Anda di halaman 1dari 12

HYBRID LEARNING

 Pengertian hybrid learning ini ternyata merupakan kombinasi antara metode


pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan metode pembelajaran tatap muka (PTM).
Sehingga kemudian, metode hybrid learning ini menjadi solusi sebagai
antisipasi untuk meminimalisasi dampak psikososial siswa, tetapi tetap bisa
belajar seperti sebelum pandemi. metode hybrid learning ini sama halnya
dengan melakukan blended learning, yakni di mana pembelajaran siswa
dikombinasikan antara pembelajaran tatap muka (PTM) dengan
pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran daring.

Dengan berlakunya metode hybrid learning ini, para siswa hanya dianjurkan


untuk datang dengan kuota siswa satu kelas yakni 50 persen. Misalnya di
dalam satu kelas ada 20 siswa, maka siswa yang diperkenankan hadir untuk
mengikuti pelajaran hanya 10 orang saja dan sisanya masih melakukan
pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ).

TUJUAN HYBRID LEARNING


Tujuan diberlakukannya metode hybrid learning ini juga akan lebih
memudahkan siswa yang kesulitan mengakses internet dan memiliki
keterbatasan alat dan juga jaringan internet. Bagi siswa yang memiliki
keterbatasan baik alat maupun jaringan internet, maka mereka bisa datang
setidaknya 2-3 kali dalam seminggu ke sekolah untuk belajar dengan
gurunya.
Tentu saja, waktu yang diberikan pada siswa untuk pembelajaran luring atau
pembelajaran tatap muka (PTM) juga sesuai dengan kesepakatan bersama
atau sesuai aturan yang berlaku, dengan mengutamakan keamanan,
kesehatan, dan protokol kesehatan. 

Manfaat Hybrid Learning

1. Lebih efektif dan efisien

Pembelajaran atau proses belajar mengajar dengan metode hybrid


learning dinilai lebih efektif dan efisien, karna setiap siswa atau peserta didik
memiliki cara belajar yang berbeda-beda antara satu sama lain. Sbg contoh
ada siswa yang merasa jauh lebih efektif jika ditemani oleh cemilan kecil, ada
beberapa siswa juga merasa jika dalam keadaan hening dan tidak diganggu
akan meningkatkan konsentrasi mereka dalam belajar hingga 30%. Sehingga
dengan hybrid learning ini, para siswa bisa menyesuaikan cara belajar
mereka masing-masing.

2. Tren belajar di masa depan

Di masa mendatang, siswa atau peserta didik dan guru diperkirakan tidak
selalu bertemu dan melakukan pembelajaran tatap muka (PTM). Hal ini tak
hanya terjadi di dunia pendidikan, tetapi juga di institusi dan perusahaan. Ini
akan terjadi karena metode hybrid baik hybrid working maupun hybrid
learning.
Namun pemberlakuan metode hybrid termasuk hybrid learning ini
membutuhkan berbagai ragam kelengkapan baik teknologi dan fasilitas yang
memadai.

3. Mendukung pengembangan keterampilan digital peserta didik atau siswa dan pengajar

Dengan adanya metode pembelajaran hybrid learning, siswa atau peserta


didik maupun gurunya diharapkan mampu meningkatkan keterampilan
digital dan teknologi baik dalam proses belajar mengajar bahkan dalam
aspek yang jauh lebih luas dengan kreativitas dan hobi masing-masing.
Keahlian khusus dan adanya keadilan untuk mengakses sumber materi
belajar ini sangat berguna untuk mengembangkan jaringan sosial dengan
peserta pelatihan lainnya dan juga di kehidupan masa depan siswa atau
peserta didik tersebut.

