Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses metabolisme sel maka tak kan luput pembahasan mengenai transport zat,
baik transport zat secara aktif atau pun pasif. Adapula transport zat berupa air
yang prosesnya lebih kita kenal dengan osmosis. Osmosis adalah proses
perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah atau pelarut
murni melalui membran semipermeabel menuju larutan yang memiliki
konsentrasi lebih tinggi hingga tercapai kesetimbangan laju pelarut. Pada proses
osmosis, molekul-molekul pelarut bermigrasi dari larutan encer ke larutan yang
lebih pekat hingga dicapai keadaan kesetimbangan laju perpindahan pelarut di
antara kedua medium itu. Osmosis adalah perpindahan air melalui membran
permeabel selektif dari bagian yang lebih cair ke bagian yang lebih pekat.
Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan
dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi
melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih cair.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jauh mengenai osmosis, tentunya
diperlukan juga kegiatan praktikum yang akan menunjang pengetahuan kita. Salah
satu dari kegiatan tersebut adalah praktikum, dimana mahasiswa selaku praktikan
dapat melihat sendiri proses-proses yang terjadi dalam peristiwa perpindahan zat

antar sel seperti , mengamati peristiwa osmosis pada usus ayam. yang kemudian
menambah wawasan mahasiswa mengenai peristiwa yang kita kenal dengan nama
osmosis tersebut.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.
2.

Untuk mengetahui sifat-sifat permeabilitas membran.


Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses
osmosis.

3.

Untuk mengetahui pengaruh selektivitas membran terhadap proses


osmosis.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat membran yang memungkinkan pergerakan menyeberangi peregerakan


membran disebut permeabilitas. Lingkungan internal sel harus dijaga sel dengan
hati-hati oleh permeabilitas membran sel. Dulu, para peneliti mengira membran

hanya memainkan peranan pasif dalam pergerakan zat-zat terlarut dan air ke
dalam dan keluar sel melalui difusi dan osmosis. Dalam membran ada sejumlah
mekanisme yang dapat memulai atau mempercepat proses transportasi zat.
Transpor disebut pasif jika pergerakan molekul menyeberangi membran adalah
sesuai gradien konsentrasi tanpa menggunakan energi. Transpor disebut aktif jika
alirannya melawan gradien konsentrasi sehingga harus menggunakan energi.
(George H. Fried, 2006).

Membran sering di katakan bersifat semipermebel, berarti molekul air dapat


menembus membran tersebut, sedangkan bahan-bahan yang terlarut dalam air
tersebut tidak dapat menembus membran tersebut. Pada kenyataannya, bersamsama molekul air akan pula ikut ion atau senyawa tertentu yang terlarut di
dalamnya bergerak menembus membran. Berdasarkan kenyataan ini F.B Salisbury
dan C.W. Ross mengusulkan bahwa sesungguhnya membran bersifat tembus
terkendali (differentially permeable). (Lakitan, 1995).
Sel-sel hewan dilapisi oleh membrane yang disebut membrane biologis. Dengan
adanya membrane biologis ini maka komposisi dari intraseleler serta organelorganel akan terjaga, sehingga fungsi serta integrasi sel-sel dan jaringan-jaringan
dapat berjalan dengan baik. Sebagai pembatas dan pembentuk ruang, membrane
membatasi sitosol (sitoplasma) dan organel-organel lainnya termasuk
mitokondria, nucleus, vesikel-vesikel, dan reticulum. Membran juga disebut
sebagai membrane permukaan, membrane sel, membrane plasma, atau
plasmalema yang berlaku sebagai pembatas terhadap difusi bebas dan intraseluler
ke ekstraseluler atau ekstraseluler ke intraseluler. Dapat dikatakan pula bahwa

membrane secara aktif akan melakukan melakukan translokasi parrtikel-partikel


atau substansi-subtansi tertentu sehingga membentuk kondisi intraseluler
sedemikian rupa, intacellulere miilleu, sehingga dimungkinkan terjadinya
aktivitas-aktivitas metabolism dan sintesis pada sel tersebut. Membran memiliki
ketebalan sekitar 6-12 mm dan terdiri dari lapis ganda (dwilapis) yang terbentuk
dari senyawa lipida dan protein (lipoprotein). Kandungan protein dari setiap
membran tergantung dengan fungsi atau peran dari membrane tersebut
(Pearce, 2009).

Proses pasif dalam transport zat melintasi membran salah satunya adalah osmosis.
Pada transport jenis ini, air bergerak melintasi membran selektif permeabel dari
daerah yang berkadar air tinggi ke daerah yang berkadar air rendah. Molekul air
melalui saluran pada protein integral membran. (Sloane, 1995).

Setiap sel dibatasi oleh membrane yang berperan sebagai jalur lalu lintas
sejumlah substansi yang masuk dan keluar sel. Hal ini akan menetukan apakah
sebuah sel berada dalam keadaan homeostasis atau tidak. Homeostasis adalah
kemampuan sel untuk memperoleh lingkungan internal yang stabil melalui
pengaturan lintasan zat cair melalui membrane sel (Adnan, 2011).

Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian
yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus
dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan
gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami,

tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian
dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih
encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut
melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi
yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan
sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat
terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Prinsip osmosis: transfer
molekul solvent dari lokasi hypotonic (potensi rendah) solution menuju
hypertonic solution, melewati membran. Jika lokasi hypertonic solution kita beri
tekanan tertentu, osmosis dapat berhenti, atau malah berbalik arah (reversed
osmosis).Besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk menghentikan osmosis disebut
sebagai osmotic press.Jika dijelaskan sebagai konsep termodinamika, osmosis
dapat dianalogikan sebagai proses perubahan entrropi. Komponen solvent murni
memiliki entropi rendah, sedangkan komponen berkandunagn solut tinggi
memiliki entropi yang tinggi juga (Wulangi 1993).

Dalam membandingkan dua larutan yang konsentrasi zat terlarutnya


berbeda, larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi disebut sebagai
hipertonik. Larutan dengan konsentrasi zat yang lebih rendah disebut sebagai
hipotonik larutan-larutan dengan konsetrasi zat terlarut yang sama disebut sebagai
isotonik (Campbell, 2003).

III.

A.

METODE KERJA

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 29 April 2014 di Laboratorium Zoologi
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung.

B.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah neraca,
beaker glass 600 ml, karet, plastik es balon, gunting, pengaris, timer, usus ayam,
air, larutan garam 25% dan larutan glukosa 25%.
C.

Prosedur Kerja

1.

Membersikan usus ayam dari kotoran yang ada didalamnya.

2.

Memotong usus ayam kurang lebih 10 cm, mengikat salah satu ujung usus.
tersebut kemudian diisi dengan air, lalu ujung yang lain diikat lagi.

3.

Menimbang usus yang telah berisi air, dan mencatat hasilnya.

4.

Memasukkan usus kedalam sebuah beaker gelas 300 ml yang berisi larutan.
garam 25 % , dan menghitung waktu dengan stopwatch.

5.

Mengangkat usus dari beaker gelas setelah 5 menit, kemudian menimbang


kembali usus tersebut.

6.

Memasukan kembali usus ke dalam beaker gelas berisi larutan garam yang
telag diukur, selama 5 menit lagi.

7.

Setelah itu, kembali menimbang berat usus Mengulangi percobaan


menggunakan air , air gula dengan langkah yang sama seperti di atas.

IV.

A.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Data Pengamatan

Tabel 1. Koefisien osmosis pada usus ayam.


N
o
1.

2.

Aquades
KO1
KO2
KO3
0,000 0,0006 0,001
67
7
0,000 0,0006 0,0006
67
7
7
0,001 0,0013 0,0016
34
4
7
0,000 0,0006 0,0008
67
7
35

Nilai KO (gr/s)
Gula 25%
Garam 25%
KO1
KO2
KO3
KO1
KO2
KO3
0,002 0,0016
0,0006 0,00033
0,0003 0,0006
7
3
7
0,000 0,0003 0,0006 0,002 0,015 -0,016
33
3
7
0,002 0,0019 0,0006 0,0013 0,0156
33
3
4
3
7
0,01567
0,0011 0,0009 0,0001 0,0006 0,0078
65
65
7
65
35 0,00783
5

Tabel 2. Koefisien osmosis pada plastik es balon.


N
o

Aquades
KO1
KO2
KO3
1. 0,0013
0
0
2. 0,0006
7
0,0019
7

Nilai KO (gr/s)
Gula 25%
Garam 25%
KO1
KO2
KO3
KO1
KO2
KO3
0,0003 0,00067
0,0043 0,004 0,0033
3
0,00067
0,0003 0,00067
0
0,0027 0,01267 0,0033
3
0,0006 0,00134
0,007 0,01667 0,0066
6
0,00067

B.

0,0009
85

0,0003 0,00067
0,0035 0,008335 0,0033
3
0,00033
5

Pembahasan

Pada praktikum kali ini mempelajari mengenai osmosis yang terjadi pada usus
ayam berisi larutan gula 25%, larutan garam 25% dan aquades sebanyak 2 ml.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membersihkan usus dari kotoran yang
ada, lalu memotong usus ayam sepanjang 10 cm. Mengikat salah satu ujung usus
tersebut kemudian diisi dengan air larutan gula 25%, lalu ujung yang lain diikat
lagi. Menimbang usus yang telah berisi air, dan mencatat hasilnya. Memasukkan
usus kedalam sebuah beaker gelas 600 ml yang berisi air biasa sebanyak 500 ml,
dan menghitung waktu dengan stopwatch. Selanjutnya mengangkat usus dari
beaker gelas setelah 5 menit, kemudian menimbang kembali usus tersebut dan
diulangi selama 3 kali. Mengulangi percobaan menggunakan aquades dan air
garam 25% dengan langkah yang sama seperti di atas.
Dari percobaan tersebut maka dapat ditentukanlah bagaimana proses dan laju
osmosisnya. Osmosis merupakan salah satu macam transport pasif zat melintasi
membran. Transport pasif terjadi jika zat bergerak melintasi membran plasma
tanpa bantuan dari sel. Dalam percobaan ini, membran yang harus dilalui air
adalah usus ayam
Pada data hasil pengamatan usus ayam berisi aquades, pada 5 menit pertama dan 5
menit ke dua tidak ada perubahan berat koefisien osmosis, namun setelah 5 menit
ke 3 ada yang mengalami perubahan koefisien osmosis menjadi 0,001 namun ada
pula yang tetap pada koefisien osmosis awal yaitu 0,00067. Selanjutnya pada usus

ayam yang berisi larutan gula 25%, koefisien osmosis awal [1] 0,002 [2] 0,00033
dan 5 menit selanjutnya meningkat menjadi [1] 0,0016 dan [2] 0,00033 lalu 5
menit ketiga menjadi [1] -0,00033 [2] 0,00067. Pada usus ayam yang di isi
larutan garam 25%, koefisien osmosis awal adalah [1] -0,00067 [2] 0,00067,
kemudian 5 menit kedua adalah [1] 0,002 [2] 0,15 dan berat akhir adalah [1]
0,00033 [2] -0,016. Pada plastik es balon berisi aquades yang diletakkan dalam
air, koefisien osmosis 1 adalah [1]0,0013 [2]0,00067, 5 menit selanjutnya adalah
0, dan koefisien osmosis 5 menit selanjutnya 0. Selanjutnya plastik es balon yang
berisi larutan gula 25% masing-masing memiliki berat awal 0,00033, kemudian 5
menit setelahnya berubah menjadi [1] 0,00033 [2] 0,00067 dan 5 menit ketiga
menjadi [1] -0,00067 [2] 0. Dan pada plastik balon yang berisi larutan garam 25%
koefisien osmosis awal adalah [1] 0,0043 [2] 0,0027 selanjutna 5 menit kedua
berubah menjadi [1] 0,004 [2] 0,01267 dan 5 menit ketiga berubah menjadi [1]
0,0033 [2] 0,0033.

Dari percobaan menggunakan usus ayam yang dimasukkan dalam larutan gula
dan larutan garam dapat membuktikan adanya proses osmosis pada usus ayam,
karena usus merupakan membran yang bersifat semipermeable. Pada data laju
osmosis air dari luar membran ke larutan garam lebih tinggi, karena ion-ion dalam
larutan garam, mengikat air lebih kuat, sehingga jumlah air yang berdifusi
semakin banyak dan laju osmosis nya tinggi. Untuk percobaan usus berisi aquades
berdasarakan teori seharusnya beratnya tetap karena keduanya mengandung
jumlah solut, memiliki tekanan osmotik yang sama.akan tetapi berdasarkan
percobaaan bertanya bertambah. Ketidaksesuaian laju osmosis dalam percobaan

ini kemungkinan karena kesalahan dalam penakaran atau pengukuran, ataupun


ukuran bahan yang digunakan oleh praktikan tidak sama, selain itu dalam
membersihkan usus ayam mungkin kurang bersih. Konsep terjadinya proses
osmosis adalah Perpindahan air yang menembus membran selektif permeabel dari
media yang kaya akan kandungan airnya ke media yang miskin kandungan airnya.
Membran selektif permeabel harus dapat ditembus oleh pelarut (air), tapi tidak
oleh zat terlarut dalam percobaan ini yaitu garam terlarut dan gula terlarut), yang
mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Berdasarkan kemampuannya
untuk melewatkan suatu zat, sifat membran sel dapat dibagi atas 3 jenis, yakni
Impermeabel adalah apabila zat yang ada di luar sel tidak dapat masuk ke dalam
sel karena adanya mekanisme penolakan oleh sel. Semipermeabel adalah Suatu
keadaan dimana hanya zat zat tertentu yang hanya dibutuhkan oleh sel saja yang
dapat masuk, sedangkan zat lainnya tidak dapat masuk. Membran ini yang banyak
dijumpai didalam sel. Permeabel adalah kondisi dimana segala macam zat yang
ada di luar sel dapat masuk ke dalam sel dalam bentuk cair dan gas. Keadaan ini
biasa ditemui pada sel sel yang membrannya sudah rusak sehingga sel tidak
dapat bertahan hidup. Dan terakhir adalah selektif permeabel yaitu kondisi dimana
hanya zat-zat tertentu yang dapat masuk.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi osmosis antara lain keterlarutan lipid,
yaitu molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi meresap lebih cepat
daripada molekul yang kelarutan yang rendah seperti lipid. Luas permukaan
membrane yaitu kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas permukaan membran
yang disediakan untuk resapan adalah lebih besar. Ketebalan membrane yaitu
kadar resapan sesuatu molekul berkadar songsang dengan jarak yang harus

dilaluinya. Berbanding dengan satu membran yang tebal, kadar resapan melalui
satu membran yang tipis adalah lebih cepat. Suhu, pergerakan molekul
dipengaruhi oleh suhu. Kadar resapan akan menjadi lebih cepat pada suhu yang
tinggi dibandingkan dengan suhu yang rendah.
Larutan Hipotonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih rendah dari
plasma. Sedangkan larutan hipotonis adalah larutan yang terdapat di luar sel,
konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel. Larutan Hipotonis
terjadi bila cairan disekeliling sel lebih rendah tekanan osmotiknya dan air
cenderung melewati membran, masuk ke dalam sel. Air yang masuk sel
menyebabkan pembengkakan dan kemudian pecah, keadaan ini disebut sel darah
merah mengalami hemolisa. larutan hipertonis adalah larutan yang memiliki
osmolalitasnya lebih besar dari plasma. Larutan hipertonis adalah Larutan yang
konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam
sel.Larutan Hipertonis terjadi apabila sel darah merah terdapat di dalam plasma
hipertonis (lebih pekat daripada sitoplasma sel) maka akan melepaskan air ke
dalam plasma dan menjadi berkerut. Sel darah merah yang berkerut disebut
krenasi. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan pergerakan
jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak sempurna. Larutan
larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang berhubungan dengan
membran biologis tertentu disebut isotonik. Hal ini juga berbeda dengan larutan
hipertonik ataupun larutan hipotonik. Sehingga dua larutan disebut bersifat
isotonik ketika keduanya mengandung jumlah zat terlarut, yang sama sehingga
keduanya memiliki tekanan osmotik yang juga sama.

V.

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dan pembahasan di atas diperoleh kesimpulan sebagai


berikut:
1. Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari
larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang
konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput atau membran selektif
permeabel atau semi permeabel.
2. Laju osmosis pada aquades dan air seharusnya tetap, pada larutan garam 25%
jumlah air yang berdifusi semakin banyak dan laju osmosis nya tinggi.
3. Jenis membran ada 4 yaitu membran permeabel, membran semipermeabel,
membran selektifpermeabel, dan membran impermeabel.
4. Faktor yang mempengaruhi osmosis antara lain permeabilitas membran,
konsentrasi, suhu, tekanan dan energi.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan,dkk. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Makassar:


Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Campbell. 2003. Biologi. Jakarta : Erlanga.

Fried, George H. dan George J. Hademenos. 2006. Schaums Outlines:


Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Lakitan, B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman.
PT. Raja Grafindo Persero. Jakarta
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta.
Gramedia.

Sloane, Ethel. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai