, 2019). Peristiwa
osmosis merupakan proses perpindahan zat dalam pelarut dengan konsentrasi
rendah ( hipotonik ) menuju konsentrasi tinggi ( hipertonik) dengan melewati
memmbran semipermeable. Terdapat dua factor yang mempengaruhi proses
osmosis yaitu meteri terlarut dan kadar air dalam sel dan materi terlarut dan kadar
air yang ada di luar sel (Ulfa et al., 2020)
Peristiwa layu pada sel tumbuhan dapat terjadi karena kehilangan air dalam sel
tersebut , sehingga apabila sel tumbuhan diletakkan pada larutan terkonsentrasi atau
larutan dengan konsentrasi tinggi maka sel akan mengalami kehilangan airnya.
Proses ini terjadi karena air yang berada di dalam sel di larutan hipertonik berdifusi
keluar dari sel (Rihin, 2019). Sebaliknya, sel tumbuhan yang berada di larutan
berkonsentrasi rendah (hipotonik) maka air akan masuk ke dalam membran sel dan
sel akan mengalami tekanan turgor dan sel tumbuhan akan bengkak. Tekanan turgor
merupakan tekanan yang mendorong membran sel terhadap dinding sel tumbuhan.
Tekanan ini berfungsi untuk mempertahankan bentuk dari sel tumbuhan (Hasanah
et al., 2021).
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
a. Bunsen/pemanas listrik
b. Tabung reaksi
c. Gelas kimia atau wadah tahan panas
d. Rak tabung reaksi
e. Mikroskop
f. Object glass
g. Cover glass
h. Pipet tetes
i. Stopwatch
j. Pisau silet
k. Pengaduk
l. Sendok makan
m. Penggaris
n. Kertas label
o. Termometer
p. Kresek sampah
4.1.2 Bahan
a. Umbi kunyit
b. Metanol
c. Aseton
d. Akuades
e. Umbi bawang merah atau daun Rhoeo discolor
f. Larutan gula
g. Larutan garfis
h. Tissue
4.2 Langkah Kerja
4.2.1 Permeabiitas Membran
a. Perlakuan Fisik

Memotong umbi kunyit dengan menggunakan pipa sumur


yang berdiameter 0,5 cm dan Panjang 2.0 cm sebanyak 3
potongan.
Memanaskan air menggunakan bunsen kemudian mengukur
suhu menggunakan termometer hingga suhu mencapai
40°C, 50°C, dan 70°C.

Memasukkan potongan umbi kunyit kedalam gelas beaker


yang didalamnya sudah terdapat air dengan suhu 40°C,
50°C, 70°C dan membiarkan selama 1 menit.

Memasukkan potongan umbi kunyit kedalam gelas beaker


yang didalamnya suda terdapat air dengan suhu 40°C,
50°C, 70°C dan membiarkan selama 1 menit.

Mengeluarkan umbi kunyit dari bekaer glass kemudian


memasukkan kedalam 3 tabung reaksi yang telah dilabeli
sesuai suhunya dan sudah diisi akuades sebanyak 5 ml

Menunggu selama 30 menit untuk melihat perubahan yang


terjadi pada umbi kunyit.

Mengamati hasil dan mendokumentasikan.

b. Perlakuan Kimia

Mengupas umbi kunyit dan memotong dengan ukuran 2 cm


diameter 0.5 cm sebanyak 2 potong.

.
Mencuci umbi kunyit di air mengalir.

Memasukkan metanol ke dalam tabung reaksi sebanyak 5


ml, kemudian memasukkan 1 umbi kunyit ke dalam tabung
reaksi dan biarkan sampai 30 menit.
Memasukkan aseton ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml,
kemudian memasukkan 1 umbi kunyit ke dalam tabung
reaksi dan biarkan sampai 30 menit.

Setelah 30 menit, kedua tabung reaksi dikocok selama


menit..

Mengamati hasil dari percobaan.

4.2.2 Plasmolisis

Mengupas dan mencuci bawang merah.

Mengambil lapisan yang berwarna merah pada bawang


merah berjumlah 3 dengan cara mengopek tipis lapisan.

Meletakkan di atas kaca benda.

Ada 3 lapisan. Lapisan pertama ditetesi dengan Aquades


( control), Lapisan 2 ditetesi dengan larutan glukosa, dan
lapisan ke 3 ditetesi dengan larutan grafis ( kemudian
gunakan tisu bersih untuk menyerap larutan yang berlebih).

Setiap perlakuan dibiarkan selama 20 menit.

Selanjutnya menutupnya edngan kaca benda dengan


memastikan tidak ada gelembung yang terperangkap.

Proses pengamatan, amati dengan mikroskop cahaya.


V. HASIL PENGAMATAN
5.1 Permeabilitas Membran
Perlakuan Gambar Warna
Larutan
Fisik ( Suhu ) Sebelum Sesudah
40ᵒ C +
(Sedikit kuning)

50ᵒ C +++
(Sangat Kuning)

70ᵒ C ++
(Kuning)

Pelarut Organik
Metanol +++
(Sangat Kuning)
Aseton ++
(Kuning)

Kontrol
Aquades +
(Sedikit kuning )

Keterangan :
+ : Sedikit Kuning
++ : Kuning
+++ : Sangat Kuning
5.2 Plasmolisis
Gambar
Perlakuan Keterangan
Sebelum Sesudah
Aquades Ukuran sel tetap,
tidak terjadi
plasmolisis

