Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MIKROBIOLOGI TERNAK

“Sterilisasi Dan Tekhnik Penanaman Mikroba Dengan Metode Cawan Tuang”

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat,
berkat serta hidayahnya dan tentunya nikmat sehat sehingga penyusunan Makalah ini selesai sesuai
dengan apa yang diharapkan. Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih atas semua pihak yang ikut
membantu dalam penyusunan makalah Tentang “Sterilisasi Dan Tekhnik Penanaman Mikroba
Dengan Metode Cawan Tuang”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan berbagai
metode dan tujuan penanaman mikroorganisme dalam media yang sederhana dengan media PDA
agar bias menumbuhkan dan memindahbiakan mikroba yang memiliki peran penting dan harus
dikembang biakan dalam suatu media tertentu.

Semoga apa yang kami sampaikan melalui Makalah ini dapat menambah wawasan baik itu
untuk kami pribadi sebagai penyusun maupun dunia pendidikan pada umumnya.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Makalah ini, oleh
karena itu kami sangat mengharap adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini kedepanya.

Kupang, 30 November 2018

Penyusun
I. PENDAHULUAN

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh adanya nutrisi dan
faktor lingkungan. Bahan nutrisi yang tersedia dapat berupa bahan alami dan dapat pula berupa
bahan sintetis. Bahan nutrisi yang digunakan mikroorganisme biasanya berupa senyawa sederhana
yang tersedia secara langsung atau berasal dari senyawa yang kompleks yang kemudian dipecah
oleh mikroorganisme menjadi senyawa yang sederhana melalui proses enzimatik. Bahan nutrisi ini
dapat berupa cairan atau padatan setengah padat (semi solid) yang disebut sebagai media.
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan
menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu.
Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat
konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan. Penanaman bakteri atau biasa disebut juga
inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru
dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Inokulasi dilakukan dalam kondisi aseptik, yakni
kondisi dimana semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium dan pengerjaan, dijaga
agar tetap steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi.

Untuk mendapatkan atau menumbuhkan jenis mikroorganisme tertentu, maka dilakukan


isolasi.   Prinsip   dari  isolasi  mikroba  adalah   memisahkan   satu jenis   mikroba   dengan
mikroba   lain   yang   berasal   dari   campuran   bermacammacam mikroba. Dengan menggunakan
isolasi ini dapat  diidentifikasikan jenis bakteri tertentu baik dari kelimpahan maupun  
morfologinya. Isolasi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu  metode cawan tuang  dan  metode
cawan gores.

Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan


kemurnian biakan selama pemindahan berulangkali. Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali
memerlukan pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan mikroorganisme
ini dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan selama pemindahan
berulangkali.
II. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum ini dilakukan diantaranya sebagai berikut:

1. Agar mengetahui tekhnik memindahbiakan mikroorganisme kedalam sebuah media yang


sederhana
2. Untuk mengamati pertumbuhan mikroba dalam media
3. Untuk mengetahui cara pengenceran mikroba dengan metode cawan tuang
4. Untuk mendalami materi tentang pemindahan mikroba dan cara mengisolasi
mikroorganisme dalam sebuah media.

III. METODE PRAKTIKUM


 Waktu dan tempat praktikum
a. Waktu
Praktikum dilaksanakan pada hari, tanggal : Senin, 10 Desember 2018
b. Tempat
Praktikum ini dilakukan di Ruangan Lab Reproduksi FAPET UNDANA.
 Alat dan Bahan praktikum
a. Alat

 Pisau  Sendok
 Labu gelas  Rak tabung reaksi
 Cawan petri untuk penanaman  Tabung reaksi
mikroba  Autoklav untuk steril
 Alat tulis  Helemeyer
 Kamera  Tabung penyemprot alcohol
 Penompan  Pembakar Bunsen
 Penjepit  Pipet ukur 10 ml yang telah
 Neraca ukur atau Timbangan disterilkan
 Tabung reaksi
b. Bahan

 Gula (Dektrosa)  Aluminium foil


 Agar powder  Plastik Warp
 Kentang  Kertas pembungkus
 Air (Aquades)  Tissue
 Mentega  Kertas label
 Alcohol 70%

 Prosedur Kerja

a. Siapkan Kentang sebanyak 100 gram lalu potong kecil-kecil.


b. Rebus kentang dalam Air Aquades sebanyak 500 ml dalam waktu ± 45 menit
c. Aduk secara perlahan dengan arah yang sama selama pemasakan
d. Ekstrak kentang yang sudah dimasak disaring sebanyak 250 ml
e. Tambahkan Dektrosa sebanyak 3 gram dan Agar Powder sebanyak 5 gram
f. Larutkan campuran lalu dimasak, dan setelah larutan terlarut secara merata, dinginkan
dalam suhu kamar lalu siap untuk disteril.
g. Diambil enceran sebanyak 1 tetes pada tabung reaksi ketiga, kemudian buka cawan
petri yang telah berisi media agar dan dekatkan pada bunsen, diteteskan perlahan
enceran dari tabung reaksi tiga ke cawan petri.
h. Diberi label nama pada cawan petri steril
i. Dibalik cawan petri kemudian dibungkus dengan kertas HVS dan di
j. Pipet 1 ml dari cawan 10 ˉ ¹º kemudian dimasukan ke tabung reaksi yang ke 9 atau yang
disebut pengencer ke dua (10 ˉ ⁹), lakukan sampai pengenceran terakhir (10 ˉ ¹)
k. Ambil 1 ml pada pengenceran 10 ˉ ⁶, 10 ˉ ⁵, 10 ˉ ⁴, 10 ˉ³, 10 ˉ ², dan 10 ˉ ¹ tuang
kecawan petri kemudian ditambahkan media NA yang masih cair (± 45˚C) lakukan
secara duplo, kocok hingga homogen.
l. Lakukan pengamatan dan perhitungan jumlah koloni.
IV. TINJAUAN PUSTAKA

Pengenceran adalah melarutkan atau melepasan mikroba dari substratnya ke dalam air
sehingga lebih mudah penanganannya. Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi
kepadatan bakteri yang ditanam (Fais, 2009).

Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau memperkecil


konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam larutan sehingga volume larutan
menjadi berubah (Nurohaianah et al, 2007).

Sterilisasi dilakukan di dalam praktikum mikrobiologi bertujuan agar sebelum


melakukan praktikum, alat-alat yang digunakan telah ter-sterilisasi agar tidak ada mikroba
yang mengkontaminasi dalam praktikum yang akan dilakukan, karena akan sangat
berpengaruh terhadap hasil praktikum yang akan dikerjakan(Winarni, 1997).
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan
bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat
tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar
semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar
menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).
Media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan
tidak tetap tinggal di tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel itu dipisahkan dengan cara
pengenceran, kemudian ditumbuhkan dalam media padat dan dibiarkan membentuk koloni,
maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan
petri-cawan petri yang terpisah (Dwidjoseputro, 1980).
Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar
memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga memungkinkan
setiap selnya berhimpun membentuk koloni, yaitu sekelompok massa sel yang dapat dilihat
dengan mata telanjang. Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum, dengan
menginokulasi medium agar nutrien (nutrien agar) dengan metode agar tuang atau media
agar sebar, sel-sel mikroorganisme akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel
mikroba individu memperbanyak diri secara cepat sehingga dalam waktu 18 sampai 24 jam
terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni dapat terlihat oleh
mata telanjang. Setiap koloni merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme
(Pelczar dan Chan, 2007).
Medium ialah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau
didalamnya. Untuk dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan sebaik  – sebaiknya.
Pertama harus dapat memahami kebutuhan dasar nya. Lalu mencoba memformulakan
meskipun persyaratan nutrien mikroorganisme amat beragam, namun sebagai makhluk
hidup, mereka mempunyai kebutuhan dasar yang sama yaitu meliputi air, karbon, energi,
mineral dan faktor tumbuh (Hadioetomo, 1985).

Metode pour plate (cawan tuang) adalah suatu teknik untuk menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih
cair dengan stok kultur bakteri (agar) sehingga sel - sel tersebut tersebar merata dan diam
baik di permukaan agar atau di dalam agar (Harley and Presscot, 2002).

Menurut Asriyah (2010) dalam metode pour plate (cawan tuang) diperlukan
pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri. Setelah
diinkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung.
Metode pour plate sangat mudah dilakukan karena tidak membutuhkan keterampilan khusus
dengan hasil biakan yang cukup baik. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber
isolate yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 mL garam fisiologis (NaCl 0,85%) atau
larutan buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagi penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak
akibat menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan beberapa kali agar biakan
yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi cawan (biakan terlalu padat akan
mengganggu pengamatan). Sekitar 1 ml suspensi dituang ke dalam cawan petri steril,
dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur (nutrien agar) steril hangat (40 50⁰C)
kemudian ditutup rapat dan diinkubasi selama 1 - 2 hari pada suhu 37⁰C. Penuangan
dilakukan secara aseptik atau dalam kondisi steril agar tidak terjadi kontaminasi atau
tumbuh atau masuknya organisme yang tidak diinginkan.

Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang


disebut madium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada
medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber
karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan suatu medium
yang sangat kompleks yaitu berupa medium yang ditambah darah atau bahan-bahan
kompleks lainnya. (Volk,1993)

Media pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari


campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media yang berupa
molekumolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media
pertumbuhan dapat dilakukan isolate mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga
manipulasi komposisi media pertumbuhan (Pratiwi, 2008).

Pembuatan media didasarkan pada fungsi komposisi media dan konsistensinya sehingga
dapat tumbuh dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Media berfungsi untuk
menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifatsifat fisiologis dan
perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan
menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media. (Hadietomo,1993)

Media yang dituang hendaknya tidak terlalu panas, karena selain mengganggu  proses
penuangan (media panas sebabkan tangan jadi panas juga), media panas masih
mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup, sehingga mengganggu proses
pengamatan. Pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur diletakkan
terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat kemudian diletakkan dalam
incubator. Pada metode pour plate volume kultur sebanyak 0,1 - 1,0 mL diambil dan
dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Kemudian ditambahkan media agar cair dan
dilakukan pencampuran antara kultur dan media dengan memutar cawan petri secara pelan
pada permukaan yang rata. Karena sampel dicampur dengan media agar cair, maka volume
kultur yang digunakan dapat lebih tinggi dibanding dengan metode spread plate. Pada
pengujian dengan metode pour plate, kultur/sampel mikroba yang digunakan harus dapat
bertahan hidup pada saat media agar dengan suhu sekitar 45ºC ditambahkan.

Menurut Asriyah (2010) ada keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan metode
pour plate.
Keuntungan metode pour plate adalah sebagai berikut :

1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung


2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk.
4. Mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan penambahan spesifik.

Kelemahan metode pour plate adalah sebagai berikut :

1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya, karena beberapa
sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.
2. Medium dan kondisi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda.
3. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni
yang kompak dan jelas, tidak menyebar.
4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga pertumbuhan koloni
dapat dihitung.

V. HASIL PRAKTIKUM

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka memperoleh hasil sebagai berikut:

5.1 Prosedur/tahap-tahap pembuatan media sederhana

Berikut adalah prosedur pembuatan media sederhana atau PDA:

a. Siapkan Kentang sebanyak 100 gram lalu potong kecil-kecil.


b. Rebus kentang dalam Air Aquades sebanyak 500 ml dalam waktu ± 45 menit
c. Aduk secara perlahan dengan arah yang sama selama pemasakan
d. Ekstrak kentang yang sudah dimasak disaring sebanyak 250 ml
e. Tambahkan Dektrosa sebanyak 3 gram dan Agar Powder sebanyak 5 gram
f. Larutkan campuran lalu dimasak, dan setelah larutan terlarut secara merata,
dinginkan dalam suhu kamar lalu siap untuk disteril.

5.2 Sterilisasi
Tindakan sterilisasi alat dan bahan serta tangan menggunakan alcohol dengan tujuan agar
tidak terjadinya kontaminasi dengan cara menyemprotkan pada bahan dan alat serta tangan yang
digunakan. Adapun alat steril lain yaitu pembakar spirtus dengan cara mendekatkan cawan
dantabung reaksi saat dibuka maupun saat memidahkan mikroba.

5.3 Cara pengenceran mikroorganisme

Pengenceran mikroba dengan sampel air dari got dilakukan selama 8 kali pengenceran.
Berikut adalah tekhnik pengenceranya.

1. Sample yang disediakan dimasukkan ke dalam tabung pengenceran pertama


(1/10 atau 10 ˉ ¹) secara aseptis, setelah sample masuk lalu dikicok (gojok)
sampai tercampur merata.
2. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ ¹ dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ ² secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
3. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ ² dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ ³ secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
4. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ³ dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ ⁴ secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
5. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ ⁴ dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ ⁵ secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
6. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ ⁶ dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ ⁷ secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
7. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ ⁷ dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ ⁸ secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
8. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ ⁸ dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ⁹ ⁸ secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
9.
10.
5.4 Cara dan metode penanaman mikroorganisme

Penanaman mikroba dilakukan setelah melakukan pengenceran dengan memindahkan atau


memasukan mikroorganisme kedalam sebuah media dalam cawan petri. Cawan petri yang telah
dimasukan media dan mikroba lalu dibalik. Selanjutnya lakukan penamaan pada cawan agar
mudah diamati.

5.5 Menghitung CFU

Berdasarkan media yang dibuat yaitu media PDA maka; mikroba yang tumbuh dalam media
lebih didominasi oleh mikroba jenis kapang disbandingkan jenis bakteri. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan jumlah kapang yang tumbuh pada media ini dijelaskan seperti:

1. Dalam cawan petri berkode nomor 1, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang di
banding bakteri.
2. Dalam cawan petri berkode nomor 2, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang
dibanding bakteri.
3. Dalam cawan petri berkode nomor 3, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang
dibanding bakteri.
4. Dalam cawan petri berkode nomor 4, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang
dibanding bakteri.
5. Dalam cawan petri berkode nomor 5, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang
dibanding bakteri.
6. Dalam cawan petri berkode nomor 6, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang dan
hamper tidak adanya tanda-tanda pertumbuhan bakteri.
7. Dalam cawan petri berkode nomor 7, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang dan
tidak adanya tanda-tanda pertumbuhan bakteri.
8. Dalam cawan petri berkode nomor 8, Hanya ditumbuhi mikroba jenis kapang
VI. PEMBAHASAN

6.1 Prosedur/tahap-tahap pembuatan media sederhana

Berikut adalah prosedur pembuatan media sederhana atau PDA:

a. Siapkan Kentang sebanyak 100 gram lalu potong kecil-kecil.


b. Rebus kentang dalam Air Aquades sebanyak 500 ml dalam waktu ± 45 menit
c. Aduk secara perlahan dengan arah yang sama selama pemasakan
d. Ekstrak kentang yang sudah dimasak disaring sebanyak 250 ml
e. Tambahkan Dektrosa sebanyak 3 gram dan Agar Powder sebanyak 5 gram
f. Larutkan campuran lalu dimasak, dan setelah larutan terlarut secara merata,
dinginkan dalam suhu kamar lalu siap untuk disteril.

6.2 Sterilisasi

Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu , penggunaan panas ( pemijaran
udara panas ) , penyaringan , penggunaan bahan kimia ( etilena oksida , asam perasetat , formal
dehida dan glutaraldehida alkalin) . Pencemaran biasanya berasal dari udara yang mengandung
banyak mikroorganisme . Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan
mematuhi prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi .  Pada praktikum ini akan
dilakukan teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril untuk mempelajari
mikrobiologi dengan satu kultur murni saja .  Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali
memerlukan. Pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran .  Pemindahan
mikroorganisme ini dilakukan dengan metode cawan tuang untuk mempertahankan kemurnian
biakan selama pemindahan berulangkali. Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali
memerlukan pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan
mikroorganisme ini dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan
selama pemindahan berulangkali.

Pengertian sterilisasi adalah proses pembebasan alat atau bahan baik berupa padat atau
cairan dari segala bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Sterilisasi umumnya di lakukan
dengan autoklaf untuk yang menggunakan panas bertekanan. Cara lain yang kini dikembangkan
adalah sterilisasi basah untuk produk-produk yang tidak tahan panas . Proses Sterilisasi Berikut
beberpa contoh proses sterilisasi yang sering dilakukan dalam sekala praktikum laboratorium
maupun dalam sekala pabrik, diantara yaitu: berikut ini adalah jenis proses bertekanan pada suhu
121ºC selama 15 menit.

Maka sterilisasi terbagi atas beberapa bagian diantaranya adalah:

a. Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab

Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah
diangkat (portable) dengan menggunakan air jenuh basah dapat digunakan untuk mensterilkan
bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (misalnya minyak) dan tidak rusak bila
dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110ºC dan 121ºC. Bahan-bahan yang biasanya
disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum, air suling, peralatan
laboratorium, biakan yang dibuang, medium yang tercemar, dan bahan-bahan dari karet.

Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah:

 Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betulbetul dari
ruang sterilisator;
 Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap, karena itu tabung dan labu
kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap di
dasarnya;
 Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permeabel terhadap uap;
 Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus mencapai 121ºC dan
dipertahankan setinggi itu selama 15 menit

b. Sterilisasi kering

Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan cara pemanasan
langung sampai merah, meayangkan di atas nyala api, pembakaran dan sterilisasi dengan
udara panas (oven). Pemanasan kering sering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas di
laboratorium. Dalam sterilisasi panas kering, bahan yang sering disterilkan adalah pipet,
tabung reaksi, cawan petri dari kaca, dan barang-barang pecah belah lainnya. Bahan-bahan
yang disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya
dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven.

Sebelum melakukan sterilisasi udara panas kering ini terlebih dahulu membungkus alat-
alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil, setelah itu atur pengatur suhu oven
menjadi 160ºC dan alat disterilkan selama 2 jam.

c. Sterilisasi uap

Uap panas pada suhu 100ºC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir. Metode ini
mempunyai keterbatasan. Penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi
bertingkat untuk mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk larutan
yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal tumbuh di bawah kondisi ini,
karena bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri tidak membentuk spora. Temperatur suhu
titik mati bervariasi, tetapi tidak ada bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya,
suatu perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh semua bentuk
vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan spora. Untuk meyakinkan penghancuran
spora, dilakukan sterilisasi bertingkat. Proses ii dilakukan dengan waktu yang bervariasi, dari
20-60 menit setiap hari selama 3 hari. Setiap hari setelah sterilisasi bahan disimpan pada
inkubator pada 37ºC. Prinsip dari metode ini adalah pada saat pemaparan pertama, uap
membunuh bakteri vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan pada
inkubator atau pada suhu ruangan selama 24 jam, spora akan tumbuh ke dalam bentuk
vegetatif. Spora yang telah tumbuh ini akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua.
Kesuksesan dari proses ini tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk vegetatif
selama masa istirahat.

d. Penyaringan (filtrasi)

Penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan


larutan yang dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-
pori 0,45 mikron atau kurang akan menghilangkan jasad renik yang terdapat di dalam larutan
tersebut. Penyaring yang banyak digunakan terbuat dari gelas sinter, selulsa dan asbestos atau
penyaring Seitz. Pori-pori dari penyaring tersebut berkiras antara 0,22 sampai 10 mikron.
Pori-pori yang lebih kasar biasanya digunakan untuk penjernihan sebelum digunakan pori-
pori yang lebih halus, sehingga tidak terjadi penyumbatan. Penyaring yang biasa digunakan
untuk bakteri tidak dapat menahan atau menyaring virus atau mikoplasma.Beberapa contoh
bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini adalah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin,
bakteri, medium sintetik tertentu, dan antibiotik. Pori-pori yang lebih kasar biasanya
digunakan untuk penjernihan sebelum digunakan pori-pori yang lebih halus, sehingga tidak
terjadi penyumbatan.

Ada beberapa macam filter, yaitu:

1) Filter Swinny Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adaptor
khusus yaitu terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan layer dan pencuci.
Keutamaan untuk digunakan filter swinny dibungkus dengan kertas dan autoklaf.
Bagian yang dipotong dihubungkan pada spoit werlock dan cairan dimasukkan ke
potongan asbes dengan menggunakan tekanan pada sal spoit.
2) Filter Fritted-Glass Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan ukurannya.
Setelah potongan dibentuk, potongan disegel dengan pemanasan di dalam gelas
pirex seperti corong buhcner.
3) Filter Berkefeld dan Mandler Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos
dan kalium sulfat. Berkefeld juga tersusun dari tanah silika murni. Masing-
masing filter bermuatan negatif.
4) Filter Selas Filter ini secara kimia bersifat resisten terhadap semua larutan yang
tidak menyerang silika.
5) Filter Candles-Pasteur-Chamberland Terbuat dari bahan pori porselen tak berkaca
dengan pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat.
e. Sterilisasi dengan desinfektan

Desinfektan adalah zat yang dapat membunuh bakteri. Senyawa kimia yang banyak
digunakan sebagai esinfektan antara lain: larutan AgNO3, CuSO4, HgCl2, ZnO, serta alkohol
dan campurannya. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri
dapat dibagi atas garam-garam, logam, fenol, dan senyawa-senyawa lain yang sejenis,
formaldehida,yodium, alkohol, klor, zat warna, detergen, sulfonamida, dan antibiotik.
Umumnya bakteri yang muda kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri
yang tua. Kepekatan, konsentrasi dan lamanya berada di bawah pengaruh desinfetan
merupkan faktorfaktor yang berperan dalam sterilisasi jenis ini.

f. Sterilisasi gas

Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh
mikroorganisme dan sporanya. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi
gas adalah etilena oksida, asam parasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin. Cara ini
diterapkan pada suhu kamar selama 2-18 jam tergantung pada bahan kimianya. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dapat sterilisasi gas antara lain:

1) Lamanya waktu yang diperlukan sesudah perlakuan untuk menghilangkan semua sisa
bahan kimia yang digunakan;
2) Daya bahan bakar yang bersangkutan;
3) Persyaratan peralatan;
4) Biaya pelaksanaan.

g. Sterilisasi dengan radiasi

Sterilisasi dengan radiasi dapat dilakukan dengan sinar gamma (sinar UV kadang juga
digunakan tetapi tidak begitu baik karena daya tembusnya lemah) namun penggunaannya
terbatas karena menuntut persyaratan keamanan dan biaya tinggi

6.3 Pengenceran mikroorganisme

Agar mikroorganisme tidak terlalu bervariasi dan tidak terlalu banyak sehingga
memudahkan pengamatan pertumbuhan mikroba tersebut maka dilakukanya pengenceran.
Langkah dan proses pengenceran mikroorganisme

11. Sample yang disediakan dimasukkan ke dalam tabung pengenceran pertama


(1/10 atau 10 ˉ ¹) secara aseptis, setelah sample masuk lalu dikicok (gojok)
sampai tercampur merata.
12. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ ¹ dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ ² secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
13. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ ² dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ ³ secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
14. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ³ dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ ⁴ secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
15. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ ⁴ dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ ⁵ secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
16. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ ⁶ dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ ⁷ secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
17. Diambil 1 ml dari tabung 10 ˉ ⁷ dengan pipet ukur kemudian dipindahkan
ketabung 10 ˉ ⁸ secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen.
6.4 Media pertumbuhan mikroorganisme

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna
untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan
isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan  perhitungan jumlah mikroba. Dapat
disimpulkan media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang dipakai
untuk menumbuhkan mikroba.

6.5 Menghitung CFO

Berdasarkan media yang dibuat yaitu media PDA maka; mikroba yang tumbuh dalam media
lebih didominasi oleh mikroba jenis kapang disbandingkan jenis bakteri. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan jumlah kapang yang tumbuh pada media ini dijelaskan seperti:

1. Dalam cawan petri berkode nomor 1, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang di
banding bakteri.
2. Dalam cawan petri berkode nomor 2, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang
dibanding bakteri.
3. Dalam cawan petri berkode nomor 3, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang
dibanding bakteri.
4. Dalam cawan petri berkode nomor 4, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang
dibanding bakteri.
5. Dalam cawan petri berkode nomor 5, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang
dibanding bakteri.
6. Dalam cawan petri berkode nomor 6, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang dan
hamper tidak adanya tanda-tanda pertumbuhan bakteri.
7. Dalam cawan petri berkode nomor 7, lebih didominasi oleh mikroba jenis Kapang dan
tidak adanya tanda-tanda pertumbuhan bakteri.
8. Dalam cawan petri berkode nomor 8, Hanya ditumbuhi mikroba jenis kapang

VII. PENUTUP

Kesimpulan

Teknik pengenceran biakan serial bakteri dalam beberapa tahapan mengakibatkan


bakteri tidak terdapat dalam jumlah banyak dan dapat dihitung koloni selnya. Pengenceran
menunjukkan variasi jumlah bakteri mulai dari koloni sampel tidak dapat untuk dihitung
(TBUD) dan ada pula bakteri yang tidak tumbuh dikarenakan kontaminan. Penghitungan
bakteri dengan metode hitungan cawan dilakukan dengan melakukan metode cawan sebar
dan metode cawan tuang.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Cahaya, 2011. Mikroba dan Peranannya dalam Kehidupan. http://cahaya_timur.wordpress.com.


Diakses pada 15 April 2017, 13:30 WIB.

Wardhaniah et.al, 2007. Media . Jakarta : UI Press.

Waluyo, 2004. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Universitas Jenderal Sudirman

Dwijoseputro. 1998. Biologi – Jilid 2.ed.2. Erlangga: Jakarta

Dwidjoseputro, 1980,  Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan : Jakarta.

Pelczar dan Chan. 2007. Analisis Mikroba pada Inokulasi . Edisi Kelima.Erlangga: Jakarta.

Muslim. 2011. http://pengujiankadarpengendalian.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 15 April


2017 pukul 13 :22 WIB di Jambi.

Anda mungkin juga menyukai