PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah,
1. 1 Latar Belakang
mendapatkan barang dan jasa yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini
Teknologi informasi merupakan alat bantu yang sangat efektif bagi seseorang,
Di dunia ini, tidak ada hari tanpa belajar. Kegiatan belajar adalah bagian
dari kebutuhan manusia yang bisa dijalankan dengan berbagai cara. Belajar
sendiri adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk
1
Mitha Atsiro, dkk. “Analisis Pemanfaatan Hybrid learning dalam Proses Belajar dan Mengajar”, diakses dari
eprints.binadarma.ac.id, pada Selasa, 18 Januari 2022, pukul 12.25 WIB.
keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai
materi yang telah dipelajari2. Manusia sudah mengenal belajar dari berabad-abad
lalu, semua anak kecil juga sudah diajari oleh kedua orang tuanya. Maka itu,
manusia. Ketika kita adalah manusia yang terpelajar, itu menjadi sebuah
Belajar pun bisa dengan berbagai cara, mulai dari belajar sendiri
(otodidak) atau yang sering kita jumpai di sekolah yaitu diajari oleh guru.
Belajar juga bukan hanya tentang pelajaran namun bisa tentang apapun, seperti
belajar menghargai orang lain, belajar dari kesalahan yang sudah kita lakukan
dan juga lainnya. Di masa pandemi sekarang, tentunya sulit untuk memaksakan
melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Dengan adanya virus
Covid-19 sekarang, kegiatan belajar mengajar bisa dibilang juga seperti dibatasi.
Penyebaran virus Covid-19 atau virus Corona ini juga bisa dibilang mudah, karena
penyebarannya dapat melalui droplet, udara, dan melalui permukaan yang sudah
terkontaminasi. Maka dari itu kegiatan belajar mengajar tatap muka harus dibatasi
belajar mengajar, sekarang kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan jarak jauh atau
PJJ. Hal ini bisa dibilang menjadi alternatif satu-satunya untuk tetap belajar dalam
masa pandemi seperti ini. Melalui basis video call via Zoom Meetings, hal ini dapat
2
M. Prawiro, “Pengertian Belajar: Tujuan, Ciri-Ciri, dan Jenis-Jenis Belajar”, diakses dari
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-belajar.html, pada Selasa, 18 Januari 2022, pukul 12.38 WIB.
terealisasikan. Sehingga siswa masih bisa mendapatkan ilmu pembelajaran disaat-
SMA Lasbchool Cibubur juga sudah mulai menerapkan kegiatan PTM, yaitu
aturan pemerintah yaitu melakukan PTM 50%. Karena resiko yang diambil terlalu
banyak jika memaksakan untuk melakukan PTM 100% saat ini. Keadaan kondisi
seperti itu terjadi yang dinamakan dengan Hybrid learning yaitu pembelajaran
terjadinya perubahan efektifitas belajar yang dialami oleh para siswa SMA
Labschool Cibubur. Perubahan yang dimaksud adalah bagaimana guru lebih fokus
mengajar kepada murid yang PTM daripada murid PJJ. Hal ini mengakibatkan
murid yang melakukan PJJ menjadi tidak diperhatikan oleh guru pengajar tersebut.
1. 2 Identifikasi Masalah
sebagai berikut :
pembelajaran?
2. Bagaimana penerapan metode hybrid learning?
1. 3 Pembatasan Masalah
1. 4 Perumusan Masalah
1. 5 Kegunaan Penelitian
Peneliti mengharapkan agar penelitian ini berguna bagi siswa, bagi peneliti
sendiri, dan bagi pihak sekolah lainnya. Kegunaan penelitian ini akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Kegunaan karya tulis ini bagi peneliti adalah sebagai syarat kelulusan dari
menambah wawasan.
2. Bagi siswa
Kegunaan karya tulis ini bagi siswa adalah siswa dapat menggunakan karya
tulis ini sebagai bahan pelajaran dan sumber informasi mengenai pengaruh
3. Bagi sekolah
Labschool Cibubur.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa teori yang relevan dengan
penelitian.
Indonesia harus cepat beradaptasi dengan sistem pembelajaran baru yang dapat
namun adanya pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, atau bahkan semakin
di Indonesia saat ini tengah dilakukan secara daring, tatap muka, serta gabungan
(Kegiatan Belajar Mengajar) online dengan tatap muka, yang dilakukan secara
teratur dan efektif3. Dalam penerapannya pun, ada penyesuaian yang mana ini
semua dikembalikan pada kondisi sekolah dan tempat tinggal peserta didik.
3
Rizky, “Mengenal Hybrid Learning, Metode Belajar yang Dilakukan Selama Pandemi” diakses dari
https://www.orami.co.id/magazine/hybrid-learning, pada senin 18 April 2022, pukul 8.00 WIB
sekolah serta kemampuan teknologi yang tersedia. Namun secara prinsip,
pembelajaran dengan sistem daring akan tetap dilakukan oleh guru dengan
dengan menerapkan sistem rotasi. Sistem rotasi sendiri adalah yang kini
digunakan oleh SMA Labschool Cibubur. Jadi, misalnya 50 persen siswa belajar
tatap muka sedangkan 50 persen lainnya belajar secara daring. Pada hari
berikutnya, mereka saling bergantian. Sistem rotasi ini cocok diterapkan untuk
sekolah dengan kelas yang jumlah muridnya relatif banyak. Sementara itu, jika
jumlah murid dalam satu kelas sedikit, bisa saja 100 persen murid dalam satu
Jadi dengan penerapan hybrid learning ini, semua warga sekolah termasuk guru,
murid dan juga pramubakti, tetap bisa menerapkan physical distancing yang
efisien. Seperti yang kita ketahui, setiap siswa atau peserta didik
Perbedaan cara belajar ini tentu tidak bisa dipukul rata ketika proses
karakter. Jadi, hybrid learning dinilai lebih efektif dan efisien karena
Di masa yang akan datang, siswa dan guru tidak selalu bertemu dan
dunia pendidikan, tetapi juga di intitusi dan perusahaan. Ini akan terjadi
hybrid learning.
Untuk dapat menjalankan metode hybrid learning, maka ada lima kunci
1. Live Event
4
Salma, “Hybrid Learning: Jenis-Jenis dan Penerapannya dalam Pembelajaran” diakses dari
https://penerbitdeepublish.com/hybrid-learning/#Manfaat_Hybrid_Learning
Live Event diartikan sebagai pembelajaran langsung atau
waktu dan tempat yang sama. Bisa juga di waktu yang sama tetapi
2. Self-paced learning
3. Collaboration
4. Assesment
dalam bentul digital ini agar bahan ajar tersebut dapat digunakan
berbagai multimedia
telah dirancang dan disesuaikan dengan kondisi yang dialami oleh berbagai
setiap proses kegiatan belajar mengajar. Dengan model ini, guru dan siswa
secara tatap muka tanpa guru dan siswa harus masuk ke dalam kelas.
Model hybrid learning kedua ini merupakan terapan dari hybrid learning
yang bisa menggunakan koneksi atau jaringan internet penuh atau juga bisa
tidak menggunakan jaringan internet penuh. Metode 2 ini siswa diberikan
pilihan untuk selalu online atau menggunakan jaringan internet saat proses
tatap muka dilakukan jika ada kegiatan diskusi kelas atau praktikum di kelas.
Penggunaan internet di model ketiga ini sama dengan model pertama, dimana
namun masih banyak kegiatan tatap muka antara siswa dengan guru. Sehingga
Model hybrid learning yang terakhir ini tidak menuntut siswa untuk selalu
terhubung dengan internet saat proses belajar mengajar. Artinya model ini,
dalam model ini mereka melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka
dan bisa mengakses internet melalui fasilitas yang disediakan oleh sekolah.
dilakukan selama ini, yakni dimulai dari persiapan. Persiapan hybrid learning
Dari hasil analisis ini, kemudian dipetakan kompetensi yang harus dikuasai oleh
pembelajaran dalam satu kelas dan dibagi menjadi dua bagian atau dua shift.
Google Classroom, Google Meet, Zoom Meeting, Skype, WhatsApp, dan media
daring lainnya. Pembelajaran secara daring dengan real time sebaiknya disertai
tugas mandiri yang terstruktur. Setelah itu, dilakukan evaluasi pada pada hybrid
learning yang mencakup evaluasi atau hasil capaian pembelajaran untuk
dapat melakukan ujian secara tatap muka di sekolah atau secara daring sesuai
hasil. Jadi efektifitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan
ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Masalah efektifitas
dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata
5
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2002), 82
dimensi tujuan manajemen yang berfokus padahasil, sasaran, dan target yang
diharapkan6.
terfokus pada siswa melalui penggunaan prosedur yang tepat. Definisi ini
mengandung arti bahwa pembelajaran yang efektif terdapat dua hal penting
yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan oleh guru untuk
membelajarkan siswanya7.
6
Aan Komariyah, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), 28
7
Hamzah, Belajar dengan Pendekatan PAIKEM, 173-174
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Cibubur?
dengan teknik kuesioner atau angket. Angket berupa angket campuran yang
a. Waktu: Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan sejak Bulan Januari-
September 2022
a. Populasi:
b. Sampel:
1) 15 siswa kelas 10
3) 25 siswa kelas 12
Data Angket
Labschool Cibubur
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Keterangan Pengisian
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih jawaban yang tepat menurut anda
yang terdapat pada bilah bawah :
produktif
Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Tidak Setuju
5. belajar dengan Hybrid learning dapat membuat proses belajar lebih mudah
Setuju
Tidak Setuju
6. Melakukan proses belajar dengan Hybrid learning adalah ide yang baik
Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Tidak Setuju
8. Saya merasa puas mengikuti proses belajar dengan Hybrid learning
Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Tidak Setuju
10. Dengan Hybrid learning waktu yang saya gunakan untuk belajar menjadi
lebih efisien
Setuju
Tidak Setuju
Peneliti akan mengumpulkan seluruh angket yang telah diisi oleh siswa-
siswi SMA Labschool Cibubur Peneliti akan menganalisis data atau setiap
Terhadap Efektifitas Belajar Siswa SMA Labschool Cibubur yang akan menjadi
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan mengurai dan membahas data yang telah
sampel dalam penelitian. Berikut ini hasil jawaban responden dari angket yang
berikut :
jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang disajikan pada grafik berikut ini :
Berdasarkan data tabel diatas, dalam penelitian ini dapat diketahui
Berikut adalah hasil jawaban dari kueisoner yang diperoleh dari para
produktif?”
Hasil:
dapat membuat proses belajar lebih produktif. Dan sebanyak 22 siswa atau
36,2% siswa menjawab tidak setuju dengan Hybrid learning dapat membuat
Hasil:
Untuk pernyaaan diatas 36 siswa atau 59,3% responden menjawab Setuju
Dan sebanyak 24 siswa atau 40,7% siswa menjawab tidak setuju dengan
Hasil:
proses belajar. Dan sebanyak 28 siswa atau 45,6% siswa menjawab tidak
Hasil:
proses belajar Dan sebanyak 35 siswa atau 59,6% siswa menjawab tidak
mudah?”
Hasil
Untuk pernyaaan diatas 38 siswa atau 37,3% responden menjawab Setuju
bahwa Hybrid learning dapat membuat proses belajar lebih mudah. Dan
sebanyak 22 siswa atau 62,7% siswa menjawab tidak setuju dengan Hybrid
6. “Melakukan proses belajar dengan Hybrid learning adalah ide yang baik?”
Hasil:
bahwa dengan menerapkan Hybrid learning merupakan ide yang baik untuk
belajar.
7. “Saya berharap penerapan Hybrid learning akan terus menerus berlanjut
Hasil:
bahwa Hybrid learning akan terus menerus berlanjut diwaktu yang akan
datang. Dan sebanyak 31 siswa atau 52,5% siswa menjawab tidak setuju
Hasil:
bahwa para siswa merasa puas dengan penerapan Hybrid learning untuk
proses belajar Dan sebanyak 23 siswa atau 38% siswa menjawab tidak
belajar.
9. “Saya berpandangan positif mengenai proses belajar dengan Hybrid
learning?”
Hasil:
Hybrid learning. Dan sebanyak 28 siswa atau 3346% siswa menjawab tidak
setuju, hal itu menunjukkan bahwa beberapa siswa tidak menerima dampak
10. “Dengan Hybrid learning waktu yang saya gunakan untuk belajar menjadi
lebih efisien?”
Hasil:
Untuk pernyaaan diatas 33 siswa atau 54,2 % responden menjawab Setuju
belajar menjadi lebih efisien. Dan sebanyak 27 siswa atau 45,8% siswa
4.2 PEMBAHASAN
menjawab Setuju bahwa Siswa senang mengikuti metode Hybrid learning dalam
proses belajar. Dan sebanyak 24 siswa atau 40,7% siswa menjawab tidak setuju
dengan Hybrid learning sebagai metode baru untuk proses belajar. Ketka seorang
anak mengkuti proses belajar dengan perasaan nyaman dan senang itu dapat
Dengan demikian Hal tersebut dapat memberikan pengaruh positif atau dampak
menjawab setuju bahwa Hybrid learning dapat memberikan manfaat dan kemudahan
dalam proses belajar. Dan sebanyak 28 siswa atau 45,6% siswa menjawab tidak
setuju dengan Hybrid learning dapat memberikan manfaat dan kemudahan dalam
proses belajar. Berdasarkan hsail angket dapat dilihat bahwa siswa merasakan bahwa
Hybrid learning dapat memberikan pengaruh positif atau memperoleh manfaat dan
menjawab Setuju bahwa siswa miliki keinginan untuk menerapkan Hybrid learning
dalam proses belajar Dan sebanyak 35 siswa atau 59,6% siswa menjawab tidak
setuju Hybrid learning digunakan untuk proses belajar. Berdasarkan hasil angket
dapat dilihat bahwa minat siswa untuk menggunakan atau menerapkan Hybrid
learning sangat kecil hal itu ditunjukkan dengan keinginnan yang siswa yang hanya
sedikit berminat.
menjawab Setuju bahwa Hybrid learning dapat membuat proses belajar lebih
mudah. Dan sebanyak 22 siswa atau 37,3% siswa menjawab tidak setuju dengan
Hybrid learning dapat membantu proses belajar lebih mudah. Berdasarkan hasil
angket dapat dilihat bahwa Hybrid learning memberikan kemudahan bagi siswa
untuk melakukan proses belajar dengan demikian, Hybrid learning dapat diterima
menjawab Setuju bahwa dengan menerapkan Hybrid learning merupakan ide yang
baik untuk membantu proses belajar. Dan sebanyak 26 siswa atau 43,1% siswa
menjawab tidak setuju dengan menerapkan Hybrid learning dalam proses belajar.
merupakan ide yang baik untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar
disekolah.
Ketujuh, berdasarkan hasil angket 7 bahwa terdapat 28 siswa atau 47,5%
menjawab Setuju Hybrid learning terus menerus berlanjut dilakukan diwaktu yang
akan datang. Dan sebanyak 31 siswa atau 52,5% siswa menjawab tidak setuju
dengan penerapan Hybrid learning secara terus menerus. Berdasarkan hasil angket
dapat dilihat bahwa siswa tidak senang jika Hybrid learning dilakukan terus
menerus. Hal itu menunjukkan bahwa siswa cenderung lebih senang dengan
belajar dengan keadaan normal dimana para siswa 100% masuk dan melakukan
61,4% responden menjawab Setuju bahwa para siswa merasa puas dengan
penerapan Hybrid learning untuk proses belajar Dan sebanyak 23 siswa atau 38%
siswa menjawab tidak setuju dengan perasaan puas menerapakn Hybrid learning
untuk proses belajar. Berdasarkan hasil angket dapat dilihat bahwa Siswa merasa
positif dalam proses belajar sehingga para siswa memiliki pandangan positi
dengan penerapan Hybrid learning. Dan sebanyak 28 siswa atau 3346% siswa
menjawab tidak setuju, hal itu menunjukkan bahwa beberapa siswa tidak
menerima dampak positif dari penerapan Hybrid learning untuk proses belajar.
sebanyak 27 siswa atau 45,8% siswa menjawab tidak setuju bahwa melalui
penerapan Hybrid learning dapat membuat proses belajar lebih efisien. Hal itu
menunjukkan bahwa siswa dapat melakukan proses belajar dengan efisien dan
efektif.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, saran dan keterbatasan
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
1. Diharapkan untuk peneliti atau pengembangan selanjutnya, peneliti lebih
banyak dalam mengambil responden atau sampel penelitian agar dapat
menjadikan penelitian ini lebih efektif
2. Untuk peneliti atau pengembang selanjutnya diharapkan menggunakan
metode yang berbeda agar bisa menilai dengan hasil penelitian yang
berbeda