Larutan Glukosa Dinding sel


mengkerut
Larutan Grafis Dinding sel tidak
mengkerut

VI. PEMBAHASAN
Difusi dan Osmosis
Difusi merupakan suatu proses pergerakan zat dari daerah yang dengan
konsentrasi tinggi menuju daerah yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga
mencapai dititik konsentrasi yang sama. Proses difusi tidak memerlukan ATP atau
energi. Tumbuhan melakukan proses difusi melalui membrane sel yang berstruktur
fosfolipid bilayer ( memiliki lapisan lipid dan protein ) maka difusi terbagi menjadi
dua jenis yaitu difusi sederhana dan facilitated diffusion ( difusi terbantu ). Difusi
sederhana merupakan proses difusi tanpa memerukan bantuan apapun dan terjadi
secara spontan, sedangkan difusi terbantu merupakan proses difusi yang
membutuhkan bantuan untuk menembus inti hidrofobik membran sel. Dalam difusi
terbantu, zat atau molekul akan dibantu oleh protein membran untuk melewati
membran sel.
Peristiwa osmosis merupakan proses transport pasif berupa pergerakan air dari
daerah kurang terkonsentrasi (hipotonik) ke daerah yang lebih berkonsentrasi
(hipertonik) hingga konsentrasi zat terlarut sama atau dengan kata lain osmosis
adalah pergerakan air melewati membran semipermeabel dari daerah konsentrasi
rendah ke daerah konsentrasi tinggi. Larutan yang dipisahkan membran
semipermeabel dibagi menjadi hipertonik, hipotonik, dan isotonik. Osmosis terjadi
pada sel tumbuhan dan sel hewan. Pada sel tumbuhan, tumbuhan memiliki dinding
sel sehingga saat air bergerak ke dalam sel, membran didorong ke dinding sel
hingga mengakibatkan tekanan turgor.
Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Osmosis, difusi dan
plasmolysis diantaranya adalah Bunsen atau pemanas yang berguna untuk
memanaskan air hingga suhu 40°C, 50°C, dan 70°C. Tabung reaksi berguna untuk
tempat atau wadah potongan umbi kunyit selama proses perlakuan fisik dan kimia,
gelas kimia yang tahan panas sebagai wadah air yang sudah dipanaskan, rak tabung
reaksi sebagai tempat tabung reaksi, mikroskop sebagai alat untuk mengamati sel
epidermal bawang merah sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Object glass
berfungsi sebagai tempat preparat sel epidermal bawang merah, cover glass berguna
untuk menutup preparat sebelum dilakukan pengamatan di bawah mikroskop, pipet
tetes berfungsi untuk meneteskan air dan larutan perlakuan (glukosa, garfis,
methanol, dan aseton), pisau cutter berfungsi sebagai pemotong umbi kunyit dan
juga penyayat lapisan epidermal pada umbi bawang. Pengaduk sebagai alat untuk
menghomogenkan gula dengan air, sendok makan, untuk mengambil gula sebelum
dihomogenkan, kresek sampah sebagai wadah sampah sisa percobaan, penggaris
sebagai alat untuk mengukur potongan umbi kunyit, kertas label berguna untuk
menandai dan menamai setiap sampel, termometer berfungsi untuk mengukur suhu
air saat dipanaskan sesuai prosedur (40°C, 50°C, dan 70°C), dan stopwatch berguna
sebagai alat untuk mengatur waktu saat perendaman umbi kunyit maupun irisan
tipis bawang merah pada larutan.
Bahan yang digunakan pada acara ini antara lain umbi kunyit sebagai bahan yag
diuji coba pada perlakuan metanol dan aseton, metanol dan aseton sebagai pelarut
organik, akuades sebagai larutan kontrol pada plasmosis, umbi bawang merah
sebagai bahan yang diambil bagian berwarna merah untuk percobaan plasmosis dan
penggunaan bawang merah karena kawang merah memiliki pigmen berwarna
sehingga akan memudahkan dalam pengamatan di bawah mikroskop, larutan gula
dan larutan garfish sebagai larutan organik, dan tissue berfungsi untuk menyerap
larutan yang berlebih pada preparat di kaca benda.
Sifat Sifat yang Dimiliki Oleh Metanol dan Aseton
Metanol dan aseton merupakan dua senyawa kimia yang memiliki sifar sifat
yang berbeda. Methanol memiliki sifat fisik sebagai benda cair tidak berwarna
