Disusun Oleh :
Nama
: Jahrotul Jannah
NIM
: 130210103009
Kelas
:B
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I.
II.
Judul
:
Difusi dan Osmosis (Permeabilitas membran sel dan Plasmolisis )
Tujuan
:
1. Mengamati pengaruh perlakuan fisik ( suhu ) dan kimia (jenis pelarut )
terhadap permeabilitas membran sel.
2. Untuk mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotonik pada
III.
sel tumbuhan.
Tinjauan Pustaka
A. PERMEABILITAS MEMBRAN SEL : Pengaruh suhu dan Pelarut
Air menjadi kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan bahan
penyusun utama dari protoplasma sel. Rhoeo discolor merupakan tumbuhan yang
banyak tumbuh didaerah tropis. Umumnya tanaman ni tumbuh didaerah dingin dan
cukup air. Tanaman ini tidak dapat tumbuh didaerah tanah yang jenuh atau tergenang
karena batang dan daunnya akan cepat membusuk, dan tanaman ini juga tidak dapat
tumbuh didaerah yang kurang air karena daun dan batangnya akan mengerdil ( Fahn,
1991).
Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat secara random yang menghasilkan
pergerakan molekul efektif dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
( Trihandaru,2012 ). Difusi adalah penyebaran molekul-molekul suatu zat,
penyebaran tersebut disebabkan oleh adanya suatu gaya yang disebut energi kinetik.
Energi kinetik menyebabkan molekul-molekul selalu dalam keadaan bergerak. Energi
ini yang menyebabkan molekul-molekul saling menarik, akan tetapi pada ketika itu
juga saling menolak. Baik gas, maupun zat cair dan padat, molekulmolekulnya
memiliki kecenderungan untuk menyebar, menghambur kesegala arah sampai di
mana-mana terdapat suatu konsentrasi yang sama. Dari ketiga macam zat tersebut, zat
gas merupakan yang paling mudah berdifusi. Angin dapat mempercepat difusi gas.
Gerakan difusi terdiri atas gerakan molekul-per molekul karena lintasannya putusputus karena perlanggaran dengan molekulmolekuk zat lain, akan tetapi akhirnya
merupakan penyebaran yang homogen. Difusi terjadi di tempat yang memiliki
konsentrasi yang pekat, karena difusi itu disebabkan oleh energi kinetis. Arah gerakan
difusi ketempat yang kekurangan molekul, atau ketempat yang memiliki konsentrasi
rendah. Migrasi dari molekul-molekul itu bisa ditinjau dari dua sudut yaitu dipandang
dari sudut sumber dan tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa disitu terdapat
suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar keseluruh jurusan.
Tekanan ini diberi nama tekanan difusi. Dipandang dari sudut tujuan, bahwa ditempat
tujuan itu ada suatu kekurangan (defisit) akan molekul molekul. Contoh jika kita
menuangkan suatu satuan volume larutan gula dan suatu satuan volume air murni
bersama-sama ke dalam suatu wadah, maka molekulmolekul gula akan berdifusi ke
daerah air, sehingga akhirnya didaerah air akan mendapat konsentrasi gula yang sama
dengan konsentrasi gula didaerah gula sendiri. Demikian pula dengan airnya di
daerah gula akan terdapat konsentrasi air yang sama dengan konsentrasi di daerah air
sendiri. Jika sebuah wadah berisi air dan gula dan diberi sekat yang permeabel dapat
dilewati baik oleh molekul-molekul air maupun molekul gula. Molekulmolekul air
akan berdifusi melalui celah-celah sekat ke daerah gula, begitu pula sebaliknya
molekul-molekul gula melewati celah-celah sekat berdifusi ke daerah air. Karena
berdifusinya melokul-molekul itu melewati lubang-lubang (pori), maka kita
pergunakan istilah sendiri untuk peristiwa ini yaitu osmosis (Dwidjoseputro, 1994:
66-71).
