Pengertian Munakahat
Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Kata dasar pernikahan adalah nikah. Menurut
bahasa Indonesia, nikah artinya bersatu atau berkumpul. Dalam istilah syariat, nikah artinya
melakukan akad nikah atau perjanjian untuk mengikat diri antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan,serta menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka sama suka
demi terwujudnya rumah tangga yang bahagia, yang diridoi oleh Allah SWT.
B.
Dalil Nikah
Firman Allah SWT: Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan nerpasan-pasangan laki-laki
dan perempuan. (Q.S. An-Najm (53) :45)
Firman Allah: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu;dan daripadanya Allah menciptakan istrinya;dan daripada keduanya
Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.(Q.S. An-Nisa (4) : 1)
Firman Allah: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isriistri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan
dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sesunggunya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.(Q.S. Ar-Rum (30) : 21)
C.
Tujuan Munakahat
1. Untuk mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya
2. Untuk memperoleh hidup yang tentram dan bahagia (sakinah, mawadah, dan warohmah)
3. Untuk keselamatan diri sendiri, keluarga, keturunan, dan masyarakat.
4. Untuk memelihara kebinasaan hawa nafsu.
5. Untuk memperoleh rasa cinta dan kasih sayang.
6. Untuk memenuhi kebutuhan seksual secara sah dan diridoi Allah SWT.
D.
Hukum Munakahat
Perkawinan adalah ibadah yang dianjurkan Allah SWT dan Nabi Muhammad saw. Banyak
perintah Allah dalam Al-quran agar melaksanakan perkawinan.Firman Allah SWT: Dan
kawinlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yanglayak (berkawin)
dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha
Luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui.(Q.S. An-Nur (24) : 32)
Ditinjau dari segi kondisi orang yang akan menikah, hukum nikah sebagai berikut:
1. Sunnah, artiya bagi orang yang ingi menikah, mampu nikah, mampu mengendalikan diri
dari perzinahan, tetapi tidak ingin menikah.
2. Wajib, artinya bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan ia khawatir berbuat
zinah jika tidak segera menikah.
3. Makruh, artinya bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu memberi nafkah
terhadap istri dan anak-anaknya.
4. Haram, artinya bagi orang yang ingin menikah, tujuannya yang hanya menyakiti istrinya.
E.
Rukun Munakahat
Rukun adalah unsur-unsur yang harus ada untuk dapat terjadinya suatu perkawinan. Rukun
perkawinan terdiri dari calon suami, calon istri, wali nikah, dua orang saksi serta ijab dan kabul.
1. Ada calon suami, syarat: laki-laki, dewasa, islam, kemauan sendiri, tidak sedang ihram,
haji atau umroh, dan bukan muhrimnya.
2. Ada calon istri, syarat: perempuan, cukup umur (16 tahun), bukan perempuan musyrik,
tidak dalam ikatan pernikahan dengan orang lain, bukan muhrim, dan tidak ihram haji
atau umroh.
3. Ada wali nikah: Wali nikah adalah orang yang mengijinkan pernikahan.
Macam-macam wali nikah dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Wali nasab, yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelai wanita yang
akan dinikahkan. Adapun urut-urutan wali nasab sebagai berikut.
2. Ayah kandung
1. Wali hakim, yaitu kepala Negara yang beragama islam, menteri agama, kepala KUA.
Wali hakim bertindak sebagai wali nikah apabila:
v Wali nasab benar-benar tidak ada, sedang ihram, haji atau umroh, menolak sebagai wali,
masuk penjara dan hilang.
v Wali yang lebih dekat tidak memenuhi syarat, berpergian jauh, tidak memberi kuasa terhadap
wali nasab, dan wali yang lebih jauh tidak ada.
1. Ada saksi, syarat: islam,laki-laki, dewasa, berakal sehat, dapat berbicara, mendengar, dan
melihat, adil, dan tidak sedang ihram haji atau umrah.
2. Ada kata-kata ijab dan qabul.
Ijab, artinya ucapan wali dari pihak mempelai wanita, sebagai penyerahan kepada mempelai lakilaki. Qabul, artinya ucapan mempelai laki-laki sebagai tanda penerimaan. Alam ijab qabul,suami
wajib member mahar(mas kawin).
F.
Syarat-syarat Munakahat
Ibu kandung
Anak kandung
1. Hubungan sesusuan
1. Perkawinan
Anak tiri
Ibu tiri (istri dari ayah). Allah berfirman yang artinya: dan janganlah kamu kawini
wanita-wanita yang pernah dikawini ayahmu. (QS.An-Nissa:22)
Kejadian di masa Rasulullah SAW di mana seorang shahabat memberi mahar berupa hafalan AlQuran, harus dipahami sebagai jasa mengajarkan Al-Quran. Dan mengajarkan Al-Quran itu
memang jasa yang lumayan mahal secara nominal. Apalagi kita tahu bahwaistilah mengajarkan
Al-Quran di masa lalu bukan sebatas agar istri bisa hafal bacaannya belaka, melainkan juga
sekaligus dengan makna, tafsir, pemahaman fiqih dan ilmu-ilmu yang terkait dengan masingmasing ayat tersebut.
Dari Sahal bin Saad bahwa nabi SAW didatangi seorang wanita yang berkata,Ya Rasulullah
kuserahkan diriku untukmu, Wanita itu berdiri lama lalu berdirilah seorang laki-laki yang
berkata, Ya Rasulullah kawinkan dengan aku saja jika kamu tidak ingin menikahinya.
Rasulullah berkata, Punyakah kamu sesuatu untuk dijadikan mahar? Dia berkata, Tidak kecuali
hanya sarungku ini Nabi menjawab,bila kau berikan sarungmu itu maka kau tidak akan punya
sarung lagi, carilah sesuatu. Dia berkata, aku tidak mendapatkan sesuatupun. Rasulullah
berkata, Carilah walau cincin dari besi. Dia mencarinya lagi dan tidak juga mendapatkan apaapa. Lalu Nabi berkata lagi, Apakah kamu menghafal quran? Dia menjawab,Ya surat ini dan
itu sambil menyebutkan surat yang dihafalnya. Berkatalah Nabi,Aku telah menikahkan kalian
berdua dengan mahar hafalan quranmu (HR Bukhori Muslim).
Dalam beberapa riwayat yang shahih disebutkan bahwa beliau bersabda,Ajarilah dia al-quran.
Dalam riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa jumlah ayat yang diajarkannya itu adalah 20
ayat.
Permintaan mahar dalam bentuk harta yang punya nilai nominal ini pada gilirannya harus
dipandang wajar, sebab kebanyakan wanita sekarang seolah tidak terlalu mempedulikan lagi nilai
nominal mahar yang akan diterimanya.
Nominal Mahar Dalam Kajian Para Ulama
Secara fiqhiyah, kalangan Al- Hanafiyah berpendapat bahwa minimal mahar itu adalah 10
dirham. Sedangkan Al-Malikiyah mengatakan bahwa minimal mahar itu 3 dirham. Meskipun
demikian sebagian ulama mengatakan tidak ada batas minimal dengan mahar.
Bila Laki-laki Tidak Mampu Boleh Mencicil Kenyataan bahwa manusia itu berbeda-beda tingkat
ekonominya, sangat dipahami oleh syariah Islam. Bahwa sebagian dari manusia ada yangkaya
dan sebagian besar miskin. Ada orang mempunyai harta melebihi kebutuhan hidupnya dan
sebaliknya ada juga yang tidak mampu memenuhinya.
Karena itu, syariah Islam memberikan keringanan kepada laki-laki yang tidak mampu
memberikan mahar bernilai nominal yang tinggi sesuai permintaan calon istri, untuk mencicilnya
atau
mengangsurnya.
Kebijakan angsuran mahar ini sebagai jalan tengah agar terjadi win-win solution antara
kemampuan suami dan hak istri. Agar tidak ada yang dirugikan. Istri tetap mendapatkan haknya
berupa mahar yang punya nilai nominal, sedagkan suami tidak diberatkan untuk
membayarkannya secara tunai.
Inilah yang selama ini sudah berjalan di dalam hukum Islam. Ingatkah anda, setiap kali ada ijab
kabul
diucapkan,
selalu
suami
mengatakan,Saya terima nikahnya dengan maskawin tersebut di atas TUNAI!!. Mengapa
ditambahi
dengan
kata
TUNAI?,
sebab
suami
menyatakan sanggup untuk memberikan mahar secara tunai.
Namun bila dia tidak punya kemampuan untuk membayar tunai, dia boleh mengangsurnya dalam
jangka waktu tertentu. Jadi bisa saja bunyi ucapan lafadznya begini: Saya terima nikahnya
dengan maskawin uang senilai 100 juta yang dibayarkan secara cicilan selama 10 tahun. Bila
Terlalu Miskin Dan Sangat Tidak Mampu. Namun ada juga kelas masyarakat yang sangat tidak
mampu, miskin dan juga fakir. Di mana untuk sekedar makan sehari-hari pun tidak punya
kepastian. Namun dia ingin menikah dan punya istri. Solusinya adalah dia boleh memilih istri
yang sekiranya sudah mengerti keadaan ekonominya. Kalau membayar maharnya saja tidak
mampu, apalagi bayar nafkah. Logika seperti itu harus sudah dipahami dengan baik oleh
siapapun wanita yang akan menjadi istrinya.
Maka Islam membolehkan dia memberi mahar dalam bentuk apapun, dengan nilai serendah
mungkin. Misalnya cincin dari besi, sebutir korma, jasa mengajarkanatau yang sejenisnya. Yang
penting kedua belah pihak ridho dan rela atas mahar itu.
G.
1.
Kewajiban Suami
2.
Kewajiban Istri
H.
3.
4.
Hikmah Munakahat
Pernikahan merupakan cara yang benar, baik, dan di ridoi Allah SWT untuk memperoleh anak
serta mengembangkan keturunan yang sah.
1. Melalui pernikahan kita dapat menyalurkan naluri kebapakan bagi laki-laki dan naluri
keibuan bagi wanita.
2. Melalui pernikahan, suami istri dapat memupuk rasa tanggung jawab dalam rangka
memelihara, mengasuh, dan mendidik anak-anaknya.
3. Melalui pernikahan, suami istri dapat membagi rasa tanggung jawab yang sebelumnya
dipikul oleh masing-masing pihak.
4. Pernikahan dapat pula membentengi diri dari perbuatan tercela.
5. Pernikahan merupakan sunah Rasulullah saw.
BAB III PENUTUP
Munakahat merupakan pernikahan (suatu hubungan yang sangat erat atas dasar suka sama suka)
yang dilakukan manusia untuk melakukan kewajibannya kepada Allah dan menciptakan keluarga
yang skinah, mawadah dan warohmah. Oleh karena itu, manusia diciptakan secara berpasangpasangan. Allah pun menganjurkan syarat-syarat, ruku, hak dan kewajiban dalam pernikahan.
Jadi, kita sebagai manusia harus menjalankan perintah Allah.
DAFTAR PUSTAKA
www.850-pengertian-pernikahan-dalam-islam.html
www.google.com
http://www.wikipedia.co.id
file:///C:/Documents%20and%20Settings/All%20Users/Documents/Photo/Makalah%20Fiqih
%20Munakahat%20_%20Salam%20Semangat.htm