Dalam investasi di bursa saham, informasi sangat dibutuhkan agar investasi tidak salah.
Pengawas bursa di seluruh dunia didirikan dalam rangka membuat aturan agar investor
melakukan investasi dengan benar dan tidak dicurangi oleh perusahaan yang membutuhkan dana.
Pengawas bursa seperti SEC di New York dan OJK (dulu Bapepam) untuk Bursa Efek Indonesia
berkewajiban membuat aturan agar investor mendapatkan informasi yang benar dan melakukan
investasi dengan baik. Oleh karena itu, pengawas bursa tersebut membuat aturan keterbukaan
yang wajar (fair disclosure). Aturan ini menyatakan bahwa perusahaan yang tercatat harus
menyebarkan informasi yang dimiliki apabila informasi tersebut memengaruhi harga sahamnya.
Informasi tersebut harus sudah disebarkan kepada publik paling lama 2 x 24 jam (dua hari bursa,
tidak termasuk Sabtu dan Minggu). Informasi yang diberikan perusahaan tersebut harus sudah
terdistribusi secara merata.
Pada sisi lain, sudah sangat dipahami oleh semua pihak bahwa antara investor dan perusahaan
(pengelola) ada perbedaan informasi atau asimetris. Para pengelola perusahaan (lebih sering
disebut agen) lebih memiliki informasi yang lengkap dibandingkan dengan investor karena
pengelola perusahaan setiap saat harus mempunyai informasi dalam mengoperasikan perusahaan,
bahkan mereka sendiri yang membuat informasi tersebut. Akibatnya, para pengelola perusahaan
lebih tahu harga wajar saham dari perusahaan yang dikelolanya, sementara investor hanya
melakukan perhitungan berdasarkan informasi yang dimilikinya.
Sering kali investor secara diam-diam mencari informasi dari agen (pengelola perusahaan) agar
bisa melakukan investasi atau transaksi (trading) atas saham tersebut. Jika investor melakukan
transaksi saham dengan menggunakan informasi orang dalam (insider information), investor
tersebut dikatakan bertransaksi dengan informasi orang dalam (insider trading) dan tindakan ini
melanggar hukum. Para pengawas bursa selalu mencari orang yang melakukan transaksi dengan
menggunakan orang dalam ini, dan jika ditemukan, orang tersebut dianggap melakukan pidana
dalam pasar modal.
Selanjutnya, Agarwal dan OHara (2007) memperkenalkan informasi intrinsik dan ekstrinsik
melalui tulisan berdasarkan penelitian empiris. Ketidaksesuaian informasi antara agen dan
investor disebut juga informasi intrinsik. Informasi intrinsik dipergunakan oleh agen dalam
mengelola perusahaan untuk struktur modal perusahaan. Struktur modal yang dimaksud ialah
besaran dari pinjaman yang harus membayar bunga dan ekuitas perusahaan.
Informasi yang didistribusikan perusahaan kepada publik ditangkap oleh investor dengan dua
jenis. Pertama, investor yang mempelajari informasi dan menghubungkan atau menghitung
kembali kepada harga saham sehingga menimbulkan keputusan menjual atau membeli atau
menahan saham. Kedua, informasi diterima dan tidak melakukan tindakan atas saham. Artinya,
terjadi keragaman pada investor karena asimetris informasi tersebut dan dikenal dengan
informasi ekstrinsik.
Investor yang melakukan pengolahan atas informasi publik dari perusahaan umumnya tindakan
investor yang pintar. Investor ini akan melakukan tindakan atas informasi tersebut dalam rangka
kepentingan saham atau juga melakukan investasi baru. Informasi yang memberi sinyal negatif
akan membuat harga saham turun, dan investor langsung menjual sahamnya dan kemudian
membeli kembali pada harga yang lebih murah. Jika investor berpandangan jangka panjang dan
ditambah informasi lain, maka investor mempunyai pikiran untuk berinvestasi dan membeli
saham tersebut. Sebaliknya, investor yang berpandangan bahwa perusahaan agak sulit bangkit,
dan tidak akan memberikan keuntungan yang besar di masa mendatang, maka dia akan menjual
dan tidak membeli saham tersebut.
Pada sisi lain, investor pintar akan secepatnya mencari informasi dengan menghubungi analis
perusahaan sekuritas untuk mendapatkan hasil analisis atas informasi yang dipublikasikan
perusahaan. Sudah sangat dipahami bahwa setiap analis langsung memperbaiki analisisnya
apabila mendapatkan informasi tersebut. Perbaikan analisis adalah harga estimasi terbaru dari
harga saham tersebut. Jika sinyal negatif, harga saham akan turun, walaupun secara cepat pasar
sudah bereaksi atas informasi tersebut, bahkan reaksinya bisa besar dan harga drop tajam.
Namun, harga tersebut mengalami penyesuaian setelah ada hasil analisis yang lebih lengkap.
Sebaliknya, sinyal positif akan membuat harga saham mengalami kenaikan dan tidak mungkin
naik tajam.
Investor yang tidak melakukan tindakan apa-apa dengan informasi tersebut karena tidak
memahami sinyal atas informasi tersebut. Akibatnya, investor diam saja dan ketika harga saham
drop baru tahu telah terjadi sesuatu atau ada informasi publik yang beredar mengakibatkan harga
saham berfluktuasi dan kemudian berpikir melakukan tindakan. Investor mengalami kerugian
dan kembali membeli setelah harga mengalami kenaikan. Artinya, investor yang pintar
mengambil uang dari investor yang tidak pintar di bursa. Timbul pertanyaan, di manakah
investor saat ini? Apakah tindakan pengawas bursa atas situasi ini agar terjadi keseimbangan di
investor?
3. Daya Banding (comparability), informasi keuangan yang dapat dibandingkan menyajikan kesamaan
dan perbedaan yang timbul dari kesamaan dasar dan perbedaan dasar dalam perusahaan dan
transaksinya dan tidak semata-mata dari perbedaan perlakuan akuntansinya.
4. Konsistensi (consistency), yaitu keseragaman dalam penetapan kebijaksanaan dan prosedur akuntansi
yang tidak berubah dari periode ke periode.