Menurut Tensiska (2012), rimpang kunyit dapat dimanfaatkan sebagai zat
pewarna alami yaitu senyawa kurkuminoid yang menampilkan warna kuning. Pigmen
kurkumin bersifat larut dalam etanol dan asam asetat glasial dan memiliki stabilitas
yang baik terhadap panas dan asam, tetapi sensitif terhadap cahaya .
Osmosis merupakan peristiwa berpindahnya kadar air dalam sel melalui
membran semipermeabel dari keadaan sel yang hipotonis menuju hipertonis.
meloloskan melekul-molekul air secara cepat, tetapi menghalangi molekul yang lebih
besar (Dwidjoseputro,1994).
Sel yang dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan
oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial
larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan
lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila
kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan
menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang
dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel,
keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke
dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan
maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis (Tjitrosomo 1987).
B. PLASMOLISIS
Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena
sel berada dalam larutan hipertonik. Plasmosis dapat memberikan gambaran untuk
menentukan besarnya nilai osmosis sebuah sel. Jika sel tumbuhan ditempatkan dalam
larutan yang hipertonik terhadap cairan selnya , maka air akan keluar dari sel tersebut
sehingga plasma akan menyusut. Bila hal ini berlangsung terus menerus, maka
plasma akan terlepas dari dinding sel disebut plasmolisis. Jika sel tumbuhan,
misalnya sel spirogyra diletakkan dalam larutan yang dipertonik terhadap sitosol sel
tersebut, maka air yang berada dalam vakuola menembus ke luar sel. Akibatnya
protoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel. Terlepasnya protoplasma dari
dinding sel disebut plasmolisis. (Lakitan, 2012).
Plasmolisis merupakaan keadaan membran dari sitoplasma akan terlepas dari
dinding sel. Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan
sifat permiabelnya. Permiabel dinding sel terhadap terhadap gula diperlihatkan oleh
sel sel yang terplasmolisis. Plasmolisis adalah contoh kasus trasportasi sel secara
osmosis. Osmosis pada hakijkatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa difusi air melalui selaput permiabel secara diferensial dari
suatu tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah.
Tekana yang terjadi karena difusi disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadiinya
osmosis maka semakin besar juga tekanan osmosisnya. Proses osmosis akan berhenti
jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan
oleh pebedaan konsentrasi (Campbell, 2008:320).
Perpindahan sel-sel hipotonis terhadap larutan yang hipertonis. Akibatnya
terjadi plasmolisis yang mengakibatkan penurunan tekanan turgor. Jika tekanan turgor
menurun akibatnya terjadi perpindahan sel-sel ( Arlita, 2013).
Sel yang telah mengalami plasmolisis dapat kembali ke keadaan semula.
Proses pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini dikenal dengan
istilah deplasmolisis. Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan
plasmolisis. Tapi, konsentrasi larutan medium dibuat lebih hipotonis, sehingga yang
terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel
bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk kedalam dan
dapat menembus membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air
untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang
sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak ke
arah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air
yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula.
(Campbell, 2008)
VI. Metodologi
4.1 Alat dan Bahan
Alat:
Perlakuan fisik
Melakukan perlakuan fisik dengan mencelupkan dua
potong silinder umbi kunyit ke dalam aquades bersuhu
70o C, 50 o C, dan 40 o C selama 1 menit.
Analisis
Semua perlakuan perlakuan dan kontrol, tabung dikocok
dan di amati perbedaan warna pada masing-masing
perlakuan.
ii. Plasmolisis
Mengambil dengan hati-hati lapisan dalam umbi bawang
merah dan bagian berwarna merah dari daun Rhoeo
discolor.
V. Hasil pengamatan
5.1 Permeabilitas membran sel
Fisik (suhu)
Pelarut organik
Kontrol
perlakuan
40 o C
50 o C
70 o C
Metanol
Aseton
Aquades
Warna larutan
+
++
++
+++
+++
+
Keterangan:
+++ : Kuning pekat
++ : kuning keruh
+ : kuning bening
III.2 Plasmolisis
Umbi bawang merah
Perlakuan
Larutan glukosa
Keterangan
Terjadi peristiwa plasmolisis, membran
sel mengkerut, protoplasma mengkerut
dan tidak memenuhi dinding sel
Aquades
Larutan garfis
Keterangan
Terjadi peristiwa plasmolisis, membran
sel mengkerut, protoplasma mengkerut
Aquades
Larutan garfis
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang difusi dan osmosis berupa
permeabilitas membran sel dan plasmolisis. Berikut pembahasan masing masing
kegiatan:
A. PERMEABILITAS MEMBRAN SEL : Pengaruh suhu dan pelaut
Pada praktikum permeabilitas membran sel terhadap pengaruh suhu dilakukan
dengan mencelupkan silinder umbi kunyit ke dalam aquadest dengan variasi suhu 40
o
C, 50 oC, dan 70 oC selama satu jam. Perendaman dengan aquades pada suu normal
ialah sebagai kontrol aktivitas membran sel. Variasi suhu digunakan untuk
mengetahui respon membran sel terhadap peningkatan suhu, dan mengetahui dampak
dari perubahan suhu terhadap sel. Pemilihan perendaman menggunakan umbi kunyit
dikarenakan kunyit memiliki kurkumin yaitu zat warna sejenis karoten didalam sel
yang memberi warna pada sel terlihat kuning atau orange. Dengan adanya zat warna
tersebut, respon membran sel terhadap pengaruh suhu dapat diketahui karena
pergerakan isi sel (cairan sel) dapat dengan mudah diamati berkat adanya kurkumin
tadi.
signifikan diluar dan didalam sel menyebabkan cairan sel keluar dari dalam sel ke
cairan diluar yang lebih rendah secara difusi. Sehingga menyebabkan cairan sel
berwarna kuning dan keruh. Tingkat kekuningan dan kekeruhan menunjukkan
seberapa besar rusaknya membran plasma. Untuk pengaruh perendaman dengan suhu
400C, dimana suhu 400C adalah batas hasil toleransi enzim termasuk protein bekerja
dengan baik namun tidak maksimal karena suhu 40 0C sebagian telah merusak
beberapa komponen membran yang peka terhadap suhu, misalkan saja protein
transmembran
sehingga
dengan
rusaknya
sebagian
komponen
membran
maupun bawang merah Allium cepa yang baru lalu tetesi dengan larutan garfis amati
dan foto hasil yang ditemukan. Pada acara ini yang berjudul plasmolisis, yaitu ingin
mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotonik pada sel tumbuhan.
Menggunakan Allium cepa dan Rhoeo discolor bahan ini dikarenakan pada kedua sel
ini mempunyai vakuola yang mengandung zat warna yang mencolok, sehingga dapat
mengetahui proses terjadiya plasmolisis denagn lebih jelas. Sebagai cairan
hipertoniknya, menggunakan bahan berupa larutan gula sedangkan untuk larutan
hipotoniknya menggunakan larutan aquades. Pada praktikum ini juga menggunakan
larutan isotonik yaitu berupa larutan garfis.
Praktikum plasmolisis ini dilakukan dengan cara mengambil lapisan dalam
dari umbi bawang merah serta bagain yang berwarna ungu pada jadam. Kemudian
kedua sayatan ini nantinya akan diberi larutan glukosa dan membiarkannya selama 10
-15 menit untuk menunggu proses plasmolisisnya. Pada keadaan ini sayatan yang
berada pada objek gelas tidak ditutup dengan cover glass agar proses plasmolisis
sempurna terjadi tanpa ada tindihan dari cover glass, jika cover glass dipasang maka
proses plasmolisis akan terganggu karena cairan yang akan keluar dari sel sedikit
banyak terhalangi oleh adanya coverglass. Setelah 10 menit sayatan dibiarkan dengan
larutan gula, kemudian sayatan tersebut diamati di mikroskop untuk mengetahui apa
saja yang terjadi pada sel tersebut. Setelah di amati, larutan gula diserap dengan
menggunakan kertas tissue yang kemudian sayatan akan ditetesi dengan larutan
aquades. Larutan aquades ini dibiarkan pada objek glass tempat sayatan berada
selama 10 menit. Setelah itu mengamati lagi dibawah mikroskop untuk mengetahui
perbedaan antara sayatan pada saat di beri glukosa dengan saat sayatan saat diberi
aquades. Sebagai pembandingnya, setelah memberikan larutan aquades juga
memberikan larutan garfis.
Dari hasil pengamatan didapatkan suatu hasil yaitu Rhoeo discolor serta
umbi bawang merah Allium cepa pada keadaan biasa setelah diamati beberapa saat
tidak terjadi perubahan apa-apa pada selnya.Warna ungu pada daun sel Rhoe discolor
dan umbi bawang merah merata di seluruh permukaan selnya. Hal ini terjadi karena
sel berada dalam keadaan seimbang (isotonis), karena tidak ada larutan yang bersifat
hipotonis maupun hipertonis. Dari hasil pengamatan terlihat bagian-bagian sel
berbentuk rongga segi enam dengan sitoplasma berwarna ungu memenuhi dinding
sel. Air yang diteteskan membentuk lingkungan isotonik baik di dalam maupun di
luar sel, sehingga bentuk sel normal. Pada saat sayatan daun umbi bawang merah
serta daun jadam diberi larutan glukosa dan dibiarkan selama 10-15 menit. Pada
perlakuan ini terlihat adanya perubahan yang terjadi pada sel daun Rhoeo discolor
dan umbi bawang merah Allium cepa , pigemen warna ungu yang berada dalam sel
mulai manjadi sedikit dibanding saat sel sebelum diberi larutan glukosa, selain itu
selnya tampak mengkerut karena mengalami plasmolisis. Hal ini disebabkan karena
larutan glukosa merupakan larutan hipertonis (potensial air tinggi) dan sel daun
Rhoeo discolor serta umbi bawang merupakan larutan hipotonis (potensial air
rendah),sehingga air yang berada dalam vakuola sel tersebut merembes keluar dari
sel. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan plasmolisis yang berarti tekanan
terus berkurang sehingga terjadi sampai di suatu titik batas dimana mebran sel akan
terlepas dari dinding sel yang menyebabkan ruhtuhnya membran sel dari dingding sel
karena proses eksoosmosis yaitu (sel yang ditempatkan dalam larutan yang
hipertonik).
Pemberian larutan gula menyebabkan sel berwarna ungu terlihat lebih sedikit .
Hal ini terjadi karena pada saat sayatan umbi bawang merah dan Rhoeo discolor
ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari vakuola
sehingga membrane sitoplasma akan mengkerut
antosianin di dalam vakuola tidak terlalu jelas dilihat. semakin rendah konsentrasi
suatu bahan dari lingkungan lainnya, semakin mudah sel itu berplasmolisis, dalam
percobaan didapatkan pembuktian bahwa sel daun Rhoeo discolor dan umbi bawang
saat direndam dengan larutan glukosa terjadi plasmolisis. Hal ini dikarenakan
konsentrasi didalam sel lebih rendah dibanding dengan dilingkungan, lingkungan
yang diamaksud yaitu larutan glukosa sehingga cairan didalam sel akan keluar ke
lingkungan.
Sel tumbuhan yang dimasukkan dalam larutan gula, maka sel tersebut akan
kehilangan air murni. Jika nilai larutan gula dalam sel lebih pekat dari pada potensial
air yang cukup besar, maka kemungkinan volume sel akan menurun sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Akibatnya, membrane
dan sitoplasma akan lepas dari selnya.
