Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah dan kegunaan penelitian.

1. 1 Latar Belakang

Di era industri ini, masyarakat sudah dimanjakan dengan kemudahan

mendapatkan barang dan jasa yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini

dikarenakan pengaruh kemajuan teknologi sehingga teknologi semakin canggih.

Teknologi informasi merupakan alat bantu yang sangat efektif bagi seseorang,

institusi atau negara dalam menyampaikan informasi di era globalisasi yang

berbasis informasi dan pengetahuan. Media yang paling banyak memberikan

kontribusinya dalam perkembangan teknologi ini adalah internet dengan salah

satu teknologinya yang berbasis website. Teknologi ini mampu memberikan

kemudahan bagi para penggunanya. Begitu juga dalam faktor pembelajaran1.

Di dunia ini, tidak ada hari tanpa belajar. Kegiatan belajar adalah bagian

dari kebutuhan manusia yang bisa dijalankan dengan berbagai cara. Belajar

sendiri adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk

mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan,

1
Mitha Atsiro, dkk. “Analisis Pemanfaatan Hybrid learning dalam Proses Belajar dan Mengajar”, diakses dari
eprints.binadarma.ac.id, pada Selasa, 18 Januari 2022, pukul 12.25 WIB.
keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai

materi yang telah dipelajari2. Manusia sudah mengenal belajar dari berabad-abad

lalu, semua anak kecil juga sudah diajari oleh kedua orang tuanya. Maka itu,

belajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan

manusia. Ketika kita adalah manusia yang terpelajar, itu menjadi sebuah

judgement tersendiri di depan orang-orang yang kita kenali atau temui.

Belajar pun bisa dengan berbagai cara, mulai dari belajar sendiri

(otodidak) atau yang sering kita jumpai di sekolah yaitu diajari oleh guru.

Belajar juga bukan hanya tentang pelajaran namun bisa tentang apapun, seperti

belajar menghargai orang lain, belajar dari kesalahan yang sudah kita lakukan

dan juga lainnya. Di masa pandemi sekarang, tentunya sulit untuk memaksakan

melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Dengan adanya virus

Covid-19 sekarang, kegiatan belajar mengajar bisa dibilang juga seperti dibatasi.

Penyebaran virus Covid-19 atau virus Corona ini juga bisa dibilang mudah, karena

penyebarannya dapat melalui droplet, udara, dan melalui permukaan yang sudah

terkontaminasi. Maka dari itu kegiatan belajar mengajar tatap muka harus dibatasi

demi kesehatan para siswa juga guru sekolah.

Tetapi dengan adanya penemuan-penemuan yang sangat membantu kegiatan

belajar mengajar, sekarang kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan jarak jauh atau

PJJ. Hal ini bisa dibilang menjadi alternatif satu-satunya untuk tetap belajar dalam

masa pandemi seperti ini. Melalui basis video call via Zoom Meetings, hal ini dapat
2
M. Prawiro, “Pengertian Belajar: Tujuan, Ciri-Ciri, dan Jenis-Jenis Belajar”, diakses dari
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-belajar.html, pada Selasa, 18 Januari 2022, pukul 12.38 WIB.
terealisasikan. Sehingga siswa masih bisa mendapatkan ilmu pembelajaran disaat-

saat seperti ini. Meskipun dengan adanya perbedaan cara belajar.

SMA Lasbchool Cibubur juga sudah mulai menerapkan kegiatan PTM, yaitu

pembelajaran tatap muka. Hanya saja kebijakan pembelajarannya masih mengikuti

aturan pemerintah yaitu melakukan PTM 50%. Karena resiko yang diambil terlalu

banyak jika memaksakan untuk melakukan PTM 100% saat ini. Keadaan kondisi

seperti itu terjadi yang dinamakan dengan Hybrid learning yaitu pembelajaran

gabungan/persilangan antara online dengan offline. Hal ini memungkinkan

terjadinya perubahan efektifitas belajar yang dialami oleh para siswa SMA

Labschool Cibubur. Perubahan yang dimaksud adalah bagaimana guru lebih fokus

mengajar kepada murid yang PTM daripada murid PJJ. Hal ini mengakibatkan

murid yang melakukan PJJ menjadi tidak diperhatikan oleh guru pengajar tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

menghubungkan Hybrid learning terhadap efektifitas belajar siswa SMA Labschool

Cibubur dengan judul “Analisis Pengaruh Hybrid learning Terhadap Efektifitas

Belajar Siswa SMA Labschool Cibubur.”

