Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DIFUSI DAN OSMOSIS

Disusun Oleh :
Nama

: Jahrotul Jannah

NIM

: 130210103009

Kelas

:B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER
2015
I.
II.

Judul
:
Difusi dan Osmosis (Permeabilitas membran sel dan Plasmolisis )
Tujuan
:
1. Mengamati pengaruh perlakuan fisik ( suhu ) dan kimia (jenis pelarut )
terhadap permeabilitas membran sel.
2. Untuk mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotonik pada

III.

sel tumbuhan.
Tinjauan Pustaka
A. PERMEABILITAS MEMBRAN SEL : Pengaruh suhu dan Pelarut
Air menjadi kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan bahan

penyusun utama dari protoplasma sel. Rhoeo discolor merupakan tumbuhan yang
banyak tumbuh didaerah tropis. Umumnya tanaman ni tumbuh didaerah dingin dan
cukup air. Tanaman ini tidak dapat tumbuh didaerah tanah yang jenuh atau tergenang
karena batang dan daunnya akan cepat membusuk, dan tanaman ini juga tidak dapat
tumbuh didaerah yang kurang air karena daun dan batangnya akan mengerdil ( Fahn,
1991).
Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat secara random yang menghasilkan
pergerakan molekul efektif dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
( Trihandaru,2012 ). Difusi adalah penyebaran molekul-molekul suatu zat,
penyebaran tersebut disebabkan oleh adanya suatu gaya yang disebut energi kinetik.
Energi kinetik menyebabkan molekul-molekul selalu dalam keadaan bergerak. Energi
ini yang menyebabkan molekul-molekul saling menarik, akan tetapi pada ketika itu
juga saling menolak. Baik gas, maupun zat cair dan padat, molekulmolekulnya
memiliki kecenderungan untuk menyebar, menghambur kesegala arah sampai di
mana-mana terdapat suatu konsentrasi yang sama. Dari ketiga macam zat tersebut, zat
gas merupakan yang paling mudah berdifusi. Angin dapat mempercepat difusi gas.

Gerakan difusi terdiri atas gerakan molekul-per molekul karena lintasannya putusputus karena perlanggaran dengan molekulmolekuk zat lain, akan tetapi akhirnya
merupakan penyebaran yang homogen. Difusi terjadi di tempat yang memiliki
konsentrasi yang pekat, karena difusi itu disebabkan oleh energi kinetis. Arah gerakan
difusi ketempat yang kekurangan molekul, atau ketempat yang memiliki konsentrasi
rendah. Migrasi dari molekul-molekul itu bisa ditinjau dari dua sudut yaitu dipandang
dari sudut sumber dan tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa disitu terdapat
suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar keseluruh jurusan.
Tekanan ini diberi nama tekanan difusi. Dipandang dari sudut tujuan, bahwa ditempat
tujuan itu ada suatu kekurangan (defisit) akan molekul molekul. Contoh jika kita
menuangkan suatu satuan volume larutan gula dan suatu satuan volume air murni
bersama-sama ke dalam suatu wadah, maka molekulmolekul gula akan berdifusi ke
daerah air, sehingga akhirnya didaerah air akan mendapat konsentrasi gula yang sama
dengan konsentrasi gula didaerah gula sendiri. Demikian pula dengan airnya di
daerah gula akan terdapat konsentrasi air yang sama dengan konsentrasi di daerah air
sendiri. Jika sebuah wadah berisi air dan gula dan diberi sekat yang permeabel dapat
dilewati baik oleh molekul-molekul air maupun molekul gula. Molekulmolekul air
akan berdifusi melalui celah-celah sekat ke daerah gula, begitu pula sebaliknya
molekul-molekul gula melewati celah-celah sekat berdifusi ke daerah air. Karena
berdifusinya melokul-molekul itu melewati lubang-lubang (pori), maka kita
pergunakan istilah sendiri untuk peristiwa ini yaitu osmosis (Dwidjoseputro, 1994:
66-71).
Menurut Tensiska (2012), rimpang kunyit dapat dimanfaatkan sebagai zat
pewarna alami yaitu senyawa kurkuminoid yang menampilkan warna kuning. Pigmen
kurkumin bersifat larut dalam etanol dan asam asetat glasial dan memiliki stabilitas
yang baik terhadap panas dan asam, tetapi sensitif terhadap cahaya .
Osmosis merupakan peristiwa berpindahnya kadar air dalam sel melalui
membran semipermeabel dari keadaan sel yang hipotonis menuju hipertonis.

Sehingga terjadi plasmolisis yang menyebabkan terlepasnya sitoplasma dari dinding


sel. ( Rahmasari, 2014 ).
Osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeabel secara differensial
dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ketempat berkonsentrasi rendah. Pertukaran
air antara sel dan lingkungan adalah suatu faktor yang sangat penting sehingga
memerlukan suatu penamaan khusus yaitu osmosis ( Salisbury,1995). Osmosis
merupakan proses perpindahan molekul-molekul pelarut (air) dari konsentrasi pelarut
tinggi ke konsentrasi pelarut yang lebih rendah melalui membran diferensial
permeabel. Osmosis dikenal juga sebagai difusi kategori khusus. ( Arlita, 2013).
Bahan kimia pereaksi yang digunakan yaitu metanol. Ekstrak metanol
mengandung golongan senyawa flavonoid, alkaloid, polifenol dan steroid. metanol
memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC5056,47g/mL. ( Panjaitan, 2014).
Aseton (propylketone) (C3H6O) merupakan satu dari sebagian besar senyawa
yang berlimpah dalam pernafasan manusia. Aseton dihasilkan oleh heptocytes
melalui decarboxylation dari kelebihan Acetyl-CoA. Aseton dibentuk oleh
decarboxylation acetoacetate, yang berasal dari lipolisis atau peroksidasi lipid.
( Mitrayana, 2014).
Hakikatnya tekanan osmose merupakan suatu proses tekanan yang
menyebabkan difusi. Osmose juga merupakan difusi dari tiap pelarut melalui suatu
selaput yang permeabel secara difertensial. Membran sel yang meloloskan molekul
tertentu, tetapi menghalangi melekul lain dikatakan permeabel secara diferensial.
Seperti dikatakan diatas, pelarut universal adalah air (Dwidjoseputro, 1994).
Suatu percobaan yang menunjukan proses osmosis adalah suatu percobaan
yang mengamati suatu lubang bawah dari tabung gelas ditutup dengan selaput.
Selaput itu berfungsi sebagai membran permeabel secara differensiasi, yang

meloloskan melekul-molekul air secara cepat, tetapi menghalangi molekul yang lebih
besar (Dwidjoseputro,1994).

Sel yang dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan
oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial
larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan
lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila
kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan
menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang
dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel,
keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke
dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan
maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis (Tjitrosomo 1987).
B. PLASMOLISIS
Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena
sel berada dalam larutan hipertonik. Plasmosis dapat memberikan gambaran untuk
menentukan besarnya nilai osmosis sebuah sel. Jika sel tumbuhan ditempatkan dalam
larutan yang hipertonik terhadap cairan selnya , maka air akan keluar dari sel tersebut
sehingga plasma akan menyusut. Bila hal ini berlangsung terus menerus, maka
plasma akan terlepas dari dinding sel disebut plasmolisis. Jika sel tumbuhan,
misalnya sel spirogyra diletakkan dalam larutan yang dipertonik terhadap sitosol sel
tersebut, maka air yang berada dalam vakuola menembus ke luar sel. Akibatnya
protoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel. Terlepasnya protoplasma dari
dinding sel disebut plasmolisis. (Lakitan, 2012).
Plasmolisis merupakaan keadaan membran dari sitoplasma akan terlepas dari
dinding sel. Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan

sifat permiabelnya. Permiabel dinding sel terhadap terhadap gula diperlihatkan oleh
sel sel yang terplasmolisis. Plasmolisis adalah contoh kasus trasportasi sel secara
osmosis. Osmosis pada hakijkatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa difusi air melalui selaput permiabel secara diferensial dari
suatu tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah.
Tekana yang terjadi karena difusi disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadiinya
osmosis maka semakin besar juga tekanan osmosisnya. Proses osmosis akan berhenti
jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan
oleh pebedaan konsentrasi (Campbell, 2008:320).
Perpindahan sel-sel hipotonis terhadap larutan yang hipertonis. Akibatnya
terjadi plasmolisis yang mengakibatkan penurunan tekanan turgor. Jika tekanan turgor
menurun akibatnya terjadi perpindahan sel-sel ( Arlita, 2013).
Sel yang telah mengalami plasmolisis dapat kembali ke keadaan semula.
Proses pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini dikenal dengan
istilah deplasmolisis. Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan
plasmolisis. Tapi, konsentrasi larutan medium dibuat lebih hipotonis, sehingga yang
terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel
bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk kedalam dan
dapat menembus membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air
untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang
sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak ke
arah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air
yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula.
(Campbell, 2008)
VI. Metodologi
4.1 Alat dan Bahan
Alat:

1. Pelubang gabus berdiameter 0,5


2. Bunsen / pemanas listrik
3. Tabung reaksi bertutup ulir
4. Silet
5. Penggaris
6. Termometer
7. Penjepit
8. Mikroskop
9. Kaca benda
10. Kaca penutup
11. Pipet tetes
Bahan :
1. Umbi kunyit ( Curcuma domestica )
2. Metanol
3. Aseton
4. Aquades
5. Umbi bawang merah ( Allium cepa ) atau daun jadam ( Rhoeo
discolor)
12. Larutan gula Gelas kimia atau wadah tahan panas
6. Pisau
7. Larutan garfis
a. Cara kerja
i. Permeabilitas membran sel
Membuat potongan persegi atau kubus umbi kunyit
dengan panjang sisi 1cm x 1cm
Mencuci dengan air mengalir untuk menghilangkan
pigmen pada permukaan silinder

Perlakuan fisik
Melakukan perlakuan fisik dengan mencelupkan dua
potong silinder umbi kunyit ke dalam aquades bersuhu
70o C, 50 o C, dan 40 o C selama 1 menit.

Melakukan perlakuan fisik dengan mencelupkan dua


potong silinder umbi kunyit ke dalam aquades bersuhu
70o C, 50 o C, dan 40 o C selama 1 menit.

Memindahkan silinder umbi ke dalam 5 ml aquades


bersuhu kamar dan biarkan terendam dalam keadaan
statis.

Perlakuan dengan pelarut organik


Merendam dua potong silinder umbi kunyit dalam 5 ml
etanol dan dua potong lainnya direndam dalam 5 ml
aseton masing-masing selama 30-40 menit pada suhu
kamar.
Kontrol
Memasukkan dua potong silinder umbi kunyit dalam
aquades dan diamkan dalam suhu kamar dalam waktu
yang sama.

Analisis
Semua perlakuan perlakuan dan kontrol, tabung dikocok
dan di amati perbedaan warna pada masing-masing
perlakuan.

Menulis hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

ii. Plasmolisis
Mengambil dengan hati-hati lapisan dalam umbi bawang
merah dan bagian berwarna merah dari daun Rhoeo
discolor.

Meletakkan di atas kaca benda, tetesi larutan glukosa

Menjelaskan fenomena yang terjadi

Serap dengan tissue larutan glukosa yang membasahi


sampai kering, lalu tetesi aquades. Biarkan selama 10-15
menit.

Menjelaskan fenomena yang terjadi

Sebagai pembanding, ambil potongan daun atau umbi


yang baru lalu tetesi larutan garfis

V. Hasil pengamatan
5.1 Permeabilitas membran sel

Fisik (suhu)
Pelarut organik
Kontrol

perlakuan
40 o C
50 o C
70 o C
Metanol
Aseton
Aquades

Warna larutan
+
++
++
+++
+++
+

Keterangan:
+++ : Kuning pekat
++ : kuning keruh
+ : kuning bening
III.2 Plasmolisis
Umbi bawang merah
Perlakuan
Larutan glukosa

Keterangan
Terjadi peristiwa plasmolisis, membran
sel mengkerut, protoplasma mengkerut
dan tidak memenuhi dinding sel

Aquades
Larutan garfis

Kembali ke keadaan semula


Tetap

Daun Rhoeo discolor


Perlakuan
Larutan glukosa

Keterangan
Terjadi peristiwa plasmolisis, membran
sel mengkerut, protoplasma mengkerut

Aquades
Larutan garfis

dan tidak memenuhi dinding sel


Kembali ke keadaan semula
Tetap

VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang difusi dan osmosis berupa
permeabilitas membran sel dan plasmolisis. Berikut pembahasan masing masing
kegiatan:
A. PERMEABILITAS MEMBRAN SEL : Pengaruh suhu dan pelaut
Pada praktikum permeabilitas membran sel terhadap pengaruh suhu dilakukan
dengan mencelupkan silinder umbi kunyit ke dalam aquadest dengan variasi suhu 40
o

C, 50 oC, dan 70 oC selama satu jam. Perendaman dengan aquades pada suu normal

ialah sebagai kontrol aktivitas membran sel. Variasi suhu digunakan untuk
mengetahui respon membran sel terhadap peningkatan suhu, dan mengetahui dampak
dari perubahan suhu terhadap sel. Pemilihan perendaman menggunakan umbi kunyit
dikarenakan kunyit memiliki kurkumin yaitu zat warna sejenis karoten didalam sel
yang memberi warna pada sel terlihat kuning atau orange. Dengan adanya zat warna
tersebut, respon membran sel terhadap pengaruh suhu dapat diketahui karena
pergerakan isi sel (cairan sel) dapat dengan mudah diamati berkat adanya kurkumin
tadi.

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu


perendaman semakin bening/kuning bening warna aquades pada perendaman dan
sebaliknya semakin rendah suhu warna aquades cenderung keruh/kuning tua. Hasil
pengamatan ini tidak sesuai dengan teori, dimana teori menyebutkan bahwa semakin
tinggi suhu perendaman warna yang dihasilkan pada pelarut lebih keruh/lebih kuning
dibandingkan dengan perendaman di suhu yang lebih rendah. Artinya peningkatan
suhu rendaman menyebabkan semakin banyak konsentrasi kurkumin di dalam
larutan, karena terjadi proses pengeluaran cairan sel dari dalam sel yang dipicu oleh
kerusakan membran plasma. Analisis dari berbagai perlakuan tingkatan suhu
berdasarkan teori dan perbandingan hasil pengamatan, diantaranya yaitu :
1. Pada perendaman dengan menggunakan aquades tanpa perlakuan suhu
diperoleh hasil larutan yang dihasilkan bening, hal ini dikarenakan cairan di dalam sel
lebih tinggi konsentrasi zat terlarutnya dari pada konsentrasi aquades di luar sel,
sehingga terjadi osmosis dari luar ke dalam sel melalui membran semipermiabel dari
luar ke dalam sel. Karena ada osmosis dari luar ke dalam sel menyebabkan air tetap
bening karena tidak ada isi sel yang keluar dari dalam sel. Pada percobaan hampir
sesuai dengan teori dimana warna yang dihasilkan kuning bening. Adanya warna
bening yang nampak pada pelarut bukan berasal dari sel utuh, melainkan berasal dari
sel yang pecah akibat pengirisan dan pembentukan balok kunyit sehingga kurkumin
dari sel yang pecah tadi larut dalam aquades.
2. Pada perendaman aquades dengan pengaruh suhu 40 0C pada hasil
pengamatan menunjukkan warna kuning bening, pada suhu 500C menunjukkan warna
kuning keruh, dan pada suhu 700C menunjukkan warna kuning pekat. Jika
dibandingkan dengan teori, teori menyebutkan bahwa semakin tinggi suhu warna
yang dihasilkan semakin keruh dapat diketahui bahwa hasil percobaan sesuai dengan
teori. Teori menyebutkan suhu yang tinggi menyebabkan protein dan lipid penyusun
membran plasma terdenaturasi sehingga menyebabkan membran plasma rusak dan
bersifat tidak semipermeabel, sehingga dengan adanya perbedaan konsentrasi yang

signifikan diluar dan didalam sel menyebabkan cairan sel keluar dari dalam sel ke
cairan diluar yang lebih rendah secara difusi. Sehingga menyebabkan cairan sel
berwarna kuning dan keruh. Tingkat kekuningan dan kekeruhan menunjukkan
seberapa besar rusaknya membran plasma. Untuk pengaruh perendaman dengan suhu
400C, dimana suhu 400C adalah batas hasil toleransi enzim termasuk protein bekerja
dengan baik namun tidak maksimal karena suhu 40 0C sebagian telah merusak
beberapa komponen membran yang peka terhadap suhu, misalkan saja protein
transmembran

sehingga

dengan

rusaknya

sebagian

komponen

membran

menyebabkan permeabilitas membran melemah dan memungkinkan terjadinya


pengeluaran sebagian cairan sel kunyit yang keluar dari membran yang rusak tadi.
Sehingga menyebabkan cairan pada larutan perendam (aquades) menjadi kekuningan.
Pada hasil pengamatan yang menunjukkan warna kuning keruh dimungkinkan
kekeruhan disebabkan dari pigmen kurkumin yang keluar dari sel yang pecah namun
masih melengket di dinding sel yang utuh, sehingga pada saat direndam kurkumin
kurkumin yang menempel larut dalam aquades.
3.Untuk pengaruh perendaman pada suhu 500C, menunjukkan warna yang
lebih kuning keruh dibandingkan dengan perendaman pada suhu 400C menunjukkan
perendaman pada suhu 500C lebih keruh warnanya dibandingkan dengan perendaman
pada suhu 400C. Hal ini karena pada suhu 500C telah banyak komponen membran
plasma seperti protein dan fosfolipid yang rusak, sehingga permeabilitas membran
sangat lemah dan menyebabkan cairan di dalam sel keluar ke aquades secara difusi
karena perbedaan konsentrasi larutan.
4.Untuk pengaruh perendaman pada suhu 70 0C, menunjukkan warna kuning
pekat. Dibandingkan dengan perendaman pada suhu 500C menunjukkan perendaman
pada suhu 700C lebih pekat warnanya dibandingkan dengan perendaman pada suhu
500C. Hal ini sesuai dengan teori, dimana berdasarkan teori dan percobaan serupa
sebelumnya menunjukkan perendaman pada suhu 700C menghasilkan warna kuning
yang lebih pekat karena pada suhu 700C komponen membran plasma seperti protein

