Mengetahui,
Dosen penanggung jawab
A. Latar Belakang
Homeostatis adalah suatu keadaan komposisi kimia dan fisiokimia yang
konstan pada medium internal organism. Homeostasis merupaka suatu proses
yang terjadi secara terus menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi
terhadap lingkungan sekitarnya. Termasuk temperature tubuh, tekanan osmotic,
konsentrasi ion hydrogen kandungan protein dan gula konsentrasi ion dan ratio
ion-ion aktif yang berhubunngan denganbiologis dan sebagainya.
Sel terdiri atas protoplasma yaitu isi yang terbentuk oleh suatu
membrane atau selaput sel. Dalam sel tersebut terkandung air dalam jumlah
yang banyak. Baik hewan yang hidup didarat, dalam air tawar maupun air asin,
tidak akan memperoleh cairan tersebut dari dalam tubuhnya terjadi transisi
cairan yang masuk atau keluar dari sel. Karena sel pun tidak dapat berfungsi
lebih baik apabila kelebihan cairan.
Pada hakekatnya osmosis adalah suatu peristiwa difusi. Para ahli
mengatakan bahwa osmosis adalah proses difusi dari setiap pelarut melalui
suatu selaput yang semipermiabel secara deferensial. Osmosis merupakan
gerakan molekul air dari potensial tinggi ke potensial air yang lebih rendah
untuk membentuk suatu lingkungan yang stabil maka sel memiliki kemampuan
yang dinamakan homeostasis.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa antar sel dengan lingkungan
luarnya terjadi pertukaran zat-zat. Pertukaran tersebut dapat terjadi pada
kondisi sel bila ditempatkan dalam suatu larutan yang bersifat isotonis,
hipotonis dan hipetronis. Untuk mendapat pemahaman yang lebih jauh
mengenai bahasan diatas, tentu tidak cukup hanya dengan teori saja, diperlukan
kegiatan praktikum yang akan menunjang pengetahuan kita mengenai keadaan
sel bila ditempatkan di dalam larutan yang bersifat hipotonis, isotonis dan
hipertonis. Innilah yang menjadi latar belakang kami melaksanakan praktikum
ini.
B. Tujuan praktikum
1. Untuk mengetahui bagaimana keadaan sel bila ditempatkan di dalam
larutan yang bersifat isotonis, hipotonis, hipertonis.
2. Untuk mengamati peristiwa osmosis pada kulit katak.
3. Untuk mengamati peristiwa osmosis pada usus ayam.
C. Manfaat praktikum
1. Dapat mengetahui bagaimana keadaan sel bila ditempatkan di dalam
larutan yang bersifat isotonis, hipotonis, hipertonis.
2. Dapat mengamati peristiwa osmosis pada kulit katak.
3. Dapat mengamati peristiwa osmosis pada usus ayam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Bahan
a. Katak
b. Aquadest
c. Larutan NaCl 2%; 4%; 6%; dan 8%
Kegiatan III
1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Tali raffia
c. Mistar
d. Rak tabung reaksi
e. Syringe
2. Bahan
a. Usus ayam
b. Air suling
c. Larutan NaCl 6% dan 8%
C. Prosedur Kerja
Kegiatan I
1. Mengisi aqua gelas dengan air suling hingga tiga perempatnya
2. Mengetuk ujung cangkang telur yang membulat secara hati-hati
3. Melepaskan cangkang telur secara hati-hati sebesar ukuran jari
4. Mengetuk ujung telur yang runcing. Membuat lubang sebesar pipet
sedotan
5. Meletakkan telur dalam posisi tegak dengan bagian tumpul di bawah pada
mulut gelas yang beriasi air
6. Memasukkan ujung sedotan ke dalam lubang cangkang menembus
membrane cangkang
7. Menyalakan dan meneteskan lilin cair di sekeliling sedotan sampai ruang
antar cangkang dan sedotan tertutup rapat
8. Mengamati pergerakan air atau cairan dalam sedotan setiap 5 menit.
Mengukur tinggi cairan di dalam sedotan dengan menggunakan mistar.
Kegiatan II
1. Menyuntik kantung limfa pada katak hingga katak terbius.
2. Menggunakan scalpel dan melepaskan kulit yang menempel pada badan
katak.
3. Membersihkan kulit katak dan menggunakan untuk menutup salah satu
mulut selang plastik. Mengikat kulit katak tersebut dengan karet.
4. Mengisi selang plastik tersebut dengan larutan NaCl 8%. Memasukkan
selang plastik ke dalam gelas piala yang berisi air suling secara tegak
lurus.
5. Melakukan pengamatan setiap 30 menit selama 24 jam.
6. Mengamati tinggi permukaan larutan NaCl 8 di dalam selang plastik.
Kegiatan III
1. Membersihkan usus ayam dari kotoran, memotong sepanjang 15 cm.
2. Mengikat salah satu ujung usus ayam dengan karet gelang.
3. Memasukkan larutan NaCl 8% pada masing-masing usus ayam sebanyak 4
cc.
4. Memasukkan setiap usus ayam ke dalam tabung reaksi menusuk bagian
ujung usus ayam yang terbuka dengan lidi sebagai penggantung pada
mulut tabung reaksi.
5. Mengisi tabung reaksi dengan air suling dengan menggunakan syringe
hingga 3/4nya. Menandai tinggi permukaan air di dalam tabung reaksi.
6. Melakukan pengamatan setiap 30 menit selama 24 jam. Mengamati tinggi
permukaan air di dalam tabung reaksi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Kegiatan I
Tabel pengamatan
Aquades NaCl
Menit
ke- 0,2 M 0,4 M 0,8 M 1M 2M 4M
1 2
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
5 0 0,2 0 0 0 0 0 0
10 0 0,6 0 0 0 0 0 0
15 0 1,0 0 0,4 0 0,3 0 0
20 0 1,5 0 0 0 0,7 0 0
25 0 2 0 0,8 0 1,1 0 0
30 0 2,5 0 1,1 0,2 1,3 0 0,1
35 0 3 0 1,5 0,5 1,8 0 0,5
40 0,4 3,5 0 1,7 1,0 2,1 0 0,8
45 0,7 3,3 0 1,8 1,3 2,5 0 1,2
50 0,9 3,0 0 2,2 1,5 2,8 0 1,5
55 0,9 2,6 0,2 2,8 1,9 3,1 0 1,8
60 1,0 2,5 0,7 3,1 2,2 3,5 0 1,6
Kegiatan II
Tabel pengamatan
Pengamata
Bagian Dorsal Bagian Ventral
n
Konsentrasi 2% 4% 6% 8% 2% 4% 6% 8%
Awal (cm) 0,2 0,1 0,2 0,3 0,3 0,1 0,1 0,3
Kegiatan III
Tabel pengamatan
Data Data I
Konsentrasi 6% 8%
Awal (ml) 0 3,60
1 0,1 3,60
2 0,2 3,70
3 0,3 4,00
4 0,4 4,30
5 0,5 4,50
6 0,6 4,60
7 0,7 4,65
8 0,8 4,70
9 0,9 5,60
10 - 5,15
11 - 5,20
12 - 5,20
13 - 5,20
14 - 5,20
15 - 5,20
16 1,0 5,20
17 1,0 5,20
18 1,0 5,20
19 1,0 5,40
20 - 5,40
21 - 5,40
22 - 5,40
23 - 5,50
24 - 5,50
25 - 5,50
26 - 5,50
27 - 5,50
28 - 5,50
29 - 5,50
30 - 5,50
31 - 5,50
32 - 5,50
33 5,50
34 - 5,50
35 - 5,50
36 - 5,60
37 - 5,60
38 - 5,70
39 - 5,70
40 - 5,70
41 - 5,80
42 - 5,80
43 - 5,80
44 5,80
45 - 5,80
46 - 5,80
47 - 5,80
48 - 5,90
B. Pembahasan
1. Kegiatan I
Kegiatan I dengan tujuan mengamati keadaan sel pada keadaan yang
isotonis, hipotonis, dan hipertonis. Dengan menggunakan telur sebagai
objek pengamatan tepatnya pada lapisan membran kulit telur tersebut. Telur
dengan membran terbuka ini tempatkan pada larutan dengan konsentrasi
berbeda.
Larutan pertama yaitu aquades dimana berdasarkan data yang
diperoleh tidak terjadi pergerakan pada aquades 1, dan aquades 2 terjadi
permukaan larutan. Aquades 2 sesuai dengan teori yang ada dimana
aquades lebih bersifat hipotonik terhadap cairan dalam cangkag telur.
Sebagaimana menurut Wulangi (1993), Aquades merupakan air yang
memiliki nilai potensial air yang paling tinggi dan mengandung zat terlarut
yang berarti nilai potensial airnya lebih rendah dibandingkan dengan
aquades. Sementara untuk larutan NaCl 0,4 M, NaCL 0,8 M, 2 M, dan 4 M
terjadi peningktan volume di dalam pipet se hingga menunjukkan bahwa
cairan di dalam telur lebih hipertonis dari larutan-larutan tersebut karena
potensial air pada larutan lebih besar sehingga air dari larutan berpindah ke
dalam telur.
2. Kegiatan II
Kegiatan II dengan tujuan praktikum mengamati peristiwa osmosis
pada kulit katak dilakukan pada larutan NaCl 2 %, 4%, 6%, dan 8%.
Menurut Ismail dan Hartono (2014), osmosis merupakan difusi ar melintasi
membran semipermeabel dari daerah dimana jumlah molekul air lebih
banyak ke daerah dengan junlah molekul air lebih banyak ke daerah dengan
jumlah molekul air yang lebih sedikit. Dengan pengertian osmosis tersebut
maka dapat dibuktikan data hasil pengamatan terjadinya peristiwa osmosis
pada lapisan kulit katak. Hal ini dapat dilihat dengan adanya pertambahan
volume secara berkelanjutan selama masa pengamatan pada tabung berisi
larutan.
Percobaan ini digunakan dua jenis kulit katak yang bagian dorsal dan
ventral sebagai dua jenis membran semipermeabel yang berbeda secara
struktural. Berdasarkan data diperoleh , jumlah peningkta volume air dalam
tabung larutan yang dilapisi kulit katak bagian dorsal. Hal ini mennjukkan
bahwa sifat permeabilitas kulit katak bagian ventral lebih tinggi
dibandingkan bagian dorsal.
3. Kegiatan III
Kegiatan III dengan tujuan praktikum mengamati peristiwa osmosis
pada usus ayam dilakukan pada larutan NaCl6% dan 8%. Berdasarkan data
hasil pengamatan, terdapat data yang jumlah volume aquades. Penambahan
volume ini seharusnya tidak terjadi mengingat potensial air aquades lebih
tinggi dibandingkan larutan NaCl yang dimasukkan dalam usus ayam.
Sehingga seharusnya volume aquades berkurang karena berosmosis melali
membran semipermeabel berupa usus ayam menuju ke larutan NaCl yang
potensial osmosisnya lebih besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hsil pengamatan dan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Jika sel berada pada larutan yang bersifat isotonis, maka tidak akan terjadi
perpindahan cairan sebab pengaruh konsentrasi yang sama, jika sel berada
pada larutan yang bersifat hipotonis maka air aka berosmosis ke dalam sel
begitu sebaliknya jika pada larutan hipertonis.
2. Osmosis dapat terjadi pada kulit katak karena kulit katak merupakan
membran semipermeabel baik itu pada kulit bagian ventral maupun dorsal
tubuh katak.
3. Osmosis dapat terjadi pada lapisan usus ayam karena usus ayam
merupalan membran semipermeabel.
B. Saran
1. Praktikan sebaiknya sistematis dan terkoordinir dalam melakukan
praktikum agar praktikum berjalan dengan tepat waktu.
2. Untuk laboran agar perlengkapan praktikum yang disediakan sesuai
dengan petunjuk buku penuntuk praktikum.
3. Sebaiknya asisten lebih memperhatikan dan mengkoordinir jalannya
praktikum yang dilakukan oleh praktikan.
DAFTAR PUSTAKA