BIOLOGI SEL
oleh :
ABSTRAK
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu membuktikan sifat membran kimia dan
menentukan laju penetrasi berbagai pelarut organik. Praktikum topik “Solubilitas Lipid
Pada Membran” dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Oktober 2019 tepatnya pukul
07.30-09.30 WIB di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang. Metode dari praktikum kali
ini yaitu menggunakan 3 kali pengulangan pada percobaan. Analisis data dari praktikum
kali ini yaitu dengan cara mendeskripsikan data serta menghitung dan membuat grafik
laju penetrasi dengan menggunakan microsof excel. Hasil dari praktikum kali ini yaitu
semakin banyak atom C maka laju penetrasi semakin cepat sedangkan larutan atau
senyawa yang mengandung banyak atom H atau air akan mempersulit senyawa
tersebut dalam masuk ke membrane. Dari praktikum ini di dapatkan hasil berturut-turut
bahwa pengenceran mempengaruhi laju penetrasi dan koefisien partisi dalam senyawa
tersebut, selain itu dari praktikum ini didapatkan hasil bahwa laju penetrasi paling
rendah ke tinggi yaitu dari buthanol, propanol, etanol dan methanol. Sedangkan
kelarutan paling tinggi ke rendah yaitu dari methanol,etanol,propanol dan butanol.
Saran dari praktikum kali ini yaitu sebaiknya praktikan tidak gaduh saat asisten
menerangkan sehingga kondisi laboratorium kondusif dan data yang dihasilkan akan
baik. Selain itu diharapkan asisten lebih baik lagi dalam mengatur waktu sehingga kami
praktikan tidak tergesa-gesa dalam akhir praktikum.
Puji Rahayu
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain :
1. Membuktikan sifat membran kimia
2. Menentukan laju penetrasi berbagai pelarut organik
BAB II
METODE
(A) (B)
(C) (D)
(E) (F)
Tabel 1. (A,C,E) Pigmen beet root sebelum, dan sesudah (B,D,F) diberi pelarut
Metanol 5,5 M
Berdasarkan dari hasil tabel pengamatan koefisien partisi pada masing-
masing larutan membuktikan bahwa semakin banyak pengenceran larutan organik
maka semakin lama membrane lipid rusak. Selain itu, di dalam tabel membuktikan
bahwa methanol memiliki laju penetrasi lebih lama daripada ethanol dan seterusnya
sampai buthanol. Selain itu, buthanol memiliki laju penetrasi yang rendah dikarenakan
buthanol memiliki atom H yang sedikit sehingga memudahkan untuk masuk ke dalam
membran beet root. Sedangkan yang memiliki atom H banyak maka akan sulit untuk
menembus pada membrane beet root. Selain itu pengenceran pada konsentrasi yang
berbeda serta pengenceran ½ dan ¼ memiliki laju penetrasi yang berbeda semakin
pengenceran ¼ maka waktu yang dibutuhkan untuk mengamati solubilitas membrane
lipid yang rusak semakin lama. Sedangkan menurut Rothman (2012), menyatakan
bahwa ketika konsentrasi pelarut organic turun maka laju penetrasi tersebut turun.
Selain itu, laju penetrasi akan menunjukkan tren fluktuatif dan tidak selalu menurun
ketika diencerkan
Pelarut Pengenceran Konsentrasi Durasi Melewati Membran Laju
Organik Penetrasi
Ulangan ke Rata-rata
Methanol Stok awal 22 M - 37,64 0,58
½x 11M 1. 127 74 0,149
2. 50
3. 45
¼x 5,5 M 1. 7,94 6, 41 0,85
2. 5,10
3. 5,50
Ethanol Stok awal 8,5 M - 9,38 0,906
½x 4,25M 1. 31,68 27, 96 0,152
2. 24,98
3. 27,83
¼x 2,13 M 1. 10,99 10,21 0,208
2. 10,64
3. 9,00
Propanol Stok awal 3M - 4 0,75
½x 1,5 M 1. 7 6,26 0,239
2. 6,8
3. 5
¼x 0,75 M 1. 5,4 6,1 0,49
2. 6,8
3. 6,2
Buthana Stok awal 1,1 M 1. 3 3,3 0,33
2. 3
3. 4
½x 0,55 M 1. 4 3,11 0,177
2. 2,66
3. 2,69
¼x 0,28 M 1. 3,63 4,67 0,58
2. 2,8
3. 7,52
Tabel 2. Tabel Pengamatan Koefisien Penetrasi
Berdasarkan dari grafik diatas methanol pada stok awal memiliki laju
penetrasi 0,58, setelah terjadi pengenceran ½ laju penetrasi turun menjadi 0,149
sedangkan pada saat pengenceran ¼ laju penetrasi meningkat yaitu 0,85. Sedangkan
menurut literature menyatakan bahwa lipid sangat larut terhadap pelarut organik seperti
methanol, seharusnya saat terjadi pengenceran laju penetrasi turun dikarenakan atom
H atau air banyak di pelarut tersebut sehingga menyulitkan pelarut tersebut masuk
kedalam membrane lipid (Dewi, 2018).
Sedangkan pada pelarut ethanol stok awal memiliki laju penetrasi 0,906
sedangkan saat diencerkan ½ laju penetrasi turun menjadi 0,152 dan saat pengenceran
¼ laju penetrasi naik menjadi 0,208. Pada pelarut propanol sendiri saat stok awal laju
penetrasi 0,75 sedangkan saat diencerkan menjadi ½ laju penetrasi menjadi 0,152
sedangkan pada pengenceran ¼ laju penetrasi naik menjadi 0,208. Propanol saat stok
awal memiliki laju penetrasi 0,75 sedangkan saat pengenceran ½ menjadi 0,239
sedangkan saat pengenceran ¼ menjadi 0,49. Pada buthanol stok awal memiliki laju
penetrasi 0,33 sedangkan pada pengenceran ½ mempunyai laju penetrasi 0,177 saat
pengenceran ¼ laju penetrasi pada butanol naik melebihi stok awal aitu 0,58
sedangkan semakin banyak pengenceran maka laju penetrasi akan turun dikarenakan
pada saat pengenceran pelarut organik tidak murni dan mengandung banyak air
sehingga sulit untuk masuk ke membrane. Sedangkan menurut literature menyatakan
bahwa lipid dapat larut terhadap pelarut organik seperti aseton,alcohol,kloroform, dan
benzene apabila pelarut organic tersebut memiliki ukuran molekul yang besar misalnya
methanol maka membrane akan sulit untuk menyerapnya sehingga membutuhkan
waktu yang lama (Urry,dkk 2017).
3.2.2 Pengaruh Koefisien Partisi Masing-Masing Larutan Terhadap Laju Penetrasi
Koefisien partisi merupakan nilai kelarutan suatu senyawa terhadap
membrane plasma sel. nilai koefisien ini berbanding lurus dengan jumlah atom C yang
ada di dalam suatu senyawa. Semakin sedikit nilai atom C maka semakin kecil nilai
koefisien partisinya dan sebaliknya. Selain itu semakin banyak atom C maka nilai
koefisien partisi semakin besar sehingga senyawa tersebut semakin larut dalam
membran plasma sel (Rothman,2012). Koefisien partisi dapat dilihat di tabel dibawah
ini:
Tabel 3. Koefisien partisi pelarut organik
Pelarut Rumus Molekul Berat Molekul Koefisien Partisi
Metanol CH3OH 32,04 0,01
Etanol C2H5OH 46,07 0,03
Propanol C3H7OH 60,09 0,13
Butanol C4H9OH 74,12 0,17
Dari grafik dan tabel koefisien partisi diatas menunjukkan bahwa kelarutan
pelarut organic dari tinggi ke rendah berturut-turut yaitu butanol, propanol, ethanol serta
methanol. Sedangkan berdasarkan praktikum menunjukkan bahwa pengenceran pada
¼ memiliki laju penetrasi yang tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien
partisi mempengaruhi laju penetrasi saat pengenceran karena semakin encer larutan
tersebut maka laju penetrasi semakin turun, karena banyak mengandung atom H atau
air yang berpengaruh terhadap atom C pada saat senyawa tersebut masuk dalam
membrane plasma sel. sedangkan menurut Muchtaridi (2018) menyatakan bahwa
semakin tinggi koefisien partisi maka semakin larut senyawa tersebut pada membran.
3.2.3 Pengaruh Pelarut Organik Terhadap Membran Fosfolipid
Membrane plasma merupakan layer yang memisahkan sitoplasma dengan
lingkungan luar sel. Membran plasma terdiri dari fosfolipid, protein, karbohidrat dan
kolesterol. Pelarut organik dalam membrane plasma berfungsi untuk meningkatkan
fluiditas membrane tersebut. Peningkatan ini mengakibatkan membrane plasma
membuka dan menyebabkan molekul lipid larut dalam membrane tersebut seperti
pigmen yang akan berubah warna menjadi pudar. Apabila pelarut organic ini memiliki
molekul yang besar maka senyawa tersebut sulit untuk masuk ke membrane fosfolipid.
Membrane yang telah rusak karena pelarut organic tersebut dapat dilihat dibawah
mikroskop dengan perbesaran tertentu (Urry dkk, 2017).
3.2.3 Troubleshooting
Troubleshooting dari praktikum kali ini konsentrasi pelarut organik yang digunakan
seharusnya serupa dengan laju penetrasi. Selain itu seharusnya pada saat percobaan
pengenceran methanol ¼ laju penetrasi turun tetapi pada percobaan kali ini laju
penetrasi meningkat. Hal ini dapat disebabkan irisan tipis beet root telah terkontaminasi
atau membrane sudah rusak karena terlalu lama terendam di air saat penghilangan
pigmen warna beet root. Selain itu, masalah selanjutnya yaitu kesulitan dalam mencari
atau menentukan durasi saat membrane terwarnai atau rusak sehingga setiap
kelompok memiliki data yang kurang signifikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat diambil kesimpulan bahwa struktur penyusun
membran sel tersusun atas beberapa protein baik itu protein perifer (polar) dan protein
integral (non polar). Sedangkan berdasarkan analisis kimia membrane sel tersusun atas
lipid dan protein (glikoprotein). Lipid berupa fosfolipid, glikolipid dan sterol. Selain itu
semakin banyak atom C maka laju penetrasi semakin cepat sedangkan larutan atau
senyawa yang mengandung banyak atom H atau air akan mempersulit senyawa
tersebut dalam masuk ke membrane. Dari praktikum ini di dapatkan hasil berturut-turut
bahwa pengenceran mempengaruhi laju penetrasi dan koefisien partisi dalam senyawa
tersebut, selain itu dari praktikum ini didapatkan hasil bahwa laju penetrasi paling
rendah ke tinggi yaitu dari buthanol, propanol, etanol dan methanol. Sedangkan
kelarutan paling tinggi ke rendah yaitu dari methanol,etanol,propanol dan butanol.
4.2 Saran
Saran dari praktikum kali ini yaitu sebaiknya praktikan tidak gaduh saat
asisten menerangkan sehingga kondisi laboratorium kondusif dan data yang dihasilkan
akan baik. Selain itu diharapkan asisten lebih baik lagi dalam mengatur waktu sehingga
kami praktikan tidak tergesa-gesa dalam akhir praktikum.
DAFTAR PUSTAKA