Anda di halaman 1dari 12

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul “Saraf”


disusun oleh :
Nama : Nurhuda
NIM : 1314040004
Klp/Kelas : III/A
Jurusan : Pendidikan Biologi
telah dikoreksi dan diperiksa oleh Asisten/Koordinator Asisten, maka dinyatakan
diterima.

Makassar, Juni 2015


Kordinator Asisten, Asisten,

Ratna Mulyana Dewi Sutriadi


NIM.

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. A. Mu’nisa, S.Si., M.Si


NIP: 19720526 199802 2 001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sel saraf dalam sistem saraf berfungsi untuk menjalankan impuls.
Impuls dapat menjalar pada sebuah sel saraf, juga dapat menjalar pada sel lain
dengan melintasi sinapsis. Penjaaran impuls dapat terjadi dengan cara
transmisi e;ektrik atau transmisi kimiawi yang menggunakan bantuan
neurotransmitter. Proses transmisi sinapsis dapat berlangsung lebih lambat
atau mengalami gangguan. Beberapa bahan yang diketahui sebagai sumber
gangguan dalam transmisi sinapsis ini adalah pestisida, racun ular dan obat
bius. Proses transmisi sinapsis juga dapat berlangsung lebh cepat akibat
pengaruh dari konsumsi zat-zat yang mengandung zat stimulan.
Stimulant adalah obat-obatan yang menaikkan tingkat kewaspadaan di
dalam rentang waktu singkat. Terdapat beberapa faktor yang dapat
memengaruhi proses kerja ppusat koordinasi ini. Sallah satu faktor tersebut
adalah stimulus atau rangsangan yang diterima oleh sel saraf. Stimulus
tersebut dapat memperambat sistem kerja saraf namun juga dapat
mempercepat kerja saraf. Namun dalam hak ini stimulan biasanya menaikkan
kegiatan dan kepekaan sistrm daraf simpatik khususnya sistem saraf pusat.
Sistem saraf tepi berfungsi memberikan informasi kepada sistem saraf pusat
tentang adanya stimulus dan menyebabkan otot dan kelenjar melakukan
respon. Sistem saraf pusat berguna bagi pusat koordinasi otot untuk aksi-aksi
yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh zat stimulan yang terdapat pada berbagai minuman
kemasan terhadap kecepatan tanggap saraf.
Otak memiliki lima bagian besar yaitu otak besar, otak kecil, sum-sum
dan jembatan vorol. Sistem saraf merupakan pusat koordinasi segala aktivitas
tubuh. Seluruh aktivitas tubuh hingga tingkat selular dikendalikan oleh sistem
saraf. Melalui indera rangsangan diterima yang kemudian akan disalurkan
daam brntuk impuls ke otak dan akan dikembalikan kepada efektor berupa
suatu respon yang ditimbulkan senagai suatu tanggapan. Bentuk respon
berbeda-beda tergantung bagamana rangsangan yang diberikan, selain itu hal
ini juga bergantung pada situasi suatu sistem dalam prosesnya bekerja.
B. Tujuan praktikum
Untuk mengetahui pengaruh zat stimulan yang terdapat pada berbagai
minuman kemasan terhadap kecepatan tanggap saraf.
C. Manfaat praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui bahwa zat stimulan yang terdapat pada
berbagai minuman kemasan berpengaruh terhadap kecepatan tanggap saraf.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jika melihat dari komposisinya, maka yang perlu diwaspadai dari


minuman berenergi adalah kandungan kafeinnya. Mengutip beberapa hasil
penelitian, dosis 100-150 mg kafein merupakan batas aman konsumsi manusia,
dan efek yang diberikan pada takaran ini adalah dapat meningkatkan aktivitas
mental yang membuat orang selalu terjaga, sehingga dosis anjuran konsumsi dari
produsen minuman berenergi adalah 2-3 kali atau setara dengan 100-150 mg
kafein seharinya. Hal ini sebenarnya beresiko terutama bila konsumsi dari
minuman berenergi masih disertai dengan minum kopi (Hermanto, 2007).
Kafein merupakan suatu stimulant (memicu terbentuknya) sistem saraf
pusat dan metabolit, yang keduanya dikeluarkan dan secara medis dapat
mengurangi rasa capek dan mengembalikan mental saat lemah. Kafein untuk
stimulat pada system saraf pusat terjadi pada saat konsentrasi tinggi, sehingga
meningkatkan kewaspadaan/kesiapan dan kemampuan jelajah, kecepatan, fokus
serta koordinasi terhadap tubuh yang baik. Dalam tubuh, kafein
dimetabolisme menjadi beberapa senyawa yang dapat dilihat pada gambit
dibawah ini (Yosef, 2008).
Kafein dimetabolisme dalam hati menjadi tiga metabolit primer, yaitu:
paraxanthine (84%), theobromine (12%), and theophylline (4%). Kafein
diabsorbsi (diserap) oleh lambung dan usus halus 45 menit setelah pemberian.
Fungsi ketiga metabolit tersebut didalam tubuh adalah sebagai berikut (Yosef,
2008) : Paraxanthine (84%): untuk meningkatkan lipolisis (lisis terhadap lemak),
dan meningkatkan gliserol dan asam lemak bebas dalam plasma darah terus ada
dalam waktu yang lama (Rudy, 2009).
Selain dapat memberikan peningkatan konsentrasi karena bersifat stimulan
terhadap sistem pusat syaraf, beberapa penelitian juga menunjukan bahwa
konsumsi kafein mempunyai efek ergogenik yang mampu meningkatkan performa
olahraga terutama pada olahraga endurans yang berdurasi panjang seperti
sepeda jarak jauh atau juga marathon serta pada olahraga intensitas tinggi
berdurasi singkat (Irawan, 2009).
Sedangkan mekanisme yang kedua dapat memberikan manfaat bagi
performa olahraga endurans karena stimulasi pengeluaran asam lemak dapat
meningkatkan pengunaan lemak sebagai sumber energi sehingga membantu
menghemat pemakaian karbohidrat (glikogen otot) pada tahap-tahap awal saat
aktivitas olahraga baru mulai berjalan. Kombinasi antara peningkatan pembakaran
asam lemak dan penghematan pemakaian glikogen otot ini membuat seorang atlet
mempunyai cadangan energi dalam bentuk karbohidrat yang relatif lebih banyak
sehingga secara teoritis akan mempunyai daya tahan dan performa endurans yang
lebih baik (Irawan, 2009).
Peningkatan performa endurans ini salah satunya ditunjukan oleh
penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Of Sports Science, di mana
konsumsi kafein dibandingkan dengan konsumsi non-kafein sebelum latihan
olahraga menghasilkan peningkatan pembakaran lemak tubuh yaitu 145 vs 120
mg/mol serta kemampuan daya tahan atlet dalam olahraga endurans yaitu 131 vs
123 menit (Irawan, 2009).
Karena begitu banyak informasi latar belakang berasal dari hewan
percobaan, kita harus mencoba untuk ekstrapolasi data ke manusia. Namun, ini
bukan tugas sepele untuk membandingkan dosis kafein pada hewan dan manusia.
Sebagai contoh, harus diingat bahwa dalam sebagian besar percobaan pada tikus,
satu dosis tinggi yang diberikan kafein, sedangkan kopi dikonsumsi manusia
dibagi di siang hari. Berat badan metabolik merupakan faktor koreksi ketika
membandingkan efek dosis yang diberikan kafein pada hewan dan manusia.
Namun, tidak semua orang setuju bahwa koreksi yang didasarkan pada berat
badan metabolik harus diterapkan. Memang LD50 kafein yang cukup konsisten di
seluruh spesies, termasuk Homo sapiens (Irawan, 2009).
Otak tersusun dari kumpulan neuron, dimana neuron merupakan sel saraf
panjang seperti kawat yang mengantarkan pesan-pesan listrik lewat sistem saraf
dan otak. Sel-sel pada suatu daerah otak menghubungkan bagian-bagian tubuh
yang lain secara kontinyu dan otomatis. Neuron ini mengirimkan sinyal dengan
menyebar secara terencana, semburan listrik terhentak-hentak yang membentuk
bunyi yang jelas (kertak-kertuk) yang timbul dari gelombang kegiatan neuron
yang terkoordinasi, dimana gelombang itu sebenarnya sedang mengubah bentuk
otak dan membentuk sirkuit otak menjadi pola-pola yang lama kelamaan akan
menyebabkan bayi yang lahir nanti mampu menangkap suara, sentuhan, dan
gerakan (Purwanto, 2009).
Pada hewan yang lebih kompleks, akson dari sel-sel saraf ganda seringkali
terberkas secara bersamaan membentuk saraf. Struktur yang berserat ini
menyalurkan dan mengorganisasi aliran informasi disepanjang rute-rute yang
spesifik melalui system saraf. Otak dan sumsum tulang belakang system saraf
pusat vertebrata terkoordinasi secara erat. Otak menyediakan daya integratif yang
mendasari perilaku kompleks vertebrata. Sumsum tulang belakang yang
membentang dibagian dalam columna vertebralis (tulang belakang),
menghantarkan informasi ke dan dari otak serta membangkitkan ppola- pola
lokamasi dasar. Sumsum tulang belakang juga bertindak secara independen dari
otak sebagai bagian dari sirkuit saraf sederhana yang menghasilkan refleks
(Campbell, 2008).
Neuron-neuron (sel-sel saraf) secara elektrik menghantar sinyal (impuls)
melalui bagian saraf yang terjulur memanjang (sekitar 1 mm pada hewan
berukuran besar). Impuls tersebut berupa gelombang-gelombang berjalan yang
berbentuk arus-arus ion. Transmisi sinyal antara neuron-neuron dan antara
neuronotot (juga neuron-kelenjar) seringkali dimediasi secara kimiawi oleh
neurotransmitter (penghantar impuls saraf) (Gunawan, 2002).
Kewaspadaan Stimulant adalah obat-obatan yang menaikkan tingkat
kewaspadaan di dalam rentang waktu singkat. Stimulant biasanya menaikkan efek
samping dengan menaikkan efektivitas. Stimulant menaikkan kegiatan system
saraf simpatetik, system saraf pusat, atau kedua-duanya sekaligus. Beberapa
stimulant menghasilkan sensasi kegembiraan yang berlebihan, khususnya
jenis-jenis yang memberikan pengaruh terhadap system saraf simpatetik
(Mu’nisa & Ngitung, 2014).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat praktikum


Hari/ Tanggal : Rabu/ 20 Mei 2014
Waktu : Pukul 13.30 Wita – selesai
Tempat : Laboratorium Biologi lantai III Barat Jurusan
Biologi FMIPA UNM dan Kediaman Paktikan.
B. Alat dan Bahan
Alat:
 Mistar 30 Cm
Bahan :
 beberapa minuman stimulan ( mis: Extra Joss, Kopi, hemaviton)
C. Prosedur Kerja
1. Mempersilahkan subjek uji coba untuk duduk santai
2. Meletakkan sebuah penggaris secara tegak lurus diantara ibu jari dan
telunjuk tangan kanan. Mengusahakan posisi titik 0 berada tepat diantara
ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
3. Kemudian subjek uji coba adalah menangkap penggaris yang dilepas oleh
temannya.
4. Tanpa memberitahu dahulu, lepaskan penggaris itu ke bawah dan mintalah
subjek uji coba untuk menangkap dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk tangan kanan. Kemudian lihat tepat pada skala beberapa kedua
jari tersebut menempel pada penggaris. Mengulangi kegiatan diatas sampai
5 kali
5. Mengulangi langkah 4, namun menggunakan tangan kiri.
6. Meminta subjek uji coba meminum zat stimulant. Tunggu selama 30
menit.
7. Setelak 30 menit lakukan langkah 1-5.
BAB IV
HASIL DAN PEMABAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Kegiatan I
Sebelum minum stimulan
SkalaMistar
Stimulan Kanan kiri
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Lipavitan 18 22 23 28 13 18 25 25 20 12
Krating
14 8,5 8 19 2 8 23 X 22 19
daeng
M-150 9 9 8 20 7 24 14 11 23 29
Proman 10 12 16 1 6 21 7 15 13 7
Kopiko 11 8 16 13 11 13 10 11 15 12
Nescafe X 25 19 18 12 14 11 19 24 X
Cocacola 17 12 7 11 6 15 8 3 4 11
hemaviton 3 24 17 16 15 1 10 9 18 7

Setelah minum stimulant

SkalaMistar
Kanan
Stimulan kiri
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Lipavitan 15 0 0 0 4 5 0 5 4 7
Krating daeng 6 17 8 6 8 9 16 6 9 6
M-150 0 0 0 0 1 2 3 3 2 5
Proman 10 7 9 9 8 11 8 13 10 6
Kopiko 13 2 6 5 5 3 11 3 11 4
Nescafe 13 16 12 10 5 18 13 14 8 12
Cocacola 14 8 2 7 15 1 0 1 12 2
hemaviton 8 8 0 2 3 0 4 1 3 3

Kegiatan II

1. Nervi olfaktoris

Probandus kopi Bawangmerah Bawangputih


Hasriana   X
Muh. AdiGunadi   X
IntanPurwanti   X
WidyaSetyani  X X
Nur Huda X X X

2. Nervi opticus

Probandus Jumlah Kata


Hasriana 113
Muh. AdiGunadi 159
IntanPurwanti 138
WidyaSetyani 177
Nur Huda 173

3. Nervi accumulator

Probandus Vertika Horizonta Serongkana Serongkir Berputa


l l n i r
Hasriana     
Muh.     X
AdiGunadi
IntanPurwant     
i
WidyaSetyan     
i
Nur Huda     

4. Nervi facialis

Probandus Senyum Pipi Dahi Aliskanan Aliskiri Keduaalis


Hasriana    - - 

Muh.    - - 
AdiGunadi
IntanPurwanti   - - - 

WidyaSetyani    - - 

Nur Huda    - - 

UjiSarafotakkecil

Probandus Gerakan paling mudah


Hasriana 1
Muh. AdiGunadi 1
IntanPurwanti 1
WidyaSetyani 1
Nur Huda 5

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan stimulant dapat
meningkatkan kegiatan saraf simpatik dan system saraf pusat. Pada pengamatan
ini akan dilihat kecepatan kerja saraf normal dan kecepeatan kerja saraf stelah
diberikan stimulan. Stimulan ini berupa minuman kemasan berenergi maupun
kopi yang mengandung kafein. Pada tabel pengamatan pada tabel pemberian
stimulan, secara keseluruhan dapat dilihat angka yang relatif lebih besar dibanding
angka pada tabel sesudah diberi stimulan. Angka-angka tersebut peroleh adri skala
mistar yang ditunjukkan oleh kedua jari.
Minuman berenergi termasuk minuman berkafein, mempunyai efek
relaksasi otot polos terutama otot polos brunchus, yang merangsang susunan saraf
pusat dan jantung. Kafein juga merangsang sistem saraf pusat dengan cara
menaikkan tingkat kewaspadaan yang tinggi, sehingga pikiran lebih jelas, terfokus
dan kordinasi badan menjadi lebih baik. Kegiatan II ini bertujuan untuk memeriksa
fungsi sebagin besar saraf otak besar, memeriksa fungsi otak kecil. Kegiatan ini
dilakukan dengan menutup mata probandus, kemudian member perlakuan yaitu
mendekatkan bawang merah, bawang putih dan kopi di dekat indra pembau. Salah satu
probandus tidak dapat menjawab semua pertanyaan, karena sedang flu. Kegiatan III
berfungsi untuk mengetahui sampai batas maksimal kecepatan probandus untuk
menggunakan mata sebagai indra penglihatan, kegiatan IV masih berkaitan dengan mata
yang dapat melirik ke segala arah atau tidak. Kegiatan V yaitu menguji probandus jenis
jenis kegiatan apa yang disenagi dengan cara membaca perintah dan melakukan perintah
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa zat stimulan terdapat pada berbagai minuman kemasan.
Zat stimulan pada minuman kemasan tersebut memberikan pengaruh terhadap
kecepatan tanggap saraf. Stimulan menaikkan kegiatan sistem saraf simpatik
dan sistem saraf pusat khususnya jenis-jenis yang memberikan pengaruh
terhadap sistem saraf pusat.
B. Saran
Setelah melakukan praktikum maka diharapkan agar pendampingan
asisten saat berjalannya praktikum dioptimalkan sehingga keaktifan praktikan
dapat secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid Tiga. Jakarta : Erlangga.

Gunawan, Adi. 2002. Mekanisme Penghantaran Dalam Neuron (Neurotransmisi).


Jurnal Integral, Vol. 7 No. 1, April 2002.

Mu’nisa dan Ngitung. 2014. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Makassar:


Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Purwanto, Setiyo, dkk. 2009. Manfaat Senam Otak (Brain Gym) Dalam
Mengatasi Kecemasan Dan Stres Pada Anak Sekolah. Jurnal Kesehatan
Vol. 2. No. , Juni 2009.

Irawan, Anwari. Kafein. Available from : http://pssplab.com/book/?p=158

Anda mungkin juga menyukai