Anda di halaman 1dari 9

I. TINJAUAN PUSTAKA Fisiologi adalah turunan biologi yang mempelajari bagaimana kehidupan berfungsi secara fisik dan kimiawi.

Istilah ini dibentuk dari kata Yunani Kuna , physis, "asal-usul" atau "hakikat", dan , logia, "kajian". Fisiologi menggunakan berbagai metode ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan. Berdasarkan objek kajiannya dikenal fisiologi manusia, fisiologi tumbuhan, dan fisiologi hewan, meskipun prinsip fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada jenis organisme yang dipelajari. Sebagai contoh, apa yang dipelajari pada fisiologi sel khamir dapat pula diterapkan sebagian atau seluruhnya pada sel manusia. Fisiologi hewan bermula dari metode dan peralatan yang digunakan dalam pembelajaran fisiologi manusia yang kemudian meluas pada spesies hewan selain manusia. Fisiologi tumbuhan banyak menggunakan teknik dari kedua bidang ini. Cakupan subjek dari fisiologi hewan adalah semua makhluk hidup. Banyaknya subjek menyebabkan penelitian di bidang fisiologi hewan lebih terkonsentrasi pada pemahaman bagaimana ciri fisiologis berubah sepanjang sejarah evolusi hewan. Ilmu-ilmu lain telah berkembang dari fisiologi mengingat ilmu ini sudah cukup tua. Beberapa turunan yang penting adalah biokimia, biofisika, biomekanika, genetika sel, farmakologi, dan ekofisiologi. Perkembangan biologi molekuler memengaruhi arah kajian fisiologi (Anonim, 2012). Dalam menyelenggarakan Homeostatis ini tubuh haus senantiasa memantau adanya perubahan-perubahan nilai berbagai parameter, lalau mengkoordinasikan respons yang sesuai sehingga perubahan yang terjadi dapat diredam. Untuk itu sel-sel tubuh harus mampu berkomunikasi satu dengan lainnya. Komunikasi antar sel ini merupakan media yang menopang pengendalian fungsi sel atau organ tubuh. Pengendalian yang paling sederhana terjadi secara lokal intrinsik, yaitu yang dilakukan dengan komunikasi antar sel yang berdekatan. Pengendalian jarak jauh (ekstrinsik) leboh kompleks dan dimugkinkan melalui refleks yang dapat melibatkan sistem saraf (lengkung refleks) maupun sistem endokrin (pengaturan umpan balik). Homeostatis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan yang melibatkan semua sistem organ tubuh melalui pengaturan keseimbangan yang sangat halus namun bersifat dinamis. Setpoint misalnya, tidak selalu sama, dan dapat berubah bergantung dari kebutuhan saat itu. Irama biologi, seperti irama sirkadian misalnya, merupakan contoh dari perubahan setpoint ini. Pengaturan juga tidak hanya melalui umpan balik, tetapi dapat bersifat kedepan yang memungkinkan tubuh mengantisipasi perubahan yang akan datang. Bahkan besar respons juga dapat dimodulasi melalui up-regulation atau down-regulation jumlah dan/atau kinerja reseptor sel (Siagian, 2012).

Homeostasis adalah suatu keadaan komposisi kimia dan fisiokimia yang konstan pada medium internal organisme. Homeostasis merupakan manifestasi keberadaan sejumlah faktor biologis yang konstan seperti indikasi kuantitatif, karakteristik suatu organisma pada kondisi normal. Termasuk temperatur tubuh, tekanan osmotik pada cairan, konsentrasi ion hidrogen, kandungan protein dan gula, konsentrasi ion dan ratio ion-ion aktif yang berhubungan dengan biologis dan sebagainya. Keberadaan mineral sebagai garam yang larut dalam medium sel, cairan interstitial, darah dan lymp, berperan langsung maupun tidak langsung dalam menjaga parameter-parameter biologis dalam keadaan konstan. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik (Hernawati, 2012). Seorang peneliti biologi Walter Cannon menyebut kemampuan mempertahankan keadaan dalam yang dimiliki oleh makhluk hidup multiseluler sebagai homeostasis. Homeostasis berasal dari bahasa yunani yaitu, homeo yang berati sama dan stasis yang berati mempertahankan keadaan. Homeostasis kemudian sering diartikan sebagai semua proses yang terjadi dalam organisme hidup untuk mempertahankan lingkungan internal, dalam kondisi tertentu agar tecipata kondisi yang optimal bagi kehidupan organisme yang bersangkutan. Homeostatis mengenal dua jenis keadaan konstan, yaitu: 1. Sistem tertutup Keseimbangan statis o Keadaan dalam, tidak berubah seperti botol tertutup. 2. Sistem terbuka Keseimbangan dinamik o Keadaan dalam, konstan walaupun sistem ini terus berubah contohnya seperti sebuah kolam di dasar air terjun Cannon mengajukan empat postulat penting dalam homeostasis, yaitu: 1. Peran sistem syaraf dalam mempertahankan kesetimbangan antara lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar. 2. Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik. 3. Adanya pengendalian yang bersifat antagonistik. Suatu sinyal kimia dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada jaringan yang berbeda (Afifah, 2010). Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi merupakan elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi

dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun ahli-ahli Biologi menggunakan istilah ektoterm dan endoterm. Pembagian golongan ini didasarkan pada sumber panas utama tubuh hewan tersebut. Hewan ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan hewan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia (Afifah, 2012). II. METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat praktikum Hari/ Tanggal : Jumat/13 April 2012 s.d Sabtu/14 April 2012 Waktu : Pukul 09.10/Jumat s/d 11.40/Sabtu WITA Tempat : Laboratorium Biologi lantai II Barat Jurusan Biologi FMIPA UNM dan Kediaman Paktikan. B. Alat dan Bahan praktikum Kegiatan I Alat : 1. Gelas Aqua 8 buah dan Gelas minuman teh dalam kemasan 8 buah 2. Sedotan transparan 3. Lilin 4. Korek api 5. Mistar 6. Karet gelang Bahan : 1. Telur 8 butir 2. Aquadest 3. Laruttan NaCl 0,2%, 04%, 0,6%, 0,8%, 1%, 2%, 4% Kegiatan II Alat : 1. Gelas kimia 2. Tabung rekasi 3. Rak tabung reaksi 4. Mistar 5. Penjepit tabung reaksi 6. Karet gelang 7. Alat seksi dan papan seksi Bahan :

1. Katak 2. Aquadest 3. Larutan NaCl 0,8% Kegiatan III Alat ; 1. Tabung reaksi 2. Tali rafia 3. Mistar 4. Rak tabung reaksi 5. Tusuk gigi Bahan ; 1. Usus ayam 2. Aquadest 3. Larutan NaCl 0,6% dan 0,8% C. Prosedur Kerja Kegiatan I 1. Mengisi aqua dengan air suling hingga tiga perempatnya 2. Mengetuk ujung cangkang telur yang membulat secara hati-hati 3. Melepaskan cangkang telur secara hati-hati sebesar ukuran jari 4. Mengetuk ujung telur yang runcing. Membuat lubang besar sebesar pipet sedotan 5. Meletakkan telur dalam posisi tegak dengan bagian tumpul di bawah pada mulut gelas yang berisi air (membran cangkang telur ternggelam pada permukaan air) 6. Memeasukkan ujung sedotan ke dalam lubang cangkang menembus membran cangkang 7. Menyelakan lilin dan meneteskan lilin cair di sekeliling sedotan sampai ruang antara cangkang dan sedotan tertutup rapat 8. Mengamati pergerakan aiar atau cairan di dalam sedotan setiap lima menit mengukur tinggi di dalam sedotan dengan menggunakan mistar Kegiatan II 1. Menyuntik kantung limfa pada katak hingga katak terbius 2. Menggunakan scalpel dan melepaskan kulit yang menempel pda badan katak 3. Membersihkan kulit katak, dan menggunakan untuk menutup salah satu mulut selang plastik. Mengikat kulit katak tersebut dengan menggunakan karet gelang 4. Mengisi selang plastik tersebut dengan larutan NaCl 0,8%. Memasukkan selang pastik ke dalam gelas piala yang berisi air suling secara tegak lurus. Menggunakan jepitan tabung reaksi untuk menahan selang plastik agar berdiri tegak

5. Melakukan pengamatan setiap 30 menit selama 24 jam 6. Mengamati tinggi permukaan larutan NaCl di dalam selang plastik Kegiatan III 1. Membersihkan usus ayam dari kotoran, memotong sepanjang 15 cm 2. Mengikat salah satu ujung usus ayam dengan karet gelang 3. Memasukkan larutan NaCl 0,8% dan 0,6% pada masing-masing usus ayam sebanyak 4cc 4. Memasukkan setiap usus ayam ke dalam tabung reaksi menusuk bagian ujung usus ayam yang terbuka dengan lidi sebagai penggantung pada mulut tabung reaksi 5. Mengisi tabung reaksi dengan air suling dengan menggunakan syringe hingga 34 nya. Menandai tinggi permukaan air dalam tabung reaksi 6. Melakukan pengamatan setiap 30 menit selama 24 jam. Mengamati tinggi permukaan air di dalam tabung reaksi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil pengamatan Kegiatan I PERUBAHAN MENIT KELarutan 5 10 15 20 25 30 Aquades 7 11 11 4 NaCl 0,2% 5 4 NaCl 0,4% NaCl 0,6% 6 6 NaCl 0,8% 4 7 NaCl 1,0% 6 4 NaCl 2,0% NaCl 4,0% 16 Kegiatan II (start pukul 10.43) No Waktu 1 2 3 4 5 6 11.13 11.43 12.13 12.43 13.13 13.43 Ventral (mm) Kenaikan 2 1 -2 0 -1 -1 Dorsal (mm) Kenaikan 1 2 2 3 3 2 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 14.13 14.43 15.13 15.43 16.13 16.43 17.13 17.43 18.13 18.43

(mm) 25 40 11 7 4 4 5 6 5 6 6 8 12 8 -1 0 -1 1 0 0 0 0 -2 -2 3 4 3 5 4 5 5 4 6 6

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48

19.13 19.43 20.13 20.43 21.13 21.43 22.13 22.43 23.13 23.43 00.13 00.43 01.13 01.43 02.13 02.43 03.13 03.43 04.13 04.43 05.13 05.43 06.13 06.43 07.13 07.43 08.13 08.43 09.13 09.43 10.13 10.43

-2 -1 -1 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0

6 7 6 8 8 8 9 9 10 10 10 11 14 14 14 14 15 15 15 16 16 16 17 17 17 18 18 18 18 18 18 18

Kegiatan III (start pukul 10.21) No Waktu 1 10.51 NaCl 0,6% (mm) Kenaikan 2 NaCl 0,8% (mm) Kenaikan 3

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

11.21 11.51 12.21 12.51 13.21 13.51 14.21 14.51 15.21 15.51 16.21 16.51 17.21 17.51 18.21 18.51 19.21 19.51 20.21 20.51 21.21 21.51 22.21 22.51 23.21 23.51 00.21 00.51 01.21 01.51 02.21 02.51 03.21 03.51 04.21 04.51 05.21 05.51 06.21

2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3

3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 7 6 5 5 4 5 5 5 5

41 42 43 44 45 46

06.51 07.21 07.51 08.21 08.51 09.21

3 2 2 3 3 2

7 2 4 3 5 1

47 09.51 48 10.21 JUMLAH

2 1

1 0

B. PEMBAHASAN Kegiatan I dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan sel bila ditempatkan di dalam larutan yang bersifat isotonis, hipotonis, hipertonis. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa kenaikan larutan sel yang masuk ke dalam pipet pada larutan aquades menandakan bahwa larutan yang ada di luar telur bersifat hipertonis, dimana potensial air di larutan aquades lebih tinggi (hiperonis) dari pada potensial air di dalam telur (Hipotonis) sehingga air akan masuk melalui membran ke dalam telur. berbeda dengan larutan NaCl 0,4 % dan NaCl 2,2% dimana keadaan telur tidak berubah yang berarti bahwa air di luar telur dan didalam telur bersifat isotonis sehingga keadaan dalam hal ini masih stabil. Simpulan awal dapat ditarik bahwa air akan berpindah dari larutan yang sifat hipertonis ke larutan yang bersifat isotonis. Kegiatan II dengan tujuan untuk mengamati peristiwa osmosis pada kulit katak, didapatkan hasil pengamatan bahwa pada kulit katak pada bagian ventral perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan, dimana hasil akhir di dapatkan yaitu keadaan air tetap pada garis awal pengamatan, sedangkan pada kulit bagian dorsal kenaikan air sangat sgnifikan dimana hasil akhir yang didapatkan yaitu air naik setinggi 18 mm dari keadaan awa, hal ini menunjukkan bahwa kulit bagian ventral lebih tebal dari pada kulit bagian dorsal, artinya bahwa proses osmosis akan lebih banyak terjadi pada kulit bagian dorsal dari pada kulit bagian ventral. Kegiatan III dengan tujuan untuk mengetahui proses osmosis yang terjadi pada usus ayam, di dapatkan hasil bahwa pergerakan air di tabung reaksi dengan usus ayam yang berisi NaCl 0,8% lebih signifikan mengalami kenaikan, ini berarti bahwa air dalam usus berpindah ke luar lingkungan (ke tabung), sebaliknya pada tabung reaksi 0,6% juga mengalami kenaikan yang berarti bahwa air keluar dari usus masuk ke larutan aquades namun tidak sesugnifikan larutan 0,8%, hal ini berarti bahwa simpulan awal yang dapat ditarik yaitu semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl dalam usus maka semakin banyak air yang berpindah/keluar ke laruan aquades. Berdasarkan teroi dalam Munisa dkk (2012), Gerakan air melalui membran plasma dinamakan osmosis. Osmosis merupakan gerakan molekul air dari potensial air tinggi ke potensial air yang lebih rendah. Untuk membentuk suatu

lingkungan yang stabil maka sel memiliki kemampuan yang dinamakan homeostatis. IV. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Gerakan molekul air (osmosis) akan bergerak dari potensial air yang lebih tinggi (larutan hipertonis) ke potensial air yang lebih rendah (larutan hipotonis) 2. Proses osmosis akan lebih banyak terjadi pada kulit dengan membran sel yang tiis dari pada kulit tebal (membran sel tebal) 3. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak air yang akan berpindah. B. Saran 1. Untuk praktikan sebaiknya berhati-hati dalam melakukan percobaan ini agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan percobaan. 2. Untuk Asisten hendaknya mendampingi praktikan ketika sedang praktikum agar berjalan lancar. 3. Untuk laboran, sebaiknya alat yang disediakan lebih bagus, agar tidak menimbulkan kesalahan pada percobaan

DAFTAR PUSTAKA

Afifah,

Nur. 2010. Laporan Praktikum Biologi Dasar (termoregulasi). Universitas jenderal Soedirman : Purwokerto. Dini

Homeostatis

Anonim, 2012. http//:wikipedia.com/fisiologi. Diakses pada tanggal 16 april 2012 Hernawati, 2012. Mineral dan Homeostatis. Universitas Pendidikan Indonesi : Bandung.

Munisa, Andi.dkk. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Jurusan Biologi FMIPA Universitas negeri Makassar : Makassar. Siagian, Minarma. 2012. Homeostatis. Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran Umum Departemen Ilmu Faal : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai