Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Makhluk hidup memiliki sistem indera yang berguna
untuk bertahan hidup di alam.Predator dapat mengetahui
lokasi dari mangsa menggunakan indera
pengelihatan,penciuman,dan pendengaran, disaat yang
sama mangsa dapat menghindari ancaman predator dengan
menggunakan bantuan indera penciuman,pendengaran,dan
pengelihatan. Mahluk hidup dapat melihat objek dengan
jarak tertentu dengan menggunakan indera pengelihatan
yaitu mata. Mata merupakan organ penglihatan yang
memungkinkan terjadinya pendeteksian cahaya yang
nantinya akan menimbulkan renspon berupa visualisasi
objek (Brooker, 2011).
Seorang individu dapat melihat suatu objek dikarenakan
energi cahaya atau photon mampu ditangkap oleh
fotoreseptor.Cahaya bergerak dalam suatu garis lurus dan
sampai dengan cepat tanpa dipengaruhi oleh jarak,informasi
visual dapat digunakan untuk menentukan arah dan juga
jarak dari sebuah objek.Mata manusia berperan penting
dalam proses visualisasi objek.Mata terdiri dari berbagai
komponen yang masing-masing memiliki peran peran
penting dalam proses visualisasi objek.Apabila terjadi
kerusakan pada salah satu komponen-komponen penyusun
mata maka mata tidak akan mampu melihat dan
menyampaikan informasi visual sesuai dengan keadaan
objek.Kelainan pada mata dapat disebabkan oleh berbagai
faktor yang meliputi faktor lingkungan dan kebiasaan
maupun faktor keturunan.Contoh kelainan pada mata adalah
presbiopi ,miopi atau rabun jauh, hipermetropi atau rabun
dekat,astigmatisme,glukoma, katarak, dan buta warna
(Raven dkk., 2011).
Berdasarkan uraian-uraian diatas ,maka dapat diketahui
bahwa praktikum ini penting untuk dilakukan karena dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui mekanisme
sistem kerja mata,mengetahui kelainan-kelainan pada
mata,memahami anatomi bagian-bagian mata dan betapa
pentingnya menjaga kesehatan mata.
1.2. Permasalahan
Adapun permasalahan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kesehatan mata setiap probandus?
2. Bagaimana mekanisme kerja dan peran pupil dalam
menanggapi rangsangan cahaya?
3. Bagaimana dampak perubahan bentuk lensa terhadap
penglihatan?
4. Bagaimana batas konvergensi penglihatan?
5. Bagaimana warna yang sensitif terhadap sel batang
dan sel kerucut?
6. Bagaimana adanya buta warna dan fenomena purkinje
pada setiap probandus?
7. Bagaimana kemampuan mata untuk beradaptasi pada
situasi tertentu?
8. Bagaimana respon mata ketika melihat warna yang
bergerak?
9. Bagaimana daya akomodasi mata?

1.3. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa kesehatan mata.
2. Mengetahui mekanisme kerja dan peran pupil dalam
menanggapi rangsangan cahaya.
3. Mengetahui dampak perubahan bentuk lensa terhadap
penglihatan.
4. Mengetahui batas konvergensi penglihatan.
5. Mengetahui warna yang sensitif terhadap sel batang
dan sel kerucut.
6. Mengetahui adanya buta warna dan fenomena purkinje
pada setiap probandus.
7. Mengetahui kemampuan mata untuk beradaptasi pada
situasi tertentu.
8. Mengetahui respon mata ketika melihat warna yang
bergerak.
9. mengetahui daya akomodasi mata.
1.4. Manfaat Praktikum
Terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh melalui
praktikum ini . Setelah dilakukan praktikum ini wawasan serta
pengetahuan praktikan mengenai anatomi serta fisiologi
indera pengelihatan semakin bertambah, praktikan menjadi
lebih memahami tentang mekanisme-mekanisme yang terjadi
pada mata.Praktikum ini dapat digunakan sebagai dasar
penelitian untuk menemukan obat-obatan dan perangkat
yang dapat membantu penderita kelainan pada mata
agar.Praktikan juga semakin memahami betapa pentingnya
mata sebagai indera pengelihatan,sehingga praktikan akan
lebih berhati-hati dan menjaga kesehatan mata dengan lebih
baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mekanisme Fisiologis Proses Pengelihatan


Cahaya yang dapat kita lihat merupakan spectrum
elektromagnetik yang memiliki range atau kisaran panjang
gelombang yang dapat dideteksi oleh mata manusia.Mata
memiliki komponen-komponen yang berperan aktif dalam
proses membentukan gambar visual.Adapun gambar
komponen-komponen mata dapat dilihat pada gambar 1.
Proses mekanisme terbentuknya suatu gambaran objek
dimulai ketika iris memungkinkan cahaya memasuki mata.Iris
merupakan bagian mata yang memiliki warna,warna iris
setiap orang umumnya berbeda satu dengan yang
lainnya.Iris merupakan struktur kontraktil yang utamnya
terdiri dari otot polos yang mengelilingi pupul.Ketika Cahaya
masuk pada mata melalui pupil,iris mengatur jumlah cahaya
yang masuk pada mata dengan mengatur ukuran dari pupil.
kemudian lensa dan kornea,dan akan memfokuskan cahaya
pada retina.Retina merupakan bagian dalam dari bola
mata,yang terdiri dari lapisan berpigmen atau pigmented
layer dan neural layer . Neural layer berisikan 120 juta sel
fotoreseptor yang disebut sel batang, sel kerucut,dan
syaraf .Cahaya yang mengenai retina akan diubah menjadi
potensia aksi,yang akan diteruskan ke otak (Seeley, 2008).

(Raven
dkk.,2011).
(Raven et al., 2011).Gambar 1. Anatomi mata manusia
2.2. Kelainan pada Indera Pengelihatan
Miopi atau rabun jauh adalah kelainan mata dimana
penderita miopi mampu melihat objek dengan jelas dengan
jarak dekat namun tidak dapat melihat objek secara jelas
dalam jarak yang jauh.Miopi disebabkan ketidakmampuan
mata untuk fokus,sistem optik (pembiasan) terlalu kuat
ataupun ametropia aksial. Ametropia aksial menyebabkan
bayangan benda difokuskan di depan atau dibelakang retina
dikarenakan sumbu optik bola mata lebih panjang atau lebih
pendek.Penderita miopi dapat melihat jarak jauh dengan baik
apabila menggunakan kaca mata dengan lensa cekung atau
lensa negatif (Timby, 2014).
Hipermetropi atau rabun dekat adalah kelainan mata
dimana penderita hipermetropi mampu melihat objek dalam
jarak jauh dengan jelas namun tidak dapat melihat objek
dengan jelas pada jarak dekat.Hipermetropi disebabkan
sistem optik (pembiasan) terlalu lemah ataupun
hipermetropia aksial, yaitu fokus bayangan terletak di
belakang retina dikarenakan sumbu optik bola mata lebih
lebih pendek.Penderita hipermetropi dapat melihat jarak
dekat dengan baik apabila menggunakan kaca mata dengan
lensa cembung atau lensa positif (Timby, 2014).
Presbiopi adalah hilangnya daya akomodasi yang terjadi
seiring dengan proses penuaan.Kelainan mata ini
disebabkan oleh semakin kerasnya lensa yang
mengakibatkan berkurang elastisitasnya. Presbiopi
umumnya terjadi pada orang-orang yang berumur sekitar
empat puluh lima tahun keatas.Orang-orang yang gemar
membaca dan bekerja dengan mengandalkan pengelihatan
jarak dekat umumnya akan mengalami presbiopi lebih cepat
dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya. Daya
pengelihatan penderita presbiopi dapat dibantu dengan
bantuan kaca mata baca yang umumnya hanya digunakan
apabila penderita ingin melakukan aktivitas yang
memerlukan pengelihatan jarak dekat dan dilepaskan
apabila penderita ingin melihat dalam jarak jauh(Timby,
2014).
Astigmatisme adalah suatu keadaan dimana sinar yang
sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada
seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada retina tidak
pada satu titik. Setiap orang umumnya memiliki
astigmatisme ringan. Astigmatisme biasanya bersifat
diturunkan atau terjadi sejak lahir. Astigmatisme biasanya
berjalan bersama dengan miopia dan hipermetropia dan
tidak banyak terjadi perubahan selama hidup. Astigmatisme
merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur,
makin lonjong bentuk kornea makin tinggi astigmatisme mata
tersebut. Penderita astigmatisme dapat dibantu dengan
menggunakan lensa silinder (Timby, 2014).

2.3 Sel Batang dan Sel Kerucut


sel batang ataupun sel kerucut merupakan
fotoreseptor . Secara umum sel batang dan sel kerucut
dibagi menjadi tiga bagian Segmen luar,segment dalam,dan
terminal sinaps.Segment luar berfungsi mendeteksi
rangsangan cahaya,segmen ini berbentuk batang pada sel
batang dan kerucut pada sel kerucut.Segmen dalam terletak
di bagian tengah fotoresetor dan mengandung perangkat
metabolik sel. Terminal sinaps terletak paling dekat dengan
bagian interior mata dan menghadap ke sel bipolar. Bagian
ini menyalurkan sinyal yang dihasilkan fotoreseptor karena
stimulasi cahaya ke sel-sel selanjutnya di jalur penglihatan.
Segmen luar terdiri dari tumpukan lempeng-lempeng
membranosa gepeng yang mengandung banyak molekul
fotopigmen peka cahaya. Fotopigmen mengalami perubahan
kimiawi ketika diaktifkan oleh sinar. Perubahan yang dipicu
oleh cahaya dan pengaktifkan fotopigmen ini melalui
serangkaian tahap menyebabkan terbentuknya potensial
reseptor yang akhirnya menghasilkan potensial aksi.Gambar
struktur sel batang dan kerucut dapat dilihat pada gambar 2
(Seeley, 2008).

(Seeley, 2008)
Gambar 2. struktur sel batang dan kerucut

Fotopigmen terdiri dari dua komponen utama yaitu


opsin dan retinen. Terdapat empat fotopigmen berbeda
,dimana satu berada pada sel batang dan masing-masing
satu berada ketiga jenis sel kerucut. Keempat fotopigmen ini
menyerap panjang gelombang sinar yang berbeda-
beda.Bahan kimia yang peka cahaya dalam sel batang
disebut rodopsin ,sedangkan tiga bahan kimia peka cahaya
dalam sel kerucut, disebut pigmen warna merah, hijau dan
biru, mempunyai komposisi sedikit berbeda dari rodopsin
(Solomon, 2014).
Sel kerucut memiliki sensitivitas rendah terhadap
cahaya, aktif hanya oleh sinar terang siang hari, tetapi sel ini
memiliki ketajaman atau sensitivitas yang tinggi. Manusia
menggunakan sel kerucut untuk penglihatan siang hari, yang
berwarna dan tajam. Sel batang memiliki ketajaman rendah
tetapi sensitivitasnya tinggi sehingga sel ini berespons
terhadap cahaya remang atau gelap saat malam hari. Sel
kerucut pada retina merupakan komponen penting untuk
melihat warna. Setiap jenis sel kerucut sensitif terhadap
panjang gelombang yang berbeda. Pada sel kerucut mata
orang yang normal memiliki tiga jenis pigmen yang dapat
membedakan warna Ketiga macam pigmen tersebut sensitif
terhadap cahaya. Penglihatan warna normal pada manusia
ini disebut dengan trikromatik. Sinar dapat diabsorbsi pada
gelombang cahaya yang berbeda-beda yaitu pada panjang
gelombang 420 nm untuk sel kerucut biru, 530 nm untuk sel
kerucut hijau dan panjang gelombang 560 nm untuk merah
kerucut (Campbell, 2004).

2.3. Macam-Macam Buta Warna


2.3.1. Monochromacy
Monochromacy adalah keadaan dimana
seseorang hanya memiliki sebuah sel pigmen cones atau
tidak berfungsinya semua sel cones .Penderita
monochromacy disebut monokromat. Terdapat dua
macam monochromacy yang meliputi rod dan cone
monochromacy .Keadaan dimana mata tidak dapat
membedakan warna disebabkan tidak berfungsinya
semua sel kerucut pada retina disebut rod
monochromacy, penderitanya hanya memiliki sel batang
dan tidak memiliki sel kerucut. Jenis buta warna ini
sangatlah jarang terjadi.Penderita rod monochromacy
tidak dapat membedakan warna sehingga yang terlihat
hanya hitam, putih dan abu-abu.Cone monochromacy
adalah tipe monochromacy dimana penderitanya masih
memiliki sel cone dan rod,namun pada cone
monochromacy hanya satu sel cone saja yang dapat
berfungsi.Oleh karena itulah penderita cone
monochromacy masih dapat melihat warna tertentu. Cone
monochromacy dibagi menjadi tiga berdasarkan sel cone
yang masih dapat berfungsi menjadi blue cone
monochromacy / S-cone monochromacy, green cone
monochromacy atau M-cone monochromacy,dan red
cone monochromacy atau L-cone monochromacy
(Barnstable, 2008).
2.3.2. Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta warna dimana satu
dari tiga sel kerucut tidak ada atau tidak berfungsi.Hal ini
menyebabkan seseorang yang menderita dikromat akan
mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna
tertentu.Seseorang yang menderita dichromacy disebut
juga dengan dikromat. Dichromacy dibagi menjadi 3 bagian
berdasarkan sel pigmen yang rusak, yaitu protanopia,
deutanopia,dan tritanopia. Protanopia adalah gangguan
penglihatan warna yang disebabkan tidak adanya
photoreseptor retina merah. Hal ini mengakibatkan
penderita protanopia tidak membedakan warna merah.
Penderita protanopia hanya memiliki sel kerucut biru dan
hijau saja.Dichromacy tipe ini terjadi pada 1% dari seluruh
pria.Orang yang menderita protanopia disebut protanope
(Barnstable, 2008).
a) Deutanopia adalah gangguan penglihatan terhadap
warna yang disebabkan tidak adanya fotoreseptor
retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam
membedakan warna merah dan hijau atau red-green
hue discrimination. Penderita deuteranopia hanya
memiliki sel kerucut biru dan merah saja, namun
memiliki sel kerucut hijau yang fungsional.
Deuteranopia terjadi pada 1 % dari laki-laki putih.Orang
yang menderita deuteranopia disebut deuteranope
(Barnstable, 2008).
b) Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak
memiliki shortwavelength cone yaitu warna biru,
akibatnya penderita akan kesulitan membedakan
warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tampak.
Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan
merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang
dijumpai.Orang yang menderita tritanopia disebut
tritanope (Barnstable, 2008).
2.4.3 Anomalous Trichromacy
Menurut Barnstable (2008),penderita anomalous
trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap,tetapi
terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah
satu dari tiga sel reseptor warna tersebut Seseorang yang
mengalami anomalous disebut anomali trikromat
Anomalous trichromacy terdiri dari 3, yaitu :
a) Protanomalia mempengaruhi long-wavelength (red)
pigment kerucut, menyebabkan lemahnya sensitifitas
terhadap cahaya merah.Seseorang dengan
protanomaly cenderung untuk melihat warna merah,
jingga, kuning, dan kuning-hijau menjadi warna
kehijauan, tetapi semua warna ini juga tampak lebih
pucat dari biasanya. Warna ungu dan ungu muda
tampak seperti nuansa biru karena komponen
kemerahan berkurang .Protanomalia terjadi pada 1 %
dari laki-laki putih.Seseorang yang menderita
protanomalia disebut protanomalous (Barnstable,
2008).
b) Deuteranomalia disebabkan oleh kelainan pada bentuk
pigmen middle-wavelength (green). Sama halnya
dengan protanomaly, deuteranomaly tidak mampu
melihat perbedaan kecil pada nilai warna dalam area
spektrum untuk warna merah, jingga, kuning, dan hijau.
Penderita salah dalam menafsirkan warna dalam
region tersebut karena warnanya lebih mendekati
warna merah. Perbedaan antara keduanya yaitu
penderita deuteranomalia tidak memiliki masalah
dalam hilangnya penglihatan terhadap
kecerahan.Seseorang yang menderita deuteranomalia
disebut deuteranomalous.
c) Tritanomalia adalah tipe anomolous trichromacy yang
sangat jarang terjadi, baik pada pria maupun wanita.
Pada tritanomaly, kelainan terdapat pada short-
wavelength pigment (blue). Pigmen biru ini bergeser ke
area hijau dari spektrum warna. Tidak seperti
protanomalia dan deuteranomalia, tritanomalia
diwariskan oleh kromosom 7. Inilah alasan mengapa
penderita tritanomalia sangat jarang ditemui.Orang-
orang ini mengalami kesulitan membedakan hijau,
cyan, dan biru. Mereka juga mungkin mengalami
kesulitan membedakan kuning dari ungu dan juga
sering kebingungan dengan warna merah jambu,
jingga, dan coklat Seseorang yang menderita
tritanomalia disebut tritanomalous.

BAB III
METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum anatomi dan fisiologi hewan dengan topik
Anatomi Indera Pengelihatan dilaksanakan pada tanggal 18
oktober 2016 pukul 15.00 17.00 WIB di Laboratorium
Biologi Dasar Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam , Universitas Brawijaya, Malang.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gambar
peraga bintik buta, penggaris, Diafragma dengan tengah
berlubang diameter 2 mm, kacamata non transparan,kertas
blanko, Sampel cetakan, Kacamata Filter warna merah dan
biru ,Gambar sampel berwarna Kacamata (Filter Abu-Abu) ,
Sampel warna , Total colour blindness 17, Dua gambar
peraga, Motor penggerak dengan kecepatan teratur Dua
gambar peraga diskus , Pensil, Motor penggerak dengan
kecepatan teratur ,dan gambar peraga cakram spiral.
Mata
3.3. Metode
3.3.1. BINTIK BUTA
Ditempelkan diafragma pada sebelah muka dari kacamata yang sebelah kan
Mata kiri

dipakai dan mata yang terbuka ditutup dengan tangan kiri lalu perhatikan selembar k
Ditutup dengan telapak tangan sebelah kiri

Akan terlihat suatu gambaran yang melingkar, yang agak kabur dan titik tera
pot dengan tangan kanan sejauh mungkin dari muka anda, dengan posisi gambar

kan tangan yang menutup mata, lalu perhatikan apa yang terjadi pada titik terang y
gambar bintang yang ada disebelah atas dari jarak sejauh mungkin diperhati
da gerakan pupil yang hilang, mengapa pupil belakang diafragma menciut bila mata
beberapa saat gerakkan gambar peraga pelahan menuju ke mata hingga hilang dan
kan tangan yang menutup mata, lalu perhatikan apa yang terjadi pada titik terang ya
jarakPERIMBANGAN
3.3.2. antara alat peraga dan mata
ENTOPTIC diukur
PADA PUPIL
ta pada kacamata yang terbuka dan lihat melalui diafragma ujung pensil yang dileta

ang terjadi pada pupil saat menggerakkan ujung pensil menjauhi kertas putih dan me
Gambat Bulatan (Diskus)

Dilihat dan apakah betul hanya terlihat garis lingkaran - lingkaran gelap

Dilihat dan apakah pada semua tempat tampak garis-garis sama lebar dan sama gel

Apakah terlihat bila salah satu dari mata? tertutup?

Apakah penglihatan kedua mata tampak sama

Apa yang terlihat pada sampel, jika digerakkan pelan-pelan

dengan hanya3.3.3. ASTIGMATISMA


memakai satu mata, gerakkan dengan pelan gambar tersebut sehingg

Apakah garis gelap yang tinggal sama dengan yang hitam

apat perbedaan antara garis gelap yang sama dalam setiap batang atau ada peruba
3.3.4. BATAS KONVERGENSI

Sampel
Sampel

Diambil
Masukkan dengan
filter biru tangan
sebelah kanan
kanan dan dan
filterletakkan di depankiri
merah sebelah muka
kacamata

Gerakkan sampel perlahan mendekati mata


Lihat sampel dengan penerangan yang baik memakai kacamata tersebut
at apa yang dapat diperhatikan bila gambar cetak tersebut hingga menyentuh ujung

mpel dimana gambar


3.3.5. bentuk lingkaran
KEDALAM terletak pada
PERSEPSI sisi kanan bawah dan segi emp
TERANG

perhatikan pada semua gambar dan lihatlah beberapa perubahan yang terjadi

Tukar filter kacamata, filter merah di kanan & filter biru di kiri

Perhatikan dan catat yang terjadi pada gambar yang dilihat

t mengawasi gambar melalui kacamata, gerakkan kepala pada salah satu sisi, catat
3.3.6. BUTA WARNA dan FENOMENA PURKINJE
Sampel warna

ter abu-abu dalam kacamata mulai dimasukkan (dimulai dengan memasang sebanya

i 5 menit, bila tidak terlihat sesuatu, kemudian diambil satu filter. Bila masih bisa me

Perhatikan sampel warna dengan hati-hati, sisi mana yang tampak terang ?

amata dilepas dan perhatikan sampel warna, Sisi mana yang tampak terang tanpa ka

3.3.7. EFEK SETELAH MELIHAT WARNA


Gambar

Diletakkan salah satu di atas meja

titik hitam yang terletak di tengah-tengah antara warna-warna selama kurang lebih

tam yang terdapat pada lembar putih yang berada di sebelahnya, dan perhatikan ta

dan catat yang terjadi setelah beberapa saat kemudian, & melihat tipe warna yang b
3.3.8. POLA AKIBAT GETARAN WARNA

Gambar peraga

Dirangkaikan pada motor penggerak (salah satu) sesuai petunjuk asisten

dupkan motor penggerak dengan kecepatan pelan sampai sedang, secara perlahan.

an putaran itu pada jarak 1-2 m dari tempat lingkaran yang memusat (berapa jumlah

Atur kecepatan putaran sampai tampak ada perbedaan lingkaran yang mungkin terja

Gambar peraga
n itu menampakkan perbedaan sejumlah berkas sinar yang berwarna ? Mengapa lin
Dimati dalam putaran lambat dari jarak 1-2 m
3.3.9. GERAKAN AKIBAT HASIL KERJA
Pusat pergerakan cakram diperthatikan selama 30 detik atau lebih

akukan observasi dengan melihat hidung teman anda dan catat apa yang anda lihat/

Ulangi percobaan ini, tetapi dengan mengubah putaran pada arah yang berlawa

am selama 30 detik atau lebih, pada jarak 1-2 m, kemudian hentikan putaran itu den

Ulangi percobaan ini dengan menutup sebelah mata menggunakan tangan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur


Langkah pertama yang dilakukan dalam uji bintik adalah
menutup mata bagian kiri dan memegang gambara oada
tangan kanan sejauh mungkin. Hal ini dilakukan agar mata
terfokus pada gambar bulatan sabit bagian kanan saja. Sampel
gambar kemudian digerakkan perlahan hingga gambar bulan
sabit menghilang untuk mengetahui bintik buta probandus.
Jarak antara gambar dan mata kemudia diukur untuk
mengetahui jarak bintik buta.
Uji entoptik mata dimulai dengan kacamata yang salah satu
sisinya diberi dilter (bagian tengah berlubang) dipakai agar cara
kerja dari pupil dapat diketahui. Salah satu sisi kacamata yang
tidak diberi filter ditutup menggunakan tangan dan kemudian
perhatikan ukuran lingkaran yang terlihat di atas kertas putih.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi pupil saat gelap. Sisi
kacamata yang ditutup dengan tangan perlahan dibuka untuk
mengetahui kondisi pupil saat terang.
Probandus akan diberi beberapa gambar seperti lingkaran
dan garis dalam uji astigmatisma. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui gambar aoa saja yang ditangkap mata probandus.
Probandus diberikan pertanyaan-pertanyaan tentang gambar-
gambar yang dilihat untuk mengetahui pendeksripsian gambar
menurut probandus. Hasil jawaban pertanyaan probandus yang
berbeda-beda kemudian dicatat.
Probandus memakai kacamata dengan filter sebelah kanan
biru dan sebelah kiri merah dikarenakan biru dan merah
merupakan warna dasar. Filter biru kemudian ditutup dan
gambar yang disediakan dilihat.Hal ini dilakukan untuk melihat
gambar dengan cahaya biru. Kemudian langkah yang sama
dilakukan dengan filter merah. Filter merah ditutup dan gambar
yang disediakan dilihat untuk melihat gambar dengan cahaya
merah. Hasil yang diperoleh kemudian dicatat.
Langkah pertama dalam uji batas konvergensi adalah
probandus meletakkan sampel gambar sejauh mungkin untuk
melihat gambar dalam jarak jauh. Sampel gambar kemudian
digerakkan secara perlahan hingga gambar terlihat menempel.
Apabila gambar telah terlihat menempel satu sama lainnya
maka jarak antara mata dan gambar dicatat.
Probandus menggunakan filter abu-abu yang ada pada
kacamata kemudian lihat gambar dengan menggunakan filter
tersebut. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa dapat
probandus mampu membedakan warna dalam kondisi gelap.
Jumlah filter kemudian ditambahkan hingga probandus tidak
dapat melihat gambar lagi. Kemudian dilakukan uji ishihara
untuk mengetahui apakah probandus buta warna atau tidak.
Jumlah filter yang mampu dilihat probandus dicatat.
Langkah pertama yang dilakukan dakan uji efek setelah
melihat warna adalah pribandus diberi gambar. Kertas sebelah
kiri gambar berwarna putih dan titik ditengah dan disebelah
kanan gambar berwarna merah dan kuning. Hal ini dilakukan
untuk mengecoh hasil warna yang dihasilkan probandus.
Probandus kemudian memperhatikan titik yang terletak pada
gambar berwarna putih selama 30 detik. Mata yang fokus pada
gambar tersebut akan terkecoh saat melihat warna lain. Setelah
30 detik probandus menggerakkan mata ke gambar berwarna
kuning dan merah untuk efek setelah melihat warna. Warna
yang terlihat kemudian dicatat.
Probandus pada uji getaran warna diberikan gambar
peraga dengan warna dominan hijau, biru, atau merah untuk
mengetahui warna dominan apa yang muncul. Gambar peraga
kemudian diputar dan probandus kemudian diminta untuk
melihat warna apa yang terjadi untuk mengecek warna dominan
apa yang muncul. Percobaan diulang untuk gambar peraga
yang proporsi warnanya semua sama dan tidak dominan agar
dihasilkan warna yang berbeda dari warna yang sebelumnya.
Warna yang terbentuk kemudian dicatat.
Motor penggerak diputar berlawanan arah dan probandus
diminta untuk memperhatikan peraga tersebut. Hal ini dilakukan
untuk mengamati persepsi yang terlihat oleh probandus.
Langkah yang sama kemudian diulang dengan arah putaran
yang searah untuk mengetahui persepsi yang terlihat oleh
probandus.

4.2 Analisa Hasil


4.2.1 Bintik Buta
Berdasarkan data pengamatan bintik buta pada
probandus pria dan wanita dengan kondisi mata normal, minus,
dan silinder diperoleh hasil yang bervariasi (tabel 1). Probandus
pria dan wanita dengan kondisi mata normal memiliki jarak bintik
buta 36 cm. Probandus pria dan wanita dengan mata minus
menunjukkan hasil yang berbeda, probandus pria dengan mata
minus memiliki jarak bintik buta 38 cm sedangkan probandus
wanita memiliki jarak 25,5 cm. Probandus pria dan wanita yang
memiliki mata silinder memiliki jarak bintik buta yang cukup besar
yaitu 37 cm pada pria dan 46 cm pada wanita. Berdasarkan data
dapat diketahui bahwa probandus yang memiliki jarak bintik buta
paling tinggi adalah probandus wanita silinder yaitu 46 cm,
sedangkan probandus yang memiliki memiliki jarak bintik buta
paling dekat adalah probandus wanita minus yaitu 25,6 cm.

Tabel 1. tabel hasil pengamatan uji bintik buta


Jarak Bintik Buta (cm)
No. Probandus
Pria Wanita
1. Normal 36 36
2. Minus 38 25,5
3. Silinder 37 46
Bagain retina yang peka terhadap cahaya disebut fovea
dan bagian retina yang tidak peka cahaya karena tidak
mengandung fotoreptor disebut bintik buta. Tidak adanya
fotoreptor yang menyebabkan stimulus berupa cahaya tidak
dapat terdeteksi serta diterjemahkan oleh otak (Seeley, 2008).

4.2.2 Perimbangan Entoptik Pada Pupil


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa pria yang memiliki mata normal, minus, dan
silinder menunjukkan hasil uji yang sama ketika memperhatikan
ukuran lingkaran pada kertas putih. Ketiga probandus pria
normal, minus, dan silinder menyatakan bahwa lingkaran terlihat
lebih besar ketika mata tertutup dan terlihat lebih kecil ketika
mata terbuka. Probandus wanita penunjukkan data yang lebih
bervariasi. Probandus wanita normal mengatakan bahwa
lingkaran terlihat lebih kecil ketika mata ditutup dan terlihat lebih
besar ketika mata dibuka. Probandus wanita silinder dan minus
menunjukkan hasil lingkaran terlihat lebih besar ketika mata
ditutup dan terlihat lebih kecil ketika mata dibuka. Hasil uji
perimbangan entoptik pada wanita normal menunjukkan data
yang berbeda dengan data hasil uji perimbangan entoptik yang
ada. Adapun tabel hasil pengamatan uji perimbangan entoptik
dapat diamati pada tabel 2.
Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa masing-
masing probandus memiliki hasil uji yang berbedabeda.
Menurut Sunaryo (2002) setiap individu memiliki persepsi yang
berbeda-beda yang menyebabkan objek yang terlihat dapat
diterjemahkan secara berbeda antar satu orang dengan yang
lain. Perbedaan persepsi inilah yang menyebabkan masing-
masing probandus memiliki hasil yang berbeda-beda.

Tabel 2. tabel hasil pengamatan uji perimbangan entoptik


Entoptik Pupil
Pria Wanita
No. Probandus
Mata Mata Mata Mata
Tertutup Terbuka Tertutup Terbuka
1. Normal Besar Kecil Kecil Besar
2. Minus Besar Kecil Besar Kecil
3. Silinder Besar Kecil Besar Kecil

Ukuran pupil pada mata akan mengalami perubahan


dikarenakan adanya perubahan intensitas cahaya. Apabila
intensitas cahaya yang masuk ke dalam mata terlalu banyak
akan menyebabkan iris berkontraksi sehingga ukuran pupil akan
mengecil. Intensitas cahaya yang rendah menyebabkan pupil
membesar (Silverthor dkk., 2010).

4.2.3 Astigmatisma
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada
probandus pria dan wanta yang masing-masing memiliki kondisi
mata normal, minus, silinder dapat diketahui bahwa probandus
wanita dan pria dengan kondisi mata normal dapat
mempersepsikan gambar uji sesuai dengan gambar uji yang
diberikan. Probandus pria dengan mata minus juga dapat
mempersepsikan gambar uji dengan benar. Hasil uji pada
probandus wanita bermata minus menunjukkan bahwa
probandus wanita dengan mata minus kesulitan untuk
menentukan persamaan warna gelap dari gambar uji. Probandus
pria dan wanita dengan mata silinder umumnya tidak dapat
melihat persamaan ukuran dan warna gelap garis pada gambar
uji yang diujikan. Data pengamatan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. tabel hasil pengamatan uji astigmatisme


Probandus
NO Pria Wanita
. Normal Minus Silinder Normal Minus Silinder
1 tidak tidak tidak tidak tidak tidak
2 sama sama tidak sama sama tidak
sama sama
lebar
lebar lebar lebar lebar lebar
tidak
sama sama tidak sama tidak
sama
gelap gelap sama gelap sama
gelap
gelap gelap
tidak tidak
sama
sama sama sama sama sama
lebar
lebar lebar lebar lebar lebar
3 tidak
sama sama tidak sama tidak
sama
gelap gelap sama gelap sama
gelap
gelap gelap
tidak tidak
tidak sama
sama sama sama sama
sama lebar
lebar lebar lebar lebar
4 lebar tidak
sama tidak sama tidak
sama sama
gelap sama gelap sama
gelap gelap
gelap gelap
5 memutar memutar memutar memutar memutar memutar
tidak
sama sama sama sama sama
sama
lebar lebar lebar lebar lebar
6 lebar
sama sama sama sama sama
sama
gelap gelap gelap gelap gelap
gelap

Astigmatisma adalah suatu kelainan pada mata yang


disebabkan bentuk lensa yang tidak berbentuk seperti bola
(stefris) dan lebih lengkung di satu sisi dibandingkan dengan sisi
yang lain. Astigmatisme adalah suatu keadaan dimana sinar
yang sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada
seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada
satu titik. Setiap orang umumnya memiliki astigmatisme ringan.
Hal ini menyebabkan penderita astigmatisme kesulitan
membedakan warna terang dan gelap dengan tepat.
Astigmatisma dapat dibantu dengan penggunaan lensa silinder.
Astigmatisma dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya
adalah faktor genetik dan cedera (Barnstable, 2008).

4.2.4 Batas Kovergensi


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat
diketahui bahwa masing-masing probandus memiliki batas
konvergensi yang berbed-beda. Data tabel pengamatan batas
konvergensi dapat dilihat pada tabel 4. Menurut Seeley (2008)
batas konvergensi adalah batasan mata agar dapat mencekung
dan mencembung agar dapat mengumpulkan cahaya tepat pada
retina, sehingga mata dapat melihat objek dengan baik. Jarak
batas konvergensi yang dikatakan dalam batasan normal
umumnya tidaklah lebih dari 5 cm. Berdasarkan data
pengamatan yang diperoleh diketahui bahwa probandus wanita
dengan mata normal dan silinder harus mengamati gambar uji
dengan jarak yang sangat dekat dengan mata agar gambar dapat
terlihat bersentuhan. Probandus pria dengan mata silinder
menunjukkan hasil yang sebaliknya. Probandus pria dengan
mata silinder membutuhkan jarak yang cukup jauh dibandingkan
dengan probandus lainnya agar gambar dapat terlihat
bersentuhan yaitu pada jarak 40 cm. Probandus pria dengan
mata normal dan minus memiliki batas konvergensi masing-
masing 9 dan 7 cm sedangkan, probandus wanita memiliki batas
konvergensi 18,5 cm.

Tabel 4. tabel hasil pengamatan uji batas konvergensi


No Jenis Jarak Ketika Gambar Terlihat
Probandus Bersentuhan (cm)
Pria Wanita
1 Mata Normal 9 Sangat Dekat
2 Mata Minus 7 18,5
3 Mata Silinder 40 Sangat Dekat

4.2.5 Kedalam Persepsi Terang


Berdasarkan uji yang dilakukan dapat diketahui bahwa
semua probandus baik pria ataupun wanita normal, minus, dan
silinder dapat mengamati warna garis biru,merah, dan berimpit
apabila tidak menggunakan filter. Apabila probandus
menggunakan filter biru, rata-rata hampir semua probandus tidak
dapat melihat warna garis merah, biru, atau berhimpit. Probandus
yang tidak dapat melihat warna garis berimpit adalah probandus
pria normal dan probandus pria silinder. Probandus yang
menggunakan filter merah sebagian besar probandus tidak dapat
melihat warna garis merah, biru, atau berhimpit. Probandus pria
yang masih dapat melihat dengan menggunakan filter merah
adalah probandus pria minus yang dapat melihat garis merah
serta warna garis berhimpit dan probandus pria silinder yang
dapat melihat warna garis berhimpit. Probandus wanita silinder
mampu melihat garis dengan warna merah dan berhimpit
walaupun menggunakan filter merah. Hasil uji kedalam persepsi
terang setiap prodandus menunjukkan hasil yang berbeda-beda.
Hasil uji yang berbeda-beda pada setiap probandus dapat
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah jenis kelamin
dan kesehatan atau kondisi mata probandus. Data tabel
pengamatan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. tabel hasil pengamatan uji kedalam persepsi terang
Hasil Pengamatan
Warna
Probandus Tanpa Filter Filter
Garis
Filter Biru Merah
Biru Ya Tidak Tidak
Merah Ya Tidak Tidak
Normal
Berimpi
Ya Tidak Tidak
t
Biru Ya Tidak Ya
Merah Ya Tidak Tidak
Pria Minus
Berimpi
Ya Ya Ya
t
Biru Ya Tidak Ya
Merah Ya Tidak Tidak
Silinder
Berimpi
Ya Tidak Tidak
t
Biru Ya Tidak Tidak
Merah Ya Ya Tidak
Normal
Berimpi
Ya Ya Tidak
t
Biru Ya Tidak Tidak
Merah Ya Tidak Tidak
Wanita Minus
Berimpi
Ya Ya Tidak
t
Biru Ya Tidak Ya
Merah Ya Tidak Tidak
Silinder
Berimpi
Ya Ya Ya
t
Cahaya akan sampai ke retina yang teridiri atas dua macam
fotoreseptor. Sel batang aktif pada kondisi lingkungan yang
memiliki cahaya yang rendah sedangkan, sel kerucut aktif pada
lingkungan yang aktif pada lingkungan yang memiliki intensitas
cahaya tinggi dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi untuk
membedakan warna. Berdasarkan penelitian yang dilakukan para
ahli tidak ada perbedaan dalam jumlah sel batang dan sek
kerucut pada pria ataupun wanita. Pria dilaporkan memiliki
ketajaman indera pengelihatan dibandingkan dengan wanita,
dikarenakan retina pada laki-laki lebih tebal dibandingkan retina
pada wanita. Perbedaan ketebalan retina inilah yang diduga
sebagai salah satu faktor yang menyebabkan adanya
perbedaan persepsi antara wanita dan pria. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan para ahli dilaporkan bahwa
wanita memiliki sensitivitas yang lebih baik dalam membedakan
warna dibandingkan pria. Gen untuk fotopigmen opsin merah
dan hijau terletak pada kromosom X. Hal inilah yang
menyebabkan pria memiliki kemungkinan lebih besar untuk
menderita buta warna (4-5%) dibandingkan wanita (1%)
(Christler, 2010).

4.2.6 Buta Warna Dan Fenomena Purkinje


Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa persentase kemungkinan buta warna pada
probandus laki-laki lebih besar dibandingkan dengan
persentase kemungkinan buta warna pada probandus wanita.
Tabel hasil pengamatan uji buta warna dan fenomena purkinje
dapat diamati pada tabel 6. Berdasarkan data yang diperoleh
dapat diketahui bahwa probandus laki-laki dan wanita dengan
mata normal memiliki kemungkinan buta warna masing-masing
sebesar 67% dan 4,7%. Probandus laki-laki dan perempuan
dengan mata minus memiliki persentase kemungkinan buta
warna sebesar 14% dan 9,52%. Probandus laki-laki dan wanita
dengan kondisi mata silinder memiliki kemungkinan persentase
buta warna sebesar 4,76% dan 0%. Melalui uji fenomena
purkinje dapat diketahui bahwa probandus memiliki tingkat
sensitivitas atau ketajaman dalam membedakan warna dalam
kondisi gelap yang berbeda-beda. Probandus yang tetap dapat
membedakan warna walaupun menggunakan 3 lapis filter
menunjukkan bahwa probandus tersebut memiliki ketajaman
dalam membedakan warna yang lebih tajam dibandingkan
probandus yang dapat membedakan warna dengan
menggunakan 2 lapis filter.
Fenomena purkinje dapat terjadi ketika seorang individu
melihat sebuah objek pada lingkungan yang memiliki intensitas
cahaya yang berbeda. Faktor utama penyebab buta warna
adalah faktor genetik yang disebabkan dengan kelainan pada
kromosom X. Hal inilah yang menyebabkan jumlah laki-laki
penderita buta warna lebih banyak dibandingkan wanita. Buta
warna dapat disebabkan karena sebuah penyakit ataupun
akibat faktor genetis. Buta warna yang disebabkan faktor

No Probandus Buta Warna Fenomena Purkinje


1 Pria 67% Filter 3
Normal
2 Wanita 4,7% Filter 3
3 Pria 14% Filter 3
Minus
4 Wanita 9,52% Filter 2
5 Pria 4,76% Filter 2
Silinder
6 Wanita 0% Filter 2
No Probandus Buta Warna Fenomena Purkinje
1 Pria 67% Filter 3
Normal
2 Wanita 4,7% Filter 3
3 Pria 14% Filter 3
Minus
4 Wanita 9,52% Filter 2
5 Pria 4,76% Filter 2
Silinder
6 Wanita 0% Filter 2
keturunan tidak dapat diobati pada umumnya. Catat pada
bagian makula dapat penyebabkan kesalahan dalam
melakukan perspesi warna ketika seorang individu
mempersepsikan warna biru dan kuning. (Barnstable, 2008).
Fenomena purkinje merupakan sebuah fenomena yang
disebabkan perubahan sel batang menjadi sel kerucut ketika
terjadi perubahan intensitas cahaya. Sel kerucut memiliki
sensitivitas yang tinggi dalam menangkap gelombang dalam
panjang 550 nm. Ketika kerja sel kerucut diambil alih sel
batang dalam keadaan gelap puncak dari sensitivitas terhadap
warna juga mengalami perubahan yaitu menjadi 520 nm. Sel
kerucut paling banyak ditemukan pada bagian fovea dan
umumnya pada fovea tidak ditemukan sel batang (Anstis,
2002).

Tabel 6. tabel hasil pengamatan uji buta warna dan fenomena


purkinje

4.2.7 Efek Setelah Melihat Warna


Berdasarkan hasil uji efek setelah melihat warna yang
telah dilakukan dapat diketahui bahwa persepsi warna yang
muncul pada setiap individu tidaklah sama dengan warna yang
dilihat sebelumnya. Probandus laki-laki dengan kondisi mata
normal yang awalnya melihat warna hijau-biru berubah warna
menjadi berwarna kuning-biru. Probandus laki-laki dengan
kondisi mata silinder melihat warna kuning-merah berubah
menjadi hijau-hijau. Probandus wanita dengan mata minus
melihat warna kuning-merah dari warna yang awalnya berwarna
biru hijau. Berdasarkan data yang dihasilkan menunjukkan
bahwa warna perpepsi setiap probandus berbeda-beda. Data
hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 7.
Warna yang hasil persepsi tiap individu merupakan hasil
dari pantulan cahaya. Manusia menggunakan sel kerucut untuk
penglihatan siang hari, yang berwarna dan tajam. Sel batang
memiliki ketajaman rendah tetapi sensitivitasnya tinggi sehingga
sel ini berespons terhadap cahaya remang atau gelap saat
malam hari. Sel kerucut pada retina merupakan komponen
penting untuk melihat warna. Setiap jenis sel kerucut sensitif
terhadap panjang gelombang yang berbeda. Pada sel kerucut
mata orang yang normal memiliki tiga jenis pigmen yang dapat
membedakan warna Ketiga macam pigmen tersebut sensitif
terhadap cahaya. Penglihatan warna normal pada manusia ini
disebut dengan trikromatik. Sinar dapat diabsorbsi pada
gelombang cahaya yang berbeda-beda yaitu pada panjang
gelombang 420 nm untuk sel kerucut biru, 530 nm untuk sel
kerucut hijau dan panjang gelombang 560 nm untuk merah
kerucut bahwa. Persepsi warna akan di interpretasikan ke retina
dan otak (Campbell, 2004).

Tabel 7. Hasil pengamatan uji Efek Setelah Melihat Warna


Jenis Efek Setelah melihat warna
No
Probandus Pria Warna
Kuning Ungu
Biru Biru muda
1 Normal
Biru Kuning
Hijau Tosca Putih
2 Minus Putih Kuning
Ungu Merah
Puith Hijau Tosca
Putih Biru
Kuning Kuning
Kuning Merah
3 Normal
Hijau Biru
Hijau Hijau

4.2.8 Pola Akibat Getaran Warna


Berdasarkan praktikum yang dilakukan semua
probandus pria dan wanita tetap mempersepsikan lingkaran yang
awalnya terlihat memiliki warna dominan kuning,merah,dan biru
sebagai lingkaran yang memiliki warna kuning,merah,dan biru
setelah motor penggerak digerakan. Perubahan persepsi warna
baru terjadi ketika lingkaran dengan proporsi warna merah,biru,
dan kuning yang sama dilakukan pada setiap probandus.
Probandus pria dan wanita normal melihat lingkaran dengan
proporsi warna kuning,biru, dan merah berubah warna menjadi
masing-masing putih dan abu-abu setelah motor penggerak
digerakkan. Seluruh probandus wanita mempersepsikan
lingkaran yang memiliki proporsi warna kuning,merah, dan biru
memiliki warna abu-abu setelah motor penggerak digerakkan.
Probandus pria dengan mata minus dan silinder memiliki
persepsi warna yang berbeda. Probandus pria bermata minus
melihat lingkaran dengan proporsi warna sama berubah warna
menjadi biru dan kuning sedangkan Probandus pria bermata
silinder melihat lingkaran dengan proporsi warna sama berubah
warna menjadi abu-abu setelah motor penggerak digerakkan.
Data hasil pengamatan dapat diamati pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil pengamatan uji Pola Akibat Getaran Warna
Jenis Persepsi Terang
No
Probandu
. Warna Pria Wanita
s
1. Normal Dominan
Kuning Kuning
Kuning
Dominan Biru Biru Biru
Dominan Merah Merah
Merah
Sama Putih Abu-abu
Dominan
Kuning Kuning
Kuning
Dominan Biru Biru Biru
2. Minus Dominan
Merah Merah
Merah
Biru dan
Sama Abu-abu
Kuning
Dominan
Kuning Kuning
Kuning
Dominan Biru Biru Biru
3. Silinder
Dominan
Merah Merah
Merah
Sama Abu-abu Abu-abu

Panjang gelombang yang dapat dipisahkan menjadi


beberapa spektrum yang mampu ditangkap oleh mata manusia
yang disebut spektrum terlihat (visible spectrum).Suatu spektrum
cahaya yang dipantulkan oleh benda akan ditangkap oleh indra
penglihatan kemudian diterjemahkan oleh otak sebagai sebuah
persepsi warna. Tingkatan perubahan warna yang mampu
didetekis oleh mata bervariasi bagi setiap jenis warna yang
berbeda-beda. Warna merah dan ungu yang memiliki kisaran
perbedaan yang sedikit akan sulit dideteksi oleh mata apabila
dibandingkan dengan warna lain seperti warna kuning dan biru-
hijau (Silverthor dkk., 2010)

2.2.9 Gerakan Akibat Hasil Kerja


Berdasarkan hasil pengamatan dari uji gerakan hasil kerja
yang dilakukan dapat diketahui bahwa setiap probandus wanita
dan pria dengan kondisi mata normal, minus, dan silinder
menunjukkan hasil yang bervariasi. Pria bermata normal apabila
melihat motor penggerak yang digerakkan berlawanan arah
akan menghasilkan arah persepsi kedalam dan apabila motor
penggerak diputar searah akan menghasilkan arah persepsi
keluar. Wanita bermata normal yang melihat motor penggerak
diputar berlawanan arah akan menghasilkan arah persepsi keluar
dan bila motor penggerak diputar searah akan menghasilkan
arah persepsi keluar. Probandus pria dan wanita silinder akan
mempersepsikan lingkaran akan bergerak keluar dan masuk
apabila motor penggerak digerakkan berlawanan arah. Pria
bermata minus akan menghasilkan arah persepsi keluar apabila
melihat motor penggerak diputar berlawanan arah dan jika motor
penggerak diputar searah akan menghasilkan arah persepsi
keluar. Pada wanita bermata minus dengan motor penggerak
diputar berlawanan arah menghasilkan arah persepsi kedalam
dan pada motor penggerak diputar searah menghasilkan arah
persepsi kedalam juga. Data hasil pengamatan dapat dilihat pada
tabel 9.
Perubahan arah atau aliran cahaya optik memiliki
peranan penting dalam interpetasi jenis dan arah gerakan suatu
objek. Cahaya optic dapat berasal dari sebuah titik ataupun
menuju ke sebuah titik. Pusat gerakan arah perseptor yang
bergerak. Apabila aliran terlihat keluar dari titik tertentu
menunjukkan bahwa perseptor bergerak menuju titik tersebut.
Apabila aliran optic terlihat keluar menjauhi titik tersebut maka
dapat diketahui bahwa perseptor bergerak menjauh. Perbedaan
persepsi arah pada mata setiap probandus dapat disebabkan
faktor lain seperti kelelahan pada mata yang mempengaruhi kerja
otot-otot akomodasi mata (Barnstable, 2008).

Tabel 9. Hasil pengamatan uji gerakan akibat hasil kerja

No Jenis Gerakan Akibat Hasil Kerja


Probandus Arah Pria Wanita
1 Norma Berlawanan Kedalam Keluar
Searah Keluar Keluar
2 Minus Berlawanan Keluar Kedalam
Searah Keluar Kedalam
3 Silinder Berlawanan Kedalam Keluar
Searah Keluar Kedalam

2.2.10 Trouble Shooting


Probandus harus benar-benar fokus dan berkonsentrasi
pada titik acuan dan alat peraga agar hasil persepsi yang
dihasilkan valid. Persepsi pronbandus dapat mengalami
kesalahan kurangnya fokus dalam memperhatikan gambar.
Praktikan juga harus dapat memastikan data yang dicatat telah
sesuai dan benar.Kondisi mata probandus yang dipilih juga harus
memiliki kondisi mata yang benar-benar normal,minus, dan
silinder sehingga data yang diperoleh sesuai.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat
diketahui bagaimana persepsi dari probandus yang memilliki
tingkat kesehatan mata yang berbeda.Pupil akan membesar
dan mengecil ketika menanggapi rangsangan cahaya.
Perubahan lensa mata menyebabkan pengelihatan
seseorang dalam mempersepsikan ukuran berbeda-beda.
Setiap orang memiliki batas konvergensi pengelihatan yang
berbeda. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan warna yang sensitive terhadap sel batang dan
sel kerucut adalah warna biru dan merah. Fenomena buta
warna dan fenomena purkinje pada setiap probandus
berbeda-beda. Probandus pria memiliki persentase
kemungkinan buta warna yang lebih tinggi dibandingkan
wanita. Setiap orang memiliki kemampuan mata untuk
beradaptasi pada situasi tertentu. Mata akan memberikan
respon terhadap objek yang bergerak. Berdasarkan praktikum
dapat diketahui bahwa setiap orang memilki daya akomodasi
yang berbeda-beda.

5.2. Saran
Praktikum yang dilakukan umumnya sudah baik.namun
hendaknya dilakukan beberapa perbaikan sehingga
praktikum yang selanjutnya akan dilakukan menjadi lebih
baik. Hendaknya praktikum dapat dilakukan lebih cepat agar
durasi atau waktu praktikum tidak melebihi waktu yang telah
dialokasikan mengingat jumlah uji yang dilakukan cukup
banyak. Setiap praktikan juga hendaknya lebih fokus dalam
menjalankan praktikum sehingga hasil uji yang dihasilkan
lebih tepat dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Anstis, S., 2002. The Purkinje rod-cone shift as a function of


luminance and retinal eccentricity. Vision Res. 42, 2485
2491.
Barnstable, C.J., 2008. Visual Transduction And Non-Visual Light
Perception. Springer, United States of America.
Brooker, R.J., 2011. Biology. McGraw Hill, New York.
Campbell, N.A., 2004. Biologi Edisi kelima. Erlangga, Indonesia.
Christler, R., 2010. Handbook of Gender Research in Psychology.
Springer, USA.
Raven, P.H., Johnson, G.B., Mason, K.A., Losos, J.B., Singer,
S.R., Minorsky, P. V., Blake, D.B., 2011. Biology. McGraw
Hill, United States of America.
Seeley, R.R., 2008. Anatomy & Physiology. McGraw Hill, Boston.
Silverthor, D.U., Johnson, B.R., Obe, W.C., Garrison, C.W.,
Silverthorn, A.C., 2010. Human Physiology An Integrated
Approach. Pearson, New York.
Solomon, E.P., 2014. Biology. Thomson, United States of
America.
Sunaryo, 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Kedokteran ECG,
Jakarta.
Timby, B., 2014. Introductory Medical-Surgical Nursing. Lippincott
Williams & Wilkins, United Kingdom.

Anda mungkin juga menyukai