Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI SEL
SOLUBILITAS LIPID PADA MEMBRAN

Nama : Aufaa Luthfi B.


NIM : 185090100111052
Kelompok : 1
Tanggal : 1 Oktober 2019
Asisten PJ : Naila Izzatul Mukhoyyaroh

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini


Nama : Aufaa Luthfi B.
NIM : 185090100111052
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa isi dari laporan yang ditulis berikut ini
merupakan murni dari hasil pemikiran saya dan tidak ada unsur plagiat.

Malang, 22 Oktober 2019


Yang menyatakan

(Aufaa Luthfi B.)


FRAKSINASI DAN ANALISA KOMPONEN SELULER
SOLUBILITAS LIPID PADA MEMBRAN

Aufaa Luthfi B.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Membran plasma adalah membran tipis yang mengelilingi sel hidup, bersifat larut
(soluble) dalam beberapa pelarut organik. Membran plasma terdiri dari lipid, protein dan
karbohidrat. Nilai koefisien partisi yang besar menunjukan lipofilisitas dari partikel-
partikel zat berpenetrasi. Nilai koefisien partisi tinggi dapat dengan mudah melewati
membran plasma. Tujuan praktikum ini adalah untuk membuktikan sifat membran
plasma dan untuk menentukan laju penetrasi berbagai pelarut organik seperti methanol,
ethanol, propanol dan buthanol. Praktikum dilakukan dengan diawali dengan
dipersiapkan alat dan bahan. Beet root dipotong dengan cork bor menghasilkan
potongan beet root silinder. Beet root silinder diiris tipis dengan mikrotom dan dibilas
dengan aquades. Potongan beet root tersebut diamati dibawah mikroskop perbesaran
40x. Pelarut organik ditambahkan dan waktu penetrasi dihitung. Hasil dari praktikum
yang diperoleh membuktikan bahwa membran plasma bersifat larut (soluble) dalam
pelarut organik (methanol, ethanol, propanol dan buthanol). Pelarut methanol
konsentrasi 22 M, 11 M, dan 5.5 M memiliki laju penetrasi berturut-turut sebesar 0.58
M/s, 0.149 M/s, dan 0.85 M/s. Pelarut ethanol konsentrasi 8.5 M, 4.25 M, dan 2.13 M
memiliki laju penetrasi berturut-turut sebesar 0.906 M/s, 0.152 M/s, dan 0.208 M/s.
Pelarut propanol konsentrasi 3 M, 1.5 M, dan 0.75 M memiliki laju penetrasi berturut-
turut sebesar 0.75 M/s, 0.239 M/s, dan 0.49 M/s. Pelarut buthanol konsentrasi 1.1 M,
0.55 M, dan 0.28 M memiliki laju penetrasi berturut-turut sebesar 0.33 M/s, 0.177 M/s,
dan 0.58 M/s.

Keywords: Koefisien Partisi, Laju Penetrasi, Membran Plasma, Pelarut Organik, Sel
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini


Nama : Aufaa Luthfi B.
NIM : 185090100111052
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa isi dari laporan yang ditulis berikut ini
merupakan murni dari hasil pemikiran saya dan tidak ada unsur plagiat.

Malang, 5 November 2019


Yang menyatakan

(Aufaa Luthfi B.)


FRAKSINASI DAN ANALISA KOMPONEN SELULER
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


1.2 Pengertian dan fungsi protein
1.3 Pengertian dan fungsi Ligan
1.4 Interaksi protein ligan
1.5 Pengertian CBB (Comassie Brilliant Blue)
1.6 Pengertian BSA (Bovine Serum Albumine)
1.7 Prinsip Spektofotometri

1.8 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan yang akan dicapai pada praktikum ini yaitu untuk mempelajari
dinamika pengikatan CBB sebagai ligan pada ovalbumin sebagai makromolekul
untuk mendpatlkan pemahaman tentang sifat fisiokimiawi interaksi ligan-
makromolekul.
BAB II
METODE

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Anatomi dan Fisiologi Hewan dengan topic “Solubilitas Lipid pada
Membran”, dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2019, pukul 07.30-10.00 WIB,
bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.

2.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu cutter, pipet tetes,
objek dan cover glass, pencatat waktu, mikroskop cahaya, portable mikrotorm, dan cork
bor. Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu beet root, pelarut organic : 22M
methanol, 8,5M ethanol, 3M n-propanol, dan 1,1M n-Butanol, dan aquades.

1.3 Cara Kerja


Prosedur diawali dengan Beet root dilubangi menggunakan cork bor untuk
mendapatkan potongan silinder dengan digunkan diameter yang seragam, kemudian
potongan tersebut diiris dengan tipis dengan digunakan prtable mikrotom dengan
ketebalan 3 mikrometer, kemudian dimasukkan irisan tersebut kedalam beaker glass
yang berisi aquadest untuk membilas pigmen yang keluar dan masing-masing irisan
dibagi menjadi empat bagian sama besar. Kedua seperempat irisan yang didapatkan
kemudian diletakkan pada objek gelas dan ditutup dengan cover glass kemudian
diamati pada perbesaran lemah 5x atau 10x, setelah itu keberadaan pigmen diamati
lokasinya di dalam jaringan, ketika area di luar jaringan tampah jernih maka hal tersebut
menandakan bahwa pigmen masih terkunci didalam tonoplast. Ketiga yaitu potongan
beet root diamati pada miroskop, kemudian pada bagian tepu cover glass ditetesi
dengan pelarut organic sampai dengan potongan sampel terendam teteapi larutan tidak
sampai tumpah, area yang berada disekitar jaringan diamati perlahan-lahan akan
berwarna merah, sedangkan sel dalam jaringan perlahan-lahan menjadi jernih. Hal
tersebut menandakan bahwa pigmen keluar dari tonoplast. Prosedur 1 sampai dengan
3 diulagi untuk seperempat potongan yang lain, pencatatan waktu dimulai segera pada
saat pelarut organic menyentuh jaringan dan pencatatan waktu dihentikan segera
setelah ada warna merah di luar jaringan dan dicatat waktu dalam table pengamatan.
Prosedur 1 sampai dengan 4 dulangi dnegan pelart yang diencerkan 1⁄2 dan 1⁄4 .
Langkah selanjutnya yaitu dituliskan data pada table pengamatan seperti pada contoh
prosedur dengan konsentrasi pelarut (dalam molar). Kemudian, plot laju penetrasi
setiap pelarut organic (sumbu x) terhadap konsentrasi pelarut (sumbu y). selanjutnya
plot laju penetrasi tersebut terhadap koefisien partisi (atau relative miscibility) .
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Prosedur


Pada uji solubilitas lipid pada membran, prosedur diawali dengan
dipersiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan antara lain mikrotom, mikroskop,
cork bor, pencatat waktu, objek dan cover glass. Mikrotom digunakan untuk
memotong beet root menjadi irisan silinder tipis. Mikroskop digunakan untuk
mengamati beet root. Cork bor digunakan utnuk memotong beet root. Pencatat
waktu sebagai alat untuk mencatat waktu laju penetrasi. Objek dan cover glass
digunakan sebagai wadah beet root. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain
beet root, pelarut organik, methanol, ethanol, buthanol, propanol dan aquades.
Setelah dipersiapkan alat dan bahan, kemudian beet root dilubangi dengan cork
bor. Fungsi perlakuan ini adalah untuk mendapatkan potongan beet root berbentuk
silinder. Selanjutnya, beet root dipotong dengan menggunakan mikroton untuk
mendapatkan irisan tipis beet root yang berbentuk lingkaran. Selanjutnya, irisan
dimasukkan ke cawan yang berisi akuades. Irisan yang telah didapatkan dibagi
menjadi 4 bagian sama besar. Fungsi perlakuan ini adalah untuk mendapatkan 4
potongan beet root untuk pengulangan prosedur. Kemudian, irisan beet root
diambil, diletakkan di atas objek glass, lalu diamati di mikroskop dengan perbesaran
40x. Pengamatan dilakukan untuk mengamati kondisi awal pigmen beet root.
Selanjutnya, ditambahkan pelarut organik dengan cara ditetesi pada tepi cover
glass dan dicatat waktunya hingga pigmen pada beet root memudar. Fungsi
perlakuan ini adalah untuk melihat solubilitas membran setelah ditetesi pelarut
organik. Prosedur kemudian diulangi pada irisan kedua dan ketiga. Prosedur 5-7
diulangi dengan penambahan pelarut organik yang berbeda dengan konsentrasi
betingkat. Fungsi perlakuan ini adalah untuk membuktikan sifat membran dan untuk
mencatat waktu yang diperoleh. Selanjutnya, dihitung laju penetrasi masing-maising
larutan organik untuk mendapatkan laju penetrasi nya. Terakhir, data dikompilasi
dan dibuat grafik laju penetrasi.

3.2 Analisis Hasil


Pada praktikum solubilitas lipid pada membran digunakan 4 pelarut organik
diantaranya, metahanol, ethanol, propanol dan butanol dengan pengenceran
masing-masing pelaratu sebesar 1/2 dan 1/4 kali. Masing-masing kelompok
melakukan uji dengan pemberian perlakuan pelarut, konsentrasi pelarut dan durasi
pelarut dalam melewati membran yang berbeda-beda, sehingga didapatkan laju
penetrasi yang berbeda pula. Berikut adalah tabulasi data hasil perlakuan semua
kelompok dalam praktikum solubilitas lipid pada membran:
Tabel 1. Data laju penetrasi pelarut organik kedalam membran sel beet root

Konsentrasi Durasi Melewati


Pengenceran
Pelarut (M) Membran Laju Penetrasi
Organik rata- (Konsentrasi/Detik)
Ulangan ke- rata
1) ?
Stok awal 22 2) / 37.64 0.58

3) ?
1) 127
Methanol 1/2 x 11 2) 50 74 0.149

3) 45
1) 7.94
1/4 x 5.5 2) 9.8 6.41 0.85

3) 5.5
1) ?
Stok awal 8.5 2) ? 9.38 0.906

3) ?
1) 31.68
Ethanol 1/2 x 4.25 2) 24.38 27.96 0.152

3) 27.83
1) 10.99
1/4 x 2.13 2) 10.64 10.21 0.208

3) 9
1) ?
Stok awal 3 2) ? 4 0.75

3) ?
1) 7
Propanol 1/2 x 1.5 2) 6.8 6.26 0.239

3) 5
1) 5.4
1/4 x 0.75 2) 6.8 6.1 0.49

3) 6.2
Buthanol Stok awal 1.1 1) 3 3.3 0.33
2) 3
3) 4
1) 4
1/2 x 0.55 2) 2.69 3.11 0.177

3) 2.69
1) 3.68
1/4 x 0.28 2) 2.8 4.67 0.58

3) 7.52

3.2.1 Pengaruh penetrasi Terhadap laju Larutan


Kelompok 1 melakukan pengamatan laju penetrasi pelarut organik methanol
pengenceran empat kali (5,5 M). Beet root sebelum dan sesudah diberi pelarut
butanol 5,5 M diamati kemudian difoto menggunakan kamera handphone. Berikut
merupakan hasil foto pengamatan beet root sebelum dan sesudah diberi pelarut
methanol 5,5 M.

A B
Gambar 4. (A) pigmen beet root sebelum diberikan pelarut methanol 5,5 M dan (B)
pigmen beet root sesudah diberi pelarut methanol 5,5 M.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, penambahan pelarut organik


(methanol) 5,5 M dapat memudarkan warna pigmen beet root. Diketahui bahwa laju
pemudaran warna berbanding lurus dengan laju penetrasi pelarut organik dalam
membran sel beet root, dimana semakin tinggi laju pemudaran warna yang terjadi,
maka laju penetrasi nya juga akan semakin tinggi. Laju penetrasi methanol 5,5 M
kedalam membran sel beet root tiap perulangan adalah 7,94 detik, 9,8 detik, dan 5,5
detik. Rata-rata durasi pelarut methanol 5,5 M kedalam membran sel beet root
adalah 6,41 detik. Sementara laju penetrasi nya sebesar 0,85 M/s.
Grafik 1. Perbandingan Laju Penetrasi pelarut Terhadap Konsentrasi Pelarut

Berdasarkan data dan grafik diatas, pada pelarut methanol dengan


konsentrasi stok awal 22 M dilakukan pengenceran 1/2 kali dan 1/4 kali dengan
konsentrasi masing-masing sebesar 11 M dan 5,5 M. rata-rata durasi durasi
melewati membran tertinggi yaitu pada konsentrasi 11 M dan terendah pada
konsentrasi 5,5 M serta memiliki laju penetrasi berturut-turut sebesar 0.58 M/s,
0.149 M/s, dan 0.85 M/s. data hasil percobaan menunjukkan laju penetrasi
methanol mengalami penurunan ketika diencerkan 1/2 kali (11 M) dari stok awal (22
M), namun meningkat drastis pada pengenceran 1/4 kali (5,5 M). hal tersebut tidak
sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa, pelarut organik adalah zat kimia
yang mengandung karbon yang mudah menguap yang dapat melarutkan atau
mendispersikan satu atau lebih zat kimia lainnya. Lipid merupakan senyawa organik
yang bersifat nonpolar, sehingga lipid hanya dapat dilarutkan oleh senyawa atau
pelarut nonpolar seperti eter, kloroform, metanol, etanol, propanol dan butanol. Lipid
sangat larut terhadap senyawa alkohol sederhana seperti metanol karena bersifat
nonpolar. Laju penetrasi seharusnya menurun seiring dengan pengenceran pelarut
(Brown dkk., 2012).
Berdasarkan data dan grafik diatas, pada pelarut ethanol dengan konsentrasi
stok awal 8,5 M dilakukan pengenceran 1/2 kali dan 1/4 kali dengan konsentrasi
masing-masing sebesar 4,25 M dan 2,13 M. Rata-rata durasi durasi melewati
membran tertinggi yaitu pada konsentrasi 4,25 M dengan rata-rata durasi 27,96 s
dan terendah pada konsentrasi stok awal 8,5 M dengan rata-rata durasi 9,38 s serta
memiliki laju penetrasi berturut-turut sebesar 0.906 M/s, 0.152 M/s, dan 0.208 M/s.
Data hasil percobaan menunjukkan laju penetrasi ethanol mengalami penurunan
setelah diencerkan 1/2 kali, namun meningkat setelah diencerkan 1/4 kali. hasil
tersebut tidak sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa, ethanol dan
methanol memiliki sifat asam-basa mirip dengan air. Senyawa organik seperti etanol
merupakan pelarut yang baik untuk melarutkan lipid Laju penetrasi seharusnya
menurun seiring dengan pengenceran pelarut (Brown dkk., 2012).
Berdasarkan data dan grafik diatas, pada pelarut propanol dengan
konsentrasi stok awal 3 M dilakukan pengenceran 1/2 kali dan 1/4 kali dengan
konsentrasi masing-masing sebesar 1.5 M dan 1,5 M. Rata-rata durasi durasi
melewati membran tertinggi yaitu pada konsentrasi 1,5 M dengan rata-rata durasi
6,26 s dan terendah pada konsentrasi stok awal 3 M dengan rata-rata durasi 4 s
serta memiliki laju penetrasi berturut-turut sebesar 0.75 M/s, 0.239 M/s, dan 0.49
M/s. Data hasil percobaan menunjukkan laju penetrasi propanol mengalami
penurunan setelah diencerkan 1/2 kali, namun meningkat setelah diencerkan 1/4
kali. hasil tersebut tidak sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa, pelarut
nonpolar seperti eter, kloroform, metanol, etanol, propanol dan butanol dapat
melarutkan lemak (lipid). Lipid sangat larut terhadap senyawa alkohol sederhana
seperti propanol karena bersifat nonpolar. Laju penetrasi seharusnya menurun
seiring dengan pengenceran pelarut (Brown dkk., 2012).
Berdasarkan data dan grafik diatas, pada pelarut butanol dengan konsentrasi
stok awal 1,1 M dilakukan pengenceran 1/2 kali dan 1/4 kali dengan konsentrasi
masing-masing sebesar 0,55 M dan 0,28 M. Rata-rata durasi durasi melewati
membran tertinggi yaitu pada konsentrasi 0,28 M dengan rata-rata durasi 4,67 s dan
terendah pada konsentrasi 0,55 M dengan rata-rata durasi 3,11 s serta memiliki laju
penetrasi berturut-turut sebesar 0.33 M/s, 0.177 M/s, dan 0.58 M/s. Data hasil
percobaan menunjukkan laju penetrasi ethanol mengalami penurunan setelah
diencerkan 1/2 kali, namun meningkat setelah diencerkan 1/4 kali. hasil tersebut
tidak sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa, lipid larut terhadap pelarut
organik seperti propanol. Seharusnya laju penetrasi menurun seiring dengan
pengenceran pelarut (Iwasa dan Marshall, 2016).

3.2.2 Pengaruh Koefisien Partisi Larutan Terhadap Laju Penetrasi


Koefisien partisi adalah rasio konsentrasi suatu zat dalam satu media atau
fase (C1) dengan konsentrasi dalam fase kedua (C2) ketika dua konsentrasi berada
pada kesetimbangan. Koefisien partisi digunakan untuk menggambarkan kelarutan
anestesi inhalasi dalam berbagai pelarut yang berbeda. Koefisien partisi hanyalah
rasio konsentrasi anestesi dalam satu fase atau pelarut dibandingkan dengan yang
lain. Kelarutan merupakan fungsi dari kompetisi antara interaksi zat terlarut-zat
terlarut, sedangkan koefisien partisi dipengaruhi oleh interaksi zat terlarut-pelarut.
Selain itu, koefisien partisi juga dipengaruhi oleh absorbansi pH. zat yang sifatnya
asam atau lemah menyebabkan sebagian akan terionisasi jika dilarutkan didalam air
(mengalami ionisasi sebesar 50%) (pH =pKa), maka koefisien partisinya setengah
dari zat yang tidak mengalami ionisasi. Penetrasi merupakan proses masuknya
pelarut kedalam jaringan sel dari simplisia sehingga terjadinya swelling atau
pengembangan. Faktor yang mempengaruhi laju penetrasi adalah konsentrasi, jenis
pelarut organik dan lama waktu ekstrasi (Acton, 2013).
Menurut Collander (2017), koefisien partisi methanol adalah 0,01, ethanol
adalah 0,03, propanol adalah 0,13 dan butanol adalah 0,17. urutan kelarutan pelarut
organik dari tertinggi ke terendah berturut-turut adalah buthanol, ethanol, propanol,
dan methanol. Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, nilai koefisien partisi
tiap konsentrasi berbeda-beda. Sehingga, tidak terdapat pengaruh antara koefisien
partisi terhadap laju penetrasi.

(Collander, 2017).
Gambar 1. Koefisien partisi Komponen Organik

Grafik 2. Pengaruh Koefisien Partisi Terhadap Laju Penetrasi

3.2.3 Pengaruh Pelarut Organik Terhadap membran Fosfolipid


Membran lipid pada dasarnya terdiri dari dua jenis, fosfolipid dan sterol
(umumnya kolesterol). Kedua jenis ini memiliki karakteristik yaitu mudah larut
dalam pelarut organik. Selain itu keduanya memiliki daerah yang tertarik dan larut
dalam air. "amphiphilic" (memiliki daya tarik ganda; yaitu, yang mengandung daerah
yang larut dalam lemak dan yang larut dalam air) adalah dasar bagi peran lipid
sebagai blok pembangun membran seluler. Molekul fosfolipid memiliki kepala
(seringkali gliserol) yang melekat dua rantai asam lemak panjang yang sangat mirip
ekor. Lipid adalah golongan senyawa organik alami yang larut dalam pelarut
organik non-polar, termasuk kloroform dan aseton. Pelarut organik memfasilitasi
penyisipan inhibitor dalam membran. Sehingga pelarut organik dapat merusak
aktivitas inhibitor pada membran. Fuiditas meningkat dengan meningkatnya
konsentrasi pelarut, peningkatan yang terkait dengan stimulasi biphasic dan
penghambatan enzim membran (Na +, K (+) - ATPase, 5'nucleotidase) atau dengan
inhibisi saja (Mg (2 +) - ATPase). Fluiditas membran meningkat dengan konsentrasi
pelarut yang lebih tinggi. Pemberian pelarut organik meningkatkan fluiditas
membran sel. Akibat fluiditas membran sel yang meningkat, molekul yang larut
dalam lemak (lipid) seperti pigmen dapat memudar (Buehler, 2015).

3.2.4 Troubleshooting
Laju penetrasi tidak dapat dibandingkan dan tidak adanya kolerasi antara
koefisien partisi dengan laju partisi dikarenakan konsentrasi pelarut organik yang
digunakan dalam praktikum berbeda-beda. Selain itu, setiap praktikan memiliki
persepsi nya masing-masing dalam mengamati pemudaran warna pigmen beet
root, akibatnya nilai laju penetrasi yang didapatkan berbeda.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
membran plasma adalah membran tipis yang mengelilingi sel hidup, berfungsi
sebagai gerbang transportasi keluar masuknya zat, reseptor terhadap rangsang
bagi sebuah sel, dan tempat berlangsungnya reaksi kimia. Membran plasma
bersifat impermeabel, semipermeabel dan permeabel. Membran plasma terdiri dari
fosfolipid, protein membran, glikolipid, glikoprotein, kolesterol dan sitoskeleton.
Membran plasma sel bersifat larut (soluble) dalam pelarut organik. Hal ini dibuktikan
dalam praktikum yaitu pada saat pigmen beet root memudar setelah diberikan
pelarut organik. Pada praktikum digunakan 4 pelarut organik dengan konsentrasi
dan laju penetrasi yang berbeda-bedadiantaranya, pelarut methanol 22 M, 11 M,
dan 5.5 M memiliki laju penetrasi berturut-turut sebesar 0.58 M/s, 0.149 M/s, dan
0.85 M/s. Pelarut ethanol 8.5 M, 4.25 M, dan 2.13 M memiliki laju penetrasi berturut-
turut sebesar 0.906 M/s, 0.152 M/s, dan 0.208 M/s. Pelarut propanol 3 M, 1.5 M,
dan 0.75 M memiliki laju penetrasi berturut-turut sebesar 0.75 M/s, 0.239 M/s, dan
0.49 M/s. Pelarut butanol 1.1 M, 0.55 M, dan 0.28 M memiliki laju penetrasi berturut-
turut sebesar 0.33 M/s, 0.177 M/s, dan 0.58 M/s. Laju penetrasi pelarut dalam
konsentrasi perdetik dapat menentukan tingkat kelarutan membran plasma
terhadap beberapa pelarut organik.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk memperbaiki praktikum selanjutnya adalah
diharapkan praktikan lebih berhati-hati dan teliti pada saat melakukan praktikum
agar hasil yang diperoleh maksimal. Diharapkan asisten praktikum memberikan
penjelasan yang detail sehingga persepsi seluruh praktikan dapat sama untuk
meminimalisir kesalahan pada pengamatan laju penetrasi serta diharapkan
praktikan tetap kondusif dalam melakukan percobaan agar efisiensi waktu dapat
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Acton, Q. 2013. Issues in Technology Theory, Research, and Application.


ScholaryEdition Publisher. UK.
Brown, M., Pankaj, S dan Peter, N. 2012. Clinical Pharmacology. Elsevier. USA.
Buehler, L. 2015. Cell Membranes. Garland Science. USA.
Cambi, A dan Diane, S. 2014. Cell Membrane Nanodomains: From Biochemistry to
Nanoscopy. Elsevier. USA.
Collander, R. 2017. The Partition of Organic Conpounds Between Higher Alcohols and
Water. Journal of chemica scandinavica. 11(9): 774-780
Dewi, M., Darmawi dan Zahrial, H. 2018. Pengujian Hidrofobisitas dan Aktivitas
Antibiotik terhadap Staphylococcus aureus Isolat Preputium Sapi Aceh. Jurnal
Biokimia. 1(2): 17-19
Golloch, A. 2017. Handbook of Rare Earth Elements: Analytics. Springer. USA.
Iwasa, J. dan Marshall, W. 2016. Karp’s Cell and Molecular Biology, Concepts &
Experiments. Wiley. USA.
Simons, K. 2016. Cell membranes: A subjective perspective. Journal of Biochemica et
Biomembranes. 18(10): 256-259
Swisher, L., Kevin, T dan Gary, A. 2014. Study Guide for Anatomy & Physiology.
Elsevier. USA.
LAMPIRAN

Pertanyaan:

1. Dikaitkan dengan hasil percobaan diatas, jelaskan bagaimana peran membran


plasma.

2. jelaskan bagaimana mekanisme methanol, ethanol, propanol terhadap kerusakan


membran sel?

3. Jelaskan apa yang terjadi bila membran plasma mengalami kerusakan karena
dedahan bahan toksik secara terus menerus?

Jawaban:

1. Membran plasma berperan dalam transportasi zat antara sel dan lingkungan.
Membran plasma mengontrol atau mengatur zat yang keluar masuk sel. Zat penting
(nutrisi) yang diserap dari lingkungan seperti O2, ion, mineral dan glukosa.
Sementara zat sisa yang dikeluarkan ke lingkungan sebagai metabolit sekunder
diantaranya CO2, ion, amonia dan mineral.

2. Pelarut methanol, ethanol dan propanol dalam efektivitasnya dapat merusak


membran sel karena membran fosfolipid larut terhadap pelarut organik. Fluiditas
membran dapat ditingkatkan dengan pelarut organik sehingga difusi organel sel
menuju lingkungan luar pecah atau lisis.

3. Membran plasma yang terdedah oleh senyawa toksik (racun) akan mengalami
peningkatan fluiditas. hal ini akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sel,
dimana sel akan mengalami nekrosis, gangguan proses pertukaran zat nutrisi
penting dan komunikasi sel.

Anda mungkin juga menyukai