KUNCI UTAMA HYBRID LEARNING

ada lima kunci utama dalam penerapannya yang harus dilakukan saat
menjalankan proses pembelajaran hybrid learning sbb
1. Live event. Live event diartikan sebagai pembelajaran langsung atau
pembelajaran tatap muka (PTM) yang dilakukan secara sinkronous dalam
waktu dan tempat yang sama. Bisa juga di waktu yang sama tetapi dengan
tempat yang berbeda.
2. Self-paced learning. Kunci self-paced learning ini mengombinasikan
pembelajaran mandiri yang memungkinkan siswa dapat belajar kapan saja
dan di mana saja secara daring.
3. Collaboration. Collaboration atau kolaborasi ini artinya antara siswa dan
guru melakukan kolaborasi selama belajar mengajar. Tidak hanya satu arah
tetapi juga dilakukan dua arah.
4. Assessment. Kunci dari assessment ini artinya guru harus mampu meracik
kombinasi jenis daring dan luring. Bentuknya bisa berupa tes maupun
nontes, seperti metode proyek kelas.
5. Performance support materials. Kunci ini dilakukan untuk memastikan
bahan belajar yang sudah disiapkan dalam bentuk digital. Tujuan
menyiapkan bahan ajar dalam bentuk digital ini agar bahan ajar tersebut
dapat digunakan dengan mudah dan dapat memudahkan siswa mengakses
bahan ajar, baik secara daring maupun luring.

PENERAPAN HYBRID LEARNING


Penerapan pembelajaran hybrid learning sama halnya seperti pembelajaran
yang dilakukan selama ini, yakni dimulai dari persiapan. Persiapan hybrid
learning dimulai dengan melakukan analisis peserta didik, konteks, dan
konten pembelajaran. Dari hasil analisis ini, kemudian dipetakan kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa melalui tatap muka atau jarak jauh.
Selanjutnya, dari hasil analisis tersebut dituangkan ke dalam bentuk silabus
atau rencana pembelajaran. Pelaksanaan hybrid learning kemudian dapat
dilaksanakan dengan melakukan pembagian peserta didik untuk
melaksanakan pembelajaran dalam satu kelas dan dibagi menjadi dua bagian
atau dua shift.
Misalnya untuk minggu pertama, shift A melakukan pembelajaran secara
tatap muka sementara shift B melakukan pembelajaran daring atau jarak
jauh. Kemudian di minggu kedua, barulah shift B yang melaksanakan
pembelajaran tatap muka, dan shift A melakukan pembelajaran daring.
Pembelajaran secara daring dilakukan untuk memberikan fasilitas interaksi
daring menggunakan learning management system (LMS), misalnya
Google Classroom, Google Meet, Zoom Meet, Skype, WhatsApp, dan
media daring lainnya. Pembelajaran secara daring dengan real
time sebaiknya disertai tugas mandiri dan terstruktur.
Setelah itu, dilakukan evaluasi pada hybrid learning yang mencakup evaluasi
atau hasil capaian pembelajaran untuk mengukur penguasaan kognitif,
psikomotorik, dan afektif. Untuk ujian, guru dapat melakukan ujian secara
tatap muka di sekolah atau secara daring sesuai dengan kesepakatan dan
kondisi sekolah masing-masing.

pada pembelajaran hybrid learning memiliki lima model yang telah dirancang


dan disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang dialami berbagai sekolah yang
berbeda di Indonesia.

1. Model hybrid learning 1
Model pembelajaran atau jenis pembelajaran hybrid learning 1 ini
menggunakan fasilitas internet secara penuh setiap proses kegiatan belajar
mengajar (KBM). Dengan jenis atau model ini, guru dan siswa atau peserta
didik dituntut untuk standby di depan perangkat atau teknologi yang
digunakan, karena semua KBM berlangsung menggunakan jaringan internet.
Meski demikian, instruksi pelaksanaan model hybrid learning 1 ini dapat
dilakukan secara tatap muka tanpa guru dan siswa atau peserta didik harus
masuk ke dalam kelas atau ke dalam ruangan.
2. Model hybrid learning 2
Model pembelajaran kedua ini merupakan implementasi dari hybrid
learning yang bisa menggunakan koneksi atau jaringan internet penuh atau
juga bisa tidak menggunakan jaringan internet penuh. Metode hybrid
learning 2 ini peserta didik atau siswa diberikan pilihan untuk
selalu online atau menggunakan jaringan internet saat proses belajar
mengajar.
Sehingga artinya, di dalam model ini masih diselingi pembelajaran atau
proses belajar mengajar secara tatap muka dengan memerhatikan berbagai
aspek, salah satunya aspek kesehatan. Adapun tatap muka yang
dilaksanakan yakni siswa atau peserta didik hadir ke sekolah hanya untuk
mengumpulkan tugas-tugas.

3. Model hybrid learning 3
Model atau jenis hybrid learning yang ketiga ini merupakan implementasi
penggunaan fasilitas internet yang cukup banyak saat kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran tatap muka dilakukan jika ada kegiatan diskusi
kelas atau praktikum di kelas. Penggunaan internet di model ketiga ini sama
dengan model pertama, di mana peserta didik atau siswa dan guru lebih aktif
mengakses internet.
4. Metode hybrid learning 4
Metode hybrid learning 4 merupakan model pembelajaran yang masih
menggunakan fasilitas internet di dalam kegiatan belajar mengajar, namun
masih banyak kegiatan tatap muka antara peserta didik atau siswa dengan
guru. Sehingga internet di sini hanya digunakan sebagai pendukung
pembelajaran, misalnya saat diskusi atau mencari bahan.

5. Metode hybrid learning 5
Metode hybrid learning 5 ini tidak menuntut siswa untuk selalu terhubung
dengan internet saat proses belajar mengajar. Artinya model ini sangat
memudahkan siswa atau peserta didik, terutama di Indonesia yang masih
banyak mengalami keterbatasan jaringan atau belum bisa menjangkau
internet dengan baik.
Adapun penggunaan internet di metode hybrid learning 5 ini yakni jika
mereka harus ke sekolah atau bisa mengakses internet melalui fasilitas yang
diberikan oleh pihak sekolah.

BLENDED LEARNING
Metode blended learning adalah bentuk penyempurnaan dari sistem e-
learning, dimana dengan menggunakan metode blended learning, maka
pembelajaran bisa dilakukan dua arah dan lebih efektif dibandingkan hanya
guru yang mengajar atau menjelaskan atau satu arah.
Metode blended learning pada dasarnya adalah merupakan gabungan
keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka dan secara
virtual. Metode blended learning merupakan sebuah kemudahan
pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model
pengajaran, dan gaya pembelajaran.
Di dalam metode blended learning, siswa juga dikenalkan dengan berbagai
pilihan media pembelajaran, antara menjadi fasilitator atau hanya mendapat
materi pembelajaran saja. Selain itu, metode blended learning juga
merupakan sebuah kombinasi pembelajaran tatap muka (face-to-face) dan
pembelajaran jarak jauh atau daring.
Tetapi lebih jauh dari itu, metode blended learning dijadikan sebagai elemen
utama dalam interaksi sosial. Hal ini dilakukan untuk membantu siapa saja
terutama siswa atau peserta didik untuk bisa tetap belajar tanpa terpaku
pada waktu dan tempat. 
Meski demikian, beberapa siswa masih tetap membutuhkan waktu
pembelajaran tatap muka (PTM) sehingga dibutuhkan proses pembelajaran
tatap muka di kelas untuk membahas dan sebagai kelengkapan proses
belajar yang sudah diberikan melalui daring. Artinya, metode blended
learning ini merupakan metode pembelajaran terpadu antara di kelas dan e-
learning.

metode blended learning merupakan gabungan dari dua model


pembelajaran yang terpisah, yakni pembelajaran tradisional dengan
pembelajaran yang berbasis teknologi komputer dengan penekanan yang
digunakan di dalam pengertian yang sudah dijelaskan yaitu fokus pada
teknologi komputer yang sedang berkembang dan internet.
Selain itu, metode pembelajaran blended learning dirasa jadi jawaban paling
tepat untuk mengatasi berbagai masalah pembelajaran dan menjadi bekal
untuk menghadapi tren pembelajaran di masa mendatang.
Karena penekanan metode pembelajaran blended learning ini menekankan
pada gabungan metode konvensional yakni pembelajaran tatap muka (face-
to-face) dan metode daring atau pembelajaran jarak jauh, maka diperlukan
berbagai persiapan yang matang dan kesiapan tersebutlah yang kemudian
jadi kunci utama keberhasilan pembelajaran blended learning.

Manfaat Blended Learning
Dilakukannya pembelajaran dengan metode blended learning atau
menggunakan e-learning yang sudah berjalan selama beberapa waktu
belakangan ini memiliki manfaat dan keuntungan yang beragam.

1. Lebih fleksibel

metode pembelajaran blended learning yang menerapkan pembelajaran


kombinasi antara daring dan tatap muka membuat siswa dapat belajar dan
mendapat materi lebih fleksibel, tidak terpatok waktu dan tempat. Berbeda
dengan pembelajaran terdahulu yakni tatap muka dan harus datang ke
sekolah.
Berbeda dengan pembelajaran yang dituntut harus datang ke sekolah,
metode blended learning memungkinkan siswa belajar sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.

2. Efektif meningkatkan hasil belajar siswa

Setiap siswa memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dari model


pembelajaran baik secara daring maupun tatap muka. Oleh sebab itu,
metode blended learning yang merupakan gabungan metode-metode
pengajaran yang akan diterapkan dirasa lebih efektif untuk meningkatkan
hasil belajar pada sebagian besar siswa.
Hal ini juga sudah diuji berdasarkan penelitian anak-anak sekolah dasar yang
sudah menggunakan metode blended learning Core5 dalam pembelajaran di
Inggris. Dari hasil penelitian pada siswa tersebut, menunjukkan bahwa ada
hasil berupa peningkatan pencapaian membaca sampai 20 poin daripada
biasanya.

3. Meningkatkan keterlibatan siswa

Selain itu, metode blended learning juga akan memudahkan siswa untuk


terlibat di dalam pembelajaran. Saat ini, kebanyakan siswa sudah akrab
dengan kemajuan teknologi yang diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu, menggunakan teknologi saat belajar membuat siswa lebih
dimudahkan dan juga bisa terlibat secara penuh di dalamnya.

4. Meningkatkan kepuasan belajar siswa

Dengan metode blended learning, dirasa siswa mampu meningkatkan


kepuasan terhadap pembelajaran blended learning dan hasil belajar mereka.
Hal ini karena dari awal siswa sudah memahami dan mengetahui bagaimana
alur pembelajaran yang akan diterima. Mulai dari apa yang diharapkan siswa
hingga capaiannya, sehingga siswa mampu mencapai tujuan belajar dengan
baik.

5. Meningkatkan partisipasi siswa

Pada pembelajaran tradisional yang harus menuntut siswa untuk datang ke


kelas, biasanya siswa cenderung lebih banyak berperan pasif di dalam
kegiatan belajarnya. Hal ini karena sistem pembelajaran tradisional memang
berpusat pada pengajar saja tanpa melibatkan siswa.

Oleh sebab itu, metode blended learning ini memicu siswa lebih aktif


sehingga peristiwa kepasifan siswa tidak akan sesering mungkin ditemukan.
Siswa mampu mengakses materi dan aktivitas pembelajarannya masing-
masing sehingga siswa dituntut untuk aktif dalam belajar.

Tantangan dalam Metode Blended Learning


Meski memiliki manfaat dan kelebihan, tentu saja untuk melaksanakan
metode blended learning, siswa dan guru memiliki tantangan tersendiri.
Terlebih, metode blended learning ini adalah metode yang sangat baru dan
belum banyak dilakukan. Berikut ini berbagai tantangan yang harus dihadapi
saat akan melangsungkan metode blended learning.
1. Bergantung pada teknologi

Metode pembelajaran blended learning yang merupakan kombinasi


pembelajaran secara daring dan pembelajaran tatap muka ini masih
bergantung pada teknologi. Sekolah yang mulai menerapkan
metode blended learning harus memiliki alat, fasilitas, atau infrastruktur,
serta dukungan keuangan yang mendukung untuk memenuhi kebutuhan.

2. Membutuhkan pengetahuan teknologi yang mumpuni

Tak hanya siswa saja yang dituntut menguasai teknologi yang digunakan,
guru juga dituntut harus mampu menguasai teknologi yang digunakan untuk
pembelajaran guna mengatur segala kegiatan dan proses belajar mengajar.
Guru juga diharapkan mampu mengevaluasi dan memanfaatkan data untuk
mengatasi kesenjangan dalam hasil pembelajaran siswa.

Namun, berbagai kelemahan-kelemahan tersebut tetap bisa diatasi jika


dilakukan persiapan yang matang, baik mulai dari mempersiapkan alat-alat,
pelatihan untuk guru, siswa, atau bahkan orang tua siswa. Ketika semua
persiapan sudah mumpuni dan baik, maka pembelajaran blended
learning dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Jenis Blended Learning


Hingga saat ini, ada macam-macam atau jenis model blended learning yang
sudah dikembangkan. Berikut ini adalah beberapa jenis blended
learning yang sudah diterapkan oleh berbagai lembaga pendidikan di
berbagai belahan dunia.

1.. Remote Blended Learning atau Enriched Virtual

Metode pembelajaran remote blended learning atau enriched virtual ini


siswa dituntut menyelesaikan pembelajaran daring dan mereka bisa hanya
melakukan pembelajaran tatap muka dengan dosennya sesuai kebutuhannya
saja atau sesekali. Pendekatan ini berbeda dengan model pendidikan flipped
classroom, terutama di dalam keseimbangan waktu.
Di dalam metode pembelajaran remote blended learning atau enriched
virtual ini, siswa tidak akan belajar secara tatap muka dengan guru setiap
hari, tetapi dalam pengaturan flipped. Sehingga siswa dapat menyelesaikan
tujuan pembelajarannya secara individu.

2. Flex Blended Learning

Flex blended learning ini termasuk di dalam jenis model blended


learning yang mana pembelajaran daring menjadi inti atau hal utama
sehingga menjadi tulang punggung pembelajaran siswa, meski begitu tetap
masih didukung dengan aktivitas pembelajaran tatap muka atau luring.
Paling utama, siswa memulai pembelajaran daring kemudian melanjutkan
pembelajaran di dalam kelas dengan jadwal yang fleksibel disesuaikan secara
individual di dalam berbagai modalitas pembelajaran.

Sebagian besar siswa bisa belajar di sekolah atau di kelas, kecuali ketika
mereka diberikan pekerjaan rumah. Guru kemudian memberi dukungan
pembelajaran tatap muka secara fleksibel dan adaptif, sesuai dengan
kebutuhan melalui kegiatan seperti kelompok kecil, proyek kelompok, dan
bimbingan pribadi.

3.Flipped Classroom Blended Learning

Flipped classroom blended learning ini merupakan versi yang paling banyak


dikenal dan juga dilakukan. Flipped classroom ini dimulai dengan
pembelajaran siswa yang dilakukan secara daring, baik di luar kelas atau di
rumah dengan materi yang sudah disediakan sebelumnya.
Setelah melakukan proses pembelajaran secara daring atau jarak jauh, siswa
kemudian bisa memperdalam dan berlatih memecahkan soal-soal yang
diberikan di sekolah atau di kelas bersama dosen atau teman sekelasnya.
Dengan demikian, pembelajaran ini memiliki maksud menyelenggarakan
peran pembelajaran tradisional di kelas secara terbalik.

Tujuan dilakukannya flipped classroom di dalam metode blended learning ini


maksudnya masih mempertahankan format pembelajaran tradisional,
namun dilakukan dengan cara atau konteks yang lebih baru..

4. Project-based Blended Learning

Metode project-based blended learning ini merupakan model pembelajaran


yang mana siswa dapat menggunakan pembelajaran daring atau
pembelajaran jarak jauh maupun pembelajaran luring atau tatap muka dan
melakukan kolaborasi untuk merangcang, mengulang, dan menyelesaikan
tugas pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran daring bisa berbentuk pembelajaran daring dengan materi
yang sudah disiapkan atau akses mandiri pada berbagai sumber belajar yang
dibutuhkan. Karakteristik utama di dalam pembelajaran ini adalah
menggunakan sumber daya daring untuk mendukung pembelajaran berbasis
proyek.

5. Self-directed Blended Learning

Metode pembelajaran self-directed blended learning meminta siswa


menjalankan kombinasi pembelajaran daring dan tatap muka di dalam
pembelajaran inkuiri untuk mencapai tujuan pembelajaran formal. Mereka
akan terhubung dengan guru secara fisik dan digital, karena pembelajaran
diarahkan sendiri.
Karena pembelajaran bisa diarahkan sendiri, maka peran pembelajaran
daring dengan guru akan berubah sehingga tidak ada pertemuan atau
pembelajaran daring formal yang harus diselesaikan. Salah satu hal yang
menjadi tantangan bagi guru di dalam pembelajaran ini adalah bagaimana
guru menilai pembelajaran dan keberhasilan tanpa menghilangkan
autentifikasi.

Sementara tantangan bagi siswa yakni bagaimana cara mencari model


produk, proses, dan potensi apa yang dapat mendorong mereka untuk tetap
konsisten dalam belajar. Selain itu, siswa juga dituntut harus memahami apa
yang berhasil dan mengapa ia berhasil. Hal tersebut dibuat sebagai
penyesuaian atas kondisi ideal atau bila ada kondisi yang tidak sesuai
harapan.

Beberapa siswa pasti membutuhkan bimbingan, sementara beberapa siswa


merasa membutuhkan dukungan melalui jalur yang sangat jelas sehingga
mereka baru akan dapat menjalankan pembelajaran mereka sendiri secara
mandiri.

6. Supplemental Blended Learning

Model pembelajaran ini menuntut siswa mampu menyelesaikan


pembelajaran daring secara penuh untuk melengkapi berbagai pembelajaran
tatap muka, atau sebaliknya, menyelesaikan pembelajaran tatap muka untuk
melengkapi pembelajaran secara daring yang sudah diperoleh.

Artinya, metode supplemental blended learning ini adalah pelengkap dan


tujuan pencapaiannya dapat dipenuhi dalam satu ruang, sementara ruang
lainnya memberi pengalaman tambahan yang spesifik bagi siswa.
Pengalaman tambahan ini tidak akan mereka dapatkan jika mereka
menggunakan satu cara saja.

7.Mastery-based Blended Learning

Metode mastery-based blended learning ini menuntut mahasiswa melakukan


pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka secara bergiliran. Tujuan
dilakukannya metode ini adalah pembelajaran berbasis penguasaan. Desain
dan proporsi pembelajaran daring dan tatap muka dibangun atas dasar
penguasaan kompetensi tertentu.
Terdapat desain asesmen yang penting di dalam setiap pengalaman
pembelajaran berbasis penguasaan, karena dengan menggunakan alat
asesmen, pembelajaran tatap muka dan digital yang cukup rumit bisa
disesuaikan dengan pola pikir dan bagaimana perancang pembelajaran
merancang materi.

Contoh Penerapan Blended Learning


Salah satu contoh penerapan blended learning ini saat siswa belajar
menggunakan dua pendekatan sekaligus. Artinya, siswa menggunakan dua
metode sistem belajar, secara daring dan juga secara tatap muka
melalui video conference. Dalam metode pembelajaran ini, siswa diminta
mempelajari materi yang akan diajarkan guru.
Materi tersebut bisa berupa modul atau video pembelajaran yang akan
diberikan oleh guru sebelum kelas Zoom atau Google Meet dimulai. Jadi, saat
Zoom atau Google Meet berlangsung, guru tinggal menyampaikan poin
penting pembelajaran dan selanjutnya guru berinteraksi langsung dengan
siswa melalui video conference tersebut.
Siswa bisa berinteraksi baik bertanya maupun berdiskusi mengenai materi
yang dibahas. Jadi, meskipun siswa dan guru tidak melakukan pembelajaran
tatap muka, kedua pihak masih bisa berinteraksi layaknya saat di sekolah.
Sedangkan siswa yang tidak dapat mengikuti Zoom atau Meet bisa melihat
rekaman yang dibagikan guru.

Jadi siswa yang lainnya tidak akan ketinggalan pelajaran dengan teman
lainnya karena saat Zoom atau Meet berhalangan hadir. Rekaman tersebut
di-setting dapat diulang-ulang sampai siswa benar-benar paham dengan
materi yang diberikan.

Apa Perbedaan Blended Learning dan Hybrid Learning

Meski metode yang dilakukan hampir sama, tetapi ada perbedaan


antara blended learning dan hybrid learning yang akan diterapkan di model
pembelajaran di Indonesia. Dimana jika hybrid learning, maka siswa dan guru
menjalankan atau melakukan pelaksanaan pembelajaran secara merata.
Artinya meskipun hanya ada 30 peserta didik atau siswa yang hadir di
sekolah, namun materi tetap bisa diakses oleh 70 persen siswa atau peserta
didik yang ada di rumah. Tetapi untuk menerapkan metode hybrid
learning ini, dibutuhkan blended learning. Blended learning merupakan
gabungan keunggulan pembelajaran tatap muka dan secara virtual.
Blended learning  juga sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung atau
pembelajaran tatap muka (face-to-face) dan pembelajaran daring. Tapi lebih
daripada itu, blended learning menjadi elemen dari interaksi sosial.
Sementara hybrid learning  merupakan pembelajaran yang menggabungkan
berbagai pendekatan dalam pembelajaran.
Gabungannya baik metode pembelajaran tatap muka )face-to-face),
pembelajaran berbasis komputer, dan pembelajaran berbasis online
(internet dan mobile learning).

Anda mungkin juga menyukai