Pada perlakuan yang kedua saat ditetesi aquades, ternyata terjadi endoosmosis
dalam sel daun tersebut. Pigmen warna ungu menjadi lebih sedikit dan warnanya
tidak terlalu pekat seperti sebelum ditetesi air. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
larutan dalam sel tinggi (hipertonik), sedangkan aquades yang berada diluar sel
bersifat hipotonik. Hal ini akan menyebabkan aquades akan masuk ke dalam sel dan
terjadi endosmosis yang menyebabkan sel menjadi turgid. Hal ini menyebabkan
tekanan osmosis sel mennjadi tinggi. Keadaaan yang demikian dapat memecahkan sel
(lisis). Jadi lisis adalah hancurnya sel karena rusaknya atau robeknya membrane
plasma. Hal ini dapat terjadi karena terlalu banyaknya air yang masuk sehingga sel
tidak mampu lagi untuk menampungnya. Masuknya air kedalam sel juga
menyebabkan kepekatan sel berkurang. Hal in terbukti saat praktikum, dimana saat
sel diberi aquades warna ungu pada sayatan daun jadam serta umbi bawang merah
warna lebih pudar dari pada saat kedua sayatan ini belum diberi perlakuan apapun.
Peristiwa deplamolisis merupakan kebalikan dari peristiwa plasmolisis. Ini
berarti peristiwa deplamolisis dapat terjadi bila sel daun Rhoe discolor serta umbi
bawang merah yang telah mengalami peristiwa plasmolisis diletakkan dilarutan
hipotonik (potensial air rendah). Setelah ditetesi kembali dengan aquades, keadaan sel
kembali seperti semula hanya saja pigmen warna ungu tidak terlalu pekat lagi
warnanya. Pada perlakuan ini akan mengakibatkan air yang berada di luar sel masuk
ke dalam vakuola, sehingga sel daun
tersebut akan mengembang atau kembali ke keadaan semula. Peristiwa inilah yang
kemudian disebut dengan deplasmolisis. Peristiwa deplasmolisis ini dapat juga
bertujuan untuk mengembalikan keadaan sel yang telah mengalami peristiwa
plasmolisiske keadaan semula atau mengembalikan keadaan sel yang tadinya
mengkerut untuk kembali mengembang seperti keadaan semula. Dengan adanya
deplasmosisn inilah , sel yang telah megkerut karena plasmolisis dapat kembali ke
keadaan normal kembali.
Pada sel umbi lapis bawang merah setelah ditetesi larutan glukosa dinding
selnya mengerut karena berada dalam lapisan hipertonik yaitu glukosa lalu di tetesi
oleh aquadest maka dinding sel yang awalnya mengkerut kembali pada keadaan
semula karena aquades merupakan larutan hipotonis dan ditetesi oleh larutan garfis
tetap tidak ada perubahan karena larutan garfis merupakan larutan isotonis.
Fungsi masing-masing larutan yang pertama iyalah larutan glukosa yang
bersifat hipertonis yang menyebabkan terjadinya plasmolisis. Larutan aquades yang
bersifat hipotonis menyebabkan sel tersebut kembali pada keadaan semula maka
terjadi proses depalasmolisis konsentrasi larutan yang dibuat lebih hipotonis,
sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel dengan
membran sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk
kedalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel mengizinkan
molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut
mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel
kembali terdesak ke arah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya
kohesi dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke
keadaan semula. Dan larutan garfis merupakan larutan isotonik dimana konsentrasi
antara sel dengan lingkungan (larutan garfis) memiliki konsentrasi yang sama atau
hampir sama sehingga tidak terjadi transport membran. Jadi suatu transport membran
baik difusi maupun osmosis hanya akan terjadi bila ada perbedaan konsentrasi antara
linkungan internal sel dengan lingkungan eksternalnya.
Membrane merupakan bagian terluar dari yang sel bersifat semi permeable.
Membrane sel tersusun dari lipid bilayer dan protein transfer yang berperan dalam
transportasi sel. Lipid bilayer membentuk benteng yang kokoh untuk mencegah
molekul molekul hidrofilik masuk. Lipid bilayer yang bersifat hidrobik
menghalangi transport ini dengan molekul polar yang bersifat hidrofilik. Molekul
sangat kecil yang polar tetapi tidak bermuatan juga dapat lewat melalui membrane
dengan cepat. Contohnya air dan etanol. Lipid bilayer tidak sangat permeable
terhadap molekul polar tak bermuatan yang lebih besar seperti glukosa dan gula lain.
Itulah sebabnya mengapa pada percobaan hanya air (H2O) yang keluar dari sel,
sedangkan molekul glukosa yang seharusnya berdifusi ke dalam sel tidak termasuk ke
dalam sel.
Pada percobaan terakhir, sayatan daun jadam maupun umbi bawang merah
ditetesi dengan larutan garfis, setelah ditunggu selama 10 menit. Sel tidak mengalami
perubahan apapun, baik warna maupun bentuknya. Hal ini dikarenakan lautan garfis
merupakan larutan isotonik dimana konsentrasi antara sel dengan lingkungan (larutan
garfis) memiliki konsentrasi yang sama atau hampir sama sehingga tidak terjadi
transport membran. Jadi suatu transport membran baik difusi maupun osmosis hanya
akan terjadi bila ada perbedaan konsentrasi antara linkungan internal sel dengan
lingkungan eksternalnya.
Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di
dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin
besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya
maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi
partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin
rendah.
VII. Penutup
7.1 Kesimpulan
a. Pengaruh faktor fisik terhadap permeabilitas membran menunjukkan semakin
tinggi suhu, semakin rusak permeabilitas membran dan larutan pada aquades semakin
kuning dan keruh dan peristiwa osmosis semakin cepat. Sedangkan pengaruh faktor
kimia menunjukkan lebih kuning larutan pada rendaman metanol dari pada larutan
aseton karena struktur kimia dan gugus OH pada metanol lebih sederhana dan mudah
berikatan dengan komponen membran sel.
b. Pengaruh larutan hipertonis pada sel tumbuhan dapat menyebabkan plasmolisis
yaitu lepasnya membran sel dari dinding sel karena berada pada larutan hipertonis,
sedangkan pengaruh larutan hipotonis pada sel tumbuhan menyebabkan cairan
didalam sel tersebut kembali pada keadaan semula dan disebut dengan deplasmolisis.
7.2 Saran
Diharapkan untuk memulai sebuah praktikum osmosis dan difusi ini dipelajari
terlebih dahulu sehingga saat pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Arlita A. Malyan. 2013. Pengaruh suhu dan konsentrasi terhadap penyerapan larutan
zzzzgula pada Bengkuang ( Pachyrrhizus erosus ). Jurnal Tekhnik Pertanian
zzzzLampung. Vol 2 No. 1:85-94. ISSN 1858-2419.
Campbell. 2008. Biologi Jilid I Edisi VIII. Jakarta : Erlangga.
Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisioligi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
zzzzzUtama.
Elsa, 2009, Anatomi Tumbuhan, Jakarta: Esis
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Keempat. Gajah Mada Universitas
zzzzPress:Yogyakarta.
Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta: Raja wali pers.
Mitrayana. 2014 . Pengukuran Konsentrasi Gas Aseton (C3H60) dari Gas Hembus
zzzzzRelawan Berpotensi Penyakit Diabetes mellitus dengan metode Spektroskopi
zzzzzfotoakustik Laser. Jurnal Fisika Indonesia No. 54, Vol XVIII, Edisi Desember
zzzzz2014. ISSN: 1410-2994.