1. 2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan masalahnya

sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan metode hybrid learning dalam

pembelajaran?
2. Bagaimana penerapan metode hybrid learning?

3. Apa saja faktor kunci dalam melaksanakan metode hybrid learning?

4. Bagaimana kondisi ideal cara belajar di masa pandemi saat ini?

5. Bagaimana pengaruh hybrid learning terhadap efektifitas belajar siswa

SMA Labschool Cibubur?

1. 3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti membatasi penelitian

ini hanya pada bagaimana hybrid learning mempengaruhi efektifitas belajar

dalam SMA Labschool Cibubur.

1. 4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatas masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh hybrid learning

terhadap efektifitas belajar siswa SMA Labschool Cibubur?”

1. 5 Kegunaan Penelitian

Peneliti mengharapkan agar penelitian ini berguna bagi siswa, bagi peneliti

sendiri, dan bagi pihak sekolah lainnya. Kegunaan penelitian ini akan diuraikan

sebagai berikut:

1. Bagi peneliti
Kegunaan karya tulis ini bagi peneliti adalah sebagai syarat kelulusan dari

SMA Labschool Cibuburr dan sebagai bahan pembelajaran untuk

menambah wawasan.

2. Bagi siswa

Kegunaan karya tulis ini bagi siswa adalah siswa dapat menggunakan karya

tulis ini sebagai bahan pelajaran dan sumber informasi mengenai pengaruh

hybrid learning terhadap efektifitas belajar siswa SMA Labschool Cibubur.

3. Bagi sekolah

Kegunaan penelitian ini bagi sekolah adalah sebagai sumber informasi

mengenai pengaruh hybrid learning terhadap efektifitas belajar siswa SMA

Labschool Cibubur.
BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa teori yang relevan dengan

penelitian.

2. 1 Hakikat Hybrid Learning

Situasi pandemi yang berlangsung selama ini, membuat dunia pendidikan di

Indonesia harus cepat beradaptasi dengan sistem pembelajaran baru yang dapat

memanfaatkan teknologi digital. Meski Indonesia masih tertinggal dibandingkan

dengan negara-negara lain dalam hal implementasi digitalisasi pendidikan,

namun adanya pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, atau bahkan semakin

melonjak tinggi. Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

(Kemendikbud Ristek) terus mengoptimalkan pembelajaran pada pelaksanaan

tatap muka terbatas (PTMT). Beberapa implementasi pembelajaran oleh sekolah

di Indonesia saat ini tengah dilakukan secara daring, tatap muka, serta gabungan

dari keduanya atau bisa disebut sebagai hybrid learning.

Hybrid learning adalah pembelajaran yang menyatukan proses KBM

(Kegiatan Belajar Mengajar) online dengan tatap muka, yang dilakukan secara

teratur dan efektif3. Dalam penerapannya pun, ada penyesuaian yang mana ini

semua dikembalikan pada kondisi sekolah dan tempat tinggal peserta didik.

Penerapan metode hybrid learning sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

3
Rizky, “Mengenal Hybrid Learning, Metode Belajar yang Dilakukan Selama Pandemi” diakses dari
https://www.orami.co.id/magazine/hybrid-learning, pada senin 18 April 2022, pukul 8.00 WIB
sekolah serta kemampuan teknologi yang tersedia. Namun secara prinsip,

pembelajaran dengan sistem daring akan tetap dilakukan oleh guru dengan

dikombinasikan pertemuan tatap muka.

Penerapan metode hybrid learning yang paling memungkinkan adalah

dengan menerapkan sistem rotasi. Sistem rotasi sendiri adalah yang kini

digunakan oleh SMA Labschool Cibubur. Jadi, misalnya 50 persen siswa belajar

tatap muka sedangkan 50 persen lainnya belajar secara daring. Pada hari

berikutnya, mereka saling bergantian. Sistem rotasi ini cocok diterapkan untuk

sekolah dengan kelas yang jumlah muridnya relatif banyak. Sementara itu, jika

jumlah murid dalam satu kelas sedikit, bisa saja 100 persen murid dalam satu

kelas melakukan pembelajaran tatap muka secara bersamaan.

Hybrid learning dilakukan dalam rangka mencegah penularan Covid-19.

Jadi dengan penerapan hybrid learning ini, semua warga sekolah termasuk guru,

murid dan juga pramubakti, tetap bisa menerapkan physical distancing yang

mana harus dilakukan dalam upaya mencegah Covid-19.

2.1.1 Manfaat Hybrid Learning

1. Lebih efektif dan efisien

Pembelajaran dengan metode hybrid learning dinilai lebih efektif dan

efisien. Seperti yang kita ketahui, setiap siswa atau peserta didik

memiliki cara belajar yang berbeda-beda antara satu sama lain.

Perbedaan cara belajar ini tentu tidak bisa dipukul rata ketika proses

belajar mengajar berlangsung di kelas. Oleh sebab itu, penerapan


metode hybrid learning dinilai membantu siswa dengan perbedaan

karakter. Jadi, hybrid learning dinilai lebih efektif dan efisien karena

menyesuaikan karakteristik siswa masing-masing.

2. Tren Belajar di Masa Depan

Di masa yang akan datang, siswa dan guru tidak selalu bertemu dan

melakukan pembelajaran tatap muka. Hal ini tidak hanya terjadi di

dunia pendidikan, tetapi juga di intitusi dan perusahaan. Ini akan terjadi

karena adanya penerapan metode hybrid baik hybrid working maupun

hybrid learning.

3. Mendukung pengembangan keterampilan digital

Dengan adanya penerapan metode hybrid learning, diharapkan mampu

meningkatkan keterampilan digital dan teknologi baik siswa ataupun

gurunya dalam proses belajar mengajar. Di hari yang akan datang,

kemampuan dan keterampilan ini bisa dipergunakan di dunia yang

lebih luas lagi.

2.1.2 Kunci Hybrid Learning

Untuk dapat menjalankan metode hybrid learning, maka ada lima kunci

utama dalam penerapannya yang harus dilakukan saat menjalankan proses

pembelajaran hybrid learning. Lima kunci tersebut menekankan penerapan teori

yang dimiliki Keller, Gagne, Bloom, Merrill, Clark, dan Grey4.

1. Live Event
4
Salma, “Hybrid Learning: Jenis-Jenis dan Penerapannya dalam Pembelajaran” diakses dari
https://penerbitdeepublish.com/hybrid-learning/#Manfaat_Hybrid_Learning
Live Event diartikan sebagai pembelajaran langsung atau

pembelajaran tatap muka yang dilakukan secara sinkronous dalam

waktu dan tempat yang sama. Bisa juga di waktu yang sama tetapi

dengan tempat yang berbeda.

2. Self-paced learning

Kunci self-paced learning ini mengombinasikan pembelajaran

mandiri yang memungkinkan siswa dapat belajar kapan saja dan di

mana saja secara daring.

3. Collaboration

Collaboration atau kolaborasi ini artinya antara siswa dan guru

melakukan kolaborasi selama belajar mengajar. Tidak hanya satu

arah tetapi juga dilakukan dua arah.

4. Assesment

Kunci dari assesment ini artinya guru harus mampu meracik

kombinasi jenis daring dan luring. Bentuknya bisa berupa tes

maupus nontes, seperti metode proyek kelas.

5. Performance Support Materials

Kunci ini dilakukan untuk memastikan bahan belajar yang sudah

disiapkan dalam bentuk digital. Tujuan menyiapkan bahan ajar

dalam bentul digital ini agar bahan ajar tersebut dapat digunakan

dengan mudah dan dapat memudahkan siswa mengakses bahan

ajar, baik secara daring maupun luring.


2.1.3 Jenis Hybrid Learning

Jika disimpulkan, pengertian hybrid learning yang sudah dijelaskan ini

merupakan gabungan antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran

daring yang termediasi perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Meski

demikian, hybrid learning ini mengombinasikan beberapa aspek yaitu :

1. Pembelajaran tatap muka

2. Pembelajaran berbasis web

3. Pembelajaran didukung media cetak ataupun modul elektronik dengan

berbagai multimedia

Dengan begitu, metode hybrid learning memiliki beberapa model yang

telah dirancang dan disesuaikan dengan kondisi yang dialami oleh berbagai

sekolah yang berbeda di Indonesia.

2.1.3.1 Model Hybrid Learning 1

Model hybrid learning 1 ini menggunakan fasilitas internet secara penuh

setiap proses kegiatan belajar mengajar. Dengan model ini, guru dan siswa

dituntut untuk standby didepan perangkat elektronik atau teknologi yang

digunakan karena seluruh kegiatan belajar mengajar menggunakan jaringan

internet. Meski menggunakan jaringan internet, model ini dapat dilakukan

secara tatap muka tanpa guru dan siswa harus masuk ke dalam kelas.

2.1.3.2 Model Hybrid Learning 2

Model hybrid learning kedua ini merupakan terapan dari hybrid learning

yang bisa menggunakan koneksi atau jaringan internet penuh atau juga bisa
tidak menggunakan jaringan internet penuh. Metode 2 ini siswa diberikan

pilihan untuk selalu online atau menggunakan jaringan internet saat proses

belajar mengajar. Sehingga artinya, di dalam model ini masih diselingi

pembelajaran atau proses belajar mengajar secara tatap muka dengan

memerhatikan aspek kesehatan. Adapun tatap muka yang dilaksanakan yaitu

siswa hadir ke sekolah hanya untuk mengumpulkan tugas-tugas.

2.1.3.3 Model Hybrid Learning 3

Model hybrid learning ketiga ini merupakan penerapan penggunaan

fasilitas internet yang cukup banyak saat kegiatan pembelajaran. Pembelajaran

tatap muka dilakukan jika ada kegiatan diskusi kelas atau praktikum di kelas.

Penggunaan internet di model ketiga ini sama dengan model pertama, dimana

guru dan siswa lebih aktif menggunakan internet.

2.1.3.4 Model Hybrid Learning 4

Metode hybrid learning keempat ini merupakan model pembelajaran

yang masih menggunakan fasilitas internet di dalam kegiatan belajar mengajar,

namun masih banyak kegiatan tatap muka antara siswa dengan guru. Sehingga

internet di sini digunakan hanya sebagai pendukung kegiatan belajar mengajar,

misalnya saat diskusi.

2.1.3.5 Model Hybrid Learning 5

Model hybrid learning yang terakhir ini tidak menuntut siswa untuk selalu

terhubung dengan internet saat proses belajar mengajar. Artinya model ini,

sangat memudahkan siswa terutama di Indonesia yang masih banyak mengalami


keterbatasan jaringan atau belum bisa menjangkau internet dengan baik. Jadi

dalam model ini mereka melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka

dan bisa mengakses internet melalui fasilitas yang disediakan oleh sekolah.

2.1.4 Penerapan Hybrid Learning

Penerapan hybrid learning sama halnya dengan pembelajaran yang

dilakukan selama ini, yakni dimulai dari persiapan. Persiapan hybrid learning

dimulai dengan melakukan analisis siswa, konteks, dan konten pembelajaran.

Dari hasil analisis ini, kemudian dipetakan kompetensi yang harus dikuasai oleh

siswa melalui tatap muka atau jarak jauh.

Selanjutnya, dari hasil analisis tersebut dituangkan ke dalam bentuk

silabus atau rencana pembelajaran. Pelaksanaan hybrid learning kemudian dapat

dilaksanakan dengan melakukan pembagian siswa untuk melaksanakan

pembelajaran dalam satu kelas dan dibagi menjadi dua bagian atau dua shift.

Misalnya untuk minggu pertama, shift A melakukan pembelajaran secara tatap

muka sementara shift B melakukan pembelajaran daring atau jarak jauh.

Kemudian di minggu kedua, barulah shift B yang melakukan pembelajaran tatap

muka, dan shift A melakukan pembelajaran daring.

Pembelajaran secara daring dilakukan untuk memberi fasilitas interaksi

daring menggunakan learning management system (LMS), misalnya Edmodo,

Google Classroom, Google Meet, Zoom Meeting, Skype, WhatsApp, dan media

daring lainnya. Pembelajaran secara daring dengan real time sebaiknya disertai

tugas mandiri yang terstruktur. Setelah itu, dilakukan evaluasi pada pada hybrid
learning yang mencakup evaluasi atau hasil capaian pembelajaran untuk

mengukur penguasaan kognitif, psikomotorik, dan afektif. Untuk ujian, guru

dapat melakukan ujian secara tatap muka di sekolah atau secara daring sesuai

dengan kesepakatan dan kondisi sekolah masing-masing.

2. 2 Hakikat Efektifitas Belajar

Dalam memaknai efektifitas setiap orang memiliki arti yang berbeda,

sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) kata efektifitas belajar diartikan ada efeknya

(akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa

hasil. Jadi efektifitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan

tugas dengan sasaran yang dituju.

Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan bahwa efektifitas

berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan

ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Masalah efektifitas

biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan

dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata

dengan hasil yang direncanakan.

Berdasarkan teori sistem, kriteria efektifitas harus mencerminkan

keseluruhan siklus input-process-output, tidak hanya outpun atau hasil serta

harus mencerminkan hubungan timbal balik5. Efektifitas merupakan suatu

5
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2002), 82
dimensi tujuan manajemen yang berfokus padahasil, sasaran, dan target yang

diharapkan6.

Pembelajaran dianggap efektif apabila skor yang dicapai siswa

memenuhi batas minimal kompetensi yang telah dirumuskan. Beberapa ahli

pembelajaran mengatakan pandangannya tentang pembelajaran efektif.

Misalnya Yusuf Hadi Miarso memandang bahwa pembelajaran yang efektif

adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat serta

terfokus pada siswa melalui penggunaan prosedur yang tepat. Definisi ini

mengandung arti bahwa pembelajaran yang efektif terdapat dua hal penting

yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan oleh guru untuk

membelajarkan siswanya7.

6
Aan Komariyah, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), 28
7
Hamzah, Belajar dengan Pendekatan PAIKEM, 173-174
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai tujuan penelitian, metode

penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, prosedur

penelitian, dan teknik analisis data.

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh

pengaruh hybrid learning terhadap efektifitas belajar siswa SMA Labschool

Cibubur?

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

dengan teknik kuesioner atau angket. Angket berupa angket campuran yang

diberikan kepada siswa kelas 10, 11 dan 12 di SMA Labschool Cibubur.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu: Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan sejak Bulan Januari-

September 2022

b. Tempat: SMA Labschool Cibubur

3.4 Populasi dan Sampel

a. Populasi:

Siswa SMA Labschool Cibubur

b. Sampel:
1) 15 siswa kelas 10

2) 20 siswa kelas 11 dan

3) 25 siswa kelas 12

3.5 Prosedur Penelitian

1 Menentukan objek yang akan diteliti

2 Menentukan pertanyaan yang akan ditanyakan

3 Menyebarkan angket pada objek penelitian

3.6 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri

dibantu dengan daftar pertanyaan (angket) yang akan disebar.

Data Angket

Pengaruh Hybrid learning Terhadap Efektifitas Belajar Siswa SMA

Labschool Cibubur

Nama :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Keterangan Pengisian
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih jawaban yang tepat menurut anda
yang terdapat pada bilah bawah :

1. Dengan penerapan Hybrid learning dapat membuat proses belajar lebih

produktif

 Setuju
 Tidak Setuju

2. Saya senang mengikuti metode Hybrid learning dalam proses belajar

 Setuju

 Tidak Setuju

3. Proses belajar dengan Hybrid learning memberikan banyak manfaat dan

kemudahan bagi saya

 Setuju

 Tidak Setuju

4. Proses belajar dengan Hybrid learning keinginan saya

 Setuju

 Tidak Setuju

5. belajar dengan Hybrid learning dapat membuat proses belajar lebih mudah

 Setuju

 Tidak Setuju

6. Melakukan proses belajar dengan Hybrid learning adalah ide yang baik

 Setuju

 Tidak Setuju

7. Saya berharap penggunaan saya pada aplikasi Google Meet/Zoom Meeting

akan terus menerus berlanjut diwaktu yang akan datang

 Setuju

 Tidak Setuju
8. Saya merasa puas mengikuti proses belajar dengan Hybrid learning

 Setuju

 Tidak Setuju

9. Saya berpandangan positif mengenai proses belajar dengan Hybrid learning

 Setuju

 Tidak Setuju

10. Dengan Hybrid learning waktu yang saya gunakan untuk belajar menjadi

lebih efisien

 Setuju

 Tidak Setuju

3.7 Teknik Analisis Data

Peneliti akan mengumpulkan seluruh angket yang telah diisi oleh siswa-

siswi SMA Labschool Cibubur Peneliti akan menganalisis data atau setiap

jawaban pertanyaan. Peneliti akan menyimpulkan Pengaruh Hybrid learning

Terhadap Efektifitas Belajar Siswa SMA Labschool Cibubur yang akan menjadi

hasil penelitian dan juga dijabarkan secara tabel dan grafik.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Data

Dalam bab ini peneliti akan mengurai dan membahas data yang telah

diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner. Terdapat 10 pertanyaan yang telah

disebar kepada 60 siswa-siswi SMA Labschool Cibubur yang dijadikan sebagai

sampel dalam penelitian. Berikut ini hasil jawaban responden dari angket yang

telah disebarkan kepada para siswa-siswi SMA Labschool Cibubur sebagai

berikut :

Pada penelitian ini dapat diperoleh perbandingan karakteristik responden

jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang disajikan pada grafik berikut ini :
Berdasarkan data tabel diatas, dalam penelitian ini dapat diketahui

bahwa mayoritas responden yang menggunakan aplikasi Google Meet/Zoom

Meeting adalah responden berjenis kelamin wanita. Responden wanita sebanyak

63,3% Sedangkan responden pria berjumlah 72 orang 36,7%.

Berikut adalah hasil jawaban dari kueisoner yang diperoleh dari para

siswa-siswi SMA Labschool Cibubur sebagai berikut ;

1. “Dengan penerapan Hybrid learning dapat membuat proses belajar lebih

produktif?”

Hasil:

Untuk pernyaaan diatas dapat diketahui bahwa 38 siswa atau 63,8%

responden menjawab Setuju hal itu menunjukkan bahwa Hybrid learning

dapat membuat proses belajar lebih produktif. Dan sebanyak 22 siswa atau

36,2% siswa menjawab tidak setuju dengan Hybrid learning dapat membuat

proses belajar lebih produktif.

2. “Saya senang mengikuti metode Hybrid learning dalam proses belajar?”

Hasil:
Untuk pernyaaan diatas 36 siswa atau 59,3% responden menjawab Setuju

bahwa siswa senang menggunakan Hybrid learning dalam proses belajar.

Dan sebanyak 24 siswa atau 40,7% siswa menjawab tidak setuju dengan

Hybrid learning sebagai metode baru untuk proses belajar.

3. “Proses belajar dengan Hybrid learning memberikan banyak manfaat dan

kemudahan bagi saya?”

Hasil:

Untuk pernyataan diatas 32 siswa atau 54,4% responden menjawab Setuju

bahwa Hybrid learning dapat memberikan manfaat dan kemudahan dalam

proses belajar. Dan sebanyak 28 siswa atau 45,6% siswa menjawab tidak

setuju dengan Hybrid learning dapat memberikan manfaat dan kemudahan

dalam proses belajar.


4. “Proses belajar dengan Hybrid learning keinginan saya?”

Hasil:

Untuk pernyaaan diatas 25 siswa atau 40,4% responden menjawab Setuju

bahwa siswa miliki keinginan untuk menerapkan Hybrid learning dalam

proses belajar Dan sebanyak 35 siswa atau 59,6% siswa menjawab tidak

setuju Hybrid learning digunakan untuk proses belajar.

5. “Belajar dengan Hybrid learning dapat membuat proses belajar lebih

mudah?”

Hasil
Untuk pernyaaan diatas 38 siswa atau 37,3% responden menjawab Setuju

bahwa Hybrid learning dapat membuat proses belajar lebih mudah. Dan

sebanyak 22 siswa atau 62,7% siswa menjawab tidak setuju dengan Hybrid

learning dapat membantu proses belajar lebih mudah.

6. “Melakukan proses belajar dengan Hybrid learning adalah ide yang baik?”

Hasil:

Untuk pernyaaan diatas 34 siswa atau 56,9% responden menjawab Setuju

bahwa dengan menerapkan Hybrid learning merupakan ide yang baik untuk

membantu proses belajar. Dan sebanyak 26 siswa atau 43,1% siswa

menjawab tidak setuju dengan menerapkan Hybrid learning dalam proses

belajar.
7. “Saya berharap penerapan Hybrid learning akan terus menerus berlanjut

diwaktu yang akan dating?”

Hasil:

Untuk pernyaaan diatas 28 siswa atau 47,5% responden menjawab Setuju

bahwa Hybrid learning akan terus menerus berlanjut diwaktu yang akan

datang. Dan sebanyak 31 siswa atau 52,5% siswa menjawab tidak setuju

dengan penerapan Hybrid learning secara terus menerus.

8. “Saya merasa puas mengikuti proses belajar dengan Hybrid learning?”

Hasil:

Untuk pernyaaan diatas 37 siswa atau 61,4% responden menjawab Setuju

bahwa para siswa merasa puas dengan penerapan Hybrid learning untuk

proses belajar Dan sebanyak 23 siswa atau 38% siswa menjawab tidak

setuju dengan perasaan puas menerapakn Hybrid learning untuk proses

belajar.
9. “Saya berpandangan positif mengenai proses belajar dengan Hybrid

learning?”

Hasil:

Untuk pernyaaan diatas 32 siswa atau 53,4 % responden menjawab Setuju

bahwa Hybrid learning dapat memberikan dampak positif dalam proses

belajar sehingga para siswa memiliki pandangan positi dengan penerapan

Hybrid learning. Dan sebanyak 28 siswa atau 3346% siswa menjawab tidak

setuju, hal itu menunjukkan bahwa beberapa siswa tidak menerima dampak

positif dari penerapan Hybrid learning untuk proses belajar.

10. “Dengan Hybrid learning waktu yang saya gunakan untuk belajar menjadi

lebih efisien?”

Hasil:
Untuk pernyaaan diatas 33 siswa atau 54,2 % responden menjawab Setuju

bahwa Dengan menerapkan Hybrid learning waktu yang digunakan untuk

belajar menjadi lebih efisien. Dan sebanyak 27 siswa atau 45,8% siswa

menjawab tidak setuju bahwa melalui penerapan Hybrid learning dapat

membuat proses belajar lebih efisien.

4.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui pendapat siswa-


siswi SMA Labschool Cibubur sebagai populasi dan sampel pengisi angket.
Hasil kuesioner bertujuan untuk memberi dasar yang kuat pada pengambilan
keputusan terkait pengaruh Hybrid learning Terhadap Efektifitas Belajar Siswa
SMA Labschool Cibubur. Berdasarkan hasil analisis dilakukan pembahasan
sebagai berikut :
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan dengan teknologi
tidak hanya membutuhkan interaktivitas, tetapi lebih banyak lagi, yaitu,
partisipas, kerja sama dengan orang lain, dan interaksi dengan alat digital.
Semua ini, tidak bisa mengabaikan dan terlepas dan tujuan utama yang
merupakan pendidikan manusia dan pengembangan berbagai bidang fungsi
manusia.
Pertama, berdasarkan hasil angket I bahwa terdapat 38 siswa atau 63,8%
responden menjawab Setuju bahwa Hybrid learning dapat membuat proses belajar
lebih produktif. Dan sebanyak 22 siswa atau 36,2% siswa menjawab tidak setuju
dengan Hybrid learning dapat membuat proses belajar lebih produktif. Berdasarkan
hasil tersebut siswa cenderung merasakan bahwa Hybrid learning dapat membantu
proses belajar semakin produktif.
Kedua, berdasarkan hasil angket 2 bahwa terdapat 36 siswa atau 59,3%

menjawab Setuju bahwa Siswa senang mengikuti metode Hybrid learning dalam

proses belajar. Dan sebanyak 24 siswa atau 40,7% siswa menjawab tidak setuju

dengan Hybrid learning sebagai metode baru untuk proses belajar. Ketka seorang

anak mengkuti proses belajar dengan perasaan nyaman dan senang itu dapat

membantu siswa dalam berkonsentrasi serta termotivasi dalam proses belajar.

Dengan demikian Hal tersebut dapat memberikan pengaruh positif atau dampak

terkait efektivitas belajar

Ketiga, berdasarkan hasil angket 3 bahwa terdapat 32 siswa atau 54,4%

menjawab setuju bahwa Hybrid learning dapat memberikan manfaat dan kemudahan

dalam proses belajar. Dan sebanyak 28 siswa atau 45,6% siswa menjawab tidak

setuju dengan Hybrid learning dapat memberikan manfaat dan kemudahan dalam

proses belajar. Berdasarkan hsail angket dapat dilihat bahwa siswa merasakan bahwa

Hybrid learning dapat memberikan pengaruh positif atau memperoleh manfaat dan

kemudahan dalam proses belajar


Keempat, berdasarkan hasil angket 4 bahwa terdapat 25 siswa atau 40,4%

menjawab Setuju bahwa siswa miliki keinginan untuk menerapkan Hybrid learning

dalam proses belajar Dan sebanyak 35 siswa atau 59,6% siswa menjawab tidak

setuju Hybrid learning digunakan untuk proses belajar. Berdasarkan hasil angket

dapat dilihat bahwa minat siswa untuk menggunakan atau menerapkan Hybrid

learning sangat kecil hal itu ditunjukkan dengan keinginnan yang siswa yang hanya

sedikit berminat.

Kelima, berdasarkan hasil angket 5 bahwa terdapat 38 siswa atau 62,7%

menjawab Setuju bahwa Hybrid learning dapat membuat proses belajar lebih

mudah. Dan sebanyak 22 siswa atau 37,3% siswa menjawab tidak setuju dengan

Hybrid learning dapat membantu proses belajar lebih mudah. Berdasarkan hasil

angket dapat dilihat bahwa Hybrid learning memberikan kemudahan bagi siswa

untuk melakukan proses belajar dengan demikian, Hybrid learning dapat diterima

oleeh siswa dalam proses belajar.

Keenam, berdasarkan hasil angket 6 bahwa terdapat 34 siswa atau 56,9%

menjawab Setuju bahwa dengan menerapkan Hybrid learning merupakan ide yang

baik untuk membantu proses belajar. Dan sebanyak 26 siswa atau 43,1% siswa

menjawab tidak setuju dengan menerapkan Hybrid learning dalam proses belajar.

Berdasarkan hasil angket dapat dilihat bahwa penerapan Hybrid learning

merupakan ide yang baik untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar

disekolah.
Ketujuh, berdasarkan hasil angket 7 bahwa terdapat 28 siswa atau 47,5%

menjawab Setuju Hybrid learning terus menerus berlanjut dilakukan diwaktu yang

akan datang. Dan sebanyak 31 siswa atau 52,5% siswa menjawab tidak setuju

dengan penerapan Hybrid learning secara terus menerus. Berdasarkan hasil angket

dapat dilihat bahwa siswa tidak senang jika Hybrid learning dilakukan terus

menerus. Hal itu menunjukkan bahwa siswa cenderung lebih senang dengan

belajar dengan keadaan normal dimana para siswa 100% masuk dan melakukan

proses belajar secara bersama – sama.

Kedelapan, berdasarkan hasil angket 8 bahwa terdapat 37 siswa atau

61,4% responden menjawab Setuju bahwa para siswa merasa puas dengan

penerapan Hybrid learning untuk proses belajar Dan sebanyak 23 siswa atau 38%

siswa menjawab tidak setuju dengan perasaan puas menerapakn Hybrid learning

untuk proses belajar. Berdasarkan hasil angket dapat dilihat bahwa Siswa merasa

puas belajar dengan menerapkan Hybrid learning.

Kesembilan, berdasarkan hasil angket 9 bahwa terdapat 32 siswa atau

53,4 % menjawab Setuju bahwa Hybrid learning dapat memberikan dampak

positif dalam proses belajar sehingga para siswa memiliki pandangan positi

dengan penerapan Hybrid learning. Dan sebanyak 28 siswa atau 3346% siswa

menjawab tidak setuju, hal itu menunjukkan bahwa beberapa siswa tidak

menerima dampak positif dari penerapan Hybrid learning untuk proses belajar.

Kesepuluh berdasarkan hasil angket 9 bahwa terdapat bahwa terdapat 33

siswa atau 54,2 % responden menjawab Setuju bahwa Dengan menerapkan


Hybrid learning waktu yang digunakan untuk belajar menjadi lebih efisien. Dan

sebanyak 27 siswa atau 45,8% siswa menjawab tidak setuju bahwa melalui

penerapan Hybrid learning dapat membuat proses belajar lebih efisien. Hal itu

menunjukkan bahwa siswa dapat melakukan proses belajar dengan efisien dan

efektif.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, saran dan keterbatasan

penelitian mengenai penelitian yang sudah dilakukan.

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa model hybrid learning secara


signifikan memberi pengaruh terhadap efektivitas belajar siswa. Pemebelajaran
model hybrid learning dapat membantu disaat pandemic covid-19. Pembelajaran
dengan mode hybrid learning dapat dinilai efektif dari sudut pandang siswa-siswi
SMA Labschool Cibubur, Namun model hybrid learning kurang efekif apabila
digunakan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang panjang
dikarenakan model pembelajaran ini membagi aktivitas siswa dirumah 50% dan
disekolah 50%.

5.2 SARAN
1. Diharapkan untuk peneliti atau pengembangan selanjutnya, peneliti lebih
banyak dalam mengambil responden atau sampel penelitian agar dapat
menjadikan penelitian ini lebih efektif
2. Untuk peneliti atau pengembang selanjutnya diharapkan menggunakan
metode yang berbeda agar bisa menilai dengan hasil penelitian yang
berbeda

Anda mungkin juga menyukai