berbau menyengat dan sangat mudah terbakar/menguap pada suhu kamar. Methanol
merupakan senyawa gugus hidroksil (OH-) yang dapat mengalami
oksidasi,sehingga bahan ini dapat mengekstrak komponen non polar seperti lemak.
Selain itu methanol juga memiliki sifat toxic bagi manusia jika tidak sengaja
terhirup atau terminum dengan jumlah yang cukup banyak akan mengakibatkan
kerusakan system saraf pusat dan organ dalam pada tubuh manusia.
Aseton merupakan carian dengan sifat fisik tidak berwarna berbau taja, dan
termasuk dalam jenis pelarut. Aseton disebut dengan sebutan pelarut polar
dikarenakan memiliki gugus karboksil yang bersifat polar. Sifat kimia dari aseton
ialah ia mudah terbakar dan juga menguap pada suhu kamar.
Perbedaan Antara Transport Aktif dan Transport Pasif
Perbedaaan yang paling mendasar antara transport aktif dan pasif adalah pada
penggunaan energi dan arah pergerakan zat yang melintasi membrane sel. Transport
aktif memerlukan energi seperti ATP (Adenosin Tri Phosphat) untuk memindahkan
zat dengan arah berlawanan dengan melawan gradien konsentrasi alami, sehingga
zat bergerak dari kontrasi rendah menuju daerah dengan konsentrasi yang lebih
tinggi. Proses transport aktif berlangsung sangat cepat dan dinamis. Tujuan dari
proses transport aktif ialah mengangkut semua molekul yang ada pada tumbuhan
seperti protein , glukosa, sel besar, ion dll. Transport aktif juga memiliki protein
pembawa . Contoh proses fggtransport aktif yaitu eksositosis, endositosis, pompa
natrium-kalium. Eksositosis merupakan proses pengeluaran molekul besar dari
dalam sel ke luar sel. Proses ini membutuhkan energi sehingga termasuk jenis
transpor aktif. Eksositosis adalah proses penting pada sel tumbuhan dan sel hewan.
Dalam endositosis, zat yang berada di luar sel dibawa ke dalam sel.
Transport pasif merupakan proses perpindahan zat tanpa memerlukan energi
yang bergerak melalui membrane sel. Arus dari perpindahan proses ini searah
mengikuti pergerakan gradien konsentrasi alami dari daerah yang berkonsentrasi
tinggi menuju daerah dengan konsentrasi rendah. Tujuan dari proses transport pasif
ialah untuk menjaga keseimbangan dalam suatu konsentrasi tumbuhan. Selain itu
transport pasif juga memiliki tujuan yaitu untuk mengangkut semua molekul
terlarut, termasuk oksigen, air, karbon dioksida, lipid, hormon seks, dll. Transport
pasif tidak memiliki protein pembawa seperti transport pasif. Contoh transport pasif
antara lain osmosis, difusi, dan difusi terfasilitasi.
Data Hasil Pengamatan
Eksperimen mengenai permeabilitas membrane sel menggunakan umbi kunyit
dengan beberapa perlakuan. Sebelum perlakuan dimulai kunyit terlebih dahulu
dikupas dan dibersihkan menggunakan air mengalir hingga bersih, kemudia umbi
di potong sepanjang 2 cm dan diameter 0.5 cm. dilakukan pemotongan supaya
kunyit dapat masuk kedalam tabung reaksi dengan mudah. Setelah itu masing
masing umbi akan diisi air dan diujikan dalam 3 perlakuan perbedaan suhu untuk
mengetahui pengaruh fisik ( suhu) terhadap permeabilitas dari membrane sel.
Uji fisik (suhu) terhadap permeabilitas membrane sel melibatkan dua perlakuan
dan satu kontrol. Suhu yang digunakan yaitu sebebsar 40ᵒC pada potongan umbi
kunyit pertama sebelum didiamkan selama 30 menit dan dikocok dalam tabung
reaksi, menunjukkan warna jernih sebelum di kocok sedangkan setelah dilakukan
perlakuan warna air sedikit kuning. Pada suhu 50ᵒC potongan umbi kunyit sebelum
didiamkan selama 30 menit dan dikocok di dalam tabung reaksi berwarna jernih
sedangkan sesudah perlakuan menunjukkan warna larutan menjadi lebih kuning.
Selanjutnya perlakuan pada suhu 70ᵒC dengan potongan umbi kunyit sebelum di
kocok warnanya kuning pucat dan setelah dikocok warnanya menjadi kuning,
namun tidak sepekat yang terlihat pada perlakuan di suhu 50ᵒC. Hasil tersebut
seharusnya menunjukkan semakin tinggi suhu pelarut maka akan semakin pekat
warna larutan yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan literatur Menurut Crespo et
al., (2020), membran sel adalah lapisan bagian dalam sel tumbuhan yang tersusun
dari protein dan lemak atau biasa disebut fosfolipid bilayer. Membran sel
mempunyai sifat selektif permeabel terhadap molekul. Permeabilitas membran sel
dipengaruhi oleh faktor-faktor, contohnya suhu, ukuran solut, kelarutan lemak,
derajat ionisasi, pH, dan temperatur. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu
suhu, semakin tinggi suhu maka akan menyebabkan membran sel mengalami
denaturasi. Saat suhu meningkat, baik membran sel maupun protein yang ada dapat
terpengaruh. Bagian hidrofobik membran sel yaitu bagian ekor dari lapisan ganda
fosfolipid dapat “meleleh” yakni bagian tersebut akan menjadi lebih cair dan akan
mengakibatkan banyak pergerakan. Hal tersebut mempengaruhi permeabilitas
membran sel sehingga molekul yang akan masuk ke dalam sel tidak tersaring
dengan baik yang berarti akan memudahkan molekul untuk masuk atau keluar dari
sel.
Percobaan perlakuan pelarut organik menggunakan dua jenis pelarut yaitu
aseton dan metanol. Pada perlakuan metanol, potongan umbi kunyit didiamkan
selama 30 menit dan larutan berwarna jernih, sedangkan sesudah didiamkan dan
dikocok selama 1 menit larutan menjadi berwarna sangat kuning. Pada perlakuan
aseton, potongan umbi kunyit sebelum didiamkan selama 30 menit dan larutan
berwarna jernih sedangkan sesudah didiamkan dan dikocok selama 1 menit,
menunjukkan warna larutan menjadi kuning. Pada perlakuan kontrol yakni hanya
diberi akuades dan didiamkan selama 30 menit, warna larutan sebelum dan sesudah
didiamkan tetap berwarna jernih. Perubahan warna larutan pada perlakuan metanol
dan aseton menunjukkan terjadinya permeabilitas. Hal ini sesuai dengan literatur.
Menurut Crespo et al., (2020), permeabilitas membran dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya yaitu jenis pelarut. Pelarut yang digunakan ialah metanol dan
aseton. Kedua pelarut tersebut memiliki sifat hidrofilisitas yang besar sehingga
molekul air akan tertarik pada larutan metanol dan aseton. Struktur metanol dan
aseton menyebabkan permukaan membran sel menjadi lebih hidrofil yang
menyebabkan permeabilitas membran berkurang dan warna larutan pada tabung
reaksi berubah menjadi keruh dan semakin pekat (kuning) seiring dengan lamanya
waktu perendaman.
Percobaan perlakuan metanol larutan terlihat lebih berwarna kuning daripada
aseton. Hal ini terjadi karena ikatan yang terdapat pada metanol memiliki daya tarik
elektron yang lebih besar daripada aseton sehingga pada perlakuan metanol terjadi
kerusakan permeabilitas membran sel lebih tinggi. Selain itu, metanol memiliki
rantai OH yang lebih pendek atau dengan kata lain memiliki jumlah atom C lebih
sedikit sehingga dalam waktu 30 menit larutan pada pelarut metanol akan lebih
keruh atau lebih kuning karena daya permeabilitas membran sel umbi kunyit lebih
lemah.
Percobaan plasmolisis menggunakan irisan tipis bagian bawang merah. Tujuan
penggunaan bawang merah yaitu adanya pigmen berwarna merah sehingga mudah
diamati di bawah mikroskop. Kemudian, kedua irisan diberikan perlakuan yaitu
diberi akuades sebagai kontrol, larutan glukosa, dan larutan garfis. Pada perlakuan
menggunakan larutan glukosa yakni dengan mendiamkan irisan bawang merah
selama 20 menit lalu diamati di bawah mikroskop. Irisan bawang merah didiamkan
selama 20 menit karena epidermis bawang merah adalah sel tumbuhan yang
dilindungi dinding sel sehingga proses osmosis yang terjadi akan lebih lama
daripada sel hewan. Hasil yang terlihat pada pengamatan yaitu sel mengalami
pengerutan dan pigmen warna yang sebelum diberi perlakuan menyebar rata di
seluruh permukaan sel, sedangkan setelah diberikan perlakuan pigmen warna
berkumpul atau menyatu di tengah sel. Hal tersebut terjadi karena sel epidermal di
letakkan di larutan hipertonik (larutan konsentrasi lebih tinggi) sehingga air di
dalam sel akan bergerak ke luar sel untuk menyeimbangkan konsentrasi. Hal ini
sesuai dengan literatur. Menurut Campbell et al., (2010), apabila sel tumbuhan
direndam di lingkungan hipertonik maka sel tumbuhan akan kehilangan air dan
menyusut. Saat sel tumbuhan mengalami pengerutan maka membran plasma
terlepas dari dinding sel. Peristiwa ini disebut dengan plasmolisis, peristiwa yang
dapat mengakibatkan tumbuhan menjadi layu hingga mati.
Perlakuan kedua menggunakan larutan garfis yaitu NaCl. Irisan bawang merah
didiamkan selama 20 menit kemudian terlihat dinding sel mengalami turgiditas. Hal
ini terjadi karena peristiwa osmosis yakni berpindahnya air garam sebagai larutan
hipotonik atau larutan dengan konsentrasi lebih rendah bergerak ke sel bawang
merah yang memiliki konsentrasi lebih tinggi. Hal tersebut sesuai dengan literatur.
Menurut Ulfa et al., (2010), osmosis merupakan peristiwa bergeraknya zat yang
terkandung di pelarut yang hipotonik ke bagian yang hipertonik. Peristiwa osmosis
mengakibatkan air atau molekul yang berada di luar sel akan masuk ke dalam sel
sehingga mengakibatkan sel membengkak.
Percobaan kontrol menggunakan akuades. Percobaan ini mendapatkan hasil
yaitu kondisi sel tetap. Hal ini menunjukkan bahwa akuades dengan sel epidermal
bawang merah memiliki konsentrasi yang sama atau dengan kata lain akuades
termasuk ke dalam larutan isotonik. Menurut Campbell et al., (2002), larutan-
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang sama disebut sebagai isotonik. Jika dua
larutan bersifat isotonik, air berpindah melintasi membran yang memisahkan
larutan-larutan tersebut pada laju yang sama untuk kedua arah dengan kata lain
tidak terdapat selisih osmosis di antara larutan-larutan isotonik
Kesalahan Praktikum
Pada praktikum difusi, osmosis dan plasmolysis terdapat beberpa kesalahan
yang mempengaruhi tabel hasil pengamatan. Kesalahan terjadi pada praktikum
acara 1 ini ialah kecerobohan dalam pengambilan larutan aseton dan methanol,
dikarenakan pada saat mengambil larutan tersebut menggunakan pipet praktikan
dan asisten tidak memastikan berapa besaran atau massa dari masing masing larutan
yang digunakan. Sehingga dengan kesalahan tersebut terdapat hasil yang sama
antar kelompok sehingga sulit untuk dibedakan larutan organic mana yang memiliki
sifat merusak membrane sel lebih tinggi. Kemudian kesalahan yang kedua yaitu
pada proses perlakuan fisik (suhu) yang dapat dilihat dengan perubahan warna
akibat perlakuan tersebut. Didapatkan hasil yang kurang signifikan pada suhu 50ᵒC
yang harusnya tidak lebih pekat dari umbi kunyit perlakuan 70ᵒC. dikatakan tidak
signifikan, karena salah satu sebab terjadinya proses osmosis adalah pengaruh
tinggi rendahnya dari suhu terhadap permeabilitas membran. Semakin tinggi suhu
yang diberikan maka akan semakin pekat warna larutan yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena kesalahan saat proses mengupas umbi kunyit dan
mencucinya, jika getah kunyit setelah proses pengupasan tidak dicuci dbenar benar
bersih maka akan mempengaruhi hasil perlakuan fisik yang dilakukan. Hal ini
relevan dengan salah satu literatur yang membahas bahwa keberadaan getah dapat
menyebabkan peningkatan permeable sel sehingga peningkatan jumlah kukurmin (
getah ) akan mempengaruhi interaksi perlakuan terhadap membransel dengan cara
memberikan perlindungan ekstra dikarenakan kukurmin (getah) ini memiliki zat
antioksidan yang dapat melindungi membrane sel dari kerusakan oksidatif yang
disebabkan oleh kenaikan suhu atau panas.

VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Pengaruh tinggi rendahnya suhu terhadap permeabilitas membrane
ialah semakin tinggi suhu akan mempengaruhi juga laju cepat
osmosis yang melintasi membrane sel. Hal ini terjadi karena struktur
dari fosfolipis rusak ( meleleh) terkena panas sehingga proses
osmosis berlangsung lebih cepat. Sedangkan pada pengaruh jenis
pelarut terhadap permeabilitas disimpulkan bahwa semakin polar
larutan yang digunakan maka laju osmosis akan semakin cepat
karena lipid dalam membrane sel akan mudah larut pada pelarut
polar.
7.1.2 Pengaruh larutan hipertonik pada sel tumbuhan ialah disaat sel
tumbuhan diletakkan pada larutan hipertonik maka membrane sel
akan keluar mengakibarkan peristiwa plasmolysis. Pengaruh larutan
hipotonik pada sel tumbuhan yaitu saat sel tumbuhan berada di
larutan hipotonik maka air atau molekul larutan hipotonik tersebut
akan masuk ke dalam sel tumbuhan dan sel tumbuhan mengalami
turgid atau sel akan membengkak (turgid).
7.2 Saran
7.2.1 Saran untuk Asisten
Pertemuan praktikum pada acara pertama asisten sudah
menjelaskan materi dan teori dengan jelas dan baik, namun untuk
pembahasan data hasil pengamatan praktikan dan membandingkan
dengan data asisten (data yang sesuai dengan kebenaran atas
perlakuan) tidak dibahas sehingga praktikan kurang dapat
memperkirakan kesalahan yang dilakukan karena tidak ada
pembahasan data. Oleh karena itu sebaiknya untuk praktikum
selanjutnya mohon untuk dibahas dan dikoreksi dari hasil percobaan
praktikum apakah sudah tepat atau kurang.
7.2.2 Saran untuk Praktikan
Sebaiknya sebelum memulai praktikum praktikan diharapkan
mengerti setiap langkah kerja yang ingin dilakukan dan memastikan
pertimbangan langkah kerja. Sehingga data yang dihasikan akan
menjadi data yang minim dengan kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. 2021. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Bandung: CV. Media Sains
Indonesia.
Atmaji, Y. 2019. Ketakjuban Sebutir Sel. Surakarta: CV Kekata Group.
Blanco, J., H. Martin, C. Marino, dan A. E. Rossignoli. 2019. Simple Diffusion as
the Mechanism of Okadaic Acid Uptake by the Mussel Digestive Gland.
Toxins Journal. 395: 1 – 11
Campbell. 2002. Biologi. 5 th . Surabaya: Erlangga.
Campbell. 2010. Biologi. 8 th. Surabaya: Erlangga
Crespo, L. M., J. L. S. Wang, A. F. Sierra, G. Aragay, E. E. Murugarren, P.
Bartoccioni, M. Palacin, dan P. Ballester. 2020. Facilitated Diffusion of
Proline across Membranes of Liposomes and Living Cells by a
Calixpyrrole Cavitand. Elsevier inc. 6: 3054 – 3070.
Detti, A.Y ., Syahidah. Agussalim , dan Suhasman. 2020. Ilmu Kayu. Makassar :
Fakultas Kehutanan Universitas Hassanudin.
Hall, J. E. 2018. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 13rd. Indonesia: Elsevier.
Hernandez, V., M Benitez, dan A. Boudaoud. 2019. Interplay Between Turgor
Pressure and Plasmodesmata During Plant Development. Journal of
Experimental Botany. 71 (3): 768 – 777.
Rihin, N. 2019. Pengaruh Variasi Kadar Salinitas Media dan Macam Bahan
Amelioran Terhadap Pertumbuhan Azolla microphylla kaulf. Jurnal
Ilmiah Pertanian. 15 (2): 44 – 50.
Ulfa, H. L., R. Falahiyah, S. Singgih. 2020. Uji Osmois pada Kentang dan Wortel
Menggunakan Larutan NaCl. Jurnal Sainsmart. 9 (2): 110 – 116.
Zhang, B., Y. Gao, L. Zhang, dan Y. Zhou. 2021. The Plant Cell Wall: Biosynthesis,
Construction, And Functions. Journal of Integrative Plant Biology. 63 (1): 251
– 272
LAMPIRAN
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai