Di masa mendatang, siswa atau peserta didik dan guru diperkirakan tidak
selalu bertemu dan melakukan pembelajaran tatap muka (PTM). Hal ini tak
hanya terjadi di dunia pendidikan, tetapi juga di institusi dan perusahaan. Ini
akan terjadi karena metode hybrid baik hybrid working maupun hybrid
learning.
Namun pemberlakuan metode hybrid termasuk hybrid learning ini
membutuhkan berbagai ragam kelengkapan baik teknologi dan fasilitas yang
memadai.
3. Mendukung pengembangan keterampilan digital peserta didik atau siswa dan pengajar
ada lima kunci utama dalam penerapannya yang harus dilakukan saat
menjalankan proses pembelajaran hybrid learning sbb
1. Live event. Live event diartikan sebagai pembelajaran langsung atau
pembelajaran tatap muka (PTM) yang dilakukan secara sinkronous dalam
waktu dan tempat yang sama. Bisa juga di waktu yang sama tetapi dengan
tempat yang berbeda.
2. Self-paced learning. Kunci self-paced learning ini mengombinasikan
pembelajaran mandiri yang memungkinkan siswa dapat belajar kapan saja
dan di mana saja secara daring.
3. Collaboration. Collaboration atau kolaborasi ini artinya antara siswa dan
guru melakukan kolaborasi selama belajar mengajar. Tidak hanya satu arah
tetapi juga dilakukan dua arah.
4. Assessment. Kunci dari assessment ini artinya guru harus mampu meracik
kombinasi jenis daring dan luring. Bentuknya bisa berupa tes maupun
nontes, seperti metode proyek kelas.
5. Performance support materials. Kunci ini dilakukan untuk memastikan
bahan belajar yang sudah disiapkan dalam bentuk digital. Tujuan
menyiapkan bahan ajar dalam bentuk digital ini agar bahan ajar tersebut
dapat digunakan dengan mudah dan dapat memudahkan siswa mengakses
bahan ajar, baik secara daring maupun luring.
1. Model hybrid learning 1
Model pembelajaran atau jenis pembelajaran hybrid learning 1 ini
menggunakan fasilitas internet secara penuh setiap proses kegiatan belajar
mengajar (KBM). Dengan jenis atau model ini, guru dan siswa atau peserta
didik dituntut untuk standby di depan perangkat atau teknologi yang
digunakan, karena semua KBM berlangsung menggunakan jaringan internet.
Meski demikian, instruksi pelaksanaan model hybrid learning 1 ini dapat
dilakukan secara tatap muka tanpa guru dan siswa atau peserta didik harus
masuk ke dalam kelas atau ke dalam ruangan.
2. Model hybrid learning 2
Model pembelajaran kedua ini merupakan implementasi dari hybrid
learning yang bisa menggunakan koneksi atau jaringan internet penuh atau
juga bisa tidak menggunakan jaringan internet penuh. Metode hybrid
learning 2 ini peserta didik atau siswa diberikan pilihan untuk
selalu online atau menggunakan jaringan internet saat proses belajar
mengajar.
Sehingga artinya, di dalam model ini masih diselingi pembelajaran atau
proses belajar mengajar secara tatap muka dengan memerhatikan berbagai
aspek, salah satunya aspek kesehatan. Adapun tatap muka yang
dilaksanakan yakni siswa atau peserta didik hadir ke sekolah hanya untuk
mengumpulkan tugas-tugas.
3. Model hybrid learning 3
Model atau jenis hybrid learning yang ketiga ini merupakan implementasi
penggunaan fasilitas internet yang cukup banyak saat kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran tatap muka dilakukan jika ada kegiatan diskusi
kelas atau praktikum di kelas. Penggunaan internet di model ketiga ini sama
dengan model pertama, di mana peserta didik atau siswa dan guru lebih aktif
mengakses internet.
4. Metode hybrid learning 4
Metode hybrid learning 4 merupakan model pembelajaran yang masih
menggunakan fasilitas internet di dalam kegiatan belajar mengajar, namun
masih banyak kegiatan tatap muka antara peserta didik atau siswa dengan
guru. Sehingga internet di sini hanya digunakan sebagai pendukung
pembelajaran, misalnya saat diskusi atau mencari bahan.
5. Metode hybrid learning 5
Metode hybrid learning 5 ini tidak menuntut siswa untuk selalu terhubung
dengan internet saat proses belajar mengajar. Artinya model ini sangat
memudahkan siswa atau peserta didik, terutama di Indonesia yang masih
banyak mengalami keterbatasan jaringan atau belum bisa menjangkau
internet dengan baik.
Adapun penggunaan internet di metode hybrid learning 5 ini yakni jika
mereka harus ke sekolah atau bisa mengakses internet melalui fasilitas yang
diberikan oleh pihak sekolah.
BLENDED LEARNING
Metode blended learning adalah bentuk penyempurnaan dari sistem e-
learning, dimana dengan menggunakan metode blended learning, maka
pembelajaran bisa dilakukan dua arah dan lebih efektif dibandingkan hanya
guru yang mengajar atau menjelaskan atau satu arah.
Metode blended learning pada dasarnya adalah merupakan gabungan
keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka dan secara
virtual. Metode blended learning merupakan sebuah kemudahan
pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model
pengajaran, dan gaya pembelajaran.
Di dalam metode blended learning, siswa juga dikenalkan dengan berbagai
pilihan media pembelajaran, antara menjadi fasilitator atau hanya mendapat
materi pembelajaran saja. Selain itu, metode blended learning juga
merupakan sebuah kombinasi pembelajaran tatap muka (face-to-face) dan
pembelajaran jarak jauh atau daring.
Tetapi lebih jauh dari itu, metode blended learning dijadikan sebagai elemen
utama dalam interaksi sosial. Hal ini dilakukan untuk membantu siapa saja
terutama siswa atau peserta didik untuk bisa tetap belajar tanpa terpaku
pada waktu dan tempat.
Meski demikian, beberapa siswa masih tetap membutuhkan waktu
pembelajaran tatap muka (PTM) sehingga dibutuhkan proses pembelajaran
tatap muka di kelas untuk membahas dan sebagai kelengkapan proses
belajar yang sudah diberikan melalui daring. Artinya, metode blended
learning ini merupakan metode pembelajaran terpadu antara di kelas dan e-
learning.
Manfaat Blended Learning
Dilakukannya pembelajaran dengan metode blended learning atau
menggunakan e-learning yang sudah berjalan selama beberapa waktu
belakangan ini memiliki manfaat dan keuntungan yang beragam.
1. Lebih fleksibel
Tak hanya siswa saja yang dituntut menguasai teknologi yang digunakan,
guru juga dituntut harus mampu menguasai teknologi yang digunakan untuk
pembelajaran guna mengatur segala kegiatan dan proses belajar mengajar.
Guru juga diharapkan mampu mengevaluasi dan memanfaatkan data untuk
mengatasi kesenjangan dalam hasil pembelajaran siswa.
Sebagian besar siswa bisa belajar di sekolah atau di kelas, kecuali ketika
mereka diberikan pekerjaan rumah. Guru kemudian memberi dukungan
pembelajaran tatap muka secara fleksibel dan adaptif, sesuai dengan
kebutuhan melalui kegiatan seperti kelompok kecil, proyek kelompok, dan
bimbingan pribadi.
Jadi siswa yang lainnya tidak akan ketinggalan pelajaran dengan teman
lainnya karena saat Zoom atau Meet berhalangan hadir. Rekaman tersebut
di-setting dapat diulang-ulang sampai siswa benar-benar paham dengan
materi yang diberikan.