Anda di halaman 1dari 6

PENENTUAN POTENSIAL OSMOTIK

SEL DENGAN PLASMOLISIS

HEPSIE OKTIASMY SRYTELMA NAUK


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan potensial osmotik cairan sel. Larutan yang
digunakan dalam pengamatan ini adalah larutan sukrosa dengan konsentrasi berbeda yakni
0,24; 0,26; 0,28; 0,32; 0,34; 0,50; 0,52; 0,55 dan 0,56 M. Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya
membrane sel dari dinding sel sebagai dampak dari hipertonisnya larutan dari luar sel,
sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel
menjadi nol. Daun tanaman Rhoe discolor sering digunakan dalam pegamatan plasmolosis
protoplas dalam larutan sukrosa, karena vakuola dari daun tanaman Rhoeo discolor
mengandung anthosianin yang membuat pengamatan spesimen menjadi lebih mudah. Pada
praktikum ini praktikan diminta untuk mengamati sel daun Rhoeo discolor yang mengalami
plasmolisis dan tidak mengalami plasmolisis yang telah direndam dengan larutan sukrosa.

Pendahuluan
Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane sel dari dinding sel sebagai
dampak dari hipertonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar
dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi nol. Efek selanjutnya yang ditimbulkan adalah
karena potensial air dalam sel lebih tinggi dari luar sel, maka air di luar sel bergerak ke dalam
dinding sel mendesak membran sel yang mengakibatkan membrane sel terlepas dari dinding sel.
Larutan tersebut tidak dapat menembus membrane sel karena memiliki ukuran yang lebih besar
dari molekul air (Mulyono, 2014).
Pendapat ini sesuai dengan pernyataan (Buana, eqi, dkk.2011) yaitu pergerakan air terjadi
dari potensial air lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah, dari larutan dengan konsentrasi
lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi, dan dari larutan yang lebih encer ke larutan yang
lebih kental. Tanda-tanda yang terlihat pada sel yang mengalami plasmolisis ini adalah
menghilangnya warna yang ada di dalam sel dan mengerutnya pimggiran membrane sel ke arah
dalam. Prinsip yang digunakan dalam peristiwa ini adalah karena terjadinya peristiwa osmosis
sebagai akibat adanya perbedaan konsentrasi zat terlarut dalam medium air di banding zat
terlarut yang ada di dalam protoplasma sel atau dapat diartikan sebagai dampak perbedaan
potensial air antara dua tempat air yang dibatasi oleh membrane sel tersebut. Kondisi sel yang
terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan ke kondisi semula. Proses pengembalian dari kondisi
terplasmolisis ke kondisi semula ini dikenal dengan istilah deplasmolisis.
Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi konsentrasi
larutan medium dibuat hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang
antara dinding sel dengan membrane sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar
bergerak masuk ke dalam dan dapat menembus membrane sel karena membrane sel mengijinkan
molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut
mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membrane sel kembali
terdesak kearah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air
yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula. Bertahan hidupnya
sel tergantung pada keseimbangan penyerapan air dan pelepasan air.
Pergerakan air melintasi membran sel dan keseimbangan air antara sel dan lingkungannya
sangat penting bagi organisme. Plasmolisis hanya terdapat pada kondisi ekstrem dan jarang
terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada
larutan bersalinitas atau larutan tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosism,
seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen
warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas(Eugani Saptariani, 2010).
Jika defisit tekanan difusi di dalam suatu sel lebih rendah daripada defisit tekanan difusi
larutan yang ada di sekitar sel, maka air akan meninggalkan sel sampai defisit tekanan difusi di
dalam dan di luar sel sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan
akhirnya dapat terlepas dari dinding sel. Peristiwa ini kita sebut plasmolisis. Sel yang mengalami
plasmolisis biasanya dapat disehatkan lagi dengan memasukkan di dalam air murni. Sel di
dalam keadaan plasmolisis mempunyai defisit tekanan difusi dan tekanan osmotik yang tinggi,
sebaliknya tekanan turgor menjadi negative(Dwidjoseputro, 2015)
Peristiwa plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan
diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan
juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi
seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis. Tekanan
terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel,
menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membrane. Akhirnya cytorrhysis-runtuhnya
seluruh dinbding sel dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam tumbuhan untuk mencegah
kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan. Akan tetapi,
plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan (hipotonik). Proses sama pada sel
hewan disebut krenasi. Cairan di dalam sel hewan keluar karena peristiwa difusi (Desi Normalia,
2010)
Daun tanaman Rhoe discolor sering digunakan dalam pegamatan plasmolosis protoplas
dalam larutan sukrosa, karena vakuola dari daun tanaman Rhoeo discolor mengandung
anthosianin yang membuat pengamatan spesimen menjadi lebih mudah. Bentuk-bentuk
perubahan protoplas setelah dimasukkan ke larutan sukrosa akan terlihat jelas perbedaannya
(Wayne, 2009).

Alat & Bahan Dan Cara Kerja


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah mikroskop, kaca objek, kaca
penutup, gelas beker, pipet tetes, silet atau pisau, erlenmeyer, larutan sukrosa dengan 8
konsentrasi berbeda yakni 0,24; 0,26; 0,28; 0,32; 0,34; 0,50; 0,52; 0,55 dan 0,56 M, daun Rhoeo
discolor, aquades dan tisu.

Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,24; 0,26;
0,28; 0,32; 0,34; 0,50; 0,52; 0,55 dan 0,56 M. kemudian diiris daun Rhoeo discolor dengan
menggunakan silet setipis mungkin kemudian sayatan tersebut dimasukan kedalam larutan
sukrosa dengan konsentrasi berbeda dan didiamkan selama 30 menit. Setelah itu dikeluarkan dan
irisan tersebut diletakan diatas kaca objek kemudian ditutup dengan kaca penutup dan yang
terakhir diamati dengan mikroskop.
Hasil dan Pembahasan
jumlah sel Jumlah sel
Konsentra Jumlah %
yang yang tidak
si sukrosa sel dalam plasmoli gambar
mengalami mengalami
(M) jaringan sis sel
plasmolisis plasmolisis

0,56 367 218 585 62,73

0,55 246 253 499 49,29

0,52 187 145 332 56,32

0,50 99 90 189 52,38

0,34 78 154 232 33,62

0,32 49 187 236 20,76

0,28 40 123 163 24,53

0,26 25 245 270 9,25


0,24 1 187 188 0,53

Pembahasan
Sel daun Rhoeo discoloryang direndam dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin
tinggi kadar sukrosanya maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. Hal ini bisa
terjadi karena molekul gula dapat berdifusi melaui benang- benang protoplasma yang menembus
lubang- lubang kecil yang terdapat pada dinding sel. Benang-benag tersebut dikenaldengan
sebutan plasmolema, dimana diameternya yang lebih besar sehingga molekul gula dapat masuk
dengan mudah.
Hasil pengamatan dengan mikroskop sangat terlihat jelas sel- sel yang mengalami plasmolisis
dan yang tidak mengalami plasmolisis. Sel yang mengalami plasmolisis umumnya berwarna
ungu atau merah muda, sedangkan sel yang tidak mengalami plasmolisis masih berwarna putih
atau benang. Pada pengamatan daun Rhoeo discolor yang direndam dengan larutan sukrosa0,24
M terlihat adanya sel sel yang terplasmolisis sebanyak 1 karena itu merupakan konsentrasi
larutan paling rendah yang digunakan. Sel-sel yang terplasmolisis ini umumnya memiliki warna
ungu atau merah muda, sehingga bisa dengan mudah membedakan sel yang terplasmolisis dan
yang tidak terplasmolisis.
Daun Rhoeo discolor yang direndam dalam larutan sukrosa 0,56 M terlihat lebih banyak sel yang
mengalami plasmolisis. Hal ini terbukti dengan lebih banyaknya sel- sel yang berwana ungu atau
merah muda dibandingkan dengan sel-sel yang berwarna putih atau bening. Ada sekitar 367 sel
yang terplasmolisis. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi kadar sukrosa dalam suatu
larutan maka semakin tinggi pula tingkat sel- sel yang terplasmolisis.
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan kedalam larutan gula, maka arah gerak air neto
ditentukan oleh perbeedaan nilai potensial air larutan dengan nilanya didalam sel. Jika potensial
larutan sukrosa tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel , bila potensial larutan sukrosa
rendah yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air cukup
besar maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun sehingga tidak dapat mengisi
seluruh ruangan yang dibentuk dinding sel. Membran adan sitoplasma akan terlepas dari dinding
sel keadaan inilah yang disebut plasmolisis.

Kesimpulan
dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa setelah dilakukan perendaman pada daun
Rhoeo discolor sel dalam daun tersebut mengalami plasmolisis dimana semakin tingginya
konsentrasi larutan yang digunakan maka semakin banyak juga sel yang mengalami
plasmolisis.

Daftar Pustaka
Buana, eqi, dkk.2011. Struktur dan inti sel Rhoeo discolor saat normal dan Plasmolisis. Bogor:

Regina.

Dwidjoseputro.2015. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga

Mulyono. 2014. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Potensial Osmotik Dan Plasmolisis.

Yogyakarta: UNY Press

Normalia,Desi. 2010. Intisari Biologi. Jakarta: Hipokrates

Saptariani,Eugani. 2010. Laporan Praktikum Biologi Plasmolisis. Jakarta: SMA Santa Ursula

Wayne. 2009. Praktikum III Plasmolisis. FKIP UHLAM: Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai