Anda di halaman 1dari 43

BAHAN AJAR

ANATOMI TUMBUHAN

NAMA : FEBRIANA SKOLASTIKA ESTI

NIM : 1506050073

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas


penyelenggaraaNya saya dapat menyelesaikan Bahan ajar ini. Penyusunan
Bahan ajar ANATOMI Tumbuhan ini bertujuan sebagai panduan belajar
khususnya dalam mempelajari tentang struktur dan perkembangan dari
penyusun tubuh tumbuhan. Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen
ANATOMI TUMBUHAN atas bimbingan dalam mempelajari mata kuliah
ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
bahan ajar ini.

Penulisan Bahan Ajar ini masih banyak kekurangan, oleh karena segala
kritik dan saran yang membangun saya terima dengan senang hati demi
meningkatkan mutu Bahan Ajar ini.

Akhirnya, semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat kepada


semua pihak, khususnya dalam memperdalam ilmu sistematika tumbuhan
pada perkuliahan kali ini.
BAB 1

PEMBAHASAN

A. AKAR
Struktur dan Perkembangan akar
Akar adalah bagian dari tumbuhan yang ada di dalam tanah atau substrat. Akar pada
tumbuhan mempunyai fungsi menyerap air dan garam-garam mineral,memperkokoh tegaknya
tanaman,sebagai alat respirasi,penyimpan cadangan makanan,dan alat perkembangbiakan
secara vegetatif.
1. STRUKTUR AKAR PRIMER
Akar primer adalah akar yang terus tumbuh membesar dan memanjang, akar ini akan
menjadi akar pokok yang menopang. Akar primer sering juga disebut dengan akar tunggang
dan akar lembaga. Struktur dan perkembangan akar dalam banyak hal mirip dengan
pertumbuhan pada batang. Jika pada batang ada pertumbuhan primer dan sekunder begitupun
dengan akar. Pertumbuhan primer pada akar dikotil menyebabkan akar tersebut tumbuh
memanjang masuk kedalam tanah. Sedangkan pertumbuhan sekunder pada akar dikotil
terdapat cambium yang menyebabkan pembesaran diameter.
Pertumbuhan primer pada akar tergantung pada akar bagian ujung dimana bagian itu
dikelilingi oleh sel yang berbentuk tudung dan dinamakan tudung akar. Pada waktu akar
menembus partikel-partikel yang ada didalam tanah. Ujung akar dilindungi oleh tudung akar
terhadap kerusakan mekanis. Pada kebanyakan tumbuhan dikotil, baik epidermis akar maupun
tudung akar berasal dari lapisan paling luar sel-sel meristem ujung. Ada 3 daerah utama yang
berperan penting pada daerah pematangan, yaitu silinder pembuluh, korteks, dan epidermis.
Ditengah-tengah akar terdapat silinder pembuluh yang dibangun oleh jaringan pembuluh
bersama-sama parenkim. Sel-sel xylem yang berdinding tebal berfungsi menyalurkan air dan
mineral. Sedangkan sel-sel floem berfungsi menyalurkan bahan makanan. Sel-sel xylem
primer pada tumbuhan dikotil membentuk jejari yang berpusat ditengah-tengah dan berjumlah
2-4. Sedangkan sel-sel floem primer berserakan dalam kelompok diantara jejaring tadi. Pada
kebanyakan dikotil, sel-sel yang tepat ditengahnya akan berkembang menjadi xylem.
BAGIAN-BAGIAN AKAR PRIMER
Tudung akar
Tudung akar terdapat di ujung akar dan terdiri atas sel-sel parenkimatis atau
sel hidup yang sering mengandung pati. Tudung akar berkembang terus menerus.
Secara fisiologis tudung akar mempunyai fungsi penting, yaitu menentukan dengan
arah gravitasi terhadap pertumbuhan akar. Di dalam sel-sel tudung akar terdapat
amiloplas dan amiloplasmi yang mempengaruhi geograpisme.
Epidermis
Sel epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tanpa kutikula. Ciri khas
akar adalah adanya rambut akar yang teradaptasi untuk menyerap air dan garam
tanah. Rambut akar adalah sel epidermis yang memanjang ke luar, tegak lurus
permukaan akar, dan berbentuk tabung.
Korteks akar
Pada umumnya korteks terdiri dari sel parenkimatis. Sel korteks biasanya
besar dan bervakuola besar. Plastida didalamnya menghimpun pati. Lapisan paling
dalam berkembang menjadi endodermis dan satu atau beberapa lapisan korteks
paling luar dapat berkembang menjadi eksodermis.
Eksodermis
Pada sejumlah besar tumbuhan, dinding sel pada lapisan sel terluar korteks
akan membentuk gabus, sehingga terjadi jaringan pelindung baru, yakni
eksodermis yang akan menggantikan epidermis. Struktur dan sifat sitokimiawi sel
eksodermis mirip sel endodermis. Dinding primer dilapisi oleh suberin dan lapisan
itu dilapisi lagi oleh selulosa. Lignin juga dapat ditemukan. Sel eksodermis
mengandung protoplas hidup ketika dewasa.
Endodermis
Lapisan terdalam dari korteks akan terdeferensiasi menjadi endodermis yang
terdiri atas selapis sel. Pada sel muda, dijumpai penebalan dinding suberin
berbentuk pita mengelilingi dinding radial disebut pita kaspary. Pita tersebut
merupakan kesatuan antara lamella tengah dan dinding primer, tempat suberin dan
lignin tersimpan. Jika sel terplasmolisis, maka protoplas melepaskan diri dari
dinding, namun tetap melekat pada pita kaspary.
Silinder pembuluh
Silinder pembuluh terdiri dari jaringan pembuluh dengan satu atau beberapa
lapisan sel di sebelah luarnya, yaitu perisikel. Jika bagian tengah tidak ditempati
jaringan pembuluh, maka bagian itu diisi oleh parenkim empulur di bagian dalam,
perisikel langsung berbatasan dengan protofloem dan protoxilem. Perisikel dapat
mempertahankan sifat meristematiknya. Di dalamnya terbentuk akar lateral,
felogen, dan sebagian dari kambium pembuluh.
2. Perkembangan struktur primer
Pada jarak yang bervariasi dari meristem apical, sel-sel akar mengalami diferensiasi
secara spesifik dan ini berhubungan dengan posisi pada akar.
a. Epidermis
Protoderm pada akar monokotil merupakan derivat yang menghasilkan korteks.
Pada tumbuhan dikotil protoderm dipisahkan dari derivat lapisan pemula yang
membentuk tudung akar, akar yang terdapat pada daerah lateral berasal dari bagian
yang terdapat di antara floem dan xilem, pada waktu akar lateral mulai dibentuk,
beberapa sel-sel perisikel yang berdekatan mempunyai sitoplasma yang padat,
kemudian membelah secara periklinal. Sel-sel hasil pembelahan membelah lagi
secara periklinal dan antiklinal. Sel-sel yang berkumpul merupakan primordium
cabang dan menonjol.kemudian primordium akan bertambah panjang menembus
korteks dan muncul pada permukaan.
3. Struktur Dan Perkembangan Akar Sekunder
Akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari akar lain, atau bisa disebut akar
cabang. Pertumbuhan sekunder bersifat khas bagi akar-akar tumbuhan dikotil.
Pertumbuhan sekunder dijumpai pada akar Gymnospermae dan Dicotyledoneae. Akar
Monocotyledoneae biasanya tidak mengalami pertumbuhan sekunder.Apabila
pertumbuhan sekunder dimulai, pertama timbul cambium di dalam parenkim diantara
jejaring xylem primer dan didalam floem primer. Cambium akan membentuk xylem
sekunder dan floem sekunder keluar. Kemudian, cambium itu diperluas secara lateral
karena diferensiasi inisial cambium didalam perisikel sekeliling ujung jejaring xylem dan
juga mulai membentuk tenunan sekunder. Kemudian cambium membentuk daerah
melingkar didalamnya terdapat xylem sekunder yang secara menyeluruh menyelubungi
xylem primer. Floem primer dan endodermis biasanya hancur karena tekanan tenunan
yang tumbuh didalamnya.
Pada awalnya, kambium pembuluh berbentuk pita yang jumlahnya tergantung tipe
akar. Pada akar diark terdapat dua pita, pada akar triark terdapat akar tiga pita, dan
seterusnya. Sel perisiklus yang terdapat di luar daerah xilem juga menjadi aktif seperti
kambium. Selanjutnya, kambium melengkapi lingkaran dengan xilem sebagai pusatnya.
Penampang smelintang kambium pada perkembangan awal berbentuk oval, pada akar
diark, segi tiga pada akar triark, dan pada akar poliark membentuk segi banyak. Kambium
berbatasan dengan permukaan dalam floem yang berfungsi membentuk xilem sekunder ke
arah dalam dan fleom sekunder ke arah luar. Kambium menghasilkan xilem dan floem
dengan membelah perinkin dan antiklin sehingga lingkaran akar bertambah besar.

B. BATANG ( Caulis)
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting. Umumnya berbentuk
panjang bulat seperti silender atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Sebagai bagian tubuh
tumbuhan, batang mempunyai tugas untuk Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di
atas tanah, yaitu daun,bunga dan buah, dengan percabanganya dapat memperluas bidang
asimilasi, serta menjadi tempat penyimpanan cadangan makanan.

1. Struktur batang primer

Batang dikelilingi epidermis. Di antara sel epidermis ada yang berubah menjadi sel
penutup, idioblas, dan berbagai tipe trikoma. Di sebelah dalam epidermis terdapat korteks
yang terdiri dari berbagai tipe sel. Korteks yang paling sederhana seluruhnya terdiri atas
sel parenkim yang berdinding tipis.pada pelargonium, retama, dan salicornia, parenkim
berfungsi untuk fotosintesis dan sebagi penyimpan tepung dan metabolit lain. Daerah
diluar korteks yang berbatasan dengan epidermis terdiri atas kolenkim atau serabut.
Korteks batang ini dapat juga berisi sklereida, sel sekretori, dan latifiser.Batas antara
korteks dan stele adalah endodermis. Endodermis batang berbeda dengan endodermis
akar. Sel endodermis terdiri atas sel hidupp yang berbentuk silinder kosong. Dinding
endodermis mempunyai struktur yang khas dan khusus. Pada dinding menjari dan
melintang terdapat penebalan lignin(zat kayu) dan suberin (zat gabus), yang disebut pita
caspary. Dalam perkembangannya, sel endodermis mengalami perubahan, yaitu
penambahan lapisan gabus diseluruh permukaan dalam dinding sel. Selanjutnya diikuti
dengan penambahan lapisan sekunder dari selulosa yang sering kali berisi zat kayu pada
sisi dalam lapisan gabus. Lapisan endodermis batang dicotyledoneae sering kali berisi
butiran tepung sehingga lapisan ini disebut sarung tepung.disebelah dalam lapisan
endodermis terdapat perisiklus yang merupakan satu lapisan sel diluar floem. Disebelah
dalam endodermis adalah stele yang berisi system pembuluh pada gymnospermae dan
sebagian besar dicotyledoneae, system pembuluh terdiri atas silinder bercelah dan bagian
tengahnya disebut empulur. Terdapat dua tipe jaringan pembuluh, yaitu floem yang
biasanya terletak dibagian luar dan xylem yang biasanya terletak dibagian dalam. Xylem
dan floem membentuk berkas pengangkut.
Perkembangan struktur primer
Pada batang pertumbuhan primer ditandai oleh adanya pemanjangan dan
pelebaran axias di bawa meristem apical. Pada pucuk yang berdaun pemanjangan terjadi
terutama di internodun atau ruas batang. Pada monokotil aktifitas meristematik yang
terdapat di bagaian ruas batang menyebabkan pemanjangan ruas batang . meristem yang
menyebabkan pemanjangan ruas batang adalah meristem intalar .Diferensiasi pembuluh
terjadi di daerah interkalar. Tetapi unsur pembuluh yang dewasa dipengaruhi oleh
pemanjangan jaringan dasar trakeal dan buluh tapisan mengalami kerusakan.
Pertumbuhan menebal pada poros batang meliputi pembelahan periklinal dan
pembentangan sel-sel korteks dan empelur. Penebalan primer secara rinci bervariasi
untuk setiap tumbuhan berbeda-beda. Pada batang pertumbuhan primer mempunyai
hubungan yang erat dengan aktifitas meristem apikal.
Diferensisasi awal dari korteks dan empelur ditandai dengan adanya vakuolisasi, yang
menyebabkan suatu zona yang memisahkan kedua bagian tersebut. Zona ini disebut
meristem residual. Kemudian terjadi pembelahan longitudinal dari meristem
menghasilkan selang memanjang dan ini merupakan prokambium pertana yang terdapat di
dalam meristem residual, pada akhir pertumbuhan prokambium yang terbentuk lebih
banyak. Prokambium kemudian terdeferensisai menjadi ikatan pembuluh batang dan
menuju ke daun, setelah semua ikatan pembuluh telah terdefernsiasi sisa meristem
residual terdefernsiasi menjadi parenkim intervasikular.
2. Pertumbuhan sekunder batang
Pertumbuhan sekunder yang disebabkan oleh aktifitas cambium pembuluh,
menyebabkan bertambahnya jumlah jaringan pembuluh di dalam batamg. Pertumbuhan
sekunder terdapat pada batang pokok, cabang, cabang pada tangkai daun dan ibu tulang.
Pada umumnya pertumbuhan sekunder dari kambium pembuluh menghasilkan lingkaran
xylem dan floem terus menerus. Pertumbuhan sekunder menyebabkan perubahan tertentu
pada bagian dalam batang, terutama jaringan yang ada di sebelah luar kambium. Empelur
dan xylem primer diselumbungi oleh xilem sekunder dan elemen pengangkut primer
berhenti berfungsi.Dengan pertumbuhan sekunder selanjutnya, floem sekunder diperkiiran
juga ditekan dari arah dalam, sehingga menyebabkan pembengkakan silendre kayu.
Karena bertambahnya lingkaran yang terjadi akibat penebalan sel di dalam parenkim
floem dan jari-jari menyebabkan pertumbuhan sel jari-jari ka arah perifer. Umumnya
tumbuhan monokotil tidak mengalami pertumbuhan sekunder oleh aktifitas kambium
pembuluh tatapi hanya mengalami penebalan sekunder yang disebabkan oleh adanya
penempelan dan pembentangan sel parenkim dasar.
Tipe-tipe batang
Tipe batang ditentukan oleh struktur primer dan sekunder. Batang tumbuhan berkotil
biasanya berkayu, dapat dalam bentuk herba atau merambat. Berdasarkan strukturnya ada
beberapa tipe batang.
Batang Konifer
Contoh batang Conifer adalah Pinus. Batang Pinus mempunyai tipe berkas pengangkut
konsentris amfikribral. Pada floem primer tidak terbentuk serabut pada bagian tepi dan
tidak ditemukan adanya endodermis. Selama pertumbuhan sekunder, batas luar dari
floem dapat dikenali dengan adanya jari-jari empulur. Terkadang, sel di luar floem berisi
tannin. Sejak pertumbuhan awal, batang mengandung pembuluh resin pada korteks.
Apabila batangnya membesar, pembuluh resin juga menjadi lebih luas.
Batang dikotil berkayu
Umumnya berbentuk pohon, bagian interfasikular sangat sempit, sehingga jaringan
pembuluh merupakan saluran tertutup, misalnya pada Tillia Xilem sekunder tampak lebih
padat dan daerahnya lebih luas dari pada xilem primer. Tersusun atas traller, trakeida,
serat dan parenkim xilem yang tersusun paratrakeal. Jari-jari ada yang sempit dan ada
yang luas, floem sekunder tampak khas karena adanya dilatasi dari jari-jari dan serat yang
letaknya bergantian dengan lapisan yang buluh tapisan, sel pengiring dan sel-sel parenkim.
Pada batang ini, korteks tetap ada, mudah dibedakan dari floem primer karena floem
mengandung serta dibagian perifer. Di bagian agak dalam dijumpai serat floem sekunder,
empelur terdiri dari sel parenkimatis, mengandung sel-sel lender atau ruang lendir.
Batang dikotil herba
Batang ini mempunyai bentuk berupa tumbuhan berkayu.periderm dan lentisel muncul
pada epidermis.satu atau dua lapisan korteks memiliki kloroplas, sedangkan dua atau tiga
lapisan di bawahnya terdiri dari kolenkim dan parenkim. Floem primer menghasilkan serat
dan letaknya berdekatan degan korteks. Serta juga berkembang di daerah floem
sekunder.Ada kambium di antara floem dan xilem sekunder yang membentuk silender
yang kompak.
Batang dikotil yang merambat
Pada batang yang merambat jari-jari sanagat luas, sehingga badan sekunder tampak
terbelah misalnya pada vitis. Pada tingkat primer sistem pembuluh terdiri dari ikatan-ikatan
yang ukurannya bermacam-macam. kambium berasal dari jaringan fasikuler dan
interfasikuler. Jari-jari yangmeluas seprti biji, dan tidak berhubungan dengan daerah
interfasikuler. Floem primer menghasilkan serat, setelah jaringan tersebut berhenti sebagai
pengangkut. Korteks tersusun dari kolenkim dibagina tepi dan parenkim. Kedua jaringan
tersebut sel-selnya mngandung kloroplas.
Batang monokotil herbal

Sitem pembuluh terdiri dari ikatan yang tersebar. Pada potongan yang melintang
tidak menunjukan satu lingkaran. Jaringan pembuluh terssusun dari dua lingkaran pada bagian
perifer terletak ikatan pembuluh yang kecil, sedangkan ikatan pembuluh yang besar terletak
pada bagian yang lebih dalam

.
C. DAUN
Dalam bidang botani, daun ialah sebuah organ tumbuhan yang bertumbuh di atas tanah
dan yang mengkhusus dalam fotosintesis. Untuk tujuan ini, daun biasanya berbentuk lever
untuk menghasilkan permukaan yang luas supaya sel-selnya yang
mengandungi kloroplas bukan saja dapat didedahkan kepad acahaya, tetapi juga untuk
membenarkan cahaya melintasi sepenuh tisu-tisunya. Dalam kebanyakan, daun-daun juga
merupakan bagian tumbuhan untuk respirasi, transpirasi, dangutasi. Daun merupakan salah
satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama
berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis.
Bagian-bagian struktur dalam daun
a) Epidermis Daun
Jaringan epidermis merupakan jaringan tubuh tumbuhan yang terletak paling luar.
Jaringan epidermis menutupi seluruh tubuh tumbuhan mulai dari akar, batang, hingga daun.
Biasanya epidermis hanya terdiri dari selapis sel yang berbentuk pipih dan rapat. Fungsi
jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan di dalamnya serta sebagai tempat
pertukaran zat. Jaringan epidermis daun terdapat di permukaan atas dan permukaan bawah
daun. Jaringan epidermis daun tidak mempunyai kloroplas kecuali pada bagian sel penutup
stomata. Epidermis berfungsi sebagai pelindung terhadap hilangnya air karena penguapan
(membatasi transpirasi), kerusakan mekanik (misal: diinjak-injak), perubahan temperature
dan hilangnya zat-zat makanan (angin, hujan, dan lain-lain).
Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel, tapi pada beberapa tumbuhan sel
protoderm pada daun membelah dengan bidang pembelahan sejajar dengan permukaan
(periklinal), dan turunanya membelah lagi sehingga terjadi epidermis berlapis banyak
(misalnya: velamen pada akar anggrek). Sebagian besar terdiri dari sesl-sel yang tak
terspesialisasi. Bentuk, ukuran susunan sel epidermis berbeda-beda pada berbagai jenis
tumbuhan. Tapi semuanya rapat satu sama lain.
a) Mesofil Daun
Parenkim merupakan jaringan tanaman yang paling umum dan belum
berdiferensiasi. Kebanyakan karbohidrat non-struktural dan air disimpan oleh tanaman
pada jaringan ini. Parenkim biasanya memiliki dimensi panjang dan lebar yang sama
(isodiametrik) dan protoplas aktif dibungkus oleh dinding sel primer dengan selulose
yang tipis. Ruang interseluler antar sel umum terdapat pada parenkim. Merupakan
bagian yang paling banyak terdapat pada tumbuhan. Parenkim daun terdiri dari 2
lapisan sel, yakni palisade (jaringan pagar) dan spons (jaringan bunga karang), keduanya
mengandung kloroplast. Jaringan pagar sel-selnya rapat sedang jaringan bunga karang
sel-selnya agak renggang, sehingga masih terdapat ruang-ruang antar sel. Kegiatan
fotosintesis lebih aktif pada jaringan pagar karena kloroplastnya lebih banyak daripada
jaringan bunga karang. Letak palisade tepat dibawah epidermis pada sisi adaksial
disebut daun dorsiventral atau bifacial. Sedangkan pada tumbuhan xerofit pada kedua
sisi daun palisade disebut daun isobilateral. Parenkim spons berbentuk isodiametris atau
memanjang sejajar permukaan daun. Fungsi untuk penyimpan gula dan asam amino
yang di sintesis di lapisan palisade, membantu pertukaran gas. Pada siang hari terdapat
sel-sel spons yang mengeluarkan O2 dan uap air ke lingkungan dan mengambil CO2
dari lingkungan. Parenkim dibagi menjadi
1) Parenkim palisade
Parenkim pagar (palisade) merupakan tempat fotosintesis yang utamadan sel-
sel memanjang yang terdapat di daun tepat di bawah jaringan epidermis karena banyak
mengandung klorofil dari pada jaringan lainnya,dengan bentuk bulat memanjang
/lonjong yang berjajar seperti tiang/pagar dan dalam parenkim palisade ini terdapat sel
klorofil /zat hijau daun. Parenkim pagar berfungsi sebagai tempat fotosintesis.
2) Parenkim spons
Parenkim bunga karang (jaringan spons) merupakan lapisan sel-sel yang
tidak teratur, banyak rongga udara, dan berada di bawah lapisan jaringan tiang. Pada
bunga karang terdapat klorofil dalam jumlah kecil (tidak seperti palisade).Bunga karang
berfungsi sebagai tempat fotosintetis.
3) Daun Xeromorf
Xerofit adalah tumbuhan yang hidup di daerah yang sangat kering seperti di
gurun yang membuat transpirasinya dapat turun sampai minimum di bawah kondisi
kekurangan air. Maka dari itu untuk tetap bertahan hidup di daerah yang kering seperti
itu, struktur atau anatomi daun tumbuhan tersebut pun beradaptasi menjadi lebih khas
Daun xeromorf berukuran kecil. Pengurangan permukaan luar daun dibarengi dengan
perubahan struktur dalamnya,misalnya pengurangan ukuran sel tetapi terjadi
peningkatan ketebalan dinding sel. Perkembangan jaringan sel palisade pun meningkat.
Daun xeromorf pada umumnya tertutupi oleh trikoma. Jaringan penyimpan air pada
daun pun juga berkembang. Tumbuhan dengan daun yang kecil yang biasanya
mempunyai habitat yang kering. Pengukuran ukuran daun sering kali diikuti dengan
peningkatan jumlah total daun pada tumbuhan. Daun xeromorf biasanya mempunyai
trikoma. Di balik trikoma inilah stomatanya berada. Trikoma ini selain berfungsi
sebagai pelindung atau mengurangi dari gangguan predator juga berfungsi dalam
mengurangi penguapan. Air dalam daun diangkut oleh tulang daun, sel mesofil, dan
jaringan palisade daripada jaringan spons. Selain itu juga, jaringan penyimpan air
penyimpan air berkembang baik pada daun. Jaringan penyimpan air pada tumbuhan
xerofit terdiri atas sel besar dengan vakuola besar berisi cairan sel yang mengandung
lendir. Sel ini mempunyai sitoplasma tipis yang menempel pada dinding sel dan
kloroplasnya tersebar. Tekanan osmosis pada sel fotosintesis lebih tinggi daripada sel
yang bukan untuk fotosintesis. Apabila air berkurang, maka tumbuhan xerofit mendapat
air dari jaringan penyimpan air ini. Sel penyimpan air yang berdinding tipis. Dalam
kondisi kering, sel mengerut. Apabila pasokan air kembali normal, dengan cepat sel
akan kembali ke bentuk semula. Contoh dari xeromorf (Atriplex portulacoides)
4) Hidrofit
Struktur anatomi tumbuhan hidrofit kurang beragam dibandingkan dengan
tumbuhan xerofit. Faktor yang mempengaruhi struktur tumbuhan air atau hidrofit ini
biasanya bergantung pada suhu, air,konsentrasi dan komposisi garam dalam air.
Tumbuhan air mempunyai sedikit jaringan penyokong dan pelindung, jumlah jaringan
pembuluh sedikit, xilem mengecil, dan mempunyai ruang udara.Epidermis tumbuhan air
tidak berfungsi untuk perlindungan, tetapi lebih untuk pengeluaran zat makanan,
senyawa air, dan pertukaran gas. Kutikula dan dinding selnya sangat tipis. Sel epidermis
berisi kloroplas. Daun yang mengapung mempunyai stomata hanya pada permukaan atas
daun saja. Beberapa tumbuhan air memiliki sekelompok sel yang disebut
denganhydropotes, yang berfungsi untuk memudahkan pengangkutan air dan garam ke
luar dan ke dalam tumbuhan. Contoh tumbuhan Hidrofit (Ranunculus aquatilis).
a) Proses Pembentukan Daun
Daun baru berkembang dari primordial daun yang dibentuk pada meristem apeks. Setiap
primordial daun terbentuk pada bagian panggul meristem apeks pucuk. Ketika primordial daun baru
terbentuk, primordial daun sebelumnya (yang lebih tua) telah melebar secara progresif, sebagai
akibat aktifitas meristem di dalam daun itu sendiri. Interval waktu antara pembentukan primordial
daun sebelumnya dengan primordial daun berikutnya pada meristem apeks disebut plastokron.
Primordial daun pada tumbuhan dikotil biasanya terbentuk pada sebagian kecil dari diameter
meristem apeks pucuk, sedangkan pada tumbuhan monokotil, primordial daun terbentuk dan
berkembang pada sekeliling meristem apeks pucuk. Jadi, daun dikotil yang sangat muda tampak
berbentuk seperti pasak, sedangkan daun monokotil tampak seperti kerah baju yang menutupi seluruh
apek pucuk.Primordial daun akan terus berkembang ukurannya secara berangsur-angsur sehingga
mencapai ukuran dan bentuk tertentu. Bertambahnya ukuran daun terjadi sebagai akibat
bertambahnya jumlah sel yang diikuti dengan penambahan ukuran sel. Pembelahan sel berbeda-beda
pada daerah tertentu dari meristem daun, sehingga terjadi aktifitas diferensial dari meristem daun
yang menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk daun yang berbeda.
Pada awal perkembangan daun, aktifitas meristem daun menyebabkan terjadinya perpanjangan
daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi sebagai akibat aktifitas meristem interkalar. Pelebaran
daun (bifacial/dorsoventral) terjadi bila meristem tepi daun aktif melakukan pembelahan sel. Bila
aktifitas meristem tepi tersebut terbatas hanya pada daerah-daerah tertentu saja, maka akan terbentuk
daun yang berbagi menyirip atau majemuk menyirip. Jadi, pada dasarnya bentuk daun sangat
tergantung dari perkembangannya, terutama pembelahan dan pembesaran sel. Selain itu, adanya
kematian sel pada daerah-daerah tertentu selama perkembangan daun berlangsung juga dapat
menentukan bentuk akhir dari suatu daun. Perkembangan daun seperti inilah yang merupakan dasar
bagi terbentuknya basal daun, ujung daun, tepi daun, dan bentuk geometri daun yang berbeda-beda.
b) Fungsi Daun
Daun mempunyai fungsi:
Tempat Pembuatan Makanan (Fotosintesis)
Daun berguna sebagai dapur tumbuhan. Di dalam daun terjadi proses pembuatan
makana(pemasakan makanan). Makanan ini digunakan tumbuhan untuk kelangsungan proses
hidupnya dan jika lebih disimpan. Tempat terjadinya fotosintesis pada tumbuhan dikotil,
terjadinya fotosintesis di jaringan parenkim palisade, sedangkan pada tumbuhan monokotil,
fotosintesis terjadi pada jaringan spons.
Sebagai organ pernapasan (Respirasi).
Di permukaan daun terdapat mulut daun (stomata). Melalui stomata inilah, pertukaran gas
terjadi. Daun mengambil karbondioksida dari udara dan melepas oksigen ke udara. Proses inilah
yang menyebabkan kamu merasa nyaman saat berada di bawah pohon pada siang hari.
Tempat terjadinya transpirasi.
Tidak semua air yang diserap akar dipakai oleh tumbuhan. Kelebihan air ini jika tidak
dibuang dapat menyebabkan tumbuhan menjadi busuk dan mati.
Tempat terjadinya gutasi.
Sebagian air yang tidak digunakan dibuang melalui mulut daun, dalam bentuk uap air. Pada
malam hari, kelebihan air dikeluarkan melalui sel-sel pucuk daun. Proses ini disebut gutasi.
Alat perkembangbiakkan vegetatif.
Bagi manusia, daun dapat digunakan sebagai bahan makanan, contohnya daun pepaya dan
singkong; obat-obatan, contohnya daun jeruk dan jambu biji; rempah-rempah, contohnya daun
salam jeruk.

c) Struktur Jaringan Penyusun daun


Daun berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau. Daun ditopang oleh tangkai daun. Tangkai
daun berhubungan dengan tulang daun. Tulang daun bercabang-cabang membentuk jaring jaring
pembuluh angkut. Struktur daun dibedakan atas struktur luar dan struktur dalam.

a. Struktu Jaringan luar Daun


Secara morfologi daun terdiri dari:
Helaian daun ( lamina ).
Tangkai daun ( petiolus ), terdapat bagian yang menempel pada batang disebut pangkal tangkai
daun. Ada tumbuhan tertentu yang daunnya tidak bertangkai daun, misalnya rumput.
Pelepah daun ( folius ), pada tumbuhan monokotil pangkal daun pipih dan lebar serta
membungkus batangnya. Misalnya: pelepah daun pisang dan pelepah daun talas.
a. Struktur Jaringan Penyusun Daun Dikotil

Bentuk daun Dikotil bermacam-macam, bertangkai daun, dan urat daunnya


menyirip atau menjari. Struktur daun Dikotil dapat Anda amati pada

Gambar 4.
Struktur jaringan daun dan urat daun tumbuhan Dikotil

b. Struktur Jaringan Penyusun Daun Monokotil

Daun Monokotil berbentuk seperti pita dan pada pangkalnya terdapat


lembaran yang membungkus batang, serta urat daunnya sejajar. Struktur daun
Monokotil dapat Anda amati pada Gambar 5.
Gambar 5. Struktur jaringan daun dan urat daun Monokotil
Adapun macam, letak, fungsi, dan ciri-ciri jaringan penyusun daun
Monokotil

Bagian-bagian daun secara anatomis adalah sebagai berikut.

Kutikula, merupakan pelapis epidermis yang berperan untuk mengurangi terjadinya


penguapan yang berlebihan. Kutikula juga berperan dalam pertahanan tumbuhan
terhadap serangan patogen. Kutikula tersusun atas kutin, pektin, dan zat lilin.
Epidermis, merupakan jaringan yang terletak dipermukaan atas dan bawah daun.
Susunannya yang rapat berperan untuk melindungi jaringan-jaringan yang ada di
dalamnya.
Stomata, merupakan jalan keluar masuknya oksigen dan karbondioksida keluar
masuk tumbuhan. Stomata dapat membuka dan menutup karena adanya sel penjaga
yang mengaturnya. Stomata terdapat pada epidermis daun.
Trikoma, merupakan struktur seperti bulu atau duri halus yang terdapat pada
epidermis daun atau batang muda. Trikoma berkembang dari sel epidermis yang
berfungsi sebagai pelindung daun dari serangan hewan pemangsa.
Parenkim palisade, merupakan jaringan dasar yang terspesialisasi menjadi tempat
berlangsungnya fotosintesis karena terdapat kloroplas dalam jumlah besar. Sel-sel
palisade berbentuk memanjang dengan letak yang saling merapat. Beberapa
tumbuhan memiliki palisade di permukaan atas dan bawahnya.
Parenkim spons, merupakan jaringan dasar yang bentuknya berbeda-beda dan
tersusun renggang yang menyebabkan munculnya banyak ruang antarsel di
sekitarnya. Ruang antarsel yang terbentuk berperan dalam transportasi oksigen dan
karbondioksida keluar masuk daun. Sel parenkim spons sedikit mengandung
kloroplas sehingga memungkinkan terjadinya sedikit proses fotosintesis.

Pembuluh, tersusun atas xilem dan floem yang dibungkus oleh jaringan
seludang pembuluh. Xilem mengangkut air untuk proses fotosintesis, dan floem
mengangkut hasil fotosintesis untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Seludang pembuluh
merupakan pembungkus xilem dan floem yang memiliki peran yang penting dalam
fotosintesis tumbuhan C4. Pembuluh xilem dan floem yang dibungkus seludang
pembuluh pada daun kita kenal sebagai tulang daun.
d. Struktur Tangkai Daun
Jaringan tangkai daun ada persamaannyadengan jaringan batang. Epidermis tangkai
daun seperti pada batang. Sel parenkim tangkai daun seperti korteks yaitu berisi sedikit
kloroplas. Jaringan penyokong pada tangkai daun adalah kolenkim dan sklerenkim. Berkas
pengangkutnya kolateralseperti pada Ligustrum, bikolateral seperti pada Nerium, atau
konsentris seperti pada Pteridophyta tertentu. Susunan jaringan pembuluh pada tangkai daun
berbeda pada setiap tumbuhan. Apabila pada tangkai daun terdapat berkas pengangkut
kolateral tunggal, floem ditemukan pada sisi abaksial. Apabila tersusun dalam cincin, floem
terdapat di sebelah luar xilem, yaitu pada bagian tepi cincin.
Beberapa tumbuhan misalnya dalam Mimosa dan Albizzia dari Leguminosae, tangkai
daun mempunyai pembengkakkanyang disebut pulvinus. Pulvinus berisi sejumlah besar
parenkim dengan permukaan yang biasanya berkerut. Gerakan membuka dan menutup
helai daun mungkin dirangsang oleh faktor dalam maupun faktor lingkungan, dan terjadi
karena perubahan turgor sel pulvinus. Sel dalam pulvinus di sekeliling jaringan pembuluh
relatif tidak berubah ketika terjadi gerakan helai daun.
e. Sistem pembuluh daun
Jaringan pembuluh bersama dengan jaringan nonpembuluh di sekelilingnya sering
dinamakan tulang daun atau vena. Susunan tulang daun pada daun disebut pertulangan
daun atau venation. Tumbuhan Dikotil mempunyai pertulangan daun menyirip dengan
tulang daun yang ukurannya berbeda, tergantung pada tingkat percabangannya.
Tumbuhan Monokotil mempunyai pertulangan daun sejajar. Pertulangan sejajar juga
ditemukan pada Dikotil tertentu, misalnya Plantago, Geropogon, dan Tragopogon.
Pertulangan menyirip juga terdapat pada Monokotil tertentu yaitu genus Orchidaceae,
seperti pada Smilax dan Arum.
Apabila pertulangannya menyirip, tulang daun terbesar melewati bagian tengah daun
dan membentuk ibu tulang daun, dan dari sini bercabang menjadi tulang daun yang lebih
kecil. Pada daun tertentu, sejumlah tulang daun yang besar dapat dilihat tersebar seperti
jejari dari pangkal helai daun menuju ke tepi daun. Bagian helai daun yang dilalui ibu
tulang daun atau cabang yang besar adalah bagian yang lebih tebal dan menunjukkan
gambaran seperti rusuk pada sisi abaksial. Rusuk ini dibentuk oleh jaringan parenkim
yang miskin kloroplas dan jaringan penyokongnya kolenkim. Oleh karena itu, tulang
daun yang besar tidak mempunyai kontak langsung dengan mesofil. Tulang daun kecil
membentuk jaringan di antara tulang daun yang besar.
Pada tulang daun yang terkecil, unsur trakea adalah trakeida dengan penebalan
dinding berbentuk cincin atau spiral. Pada tulang daun yang kecil, sel parenkin kontak
dengan unsur pembuluh dan unsur trakea membentuk sel transfer. Sel transfer khusus
berkembang dengan penonjolan dinding dan peningkatan permukaan dalam sel. Beberapa
sel transfer seperti sel pengiring akibat hubungan ontogeni mereka pada unsur tapisan.
Floem dekat ujung tulang daun hanya terdiri atas parenkim, tetapi pada beberapa Dikotil,
misalnya Beta vulgaris, unsur tapisan dan tulang daun kecil mengiringi xilem ke tulang
daun yang paling ujung.
f. Berkas Pengangkut
Tulang daun yang besar dikelilingi oleh parenkim yang sedikit mengandung kloroplas.
Tulang daun yang lebih kecil biasanya juga dikelilingi oleh lapisan sel parenkim yang
disebut berkas pengangkut. Pada Dikotil, sel berkas pengangkut biasanya memanjang pada
arah sejajar terhadap tulang daun. Sel berkas pengangkut berdinding tipis, mungkin berisi
kloroplas sebanyak sel mesofil, atau sedikit, bahkan mungkin tidak mengandung kloroplas.
Sering kali terdapat kristal.
Pada kebanyakan daun Dikotil, parenkim berkas pengangkut memperluas ke epidermis
pada satu atau kedua sisi daun. Sel parenkim yang mencapai epidermis ini disebut perluasan
berkas pengangkut yang berfungsi dalam pengangkutan pada daun. Pada beberapa
tumbuhan, perluasan berkas pengangkut mengiringi tulang daun hampir sepanjang daun,
sedangkan pada tumbuhan yang lain tidak terdapat perluasan berkas pengangkut.
Berkas pengangkut juga terdapat dalam daun Monokotil, khususnya rumput-rumputan
yang dibedakan menjadi dua tipe yaitu yang mempunyai 1 (satu) atau 2 (dua) lapisan.
Lapisan berkas pengangkut di bagian luar terdiri atas sel parenkim dengan dinding tipis. Sel
selubung berisi kloroplas sehingga mengandung tepung yang disebut selubung tepung. Sel
selubung bagian dalam disebut selubung mestom, selnya lebih kecil dengan dinding tebal
dan berisi lamela yang mengandung gabus. Selubung mestom analog dengan endodermis.

g. Tipe Kranz dari Anatomi Daun


Lapisan sel mesofil yang berorientasi menjari mengelilingi berkas pengangkut disebut
Kranz, dan tipe anatomi daunnya disebut tipe Kranz. Penamaan tipe Kranz anatomi daun
mencakup mesofil dan berkas pengangkut Sifat khas dari kloroplas C4 adalah adanya
retikulum tepi yang terdapat dalam stroma tepi sebagai serangkaian tabung kecil yang
beranastomosis, bersinambungan dengan envelop kloroplas. Retikulum tepi terlibat dalam
pengangkutan bahan antara kloroplas dan sitoplasma.
h. Pengguguran Daun (Absisi)

Penguguran daun (absisi) adalah suatu proses lepasnya tangkai daun dari tanaman yang
menyababkan daun gugur dan terjatuh. Proses ini di pengaruhi oleh banyak faktor baik
faktor dari dalam maupun dari luar. Proses awal gugurnya daun di tandai dengan
perubahan warna pada daun kemudian mengering dan akhirnya gugur. Penguguran daun
ini biasanya terjadi pada daun yang sudah tua, terkena penyakit, atau untuk menghadapi
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (kemarau dan musim dingin).

Tempat lepasnya daun pada tumbuhan biasanya terjadi pada bagian pangkal daunya,
karena pada bagian ini terdapat suatu lekukan dan juga terdapat lapisan sel-sel khusus
yang memang sudah di siapkan untuk proses penguguran daun. Sel sel tersebut sering
disebut sebagai zona absisi. Ketika daun sudah terlepas maka ada bagian yang terbuka
pada bagian pelepasan tersebut yang memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan
lingkungan. Namun sebelum pelepasan daun terjadi pada zona ini sudah di siapkan suatu
lapisan pelindung bergabus sehingga terhindar dari kekeringan dan parasit.
Penguguran pada daun tidak terjadi begitu saja namun banyak faktor yamg bisa
mempengaruhinya di antaranya adalah kehidupan dari sel tubuhan, nutrisi tumbuhan, air
dalam tumbuhan, dan hormon dalam tumbuhan.

1. Kehidupan sel tumbuhan


Dalam hal ini erat kaitanya dengan penuaan sel tumbuhan. Sel pada tumbuhan
setelah mengalami suatu diferensiasi maka akan melakukan suatu proses
metabolisme sesuai dengan fungsinya masing-masing. Namun tak selamanya sel
tersebut dapat melakukannya funsinya secara terus menerus. Sel tersebut akan
mengalami proses yang di namakan penuaan, di mana akan terjadi suatu
penurunan tingkatan metabolisma yang dilakukan oleh sel. Salah satu faktor yang
mempengaruhinya adalah adanya penumpukan sisa-sisa metabolisme yang dapat
bersifat racun. Hal inilah yang nantinya akan mempengaruhi kinerja sel dalam
melakukan metabolisme sehingga terjadi penurunan hasil metabolisme secara
berangsur-angsur.Semua sel akan mengalami proses penuaan tak terkecuali pada
sel daun pada tumbuhan. Dalam daun banyak trjadi proses metabolisme salah
satunya adalah untuk menghasilkan enzim-enzim untuk proses fotosintsis. Hasil
dari fotosintesis akan di gunakan baik untuk sel itu sendiri maupun untuk sel lainya
untuk melakukan kegiata. Namun ketika sel-sel pada daun mengalami suatu proses
penuaan maka metabolisma akan menurun, jika sudah demikian maka hanya
sedikit hasil yang di peroleh dari metabolisme tersebut termasuk pembentukan
enzim.
Akibatnya foto sintesis berlangsung tidak optimal kerna kurangnya enzim-
enzim yang berperan dalam fotosintesis, jika penurunan ini terjadi secara terus
menerus bisa berakibat fatal bahkan fotosintesis akan terhenti . akibatnya sel
kekurangan zat-zat yang di perlukan untuk kelangsungan hidupnya. Meskipun
fotosintesis masih berlangsung pada daun lainnya namun hasilnya di peruntukan
bagi sel sel yang masih muda dan yang aktif membelah. Maka untuk mensiasati
hal tersebut daun akan merombak klorofil yang ada untuk memenuhi kebutuhanya,
perombakan ini yang nantinya akan berakibat perubahan warna pada daun seperti
menguning. Secara perlahan klorofil akan habis di sintesis dan tak ada zat lain lagi
yang bisa di rombak maka sel bener-benar kekurangan zat yang di butuhkan hal ini
dapat menyebabkan kematian pada sel-sel daun begitu juga dengan sel di daerah
absisi sel ,selnya akan melemah sehingga tangkai daun akan lepas dan daunpun
akan gugur.
2. Nutrisi dalam tumbuhan
Nutrisi diperlukan oleh tumbuhan untuk bahan pembangun tubuhnya, nutrisi ini
dapat berupa bahan-bahan organik yang biasanya diperoleh dari dalam tanah yeng di
ambil oleh akar. Pengarun unsur terhadap gugurnya daun erat hubungannya dengan
gejala kekahatan yang di timbulkan oleh kekurangan unsur tersebut. Banyak di
antaranya unsur-unsur yang jika kekurangan pada tumbuhan maka akan menyebabkan
gugurnya daun pada tumbuhan.
Berikut adalah gejala yang terjadi yang mengakibatkan gugurnya daun
a. Klorosis dan nekrosis
Nitrogen merupakan komponen yang menyusun protein dan klorofil, maka jika
tumbuhan kekurangan unsur ini akibatnya enzim-enzim yang diperlukan dalam
fotosintesis tidak terbentuk dan juga pembentukan klorofil terhambat sehingga
tumbuhan kekurangan zat-zat yang diperlukan (gula, enzim-enzim untuk
metabolisme dan protein untuk mengganti kerusakan membran dan dinding). Jika
hal ini terjadi secara terus menerus maka daun akan kehabisan klorofil dan proses
metabolisme terhenti. Akibatnya daun akan menguning yang biasa di sebut sebagai
klorosis dan daun tidak mampu berfotosintesis. jika terus-menerus berlangsung
maka akan berakibat kematian pada sel yang akan berdampak pada gugurnya daun.
Selain kekurangan nitrogen klorosis dapat juga terjadi karena tanaman
kekurangan unsur S, K, Ca, Mg, dan Fe.Selain itu karna tidak di hasilkannya zat-
zat penting terutama makanan bagi sel karna metabolisme dan fotosintesis tidak
berlangsung , maka akibatnya sel akan kekurangan makan. Untuk menangulangi
keadaan tersebut sel akan mengambil nutrisi dari sel-sel tetangganya. Ini berakibat
sel yang di ambil nutrisinya akan mati. Jika sudah banyak sel-sel daun yang mati
maka daun tidak lagi dapat melakukan fungsinya. Akhirnya sel-sel daun akan mati
seluruhnya dan daunpun akan gugur. Nekrosis terjadi karena tumbuhan
kekurangan unsur N, P, K, Mg,Fe, Mn, dan Cu.
b.Hilangnya komponen penyusun membran sel
Fosfor adalah unsur tang menyusun fospolipid, dengan adanya posfor di
fosfolipid membuat membran sel menjadi lebih kuat. Namun jika sel kekurangan
unsur ini maka sel akan mengambil fosfor yang ada di membran akibatnya
komponen fosfor di membran menjadi berkurang hal ini akan membuat sel akan
lebih rapuh. Karenan selnya yang rapuh ini maka pada daerah absisi sel-selnya
muhak lepas yang berakibat gugurnya daun. Selain akibat kekurangan pospor
rapuhnya sel juga di akibatkan karena kekurangan unsur Ca
3.Air dalam tumbuhan
Air sangat di perlukan oleh tumbuhan, selain sebagai penyusun sebagian besar tubuh
tumbuhan air juga berperan dalam reaksi-reaksi biokimia dalam tumbuhan. Selain itu
air juga bisa mempengaruhi pengguguran daun pada tumbuhan. Pengaruh air terhadap
pengguguran ini biasanya dipengarui oleh musim yaitu musim panas dan musim dingin
yang keduanya erat kaitannya dengan perubahan suhu dan berakibat pada kekurangan
air. Pada musim kemarau laju transpirasi meningkat maka akibatnya banyak air yang
menguap. Pada siang harinya stomata akan membuka untuk proses pertukaran zat, dan
pada saat stomata membuka inilah uap air akan keluar. akibatnya tumbuhan banyak
kekurangan air. Pada waktu ketersediaan air dalam tanah masih cukup air yang keluar
akan segera di gantikan dengan air yang ada di dalam tanah melalui penyerapan akar.
Namun pada saat musim kemarau ketersediaan air sangat sedikit sehingga jumlah air
yang keluar lebih banyak di bandingkan dengan jumlah air yang di serap dan jika di
biarkan terus menerus maka akan berakibat layu pada tanaman dah bahkan kematian.
untu menanggulangi hal tersebut maka tanaman akan mengugurkan daunnya. Adapun
tujuan dari pengguguran daunnya adalah untuk menghindari penguapan yang
berlebihan. Sebelum dau-daun di gugurkan zat-zat yang terdapat dalam daun
sebelumnya sudah di sintesis dan sudah di bawa ke batang untuk di simpan. zat-zat
yang sudah di simpan bisa juga di pakai untuk membentuk daun-daun ketika
ketersediaan air sudah cukup. Tumbuhan memilih mengugurkan daunnya karena air
cendrung akan keluar dari stomata pada daun dan ketika daun di gugurkan maka air
keluar bisa di minimalkan.
Pada musim dingin air akan membeku begitu juga yang ada di dalam tanah,
akibatnya tumbuhan sulit untuk memperoh air karena ketika membeku ukuran molekul
air akan mengembang sehingga tak mampu di serap oleh akar. Karena tak mampu
menyerap air maka ketersedian air akan berkurang karna terus di pakai untuk
fotosintesis dan reaksi biokimia lainnya dah bahlkan bisa habis dan jika hal itu terjadi
akan sangat berbahaya bagi tumbuhan tersebut. Untuk mensiasati hal tersebut maka
tanaman akan memilih untuk mengugurkan daunya. Tujuan dari penguguran daun di
musim kemarau juga bertujuan agar menghindari kerusakan pada daun bila berada pada
suhu yang dingin maka dari itu daun akan di gugurkan dan zat-zat yang ada di
dalamnya akan di sintesis dan di simpan dalam batang. Setelah itu tumbuhan akan
melakukan dormansi (istrahat) untuk meminimalkan pengunaan air dan zat-zat lainnya.
4. Hormon pada tumbuhan
Hormon yang berperan dalam penguguran daun adalah auksin dan etilen. Keduanya
saling terkait dan tidak bisa di pisahkan. Interaksi antara kedua hormon tersebut sering
disebut sebagai fithohormon. Kesetimbangan kedua hormon tersebut mempengaruhi
proses penguguran pada daun. Pada saat dau masih muda masih banyak ausin yang
terdapat dalam daun tersebut karena masih dalam fase pertumbuhan. Adanya kadar
auksin yang cukup tinggi ini mempengaruhi kadar etilen yang ada pada daun. Etilen
akan terhambat perkembangannya karna kadar auksin yang tinggi tersebut. namun
ketika daun sudah menua berangsu-angsur jumlah insulin akan terus menurun akibatnya
sel sel padsa lapisan absisi lebih sensitif terhadap etilen. Jika hal itu sampai terjadi maka
etilen akan mempengaruhi pembentukan suatu enzim pektitase dan selulase. Kedua
enzim tersebut akan melarutkan lamela tengan dan dinding pada sel-sel absisi.
Akibatnya sel sel absisi akan lemah dan tidak mampu lagi menopang daun hinngga
akhirnya daun akan gugur.

C. BUNGA
Bunga adalah batang dan daun yng termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh
dihasilkanya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu.
Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis
diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan
ketersediaan air.Bunga hampir selalu berbentuk simetris, yang sering dapat digunakan
sebagai penciri suatu takson. Ada dua bentuk bunga
berdasar simetribentuknya: aktinomorf (berbentuk bintang simetri radial)
dan zigomorf (simetri cermin). Bentuk aktinomorf lebih banyak dijumpai. Bunga
disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari) dan alat betina (putik)
secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang demikian disebut bunga banci atau
hermafrodit. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama
bunga.
Pembentukan Dan Perkembangan Bunga
a. Tahap-tahap pembentukan bunga
Pembentukan bunga merupakan transisi dari fase vegetatif ke fase reproduktif.
Pembungaan dimulai dengan perubahan biokimia tertentu yang terjadi di dalam tubuh
tumbuhan, yang mengubah primordia vegetatif menjadi primordia reproduktif.
Perubahan itu terjadi sebagai akibat dari perubahan pengaturan metabolisme terkait
dengan adanya sintesis enzim atau aktivasi enzim yang semula tidak aktif. Proses ini
diikuti dengan sintesis DNA dan RNA yang diperlukan untuk mitosis cepat pada
meristem.
Tahap-tahap pembentukan bunga adalah :
Induksi bunga (evokasi)
Evokasi merupakan tahap pertama dari proses pembentukan bunga, yaitu suatu
tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai berubah menjadi meristem
reproduktif. Induksi pembentukan bunga berkaitan dengan faktor genetik dan nutrisi.
Faktor genetik melibatkan aktivasi flowering genes secara bertahap pada waktu
pertumbuhan vegetatif maksimum. Faktor nutrisi karena untuk berbunga diperlukan
alokasi asimilat ke bagian apikal untuk memasuki fase reproduktif. Bahan organik
sebagai sumber energi dan bahan penyusun senyawa yang berguna dalam proses
reproduktif. Induksi bunga dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis
asam nukleat dan protein, yang dibutuhkan dalam pembelahan dan diferensiasi sel.
Induksi pembentukan bunga juga tergantung pada lingkungan meskipun bentuk bunga
dan morfogenesisnya diatur secara endogen (developmental homeostasis).
Pembentukan bunga merupakan tahap penting dalam perkembangan tanaman. Bunga
dibentuk karena ujung batang vegetatif selain membentuk daun, mikro dan
megasporofil, juga struktur perhiasan bunga. Transisi dari fase vegetatif ke fase
reproduktif seiring dengan perubahan karakteristik pada meristem apikal.
Inisiasi bunga
Pada tahap inisiasi bunga, perubahan morfologis menjadi bentuk kuncup
reproduktif mulai dapat terdeteksi secara makroskopis. Transisi dari tunas vegetatif
menjadi kuncup reproduktif ini dapat dideteksi dari perubahan bentuk maupun
ukuran kuncup, serta proses-proses selanjutnya yang mulai membentuk organ-organ
reproduktif.
Perkembangan kuncup bunga menuju anthesis
Tahap ini ditandai dengan terjadinya diferensiasi bagian-bagian bunga.Pada tahap
ini terjadi proses mikrosporogenesis (perkembangan polen) dan megasporogenesis
(perkembangan kantong embrio dan ovulum) dan untuk penyempurnaan dan
pematangan organ-organ reproduksi jantan dan betina.
(a) Mikrosporogenesis (perkembangan polen)
Perkembangan mikrospora merupakan awal dimulainya generasi gametofit jantan.
Seperti pada tanaman lainnya, yang bertanggung jawab dalam pembentukan mikrospora
adalah mikrosporangium. Ada 4 tahapan utama perkembangan mikrospora pada tanaman
monokotil yaitu sel induk mikrospora, tetrad, uninukleat, dan binukleat. Perkembangan
mikrospora pada dasarnya merupakan proses meiosis, dari satu sel induk mikrospora
menjadi empat sel anakan mikrospora (tetrad). Mikrospora dewasa atau setelah lepas dari
tetrad disebut sebagai butir serbuk sari. Setiap mikrospora dan mikrospora tetrad dibungkus
oleh dinding kalose. Inti dari setiap mikrospora tetrad belum kelihatan dengan jelas, karena
tidak berada ditengah, melainkan berada ditengah-tengah keseluruhan tetrad. Ukuran tetrad
saat ini setengah dari ukuran mikrospora maksimum.
Perkembangan selanjutnya adalah terlepasnya tetrad menjadi empat. mikrospora
bebas. Proses ini dikatalisis oleh enzim 1,3 -glucanase. Setiap mikrospora berbentuk
segitiga dan umumnya inti secara perlahan-lahan bergerak ke tengah mikrospora dan
dinding mikrospora menebal. Ini merupakan awal dari tahap mikrospora uninukleat. Pada
tahap uninukleat akhir mikrospora siap melakukan pembelahan mitosis yang pertama.
Pembelahan mitosis pertama ini mengakhiri periode mikrospora. Mitosis pertama terjadi
secara asimetrik, menghasilkan dua inti sel yang tidak sama besar. Yang besar adalah inti
vegetatif dan yang kecil adalah inti generatif. Inti generatif letaknya berdekatan dengan
dinding mikrospora. Inti generatif membelah secara mitosis (mitosis II) menghasillkan dua
inti sperma (gamet jantan). Pada saat ini mikrospora disebut sebagai butir polen (pollen
grain) atau polen dewasa. Pada tumbuhan angiospermae, pada saat terjadi perkembangan
benang sari, sel-sel induk mikrospora melakukan meiosis dan menghasilkan 4 mikrospora
haploid dimana masing-masing akan berkembang menjadi butir polen (pollen grain). Polen
yang masak akan dilapisi oleh beberapa lapis dinding sel, yang terdalam disebut intine dan
disebelah luarnya terdapat exine. Pembentukan intine diduga berasal dari tapetum,
sedangkan exine merupakan produk dari polen. Butir polen merupakan generasi gametofit
jantan, terdapat sel vegetatif yang merupakan asal pollen tube, serta sel generatif yang
menghasilkan sperma. Sel generatif dan sel vegetatif terbentuk sebagai hasil pembelahan
sel mikrospora. Sel generatif ini tidak memiliki mitokondria maupun kloroplas. Sel
generatif akan membelah secara mitosis untuk membentuk 2 inti sperma, dan pembelahan
ini umumnya terjadi setelah polinasi.

(b) Megasporogenesis (perkembangan kantong embrio dan ovulum)


Pada saat ovulum berkembang, megasporosit (sel induk megaspora) terbentuk di dalam
nuselus. Megasporosit membentuk kantong embrio dan melakukan pembelahan meiosis
membentuk 4 sel haploid. Satu dari 4 sel haploid yang dekat dengan bagian kalaza membesar
dan menjadi megaspora yang berfungsi, sedangkan 3 sel haploid yang lain akan mengalami
degenerasi. Megaspora kemudian melakukan pembelahan mitosis 3 kali berturut-turut dan
membentuk gametofit betina yang terdiri dari tujuh sel dengan 8 anak inti (nuclei) haploid,
dan sel telur terletak pada bagian basal kantong embrio.
Anthesis (Pemekaran bunga)
Anthesis merupakan tahap ketika terjadi pemekaran bunga. Biasanya anthesis terjadi
bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan dan betina, walaupun dalam
kenyataannya tidak selalu demikian. Ada kalanya organ reproduksi, baik jantan maupun
betina, masak sebelum terjadi anthesis, atau bahkan jauh setelah terjadinya anthesis.

Penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi)


Polinasi merupakan proses transfer polen dari anter ke kepala putik (stigma).
Polinasi pada sebagian besar tumbuhan angiospermae dapat terjadi dengan secara fisik
(melalui angin), atau dengan bantuan hewan seperti serangga, burung, kelelawar atau
bahkan perlu bantuan manusia. Setelah pollen melekat di kepala putik (stigma) akan
berkecambah membentuk buluh sari. Buluh sari ini berisi sel vegetatif di depan dan sel
generatif dibelakangnya. Sel generatif akan menghasilkan dua sel sperma yang akan
melakukan pembuahan ganda. Pembuahan akan terjadi apabila buluh sari mampu
mencapai mikrofil. Satu sel sperma membuahi sel telur membentuk zigot yang bersifat
diploid (2n), sedangkan sel sperma lainnya membuahi 2 inti kutub sehingga terbentuk
sel triploid (3n). Sel ini akan membelah membentuk jaringan penyimpan cadangan
makanan yang disebut endosperm. Selanjutnya endosperm akan menyediakan makanan
bagi embrio yang berkembang dari zigot. Perkembangan embrio (embriogenesis)
melibatkan sejumlah perubahan morfologi menghasilkan struktur embrio dewasa yang
tersusun atas aksis embrionik akar dan pucuk dan kotiledon.

Perkembangan Bunga
Meristem apikal pucuk yang bersifat indeterminate dapat membentuk
meristem karangan bunga (inflorescence meristem) dan meristem bunga (floral
meristem). Perkembangan bunga dimulai dari SAM (shoot apical meristem) atau tunas
samping yang masuk ke fase reproduktif dan membentuk meristem karangan bunga
(inflorescence meristem). Meristem karangan bunga dapat bersifat determinate yang
pada akhirnya membentuk bunga terminal, atau indeterminate. Sejumlah gen diketahui
berperan dalam pengaturan perkembangan bunga. Gen TERMINAL FLOWER1 (TFL1)
pada tanaman Arabidopsis dapat mempertahankan inflorescence meristem tetap berada
dalam kondisi indeterminate, sedangkan gen LEAFY (LFY) dan APETALA1(AP1)
berperan dalam fase awal perkembangan bunga. Ekspresi gen-gen tersebut dikontrol
oleh factor lingkungan seperti fotoperiode dan hormon. Perlakuan hari panjang dan
aplikasi giberelin akan meningkatkan ekspresi LFY, yang kemudian juga memacu
ekspresi AP1.
Bagian-bagian bunga
Kelopak (calyx)
terdiri dari daun-daun kelopak (sepala). Kelopak terdapat pada bagian terluar
dari bunga, menyelubungi bagian bunga lainnya, pada umumnya berwarna hijau,
berfungsi untuk melindungi kuncup.
Mahkota bunga ( corolla)
Mahkota bunga, terletak di sebelah dalam kelopak dan biasanya mempunyai
warna yang beraneka ragam. Berfungsi sebagai daya tarik untuk mendatangkan
hewan agar membentu proses penyerbukan. Selain itu juga melindungi benang sari
dan putik.
Benang sari ( stamen)
Benang sari merupakan alat kelamin jantan yang terdiri dari tangkai sari dan
kepala sari. Benang sari biasanya terletak di tengah-tengah mahkota bunga. Tangkai
sari tersusun oleh jaringan dasar, yaitu sel-sel parenkimatis yang memepunyai
vakuola , tanpa ruang antar sel.sel-sel ini sering mengandung pigmen. Kepala sari
mempunyai struktur yang sangat kompleks, terdiri atas dinding yang berlapis-lapis,
dan dibagian terdalam terdapat locus ruang sari atau mikrosprangium yang berisi
butir-butir serbuk sari. Lapisan dinding ini merupakan diferensiasi dari lapisan
parietal primer.
Lapisan benang sari dari luar kedalam adalah:
-Epidermis, epidermis merupakan lapisan dinding terluar, kadang-kadang berbentuk
papilla.
-Endotesium, terletak dibawah epidermis. Endotesium sering disebut lamina fibrosa.
- Lapisan tengah merupakan lapisan yang terletak disebelah dalam lapisan
endotesium dan lapisan ini terdiri atas 2-3 sel.
- Tapetum merupakan lapisan terdalam dari dinding kepala sari. Sel-selnya
mengandung protoplas yang padat dengan inti yang jelas. Tapetum mempunyai
fungsi yang nutritif bagi sel induk serbuk sari yang masih muda. Serbuk sari yang
telah masak keluar melalui lubang yang terjadi pada dinding antera yang disebut
stomium. Serbuk sari berasal dari sel induk serbuk sari yang mengalami pembelahan
meiosis. Dinding serbuk sari yang paling luar disebut eksin.dan bagian dalam disebut
intin.

Putik ( pistillum)
merupakan alat kelamin betina. Pada dasar putik terdapat bagian yang akan
menjadi buah dan biji. putik terdiri atas metamorfosis daun yang di sebut daun buah
(carpella). Pada bunga dapat di temukan satu atau beberapa putik, dan setiap putik
dapat terdiri atas beberapa daun buah, tetapi dapat pula hanya terdiri atas satu daun
buah.
Dasar dan tangkai bunga sebagai tempat kedudukan bunga.
Fungsi Bagian-bagian Bunga
Tangkai bunga

Tangkai bunga merupakan bagian yang berada pada bagian bawah bunga.

Tangkai ini berperan sebagai penopang bunga dan sebagai penyambung antara

bunga dan batang. Air dan mineral dari akar sampai ke bunga melalui batang dan

tangkai bunga.

Kelopak bunga

Kelopak bunga merupakan bagian yang melindungi mahkota bunga ketika

masih kuncup. Biasanya, bentuk dan warnanya menyerupai daun

Mahkota bunga

Mahkota bunga umumnya memiliki warna bermacam-macam sehingga disebut

perhiasan bunga. Warna yang bermacam-macam dan menarik itu berguna untuk

memikat kupu-kupu atau serangga lainnya agar hinggap pada bunga. Serangga

tersebut dapat membantu dalam proses penyerbukan.

Putik

Putik terdapat di bagian tengah-tengah bunga. Biasanya, putik dikelilingi oleh

benang sari. Putik berfungsi sebagai alat kelamin betina. Putik terdiri atas kepala

putik dan tangkai putik. Pada bagian dasar tangkai putik terdapat bagian yang kelak

akan menjadi buah dan biji. Apabila serbuk sari berhasil menempel pada bagian

kepala putik maka terjadi proses penyerbukan. Proses penyerbukan merupakan awal

dari perkembangbiakan pada tumbuhan. Penyerbukan hanya dapat terjadi jika serbuk

sari yang menempel pada putik berasal dari bunga yang sama jenisnya.

Benang sari
Benang sari terdapat pada bagian tengah bunga yang berdekatan dengan

mahkota bunga. Benang sari berfungsi sebagai alat kelamin jantan. Benang sari

terdiri atas tangkai sari dan kepala sari. Pada kepala sari ini dihasilkan serbuk sari.

Serbuk sari bersifat ringan dan mudah terbang tertiup angin. Selain itu, serbuk sari

dapat menempel pada kaki, kepala, dan tubuh kupu-kupu atau serangga yang

hinggap.

Gambar struktur bunga lengkap


E. BUAH

Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium). Setiap bakal buah

berisi satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing mengandung sel telur.

Bakal biji itu dibuahi melalui suatu proses yang diawali oleh peristiwa penyerbukan,

yakni berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari

melekat di kepala putik, serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh

serbuk sari yang berisi sperma.

Pada saat yang sama, bunga mengalami perubahan yang menyebabkan


perkembangan bakal buah menjadi buah. Perhiasan bunga dan benang sari biasanya
layu, lalu gugur dan kemudian setelah polinasi tangkai putik (stilus) mengering.
Namun, bakal buah bertambah besar dan mengalami berbagai modifikasi histologi
yang menyebabkan berbagai jaringan berubah bentuk selnya. Beberapa atau seluruh
modifikasi dapat berperan dalam menghasilkan mekanisme untuk penyebaran biji. Jika
diikuti perkembangannya, buah terdiri dari bakal buah yang telah dewasa.
Dinding buah, yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah pada bunga,
dikenal sebagai perikarp (pericarpium). Perikarp ini sering berkembang lebih jauh,
sehingga dapat dibedakan atas dua lapisan atau lebih. Yang di bagian luar disebut
dinding luar, eksokarp (exocarpium), atau epikarp (epicarpium); yang di dalam disebut
dinding dalam atau endokarp (endocarpium); serta lapisan tengah (bisa beberapa lapis)
yang disebut dinding tengah atau mesokarp (mesocarpium). Pada sebagian buah,
khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah tenggelam, kadang-kadang
bagian-bagian bunga yang lain (umpamanya tabung perhiasan bunga, kelopak,
mahkota, atau benangsari) bersatu dengan bakal buah dan turut berkembang
membentuk buah. Jika bagian-bagian itu merupakan bagian utama dari buah, maka
buah itu lalu disebut buah semu.
Perkembangan buah
Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium).
Setiap bakal buah berisi satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-
masing mengandung sel telur. Bakal biji itu dibuahi melalui suatu proses
yang diawali oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari
dari kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di kepala
putik, serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk
sari yang berisi sperma. . Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik
menuju bakal biji, di mana terjadi persatuan antara sperma yang berasal
dari serbuk sari dengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji,
membentuk zigot yang bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan
berbunga ini melibatkan baik plasmogami yakni persatuan protoplasma sel
telur dan sperma, dan kariogami, yakni persatuan inti sel keduanya.
Setelah itu, zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi embrio
(lembaga), bakal biji tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah, yang
disebut perikarp, tumbuh menjadi berdaging (pada buah batu atau drupa)
atau membentuk lapisan pelindung yang kering dan keras (pada buah geluk
atau nux). Sementara itu, kelopak bunga (sepal), mahkota (petal),
benangsari (stamen) dan putik (pistil) akan gugur atau bisa jadi bertahan
sebagian hingga buah menjadi. Pembentukan buah ini terus berlangsung
hingga biji menjadi masak. Pada sebagian buah berbiji banyak,
pertumbuhan daging buahnya umumnya sebanding dengan jumlah bakal
biji yang terbuahi.

Struktur Anatomi buah


Pada umumnya buah berkembang dari bagian alat kelamin betina
(putik) yang disebut bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang
lengkap tersusun atas biji, daging buah, dan kulit buah. Kulit buah yang
masih mudah belum mengalami pemisahan jaringan. Setelah masak, kulit
buah ada yang dapat dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu epikarp,
mesokarp, dan endokarp.
1. Epikarp merupakan lapisan luar yang keras dan tidak tembus air,
misalnya buah kelapa.
2. Mesokarp merupakan lapisan yang tebal dan berserabut, misalnya
bersabut (kelapa), Berdaging (mangga dan pepaya).
3. Endokarp merupakan lapisan paling dalam yang tersusun atas lapisan
sel yang sangat keras dan tebal, misalnya tempurung (kelapa), berupa
selaput tipis (rambutan) (setjo.2004).
Monokotil : Epikarp, mesocarp, dan endocarp.
Dikotil : Epikarp, mesocarp, dan endokarp.

Contoh Struktur Anatomi Buah


1. Struktur Anatomi Perikarpium
Buah terbentuk setelah terjadi peristiwa pembuahan. Dinding
ovarium akan berkembang menjadi dinding buah. Buah memiliki
dinding yang terdiri dari dua lapis atau tiga lapis. Dinding buah
dinamakan perikarpium. Buah yang memiliki dua lapis dinding bagian
yang terluar dinamakan eksokarpium dan di dalamnya disebut
endokarpium. Buah yang memiliki tiga lapis dinding, bagian terluar
disebut eksokarpium, bagian tengah dinamakan mesokarpium, dan
bagian terdalam disebut endokarpium.
Eksokarpium biasanya terdiri dari satu lapis sel dengan susunan
rapat dan ada yang memiliki kutikula seperti epidermis. Mesokarpium
terdiri dari beberapa lapis jaringan parenkimatis yang di dalamnya dapat
ditemukan berkas pengangkut, idioblas minyak, amilum, lendir, dan
kristal kalium oksalat. Endokarpium biasanya terdiri dari satu lapis sel
yang berkembang dari epidermis dalam daun buah. Eksokarpium dan
endokarpium buah yang masak terdiri dari satu lapis epidermis atau
beberapa lapis sel yang masing-masing dapat dibedakan dengan jelas
dengan mesokarpium. Jaringan yang menyusun perikarpium saling
berlekatan sehingga tidak dapat dipisahkan satu persatu. Eksokarpium
beberapa tanaman memiliki stomata, misalnya eksokarpium Cucurbita
pepo. Eksokarpium Lycopersicon esculentum dan Capsicum sp. tidak
ditemukan stomata.

2. Struktur Anatomi Buah Buni


Buah buni memiliki perikarpium yang tebal dan berair. Perikarpium
berdiferensiasi menjadi eksokarpium, mesokarpium, dan endokarpium.
Eksokarpium dapat mengandung pigmen. Mesokarpium terdiri dari sel-sel
parenkima yang berlapis-lapis dan kebanyakan dapat dimakan,
endokarpium merupakan lapisan yang tipis atau keras.
Struktur Anatomi Buah Kering
Buah kering contohnya buah adas (Foeniculum vulgare), ketumbar
(Coriandrum sativum), padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), pulutan (Urena
lobata), lada hitam (Piper nigrum),
1. Struktur anatomi dinding buah kering yang dapat pecah
Dinding buah pecah umunya terdapat pada buah yan berbiji banyak.
Contoh buah kering pecah ialah buah polong. Eksokarp mungkin hanya
terdiri atas epidermis saja atau epidermis dan lapisan subepidermis,
keduanya tersusun dari sel-sel berdinding tebal. Mesokarp biasanya
parenkimatis dan berdinding tipis, sedangkan endokarp biasanya terdiri atas
beberapa deret sel yang berdindiing tebal.
Contoh lainnya dari buah pecah adalah buah kotak sejati atau kapsul
yang mempunyai sel-sel parenkima dan sklerenkima yang beragam
penyebarannya. Misalnya pada Linum usitatissimum, perikarp dapat
dibedakan menjadi bagian eksokarp yang tersusun dari sel-sel yang
berlignin dan untuk mesokarp, endokarp tersusun atas jaringan
parenkima.Buah kapsul Nicotina tabacum, memiliki eksokarp dan
mesokarp yang parenkimatis danendokarp yang berdinding tebal yang
terdiri atas dua atau tiga lapis sel.
2. Struktur anatomi dinding buah kering yang tidak pecah
Buah tidak pecah biasanya hasil dari bakal buah yang hanya satu biji
yang berkembang, meskipun mungkin ada yang lebih dari satu bakal biji.
Perikarp buah tidak pecah sering mempunyai struktur yang mirip dengan
kulit biji. Kulit biji yang sebenarnya pada buah demikian ini melebur
dengan perikarp, misalnya buah padi atau caryopsis pada Graminae.

E. BIJI
Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan di dalamnya
mengandung calon individu baru, yaitu lembaga. Lembaga akan terjadi
setelah terjadi penyerbukan atau persarian yang diikuti oleh pembuahan.
Biji merupakan bagian tumbuhan yang terbentuk dari hasil
pembuahan (fertilisasi) yang terletak di dalam bakal buah.Di dalam
bakal buah terdapat bakal biji.Di dalam bakal biji terdapat embrio yang
merupakan calon individu.Setiap embrio di dalam bakal biji terdiri atas
akar lembaga, daun lembaga, dan batang lembaga
1. Akar lembaga (radikula), merupakan calon akar
2. Daun lembaga (kotiledon), merupakan daun pertama pada tumbuhan.
Berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis sebelum daun
sebenarnya terbentuk. Bagian ini juga berfungsi untuk menimbun
makanan
3. Batang lembaga, dibedakan menjadi ruas batang di atas daun lembaga
dan ruas batang di bawah daun lembaga. Daun lembaga dan batang
lembaga sering juga disebut plumula (puncak lembaga). (Hidayat:1995)
Struktur Biji
Biji pada tumbuhan berbiji berkembang dari bakal biji dan merupakan alat
perkembangbiakan utama, karena biji mengandung calon individu baru.
Biji pada tumbuhan dewasa terdiri dari kulit biji, endosperm dan embrio.
1. Kulit biji
Kulit biji merupakan bagian terluar biji. Pada Angiospermae bakal biji
mempunyai satu atau dua integumen. Pada umumnya semua yang
menyusun integument berperan dalam penyusunan kulit biji. Sering pada
biji tumbuhan tertentu integument mengalami kerusakan karena adanya
perkembangan jaringan lain pada biji, sehingga kulit biji berasal dari
bagian yang tersisa dalam integument. Struktur anatomi kulit sangat
bervariasi untuk setiap jenis tumbuhan. Sel-sel parenkim pada integument
mengalami diferensiasi menjadi parenkim kolenkim, sel-sel tempat
cadangan makanan, sel-sel tannin sel Kristal, sel gabus dan sel sklerenkim.
Susunan kulit biji yang keras, di sebelah luar terdapat epidermis atau sering
tanpa epidermis tetapi langsung jaringan yang sel-selnya bebdinding tebal
yang mempunyai ukuran yang panjang. Ini disebut jaringan palisade dan
sel- selnya dikenal dengan makroskelereida. Di sebelah dalam lapisan ini
mungkin masih dijumpai sel-sel parenkim sel sel Kristal atau sel sel yang
mengandung pigmen.
2.Endosperm
Endosperm merupakan hasil pembelahan inti primer endosperm yang
berkali-kali dan berfungsi untuk memberi makan embrio yang sedang
berkembang. Endosperm pada kebanyakan tumbuhan mempunyai derajat
ploidi 3. Sel-sel endosperm biasanya isodiametris di dalamnya terdapat
butir-butir amilum lemak, protein, atau butir-butir aleuron.
3. Embrio atau lembaga
Embrio atau lembaga adalah calon tumbuhan baru yang nanantinya akan
tumbuh menjadi tumbuhan baru setelah biji memperoleh syarat-syarat yang
diperlukan. Embrio mempunyai poros embrional.
Struktur Anatomi Biji
1. Bagian Biji Sebelah Dalam
Pada bagian bij sebelah dalam terdapat embrio dan bagian-bagian
embrio yaitu akar embrio (radicula), batang embrio (cauliculus) dan keping
biji (cotyledo).
Lembaga dan putih lembaga merupakan inti biji atau isi biji.Bagian ini
terdapat di dalam kulit biji.Lembaga atau embrio terdiri atas akar lembaga
(radikula), daun lembaga (kotiledon), dan batang lembaga.Putih lembaga
terdiri atas putih lembaga dalam (endosperma) dan putih lembaga luar
(perisperma).Bagian embrio, seperti radikula akan berkembang menjadi
akar. Pada tumbuhan Dicotyledoneae, radikula akan berkembang menjadi
akar tunggang. Pada Monocotyledoneae, akar tersebut akan berkembang
menjadi akar primer, namun masa hidupnya tidak lama karena segera
diganti oleh sistem akar sekunder. Kotiledon pada biji dapat berfungsi
sebagai tempat penimbunan makanan, alat untuk berfotosintesis sementara,
dan sebagai alat untuk menghisap makanan dari putih lembaga.Batang
lembaga terdiri atas epikotil dan hipokotil.Epikotil adalah pemanjangan
ruas batang di atas kotiledon, sedangkan hipokotil adalah pemanjangan
ruas batang di bawah kotiledon.Batang lembaga dan calon-calon daun
merupakan bagian lembaga yang disebut plumula. (Yatim: 2007)
Bagian putih lembaga, seperti endosperma merupakan cadangan
makanan pada biji.Berdasarkan pembentukannya, endosperma berasal dari
sel induk endosperma yang telah dibuahi oleh sel sperma.Perisperma
merupakan putih lembaga luar.Bagian ini berasal dari nuselus atau selaput
bakal biji.
a. Selaput biji (arillus)
Selaput biji merupakan pertumbuhan dari tali pusar.Pada biji ada
kalanya tali pusar ikut tumbuh dan berubah sifatnya menjadi selaput biji
(arillus).Salut biji ada yang berdaging, misalnya pada biji durian dan ada
yang berair misalnya pada biji rambutan.Serta ada juga yang menyerupai
kulit dan hanya menutupi sebagian biji, misalnya pada biji pala.(
Hidayat: 1995)
b. Embrio
Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya
gamet-gamet jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Embrio
yang perkembangannya sempurna akan memiliki struktur sebagai berikut:
epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon akar) dan kotiledon (calon daun). (
Suradinata: 1998)

c. Cadangan Makanan
Cadangan makanan merupakan kandungan yang ada dalam biji, baik
dalam jumlah sedikit maupun banyak. Biji yang sedikit atau bahkan tidak
ada. Cadangan makanan disebut biji eskalbumin. Cadangan makanan
berfungsi sebagai jaringan penyimpan. Cadangan makanan memperkuat
daya serap biji akan hara yang diperlukan tumbuhan dalam
perkembangannya. Cadangan makanan bersel kecil berwarna putih agak
kelabu, berdinding tipis, mengandung butir aleuron dan tetes minyak serta
bahan cadangan tersimpan di dalam selnya. (Suradinata: 1998)
Perkembangan cadangan makanan umunya dimulai sebelum
perkembangan embrio. Cadangan makanan berkembang dari pembelahan
mitosis inti endosperm yang dihasilkan dari peleburan salah satu gamet
jantan dengan 2 inti kutub atau dengan inti sekunder. Cadangan makanan
tersebut kaya akan zat zat makanan, yang disediakan bagi embrio yang
sedang berkembang. Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi
sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan yaitu:
1) Kotiledon, misal pada kacang-kacangan (Legumes), semangka (Citrullus
vulgaris Schrad), labu (Cucurbita pepo L).

2) Endosperm, misal pada jagung (Zea mays L), gandum (Triticum


aestivum L) dan golongan cerealia lainnya. Pada kelapa (Cocos nucifera
bagian dalamnya yang berwama putih dan dapat dimakan adalah
merupakan endospermnya.
Perkembangan Biji
1. Tahap awal pertumbuhan
Pertumbuhan pada biji telah dimulai pada saat proses fisika, kimia dan
biologi berlangsung. Mula-mula terjadi proses fisika saat biji imbibisi atau
penyerapan air sampai biji ukuranya bertambah dan menjadi lunak.saat air
masuk kedalam biji, enzim-enzim mulai aktif sehingga menghasilkan
berbagai reaksi kimia. Kerja enzim ini anatara lain mengaktifkan
metabolisme di dalam biji dengan mensintesis cadangan makanan sebagai
persediaan cadangan makanan pada saat perkecambahan berlangsungyang
digunakan untuk berkecambah.

2. Perkecambahan
Perkecambahan adalah munculnya plantula ( tanaman kecil) dari dalam biji
yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada
perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan
berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Tipe
perkecambahan pada tumbuhan ada dua macam,
a. Tipe perkecambahan di atas tanah ( Epigeal)
tipe ini terjadi, jika plumula muncul di atas permukaan tanah, sedangkan
kotiledon tetap berada di dalam tanah.

b. Tipe perkecambahan di bawah tanah ( Hipogeal)


tipe ini terjadi, jika plumula dan kotiledon muncul di atas permukaan tanah.
Makanan untuk pertumbuhan embrio diperoleh dari cadangan makanan.
3. Pertumbuhan primer biji
Setelah fase perkecambahan, diikuti pertumbuhan tiga sistem jaringan meristem
primer yang terletak di akar dan batang. Pada fase ini tumbuhan membentuk
akar,batang dan daun. Tiga sistem jaringan primer yang terbentuk adalah :
a. protoderm, yaitu lapisan terluar yang akan membentuk jaringan epidermis
b. meristem dasar yang akan berkembang menjadi jaringan dasar yang mengisi
lapisan korteks pada akar di antara style dan epidermis.
c. prokambium, yaitu lapisan dalam yang akan berkembang menjadi silinder
pusat yaitu floem dan xilem.
DAFTAR PUSTAKA

Fann, A, 1991. Anatomi Tumbuhan. Gadja Mada Universitas press. Yogyakarta

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan, Yogyakarta: Universitas


Gadjah Mada

Tjitrosoepomo, Gembong. 1986. Morfologi Tumbuhan. Jogjakarta: Gajah


Mada University

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan.Jakarta: Gajah Mada


Uneversity Press
Tjitrosoepomo,G, 1994, Morfologi Tumbuhan, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Hidayat, Estiti .B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB

Suradinata, Tatang. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung : Angkasa

Anda mungkin juga menyukai