Anda di halaman 1dari 12

BLENDED LEARNING

A. Pengertian Blended Learning

Metode blended learning adalah bentuk penyempurnaan dari sistem e-learning, dimana
dengan menggunakan metode blended learning, maka pembelajaran bisa dilakukan dua arah dan
lebih efektif dibandingkan hanya guru yang mengajar atau menjelaskan atau satu arah. Metode
blended learning pada dasarnya adalah merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang
dilakukan secara tatap muka dan secara virtual. Metode blended learning merupakan sebuah
kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran,
dan gaya pembelajaran.

Di dalam metode blended learning, siswa juga dikenalkan dengan berbagai pilihan media
pembelajaran, antara menjadi fasilitator atau hanya mendapat materi pembelajaran saja. Selain
itu, metode blended learning juga merupakan sebuah kombinasi pembelajaran tatap muka (face-
to-face) dan pembelajaran jarak jauh atau daring. Tetapi lebih jauh dari itu, metode blended
learning dijadikan sebagai elemen utama dalam interaksi sosial. Hal ini dilakukan untuk
membantu siapa saja terutama siswa atau peserta didik untuk bisa tetap belajar tanpa terpaku
pada waktu dan tempat. Meski demikian, beberapa siswa masih tetap membutuhkan waktu
pembelajaran tatap muka (PTM) sehingga dibutuhkan proses pembelajaran tatap muka di kelas
untuk membahas dan sebagai kelengkapan proses belajar yang sudah diberikan melalui daring.
Artinya, metode blended learning ini merupakan metode pembelajaran terpadu antara di kelas
dan e-learning.

Dilakukannya metode blended learning ini dirasa lebih efektif karena mengingat selama
pandemi, pembelajaran jarak jauh atau daring saja dirasa memiliki berbagai kekurangan yang
bisa ditutup dengan melakukan pembelajaran tatap muka atau luring. Siswa yang kesulitan
belajar daring dimudahkan dengan bertemu atau bertatap muka dengan gurunya. Belajar di
dalam kelas maupun secara e-learning dinilai memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing sehingga menjadi dasar terbentuknya metode blended learning. Seperti contohnya
kekurangan belajar di dalam kelas yang terbatas waktu dan tempat dan materi yang didapat
hanya bersumber dari sekolah tersebut saja. Tetapi pembelajaran tatap muka atau di kelas
memiliki kelebihan dapat bertemu guru dan para siswa bisa langsung mendapat feedback dari
guru mereka atas pencapaian yang sudah dilakukannya. Begitu juga sebaliknya, belajar
menggunakan internet atau e-learning memang tidak terbatas tempat dan waktu, ada kekurangan
yang dimiliki. Kekurangan yang dimiliki siswa saat pembelajaran menggunakan internet atau
dengan daring yakni tidak ada guru yang mendampingi sehingga siswa tidak bisa langsung
mendapatkan feedback atas pencapaian yang mereka lakukan dan cenderung mengalami berbagai
salah pengertian.

Sehingga harapannya, pembelajaran metode blended learning ini menjadi jalan keluar
bagi siswa yang memiliki berbagai keterbatasan dan kekurangan selama melakukan
pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh. Meski demikian, pembelajaran tatap muka tak
selalu efektif, sehingga cara paling tepat adalah melakukan blended learning. Bisa disebut juga,
metode blended learning merupakan gabungan dari dua model pembelajaran yang terpisah,
yakni pembelajaran tradisional dengan pembelajaran yang berbasis teknologi komputer dengan
penekanan yang digunakan di dalam pengertian yang sudah dijelaskan yaitu fokus pada
teknologi komputer yang sedang berkembang dan internet.

Selain itu, metode pembelajaran blended learning dirasa jadi jawaban paling tepat untuk
mengatasi berbagai masalah pembelajaran dan menjadi bekal untuk menghadapi tren
pembelajaran di masa mendatang. Karena penekanan metode pembelajaran blended learning ini
menekankan pada gabungan metode konvensional yakni pembelajaran tatap muka (face-to-face)
dan metode daring atau pembelajaran jarak jauh, maka diperlukan berbagai persiapan yang
matang dan kesiapan tersebutlah yang kemudian jadi kunci utama keberhasilan pembelajaran
blended learning.
B. Karateristik Blended Learning

Tatap Muka
Pembelajaran tatap muka sudah dilakukan sebelum ditemukannya teknologi cetak, audio
visual, dan komputer, pengajar sebagai sumber belajar utama.
Belajar Mandiri
Dalam pembelajaran berbasis Blended Learning, akan banyak sumber belajar yang harus
diakses oleh peserta didik, karena sumber-sumber tersebut tidak hanya terbatas pada
sumber belajar yang dimiliki pengajar atau perpustakaan lembaga pendidikannya saja,
melainkan sumber-sumber belajar yang ada di perpustakaan seluruh dunia.
Aplikasi
Aplikasi dalam pembelajaran berbasis blended learning dapat dilakukan melalui
pembelajaran berbasis masalah, pelajar akan secara aktif mendefinisikan masalah,
mencari berbagai alternatif pemecahan dan melacak konsep, prinsip dan prosedur yang
dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.
Tutorial
Pada tutorial, peserta didik yang aktif untuk menyampaikan masalah yang dihadapi,
seorang pengajar akan berperan sebagai tutor yang membimbing. Meskipun aplikasi
teknologi dapat meningkatkan keterlibatan pelajar dalam belajar, peran pengajar masih
diperlukan sebagai tutor.
Kerjasama
Keterampilan kolaborasi harus menjadi bagian penting dalam pembelajaran berbasis
Blended Learning. Hal ini tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka konvensional
yang semua peserta didik belajar di dalam kelas yang sama di bawah kontrol pengajar.
Sedangkan dalam pembelajaran berbasis blended, maka peserta didik bekerja secara
mandiri dan berkolaborasi.
Evaluasi
Evaluasi harus didasarkan pada proses dan hasil yang dapat dilakukan melalui penilaian
evaluasi kinerja belajar pelajar berdasarkan portofolio. Demikian pula penilaian perlu
melibatkan bukan hanya otoritas pengajar, namun perlu ada penilaian diri oleh pelajar,
maupun penilai pelajar lain. Evaluasi ini berbeda dengan evaluasi tatap muka.
C. Manfaat Blended Learning

Pembelajaran blended learning ini memberikan fleksibilitas pada siswa dalam memilih
waktu dan tempat untuk mengakses materi pembelajaran. Sehingga siswa tidak perlu melakukan
perjalanan menuju ke sekolah untuk mendapat pembelajaran, tetapi bisa mendapat materi
pembelajaran dari mana saja dan kapan saja. Selain itu, ada beragam manfaat lainnya dari
metode pembelajaran blended learning.

Lebih fleksibel

Seperti yang sudah dijelaskan, metode pembelajaran blended learning yang menerapkan
pembelajaran kombinasi antara daring dan tatap muka membuat siswa dapat belajar dan
mendapat materi lebih fleksibel, tidak terpatok waktu dan tempat. Berbeda dengan pembelajaran
terdahulu yakni tatap muka dan harus datang ke sekolah. Berbeda dengan pembelajaran yang
dituntut harus datang ke sekolah, metode blended learning memungkinkan siswa belajar sesuai
dengan kemampuannya masing-masing.

Efektif meningkatkan hasil belajar siswa

Setiap siswa memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dari model


pembelajaran baik secara daring maupun tatap muka. Oleh sebab itu, metode blended learning
yang merupakan gabungan metode-metode pengajaran yang akan diterapkan dirasa lebih efektif
untuk meningkatkan hasil belajar pada sebagian besar siswa. Hal ini juga sudah diuji berdasarkan
penelitian anak-anak sekolah dasar yang sudah menggunakan metode blended learning Core5
dalam pembelajaran di Inggris. Dari hasil penelitian pada siswa tersebut, menunjukkan bahwa
ada hasil berupa peningkatan pencapaian membaca sampai 20 poin daripada biasanya.

Meningkatkan keterlibatan siswa

Selain itu, metode blended learning juga akan memudahkan siswa untuk terlibat di dalam
pembelajaran. Saat ini, kebanyakan siswa sudah akrab dengan kemajuan teknologi yang
diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, menggunakan teknologi saat belajar
membuat siswa lebih dimudahkan dan juga bisa terlibat secara penuh di dalamnya.
Meningkatkan kepuasan belajar siswa

Dengan metode blended learning, dirasa siswa mampu meningkatkan kepuasan terhadap
pembelajaran blended learning dan hasil belajar mereka. Hal ini karena dari awal siswa sudah
memahami dan mengetahui bagaimana alur pembelajaran yang akan diterima. Mulai dari apa
yang diharapkan siswa hingga capaiannya, sehingga siswa mampu mencapai tujuan belajar
dengan baik.

Meningkatkan partisipasi siswa

Pada pembelajaran tradisional yang harus menuntut siswa untuk datang ke kelas,
biasanya siswa cenderung lebih banyak berperan pasif di dalam kegiatan belajarnya. Hal ini
karena sistem pembelajaran tradisional memang berpusat pada pengajar saja tanpa melibatkan
siswa. Oleh sebab itu, metode blended learning ini memicu siswa lebih aktif sehingga peristiwa
kepasifan siswa tidak akan sesering mungkin ditemukan. Siswa mampu mengakses materi dan
aktivitas pembelajarannya masing-masing sehingga siswa dituntut untuk aktif dalam belajar.
D. Tantangan dalam Metode Blended Learning

Metode blended learning ini adalah metode yang sangat baru dan belum banyak
dilakukan. Berikut ini berbagai tantangan yang harus dihadapi saat akan melangsungkan metode
blended learning, yaitu:

Bergantung pada teknologi

Metode pembelajaran blended learning yang merupakan kombinasi pembelajaran secara


daring dan pembelajaran tatap muka ini masih bergantung pada teknologi. Sekolah yang mulai
menerapkan metode blended learning harus memiliki alat, fasilitas, atau infrastruktur, serta
dukungan keuangan yang mendukung untuk memenuhi kebutuhan.

Membutuhkan pengetahuan teknologi yang mumpuni

Tak hanya siswa saja yang dituntut menguasai teknologi yang digunakan, guru juga
dituntut harus mampu menguasai teknologi yang digunakan untuk pembelajaran guna mengatur
segala kegiatan dan proses belajar mengajar. Guru juga diharapkan mampu mengevaluasi dan
memanfaatkan data untuk mengatasi kesenjangan dalam hasil pembelajaran siswa. Namun,
berbagai kelemahan-kelemahan tersebut tetap bisa diatasi jika dilakukan persiapan yang matang,
baik mulai dari mempersiapkan alat-alat, pelatihan untuk guru, siswa, atau bahkan orang tua
siswa. Ketika semua persiapan sudah mumpuni dan baik, maka pembelajaran blended learning
dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
E. Jenis Blended Learning

Station Rotation Blended Learning

Station rotation blended learning adalah penggabungan ketiga stasiun atau spot di dalam
satu jam tatap muka dan kemudian dibagi menjadi tiga bagian. Misalkan satu tatap muka terdiri
dari 90 menit durasi pembelajaran, maka waktu 90 menit tersebut digai menjadi tiga waktu yang
masing-masing berisi tahapan di dalam spot yang berbeda berdurasi 30 menit. Ketiga spot
tersebut terdiri di antaranya online instruction, teacher-led instruction dan collaborative
activities and stations.

Lab Rotation Blended Learning

Metode selanjutnya yakni metode lab rotation blended learning ini hampir mirip dengan
station rotation blended learning, yaitu memungkinkan siswa memiliki kesempatan untuk
memutar stasiun melalui jadwal yang telah ditetapkan, namun dilakukan menggunakan
laboratorium khusus. Penggunaan laboratorium khusus ini memungkinkan dilakukannya
pengaturan jadwal yang fleksibel dengan guru atau pengajar. Sehingga metode lab rotation
blended learning ini diperlukan laboratorium komputer.

Remote Blended Learning atau Enriched Virtual

Metode pembelajaran remote blended learning atau enriched virtual ini siswa dituntut
menyelesaikan pembelajaran daring dan mereka bisa hanya melakukan pembelajaran tatap muka
dengan dosennya sesuai kebutuhannya saja atau sesekali. Pendekatan ini berbeda dengan model
pendidikan flipped classroom, terutama di dalam keseimbangan waktu. Di dalam metode
pembelajaran remote blended learning atau enriched virtual ini, siswa tidak akan belajar secara
tatap muka dengan guru setiap hari, tetapi dalam pengaturan flipped. Sehingga siswa dapat
menyelesaikan tujuan pembelajarannya secara individu.
Flex Blended Learning

Flex blended learning ini termasuk di dalam jenis model blended learning yang mana
pembelajaran daring menjadi inti atau hal utama sehingga menjadi tulang punggung
pembelajaran siswa, meski begitu tetap masih didukung dengan aktivitas pembelajaran tatap
muka atau luring. Paling utama, siswa memulai pembelajaran daring kemudian melanjutkan
pembelajaran di dalam kelas dengan jadwal yang fleksibel disesuaikan secara individual di
dalam berbagai modalitas pembelajaran. Sebagian besar siswa bisa belajar di sekolah atau di
kelas, kecuali ketika mereka diberikan pekerjaan rumah. Guru kemudian memberi dukungan
pembelajaran tatap muka secara fleksibel dan adaptif, sesuai dengan kebutuhan melalui kegiatan
seperti kelompok kecil, proyek kelompok, dan bimbingan pribadi.

Flipped Classroom Blended Learning

Flipped classroom blended learning ini merupakan versi yang paling banyak dikenal dan
juga dilakukan. Flipped classroom ini dimulai dengan pembelajaran siswa yang dilakukan secara
daring, baik di luar kelas atau di rumah dengan materi yang sudah disediakan sebelumnya.
Setelah melakukan proses pembelajaran secara daring atau jarak jauh, siswa kemudian bisa
memperdalam dan berlatih memecahkan soal-soal yang diberikan di sekolah atau di kelas
bersama dosen atau teman sekelasnya. Dengan demikian, pembelajaran ini memiliki maksud
menyelenggarakan peran pembelajaran tradisional di kelas secara terbalik. Tujuan dilakukannya
flipped classroom di dalam metode blended learning ini maksudnya masih mempertahankan
format pembelajaran tradisional, namun dilakukan dengan cara atau konteks yang lebih baru.

Individual Rotation Blended Learning

Individual rotation blended learning ini merupakan model pembelajaran yang


memungkinkan siswa untuk memutar materi melalui stasiun-stasiun sesuai dengan jadwal
individu yang ditetapkan oleh guru atau oleh algoritma perangkat lunak komputer. Berbeda
dengan model rotasi lainnya, individual rotation blended learning ini tidak menuntut siswa harus
pindah dari stasiun satu ke stasiun yang lain, mereka hanya perlu memutar kanal aktivitas yang
dijadwalkan pada daftar putar mereka.
Project-based Blended Learning

Metode project-based blended learning ini merupakan model pembelajaran yang mana
siswa dapat menggunakan pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh maupun
pembelajaran luring atau tatap muka dan melakukan kolaborasi untuk merangcang, mengulang,
dan menyelesaikan tugas pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran daring bisa berbentuk
pembelajaran daring dengan materi yang sudah disiapkan atau akses mandiri pada berbagai
sumber belajar yang dibutuhkan. Karakteristik utama di dalam pembelajaran ini adalah
menggunakan sumber daya daring untuk mendukung pembelajaran berbasis proyek.

Self-directed Blended Learning

Metode pembelajaran self-directed blended learning meminta siswa menjalankan


kombinasi pembelajaran daring dan tatap muka di dalam pembelajaran inkuiri untuk mencapai
tujuan pembelajaran formal. Mereka akan terhubung dengan guru secara fisik dan digital, karena
pembelajaran diarahkan sendiri. Karena pembelajaran bisa diarahkan sendiri, maka peran
pembelajaran daring dengan guru akan berubah sehingga tidak ada pertemuan atau pembelajaran
daring formal yang harus diselesaikan. Salah satu hal yang menjadi tantangan bagi guru di dalam
pembelajaran ini adalah bagaimana guru menilai pembelajaran dan keberhasilan tanpa
menghilangkan autentifikasi. Sementara tantangan bagi siswa yakni bagaimana cara mencari
model produk, proses, dan potensi apa yang dapat mendorong mereka untuk tetap konsisten
dalam belajar. Selain itu, siswa juga dituntut harus memahami apa yang berhasil dan mengapa ia
berhasil. Hal tersebut dibuat sebagai penyesuaian atas kondisi ideal atau bila ada kondisi yang
tidak sesuai harapan. Beberapa siswa pasti membutuhkan bimbingan, sementara beberapa siswa
merasa membutuhkan dukungan melalui jalur yang sangat jelas sehingga mereka baru akan dapat
menjalankan pembelajaran mereka sendiri secara mandiri.

Blended Learning Inside-Out

Metode pembelajaran inside-out dirancang akan selesai atau berakhir di luar kelas,
artinya dengan memadukan kelebihan-kelebihan tatap muka fisik dan digital. Namun, model
inside-out ini masih menonjolkan pembelajaran di kelas dan pembelajaran daring hanya
berfungsi sebagai penguat pembelajaran. Komponen pembelajaran yang berlangsung di metode
inside-out ini dapat berupa inkuiri mandiri atau e-learning formal. Jika dilihat dari pola
pembelajarannya, maka blended berbasis proyek dan merupakan salah satu contoh yang sangat
baik dari model inside-out. Sama halnya dengan outside-in yang selanjutnya akan dijelaskan,
model inside-out ini masih membutuhkan bimbingan ahli, adanya umpan balik atau feedback
pembelajaran, pengajaran konten, dan dukungan psikologis serta moral dari interaksi tatap muka
setiap hari.

Blended Learning Outside-in

Berbeda dengan pembelajaran blended learning inside-out, outside-in ini diawali dengan
pembelajaran dari lingkungan fisik dan digital non-akademik yang biasa digunakan siswa setiap
hari, kemudian diakhiri di dalam ruang kelas. Dengan demikian, pembelajaran di dalam kelas ini
akan lebih dalam dan kaya serta efektif. Kelas tatap muka atau luring berpeluang menjadi ajang
berbagi, berkreasi, berkolaborasi, dan saling memberi feedback yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Bila dirancang dengan baik, pembelajaran ini
mampu memainkan peran dan kekuatan untuk melengkapi kekurangan yang selama ini dialami
siswa.

Supplemental Blended Learning

Model pembelajaran ini menuntut siswa mampu menyelesaikan pembelajaran daring


secara penuh untuk melengkapi berbagai pembelajaran tatap muka, atau sebaliknya,
menyelesaikan pembelajaran tatap muka untuk melengkapi pembelajaran secara daring yang
sudah diperoleh. Artinya, metode supplemental blended learning ini adalah pelengkap dan tujuan
pencapaiannya dapat dipenuhi dalam satu ruang, sementara ruang lainnya memberi pengalaman
tambahan yang spesifik bagi siswa. Pengalaman tambahan ini tidak akan mereka dapatkan jika
mereka menggunakan satu cara saja.
Mastery-Based Blended Learning

Metode mastery-based blended learning ini menuntut mahasiswa melakukan


pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka secara bergiliran. Tujuan dilakukannya
metode ini adalah pembelajaran berbasis penguasaan. Desain dan proporsi pembelajaran daring
dan tatap muka dibangun atas dasar penguasaan kompetensi tertentu. Terdapat desain asesmen
yang penting di dalam setiap pengalaman pembelajaran berbasis penguasaan, karena dengan
menggunakan alat asesmen, pembelajaran tatap muka dan digital yang cukup rumit bisa
disesuaikan dengan pola pikir dan bagaimana perancang pembelajaran merancang materi.
F. Contoh Penerapan Blended Learning

Salah satu contoh penerapan blended learning ini saat siswa belajar menggunakan dua
pendekatan sekaligus. Artinya, siswa menggunakan dua metode sistem belajar, secara daring dan
juga secara tatap muka melalui video conference. Dalam metode pembelajaran ini, siswa diminta
mempelajari materi yang akan diajarkan guru. Materi tersebut bisa berupa modul atau video
pembelajaran yang akan diberikan oleh guru sebelum kelas Zoom atau Google Meet dimulai.
Jadi, saat Zoom atau Google Meet berlangsung, guru tinggal menyampaikan poin penting
pembelajaran dan selanjutnya guru berinteraksi langsung dengan siswa melalui video conference
tersebut. Siswa bisa berinteraksi baik bertanya maupun berdiskusi mengenai materi yang
dibahas. Jadi, meskipun siswa dan guru tidak melakukan pembelajaran tatap muka, kedua pihak
masih bisa berinteraksi layaknya saat di sekolah. Sedangkan siswa yang tidak dapat mengikuti
Zoom atau Meet bisa melihat rekaman yang dibagikan guru. Jadi siswa yang lainnya tidak akan
ketinggalan pelajaran dengan teman lainnya karena saat Zoom atau Meet berhalangan hadir.
Rekaman tersebut di-setting dapat diulang-ulang sampai siswa benar-benar paham dengan materi
yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai