Anda di halaman 1dari 13

A.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang
terplasmolisis ?
2) Bagaimana cara mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan
50% dari jumlah sel mengalami plasmolisis ?
3) Bagaimana cara menghitung tekanan osmosis sel cairan sel dengan metoda
plasmolisis ?
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel
yang terplasmolisis
2) Untuk mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari
jumlah sel mengalami plasmolisis
3) Untuk menghitung tekanan osmosis sel cairan sel dengan metoda plasmolisis
C. Hipotesis
-

Ada pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis.

Ada pengaruh konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel
mengalami plasmolisis.

Ada cara Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode plasmolisis.

D. Kajian Pustaka
Sel merupakan satuan unit terkecil yang terdapat pada makhluk hidup. Secara umum sel
memperoleh bahan dan energi dari lingkungan dengan mengubah bahan-bahan yang didapat
melalui proses kimia dalam sel (metabolisme sel). Pada tumbuhan selnya terdiri atas dinding
sel dan plasma sel. Dinding sel pada tumbuhan bersifat kaku karena tersusun dari materi
yang mati, sedangkan plasma selnya terdiri dari protoplasma yang hidup serta benda ergastik
yang mati. Protoplasma merupakan keseluruhan isi sel tumbuhan.

Sitoplasma merupakan komponen hidup yang dibungkus membran plasma dimana


merupakan membran dwilapis yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari
lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Bagian penting dari sel tumbuhan yang
digunakan sebagai tempat terjadinya metabolisme sel adalah plasma sel (sitoplasma).
Permeabilitas membran tergantung pada senyawa yang ada di sekitar sel dan perubahan
yang terjadi di dalam dan di luar sel. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya
permeabilitas selektif.
Pengangkutan melalui membran sel dapat terjadi secara aktif maupun pasif. Proses
pengangkutan secara aktif

memerlukan energi dari hasil metabolisme seperti ATP

(Adenosin Tri Phosphat) karena prosesnya melawan arah gradien konsentrasi. Sedangkan
pengangkutan secara pasif akan terjadi jika mengikuti atau searah dengan arah gradien
konsentrasi yang artinya dari larutan yang berkonsentrasi tinggi menuju larutan
berkonsentrasi rendah. Pengangkutan secara pasif ini terjadi tanpa memerlukan energi hasil
metabolisme (ATP).
Berikut ini beberapa contoh dari proses pengangkutan secara pasif, yaitu :
1. Difusi
Difusi merupakan perpindahan partikel zat dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan
berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh
tawar, lambat laun cairan teh menjadi manis.
Peristiwa difusi pada tumbuhan sangat penting untuk keseimbangan hidup tumbuhan.
Karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2) diambil oleh tumbuhan dari udara melalui
proses difusi. Pengambilan air dan garam mineral oleh tumbuhan dari dalam tanah, salah
satunya melalui proses difusi. Difusi zat dari dalam tanah ke dalam tubuh tumbuhan
disebabkan konsentrasi garam mineral di tanah lebih tinggi daripada di dalam sel.
Demikian juga gas CO2 di udara masuk ke dalam tubuh tumbuhan karena konsentrasi
CO2 di udara lebih tinggi daripada di dalam sel tumbuhan. Sebaliknya, O 2 dapat berdifusi
keluar tubuh tumbuhan jika konsentrasi O2 dalam tubuh tumbuhan lebih tinggi akibat
adanya fotosintesis dalam sel (Loveless, 1991).
Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah,
sedangkan osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari
bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat (Kustiyah, 2007). Contoh peristiwa

difusi yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar dan contoh peristiwa
osmosis adalah kentang yang dimasukkan ke dalam air garam.
Kecepatan difusi ditentukan oleh : Jumlah zat yang tersedia, kecepatan gerak kinetik dan
jumlah celah pada membran sel. Difusi sederhana ini dapat terjadi melalui dua cara:
a. Melalui celah pada lapisan lipid ganda, khususnya jika bahan berdifusi terlarut lipid
b. Melalui saluran licin pada beberapa protein transpor.
Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada
konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari larutan
yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat pelarutya
rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi permeabel. Jika di
dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika dalam suatu bejana
yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua larutan glukosa yang
terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang
berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan yang
berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang
konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel.
Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat
terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan
suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan
pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang
lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut
melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih
pekat sebanding dengan tekanan turgor (Keenan, et al,. 1984).
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat
menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel. Pada hewan,
untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipotonik atau hipertonik, maka diperlukan
pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi.
Faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya osmosis pada sel hidup :

Ukuran zat terlarut: semakin banyak zat terlarut maka peristiwa terjadinya osmosis akan

semakin cepat. Karena zat terlarut memiliki tekanan osmotik yang berfungsi untuk memecah zat
pelarut bergerak melalui membrane semipermeable.

Tebal membran: semakin tebal suatu membrane akan memperhambat terjadinya osmosis.

Karena dapat menyebabkan semakin sulitnya zat terlarut menembus membrane tersebut.

Luas permukaan

Jarak zat pelarut dan zat terlarut

Suhu
Untuk mengetahui nilai potensial osmotik suatu cairan sel dapat digunakan metode
plasmolisis.
Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di
larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga
tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah.Tumbuhan dengan sel dalam kondisi
seperti

ini

layu.Kehilangan

air

lebih

banyak

akan

menyebabkan

terjadinya

plasmolisis.Dampak plasmolisis yang meneyebabkan tekanan terus berkurang sampai di


suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya
jarak antara dinding sel dan membran.Akhirnya cytorrhysis runtuhnya seluruh dinding
sel dapat terjadi.Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah
kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi
plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik. Proses sama pada sel
hewan disebut krenasi. Sel tumbuhan dalam kondisi lingkungan berbeda Sebelum
plasmolisis. Sesudah plasmolisis Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan
jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan
sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis,
seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki
pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas. Bila sel tumbuhan
dimasukkan kedalam cairan hipotonik,turgor sel akan meningkat..Bila berada dalam
keadaan isotonik (larutan yang konsentrasinya sama dengan konsentrasi isi sel,maka

sebagian sel yang ada mengalami plasmolisis,sebagian sel tidak.Keadaan ini dapat
dipakai untuk menentukan tekanan osmosis sel dengan meletakkan pada larutan yang
ditentukan molaritas larutan atau tekanan osmotiknya dan melihat berapa banyak sel yang
terplasmolisis. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
diketahui ,maka nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
. Untuk mengetahui nilai potensial osmotik cairan sel salah satunya dapat
digunakan dengan metode plasmolisis. Metode ditempuh dengan cara menentukan pada
konsentrasi sukrosa berapa jumlah sel yang mengalami plasmolisis 50%. Pada kondisi
tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel.
Jika konsentrasi yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka nilai tekanan
osmosis sel dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

22,4 . M . T
273
TO sel =
Keterangan :

TO

= Tekanan osmotik sel,

= Temperatur Mutlak (273 + t0C)

= Konsentrasi larutan yang tidak menyebabkan 50%


sel terplasmolisis

Dalam proses osmosis terdapat tekanan osmosis yang merupakan tekanan hidrostatik
yang terdapat suatu larutan pada keseimbangan osmosis.Tekanan yang diberikan pada
suatu larutan akan meningkatkan energi bebas ,sehingga PA meningkat dan juga
meningkatkan kemampuan difusi dalam larutan.Tekanan yang diberikan atau sering
disebut PT yang disebut juga tekanan turgor.Dari ketiga potensial tersebut dapat dilihat
adanya hubungan yang dapat dituliskan rumus sebagai berikut :
PA = PO + PT
Dari rumus tersebut terlihat,apabila tidak ada tekanan maka rumusnya menjadi :
PA = PO
KETERANGAN :
PA = Potensial air
PO = Potensial osmotik
PT = Potensial tekanan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan osmotik


Meskipun potensial osmotik tidak dipengaruhi oleh tekanan, tetapi ada faktor lain
yang dapat mempengaruhinya, yaitu:
a. Konsentrasi
Meningkatnya konsentrasi suatu larutan dapat menurunkan nilai potensial osmotiknya.
Bila zat terlarut bukan elektrolit dan molekulnya tidak mengikat air hidrasi, maka potensial
osmotik larutan tersebut akan sebanding dengan konsentrasi molalnya.
b. Hidrasi molekul asam terlarut
Air yang berionisasi dengan partikel zat terlarut biasanya disebut air hidrasi. Air
hidrasi dapat berionisasi dengan ion, molekul, atau partikel koloida. Dampak air dari hidrasi
adalah larutan menjadi pekat.
c. Ionisasi molekul zat terlarut
Potensial osmotik suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zatnya, melainkan
ditentukan oleh jumlah zat partikel (ion, molekul, dan partikel koloid) yang terdapat di
dalam larutan tersebut. PO lebih bergantung pada perbandingan antara jumlah pelarut
dengan partikel yang dikandungnya.
d. Suhu
Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu.
Potensial osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan suhu absolutnya..
E. Variabel Penelitian
1) Variabel manipulasi

: konsentrasi larutan sukrosa (0,28 M ; 0,26 M ;

0,24
M ; 0,22 M ; 0,20 M ; 018 M ; 016 M dan 014 M)
2) Variabel kontrol
: waktu perendaman lapisan daun Rhoeo discolor,
jenis, kosentrasi dan jumlah larutan, jenis tanaman
dan perbesaran mikroskop untuk mengamati sel-sel.
3) Variabel respon
: jumlah dan prosentase sel yang mengalami
Plasmolisis

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel manipulasi yaitu konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan untuk merendam
sayatan sel epidermis daun Rhoe discolor, 8 konsentrasi yaitu 0,28 M; 0,26 M; 0;24 M;
0;22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M dan 0,14 M.
2. Variabel kontrol yaitu volume larutan dan waktu perendaman. sayatan Sel epidermis
daun Rhoe discolor direndam di dalam masing-masing konsentrasi larutan sukrosa yang
volumenya dikontrol sama yaitu 5 ml selama 30 menit.
3. Variabel respon yang akan diamati adalah jumlah dan persentase sel yang mengalami
plasmolisis. Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
akan digunakan dalam perhitungan tekanan osmotik (TO sel) dan potensial osmotik
(PO sel).
G. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan saat praktikum :
Alat :
- Cawan Petri
- Obyek glass dan cover glass
- Pisau silet
- Gelas beaker 100 ml
- Pipet
- Mikroskop

8 buah
8 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

Bahan :
-

Daun Rhoeo discolor yang jaringan epidermisnya mengandung cairan sel yang
berwarna

Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M ; 0,26 M; 0,24 M ; 0,22 M ; 0,20 M; 0,18 M
; 0,16 M dan 0,14 M

H. Rancangan Percobaan
1. Menimbang. Buatlah larutan sukrosa dari konsentrasi yang terbesar yaitu 0,28 M,
dengan cara menimbang sebanyak 95.76 gram Kristal sukrosa dan melarutkannya

dalam aquades sehingga volumenya menjadi 1 liter. Sedangkan untuk membuat


konsentrasi larutan yang lebih rendah, dapat digunakan sebagai berikut :
V1.M1 = V2.M2

Keterangan :
V1 = volume awal; M1 = konsentrasi awal
V2 = volume akhir; M2 = konsentrasi akhir
2. Mengukur. Siapkan 8 buah cawan petri, isi masing-masing dengan 5 ml larutan
sukrosa yang telah disediakan dan diberi label pada masing-masing cawan petri
berdasarkan konsentrasi larutan.
3. Ambil Rhoe discolor, kemudian sayatlah bagian bawah lapisan epidermis
I. Langkah Kerja
95,76 gram Kristal sukrosa
Dilarutkan dalam volume 1 liter air
Larutan sukrosa konsentrasi 0,28 M

Melarutkan hal yang sama untuk membuat larutan sukrosa 0,28 M, 0,26 M, 0,24
M, 0,22 M, 0,20 M, 0,18 M, 0,16 M, 0,14 M . Menggunakan rumus V1xM1 = V2xM2

8 buah kaca Arloji


Di isi dengan 5 ml larutan sukrosa berbagai
konsentrasi
Menyayat daun Rhoe discolor

Merendam sayatan pada larutan sukrosa berbagai


konsentrasi dengan setiap konsentrasi diisi
jumlah sayatan yang sama
Menunggu hingga 30 menit
Mengangkat sayatan dari larutan sukrosa
Mengamatinya dengan menggunakan
mikroskop
Menghitung jumlah sel yang terplasmolisis
pada satu lapang pandang
Menghitung presentase jumlah sel
terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya
Prosentase jumlah sel yang terplasmolisis
J. Rancangan Tabel Pengamatan
Tabel 1. pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap jumlah sel yang
terplasmolisis.
No.

Konsentrasi
Larutan Sukrosa

1
2
3
4
5
6
7
8

(M)
0,14
0,16
0,18
0,20
0,22
0,24
0,26
0,28

Jumlah Seluruh

Jumlah Sel

% Sel

Sel

Terplasmolisis

Terplasmolisis

111
38
86
143
136
112
126
65

29
13
36
62
62
56
68
52

26,1 %
34,2%
41,8 %
43,3 %
50,0 %
53,9%
42,8 %
76,3 %

80

Tabel 1. Penentuan
Tekanan Osmosis
Cairan Sel Jumlah Sel
Terplasmolisis

68

70

62

62

60

56

52
52

50
40

36

Tabel 1. Penentuan
Tekanan Osmosis
Cairan Sel Jumlah Sel
Terplasmolisis

30 29
20

13

10
0
1

Tabel 1. Penentuan
Tekanan Osmosis
Cairan Sel Jumlah Sel
Terplasmolisis

Tabel 1. Penentuan
Tekanan Osmosis
Cairan Sel Jumlah Sel
Terplasmolisis

Gambar 1. Grafik pengaruh konsentrasi larutan terhadap prosentase sel epidermis daun
Rhoeo discolor yang terplasmolisis
K. Rencana Analisis Data
Berdasarkan teori, konsentrasi larutan sukrosa akan berpengaruh terhadap banyaknya
sel yang terplasmolisis, atau apabila konsentrasi larutan sukrosa makin tinggi maka akan
semakin tinggi pula persentase sel yang terplasmolisis.
Sesudah perendaman di dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda-beda
dalam waktu 30 menit sayatan epidermis daun Rhoe discolor diamati di bawah mikroskop
dan dihitung persentase sel terplasmolisis terhadap sel seluruhnya. Hal tersebut dapat
dihitung dengan persamaan :
Jumlah Sel Terplasmolisis
X 100 =
Jumlah Sel Awal

Berdasarkan data tabel dan grafik yang didapat melalui percobaan penentuan tekanan
osmosis cairan sel, maka kami dapat menganalisa data tersebut sebagai berikut :
-

Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M, sel daun Rhoeo discolor yang mengalami
plasmolisis sebesar 8,21 %.

Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,16 M, sel daun Rhoeo discolor yang mengalami

plasmolisis sebesar 75 %.
Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,18 M, sel daun Rhoeo discolor yang mengalami

plasmolisis sebesar 16,3 %.


Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,20 M, sel daun Rhoeo discolor yang mengalami

plasmolisis sebesar 41,7 %.


Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,22 M, sel daun Rhoeo discolor yang mengalami

plasmolisis sebesar 58,9 %.


Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,24 M, sel daun Rhoeo discolor yang mengalami

plasmolisis sebesar 26,7 %.


Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,26 M, sel daun Rhoeo discolor yang mengalami

plasmolisis sebesar 42,8 %.


Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,28 M, sel daun Rhoeo discolor yang mengalami

plasmolisis sebesar 76,3 %.


L. Hasil Analisis Data
1. Pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang mengalami
plasmolisis.
Berdasarkan data yang kami dapatkan dari percobaan penentuan tekanan osmotik
cairan sel di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, dapat diketahui bahwa semua sampel
daun Rhoeo discolor mengalami plasmolisis. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa
konsentrasi larutan sukrosa berpengaruh terhadap jumlah prosentase sel yang mengalami
plasmolisis. Konsentrasi larutan sukrosa tinggi menyebabkan jumlah sel daun Rhoeo
discolor yang mengalami plasmolisis lebih banyak dibandingkan dengan direndam
dengan larutan sukrosa dengan konsentrasi yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi larutan sukrosa yang lebih tinggi mempunyai potensial osmosis (PO) dan
potensial air (PA) yang rendah sehingga air akan keluar dari dalam sel menuju ke larutan
sukrosa, karena potensial osmotik dan potensial air Rhoeo discolor lebih tinggi dari
larutan. Sehingga mengakibatkan banyak sel yang mengalami plasmolisis yang
berdampak pada tingginya nilai prosentase sel yang terplasmolisis.
Pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,28 M, semua sel Rhoeo discolor
mengalami plasmolisis sehingga prosentasenya adalah 80,0 %. Hal ini terjadi karena
potensial air pada larutan sukrosa lebih rendah daripada potensial air di dalam sayatan
daun Rhoeo discolor, sehingga menyebabkan air keluar dari dalam sel.

Pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,14 M jumlah sel yang mengalami
plasmolisis sebesar 26,1%, hal ini disebabkan perbedaan potensial air antara sel dengan
larutan sukrosa begitu besar sehingga hanya sedikit saja sel yang mengalami plasmolisis.
2. Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel yang
mengalami plasmolisis.
Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis, dapat
digunakan untuk menghitung nilai tekanan osmotik cairan sel daun Rhoeo discolor.
Prosentase 50 % sel Rhoeo discolor yang mengalami plasmolisis didapatkan ketika
konsentrasi dari larutan sukrosa adalah 0,24 M. Hal ini menunjukkan bahwa pada titik ini
tejadi keseimbangan antara konsentrasi di dalam sel dengan konsentrasi di luar sel.
3. Nilai tekanan osmotik cairan sel dengan metode plasmolisis.
TO = 22,4 x M x T
273
= 22,4 x 0,24 x 298
273
= 5,8
Berdasarkan penghitungan dari data-data yang didapat saat percobaan maka
diperoleh nilai tekanan osmotik (TO) sel sebesar 5,8 atm.
Diskusi:
1. Jelakan mengapa terjadi proses plasmolisis! Dukung dengan data yang anda peroleh!
Dari data yang yang ada dapat diketahui bahwa konsentrasi larutan sukrosa tinggi
menyebabkan jumlah sel daun Rhoeo discolor yang mengalami plasmolisis lebih banyak
dibandingkan dengan direndam dengan larutan sukrosa dengan konsentrasi yang lebih
rendah. Hal ini disebabkan karena konsentrasi larutan sukrosa yang lebih tinggi
mempunyai potensial osmosis (PO) dan potensial air (PA) yang rendah sehingga air akan
keluar dari dalam sel menuju ke larutan sukrosa, karena potensial osmotik dan potensial
air Rhoeo discolor lebih tinggi dari larutan. Sehingga mengakibatkan banyak sel yang
mengalami plasmolisis yang berdampak pada tingginya nilai prosentase sel yang
terplasmolisis.
M. Kesimpulan
1. Konsentrasi larutan sukrosa mempengaruhi presentase sel yang terplasmolisis
2. Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan sel terplasmolisis adalah 0,21 M
3. Tekanan Osmosis sel adalah 5,8
N. Daftar Pustaka

Ariwibowo, Moekti.2002.Biologi SMA.Surabaya:Erlangga


Kustiyah, 2007, Miskonsepsi Difusi dan Osmosis Pada Siswa MAN Model Palangkaraya,
Jurnal Ilmiah Guru Kanderang Tingang, Vol. 1, No. 1, Hal: 24-37.
Santoso, B. 2005. Biologi dan Kecakapan Hidup. Ganeca Exact : Jakarta.
Yusuf, E., T.A. Rachmanto dan R. Laksmono, 2008, Pengolahan Air Payau Menjadi Air
Bersih Dengan Menggunakan Membran Reverse Osmosis, Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan, Vol. 1, No. 1, Hal : 6-15.

Anda mungkin juga menyukai