dan fosfolipid telah rusak keseluruhan, sehingga sel kehilangan permeabilitas


membrannya, dan menyebabkan cairan di dalam sel keluar ke aquades secara difusi
karena perbedaan konsentrasi larutan yang signifikan.
Permeabilitas membran terhadap pengaruh pelarut (zat kimia), dilakukan
dengan merendam dua potongan silinder umbi kunyit ke dalam metanol, aseton, dan
aquades. Perendaman di aquades dijadikan sebagai kontrol untuk mengetahui
seberapa besar perubahan pada variabel bebas. Perendaman pada aquades
menyebabkan larutan berwarna bening kekuningan hal ini dikarenakan cairan di
dalam sel lebih tinggi konsentrasi zat terlarutnya dari pada konsentrasi aquades di
luar sel, sehingga terjadi osmosis dari luar ke dalam sel melalui membran
semipermiabel dari luar ke dalam sel. Karena ada osmosis dari luar ke dalam sel
menyebabkan air tetap bening karena tidak ada isi sel yang keluar dari dalam sel.
Pada percobaan hampir sesuai dengan teori dimana warna yang dihasilkan kuning
bening. Adanya warna bening yang nampak pada pelarut bukan berasal dari sel utuh,
melainkan berasal dari sel yang pecah akibat pengirisan dan pembentukan balok
kunyit sehingga kurkumin dari sel yang pecah tadi larut dalam aquades.
Pengaruh perendaman kunyit pada metanol menyebabkan warna yang
dihasilkan pada hasil pengamatan berwarna kuning pekat, hal ini telah sesuai dengan
teori, dimana Metanol (CH3OH) merupakan senyawa alkohol yang bersifat polar dan
mudah berikatan dengan membran sel. Ikatan ini menyebabkan senyawa organik
penyusun membrane sel yang juga bersifat polar dibagian luar cenderung saling
berikatan dengan senyawa polar sehingga larut di dalam metanol. Di samping itu
metanol memiliki panjang rantai OH paling pendek sehingga ikatan antara metanol
dan membran sel tidak memerlukan waktu yang lama. Dari sifat kimia metanol inilah,
menyebabkan membran sel dan dinding sel lebih cepat rusak dan kehilangan
permeabilitas sehingga menyebabkan cairan sel keluar dari dalam sel keluar sel
secara difusi karena perbedaan konsentrasi dengan aquades dibagian luar sel. Dari
proses ini menyebabkan cairan aquades berwarna kuning keruh.

Pengaruh perendaman kunyit pada aseton menyebabkan warna yang


dihasilkan di hasil pengamatan berwarna kuning pekat, bila dibandingkan dengan
metanol warna yang dihasilkan oleh metanol sama-sama keruh, namun perubahan
warna pada aseton lebih membutuhkan waktu cukup lama karena aseton tidak dengan
cepat berikatan dengan membran plasma karena gugus OH pada aseton lebih panjang
dibandingkan dengan metanol sehingga sulit dan memerlukan waktu yang lama untuk
berikat dengan komponen membran plasma. Karena panjangnya gugus OH
menyebabkan ikatan yang diperoleh sedikit namun dapat mempengaruhi dan
memperlemah permeabilitas membran, sehingga sebagian membran rusak karena
ikatan antara komponen membran dan aseton. Rusaknya sebagian komponen
membran menyebabkan membran berlubang dan terjadi proses difusi pada membran
yang rusak disamping proses osmosis pada membran yang masih berfungsi dari
dalam sel ke luar sel yang dipicu oleh perbedaan konsentrasi antara diluar dan
didalam sel, dimana didalam sel konsentrasi larutan tinggi dan diluar sel konsentrasi
larutan rendah sehingga cairan sel keluar dari sel, hal ini dibuktikan oleh berubahnya
warna aquades dari bening menjadi kuning pekat.
B. PLASMOLISIS
Langkah kerja dalam praktikum plasmolisis yaitu dengan menyiapkan bahan
yaitu umbi bawang merah Allium cepa dan daun jadam Rhoeo discolor dengan
mengambil lapisan dalamnya menyayat menggunakan silet dengan hati-hati dan
memperoleh lapisan yang sangat tipis agar bisa diamati dibawah mikroskop, lalu
meletakkannya di object glass dan tetesi dilarutan glukosa lalu tutup dengan kaca
penutup, diamkan selama beberapa menit kurang lebih 10-15 menit, amati dibawah
mikroskop dan amati perubahan yang terjadi dan mengambil foto hasil yang di
temukan, selanjutnya mengambil tisue untuk menyerap larutan glukosa yang
membasahi potongan daun sampai kering, lalu tetesi dengan aquadest biarkan selama
beberapa menit kurang lebih 10-15 menit dan amati dibawah mikroskop fpto hasil
yang ditemukan. Sebagai pembanding, ambil potongan daun jadam Rhoeo discolor

maupun bawang merah Allium cepa yang baru lalu tetesi dengan larutan garfis amati
dan foto hasil yang ditemukan. Pada acara ini yang berjudul plasmolisis, yaitu ingin
mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotonik pada sel tumbuhan.
Menggunakan Allium cepa dan Rhoeo discolor bahan ini dikarenakan pada kedua sel
ini mempunyai vakuola yang mengandung zat warna yang mencolok, sehingga dapat
mengetahui proses terjadiya plasmolisis denagn lebih jelas. Sebagai cairan
hipertoniknya, menggunakan bahan berupa larutan gula sedangkan untuk larutan
hipotoniknya menggunakan larutan aquades. Pada praktikum ini juga menggunakan
larutan isotonik yaitu berupa larutan garfis.
Praktikum plasmolisis ini dilakukan dengan cara mengambil lapisan dalam
dari umbi bawang merah serta bagain yang berwarna ungu pada jadam. Kemudian
kedua sayatan ini nantinya akan diberi larutan glukosa dan membiarkannya selama 10
-15 menit untuk menunggu proses plasmolisisnya. Pada keadaan ini sayatan yang
berada pada objek gelas tidak ditutup dengan cover glass agar proses plasmolisis
sempurna terjadi tanpa ada tindihan dari cover glass, jika cover glass dipasang maka
proses plasmolisis akan terganggu karena cairan yang akan keluar dari sel sedikit
banyak terhalangi oleh adanya coverglass. Setelah 10 menit sayatan dibiarkan dengan
larutan gula, kemudian sayatan tersebut diamati di mikroskop untuk mengetahui apa
saja yang terjadi pada sel tersebut. Setelah di amati, larutan gula diserap dengan
menggunakan kertas tissue yang kemudian sayatan akan ditetesi dengan larutan
aquades. Larutan aquades ini dibiarkan pada objek glass tempat sayatan berada
selama 10 menit. Setelah itu mengamati lagi dibawah mikroskop untuk mengetahui
perbedaan antara sayatan pada saat di beri glukosa dengan saat sayatan saat diberi
aquades. Sebagai pembandingnya, setelah memberikan larutan aquades juga
memberikan larutan garfis.
Dari hasil pengamatan didapatkan suatu hasil yaitu Rhoeo discolor serta
umbi bawang merah Allium cepa pada keadaan biasa setelah diamati beberapa saat
tidak terjadi perubahan apa-apa pada selnya.Warna ungu pada daun sel Rhoe discolor

dan umbi bawang merah merata di seluruh permukaan selnya. Hal ini terjadi karena
sel berada dalam keadaan seimbang (isotonis), karena tidak ada larutan yang bersifat
hipotonis maupun hipertonis. Dari hasil pengamatan terlihat bagian-bagian sel
berbentuk rongga segi enam dengan sitoplasma berwarna ungu memenuhi dinding
sel. Air yang diteteskan membentuk lingkungan isotonik baik di dalam maupun di
luar sel, sehingga bentuk sel normal. Pada saat sayatan daun umbi bawang merah
serta daun jadam diberi larutan glukosa dan dibiarkan selama 10-15 menit. Pada
perlakuan ini terlihat adanya perubahan yang terjadi pada sel daun Rhoeo discolor
dan umbi bawang merah Allium cepa , pigemen warna ungu yang berada dalam sel
mulai manjadi sedikit dibanding saat sel sebelum diberi larutan glukosa, selain itu
selnya tampak mengkerut karena mengalami plasmolisis. Hal ini disebabkan karena
larutan glukosa merupakan larutan hipertonis (potensial air tinggi) dan sel daun
Rhoeo discolor serta umbi bawang merupakan larutan hipotonis (potensial air
rendah),sehingga air yang berada dalam vakuola sel tersebut merembes keluar dari
sel. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan plasmolisis yang berarti tekanan
terus berkurang sehingga terjadi sampai di suatu titik batas dimana mebran sel akan
terlepas dari dinding sel yang menyebabkan ruhtuhnya membran sel dari dingding sel
karena proses eksoosmosis yaitu (sel yang ditempatkan dalam larutan yang
hipertonik).
Pemberian larutan gula menyebabkan sel berwarna ungu terlihat lebih sedikit .
Hal ini terjadi karena pada saat sayatan umbi bawang merah dan Rhoeo discolor
ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari vakuola
sehingga membrane sitoplasma akan mengkerut

yang menyebabkan pigmen

antosianin di dalam vakuola tidak terlalu jelas dilihat. semakin rendah konsentrasi
suatu bahan dari lingkungan lainnya, semakin mudah sel itu berplasmolisis, dalam
percobaan didapatkan pembuktian bahwa sel daun Rhoeo discolor dan umbi bawang
saat direndam dengan larutan glukosa terjadi plasmolisis. Hal ini dikarenakan
konsentrasi didalam sel lebih rendah dibanding dengan dilingkungan, lingkungan

yang diamaksud yaitu larutan glukosa sehingga cairan didalam sel akan keluar ke
lingkungan.
Sel tumbuhan yang dimasukkan dalam larutan gula, maka sel tersebut akan
kehilangan air murni. Jika nilai larutan gula dalam sel lebih pekat dari pada potensial
air yang cukup besar, maka kemungkinan volume sel akan menurun sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Akibatnya, membrane
dan sitoplasma akan lepas dari selnya.
Pada perlakuan yang kedua saat ditetesi aquades, ternyata terjadi endoosmosis
dalam sel daun tersebut. Pigmen warna ungu menjadi lebih sedikit dan warnanya
tidak terlalu pekat seperti sebelum ditetesi air. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
larutan dalam sel tinggi (hipertonik), sedangkan aquades yang berada diluar sel
bersifat hipotonik. Hal ini akan menyebabkan aquades akan masuk ke dalam sel dan
terjadi endosmosis yang menyebabkan sel menjadi turgid. Hal ini menyebabkan
tekanan osmosis sel mennjadi tinggi. Keadaaan yang demikian dapat memecahkan sel
(lisis). Jadi lisis adalah hancurnya sel karena rusaknya atau robeknya membrane
plasma. Hal ini dapat terjadi karena terlalu banyaknya air yang masuk sehingga sel
tidak mampu lagi untuk menampungnya. Masuknya air kedalam sel juga
menyebabkan kepekatan sel berkurang. Hal in terbukti saat praktikum, dimana saat
sel diberi aquades warna ungu pada sayatan daun jadam serta umbi bawang merah
warna lebih pudar dari pada saat kedua sayatan ini belum diberi perlakuan apapun.
Peristiwa deplamolisis merupakan kebalikan dari peristiwa plasmolisis. Ini
berarti peristiwa deplamolisis dapat terjadi bila sel daun Rhoe discolor serta umbi
bawang merah yang telah mengalami peristiwa plasmolisis diletakkan dilarutan
hipotonik (potensial air rendah). Setelah ditetesi kembali dengan aquades, keadaan sel
kembali seperti semula hanya saja pigmen warna ungu tidak terlalu pekat lagi
warnanya. Pada perlakuan ini akan mengakibatkan air yang berada di luar sel masuk
ke dalam vakuola, sehingga sel daun

Rhoe discolor serta umbi bawang merah

tersebut akan mengembang atau kembali ke keadaan semula. Peristiwa inilah yang
kemudian disebut dengan deplasmolisis. Peristiwa deplasmolisis ini dapat juga
bertujuan untuk mengembalikan keadaan sel yang telah mengalami peristiwa
plasmolisiske keadaan semula atau mengembalikan keadaan sel yang tadinya
mengkerut untuk kembali mengembang seperti keadaan semula. Dengan adanya
deplasmosisn inilah , sel yang telah megkerut karena plasmolisis dapat kembali ke
keadaan normal kembali.
Pada sel umbi lapis bawang merah setelah ditetesi larutan glukosa dinding
selnya mengerut karena berada dalam lapisan hipertonik yaitu glukosa lalu di tetesi
oleh aquadest maka dinding sel yang awalnya mengkerut kembali pada keadaan
semula karena aquades merupakan larutan hipotonis dan ditetesi oleh larutan garfis
tetap tidak ada perubahan karena larutan garfis merupakan larutan isotonis.
Fungsi masing-masing larutan yang pertama iyalah larutan glukosa yang
bersifat hipertonis yang menyebabkan terjadinya plasmolisis. Larutan aquades yang
bersifat hipotonis menyebabkan sel tersebut kembali pada keadaan semula maka
terjadi proses depalasmolisis konsentrasi larutan yang dibuat lebih hipotonis,
sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel dengan
membran sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk
kedalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel mengizinkan
molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut
mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel
kembali terdesak ke arah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya
kohesi dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke
keadaan semula. Dan larutan garfis merupakan larutan isotonik dimana konsentrasi
antara sel dengan lingkungan (larutan garfis) memiliki konsentrasi yang sama atau
hampir sama sehingga tidak terjadi transport membran. Jadi suatu transport membran
baik difusi maupun osmosis hanya akan terjadi bila ada perbedaan konsentrasi antara
linkungan internal sel dengan lingkungan eksternalnya.

Membrane merupakan bagian terluar dari yang sel bersifat semi permeable.
Membrane sel tersusun dari lipid bilayer dan protein transfer yang berperan dalam
transportasi sel. Lipid bilayer membentuk benteng yang kokoh untuk mencegah
molekul molekul hidrofilik masuk. Lipid bilayer yang bersifat hidrobik
menghalangi transport ini dengan molekul polar yang bersifat hidrofilik. Molekul
sangat kecil yang polar tetapi tidak bermuatan juga dapat lewat melalui membrane
dengan cepat. Contohnya air dan etanol. Lipid bilayer tidak sangat permeable
terhadap molekul polar tak bermuatan yang lebih besar seperti glukosa dan gula lain.
Itulah sebabnya mengapa pada percobaan hanya air (H2O) yang keluar dari sel,
sedangkan molekul glukosa yang seharusnya berdifusi ke dalam sel tidak termasuk ke
dalam sel.
Pada percobaan terakhir, sayatan daun jadam maupun umbi bawang merah
ditetesi dengan larutan garfis, setelah ditunggu selama 10 menit. Sel tidak mengalami
perubahan apapun, baik warna maupun bentuknya. Hal ini dikarenakan lautan garfis
merupakan larutan isotonik dimana konsentrasi antara sel dengan lingkungan (larutan
garfis) memiliki konsentrasi yang sama atau hampir sama sehingga tidak terjadi
transport membran. Jadi suatu transport membran baik difusi maupun osmosis hanya
akan terjadi bila ada perbedaan konsentrasi antara linkungan internal sel dengan
lingkungan eksternalnya.
Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di
dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin
besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya
maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi
partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin
rendah.

Waktu perendaman sayatan dengan larutannya sangat berpengaruh. Mengenai


waktu yang digunakan untuk merendam daun Rheo discolor serta umbi bawang
adalah selama 10-15 menit dengan tujuan agar plasmolisis sel dapat terjadi dengan
sempurna, semakin lama waktu perendaman maka semakin sempurna plasmolisis
terjadi yang menyebabkan cairan yang berada didalam sel semakin banyak keluar,
sehingga sel akan semakin berkerut. Jika rendaman hanya dilakukan dalam waktu
yang relatif sebentar, maka proses plasmolisis tidak dapat diamati secara sempurna,
cairan sel hanya sebagian kecil saja yang keluar dari sel, sehingga proses palmolisis
sulit diamati.

VII. Penutup
7.1 Kesimpulan
a. Pengaruh faktor fisik terhadap permeabilitas membran menunjukkan semakin
tinggi suhu, semakin rusak permeabilitas membran dan larutan pada aquades semakin
kuning dan keruh dan peristiwa osmosis semakin cepat. Sedangkan pengaruh faktor
kimia menunjukkan lebih kuning larutan pada rendaman metanol dari pada larutan
aseton karena struktur kimia dan gugus OH pada metanol lebih sederhana dan mudah
berikatan dengan komponen membran sel.
b. Pengaruh larutan hipertonis pada sel tumbuhan dapat menyebabkan plasmolisis
yaitu lepasnya membran sel dari dinding sel karena berada pada larutan hipertonis,
sedangkan pengaruh larutan hipotonis pada sel tumbuhan menyebabkan cairan
didalam sel tersebut kembali pada keadaan semula dan disebut dengan deplasmolisis.

7.2 Saran
Diharapkan untuk memulai sebuah praktikum osmosis dan difusi ini dipelajari
terlebih dahulu sehingga saat pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Arlita A. Malyan. 2013. Pengaruh suhu dan konsentrasi terhadap penyerapan larutan
zzzzgula pada Bengkuang ( Pachyrrhizus erosus ). Jurnal Tekhnik Pertanian
zzzzLampung. Vol 2 No. 1:85-94. ISSN 1858-2419.
Campbell. 2008. Biologi Jilid I Edisi VIII. Jakarta : Erlangga.
Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisioligi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
zzzzzUtama.
Elsa, 2009, Anatomi Tumbuhan, Jakarta: Esis
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Keempat. Gajah Mada Universitas
zzzzPress:Yogyakarta.
Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta: Raja wali pers.

Mitrayana. 2014 . Pengukuran Konsentrasi Gas Aseton (C3H60) dari Gas Hembus
zzzzzRelawan Berpotensi Penyakit Diabetes mellitus dengan metode Spektroskopi
zzzzzfotoakustik Laser. Jurnal Fisika Indonesia No. 54, Vol XVIII, Edisi Desember
zzzzz2014. ISSN: 1410-2994.

Panjaitan, A. Mangasih. Alimuddin H. Andi. Adhitiyawarman. 2014. Skrining


zzzzFitokimia Dan Uji Antioksidan Ekstrak Metanol Kulit Batang CERIA(
zzzzBaccaurea hookeri). JKK( Jurnal Keperawatan Klinis) Vol 3(1) : 17-21. ISSN
zzzz2303-1077.
Rahmasari, Hamita, dkk. 2014. Ekstraksi osmolisis pada pembuatan sirup Murbei (
zMorus alba L. ) kajian proporsi buah : sukrosa dan lama osmosis. Jurnal pangan
zdan agroindustri Vol. 2 No.3 p. 191-197. ISSN 2337-3776.
Salisbury, B. Frank dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB:
zzBandung.
Tensiska, Nurhadi B, Isfron A. F.2012. Kestabilan Warna Terenkapsulasi dari kunyit (
zzCurcuma domestica Val. ) Dalam minuman Ringan Dan Jelly Pada Berbagai
zzKondisi Penyimpanan. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik. Vol 14 No.3: 201210. zzISSN 1411-0903.
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa, Bandung.
Trihandaru, Suryasatriya. 2012. Pemodelan Pengukuran Difusi Larutan Gula dengan
zzzzLintasan Cahaya Laser. Jurnal Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng &
zzzzDIY, Purworejo. Valensi Vol 4 No.1 6-12. ISSN : 0853-0823.

Anda mungkin juga menyukai