ABSTRACT
Porous membrane in membrane technology is achieved by controlling solvent evaporation time to obtain
various pore size. This various size is expected to affect filtration with various feed concentration at which a
part of soluble particles could be retained. Solvent evaporation time and feed concentration effect on flux and
turbidity of apple juice filtration is studied.
PENDAHULUAN METODOLOGI
apel. Proses filtrasi dilakukan dengan metode dead pengupan pelarut (diklorometana) memiliki tiga
end yang rangkaian alatnya disajikan pada Gambar taraf, yaitu 25, 50 dan 75 detik, sedangkan faktor
2. Filtrasi ini berlangsung pada tekanan trans- perlakuan untuk konsentrasi saribuah apel terdiri
membran 2 (dua) atm, kecepatan alir sebesar 0.92 atas tiga faktor, yaitu 1:3, 1:4 dan 1:5. Tiap
m/det, dan suhu ruang 25-29 oC. perlakuan diulang sebanyak 2 (dua) kali.
Karakterisasi lainnya adalah pengujian
terhadap ketebalan, gramatur, dan penyerapan air
membran.
2 1
Pencampuran
(25-29 o C)
Keterangan :
Yijℓ = Variabel respon (yaitu fluks dan kekeruhan)
Penguapan hasil observasi ke-ℓ yang terjadi karena
(25, 50 dan 75 detik) pengaruh taraf ke-i faktor T, taraf ke-j faktor
(25-29 o C) C
µ = Pengaruh rata-rata yang sebe-narnya
Ti = Pengaruh faktor lama penguapan pelarut
Perendaman (diklorometana) taraf ke-i (i=1,2,3)
4 (25-29 o C) Cj = Pengaruh faktor konsentrasi umpan taraf ke-j
(j=1,2,3)
TiCj = Pengaruh sebenarnya dari inter-aksi taraf ke-i
faktor T dan taraf ke-j faktor C
εℓ(ij) = Pengaruh galat dari unit perco-baan ke-ℓ
Membran Selulosa Asetat dalam kombinasi
ini diduga akibat penggunaan bahan aditif yang selulosa asetat komersial. Kadar asetil yang tinggi
memberikan efek putih. Bentuk selulosa asetat pada kedua selulosa asetat ini memungkinkan kedua
mikrobial adalah serbuk yang lolos dari saringan selulosa asetat tersebut sukar larut dalam pelarut
berukuran 30 mesh, sedangkan selulosa asetat aseton namun selulosa asetat komersial yang me-
komersial berbentuk butiran. miliki kadar asetil tinggi ini dapat larut dalam
aseton. Larutnya selulosa asetat komersial diduga
akibat perbedaan jenis dan komposisi bahan yang
digunakan dalam pembuatan polimernya.
Menurut Kirk dan Othmer (1993), Fengel dan
Wegener (1995), dan Wenten (1999), selulosa asetat
yang memiliki kadar asetil 43.0-44.8 persen atau
lebih dapat larut dalam pelarut diklorometana.
Selulosa asetat ini memiliki derajat substitusi (DS)
berkisar antara 2.8-3.0 dan selulosa asetat dengan
kisaran DS ini dikenal dengan nama selulosa
triasetat. Oleh karena itu, selulosa asetat mikrobial
yang dihasilkan tersebut diperkirakan selulosa tri-
Gambar 3. Selulosa asetat (A) mikrobial dan (B) asetat.
komersial Selulosa asetat mikrobial sebesar 6.74 persen,
polietilena glikol (PEG) 4000 sebesar 4.08 persen,
Perbedaan yang terlihat secara fisik ini diduga dan pelarut diklorometana sebesar 89.18 persen
bahwa selulosa asetat tersebut memiliki perbedaan merupakan komposisi bahan dalam larutan casting.
nilai untuk kadar air, kadar abu, dan kadar asetilnya. Larutan ini digunakan dalam pembuatan membran
Hasil pengujian untuk kadar selulosa asetat tersebut selulosa asetat mikrobial. Membran yang diperoleh
ditunjukkan pada Tabel 1. transparan seperti plastik dengan ketebalan rata-rata
sebesar 26 µm, gramatur rata-rata sebesar 2.68 mg/
Tabel 1. Karakteristik Selulosa Asetat. cm2, dan daya serap rata-rata sebesar 15.95 persen.
No Jenis Analisa Selulosa Selulosa
Fluks
(%) Asetat Asetat
Mikrobial Komersial
Fluks atau permeabilitas merupakan jumlah
1. Kadar air 3.76 7.45 volume permeat (filtrat) yang diperoleh pada operasi
2. Kadar abu 0.33 2.78 pemisahan membran per satuan luas permukaan
3. Kadar asetil 44.12 52 membran dan per satuan waktu (Scott dan Hughes,
1996; Mulder, 1996). Nilai fluks yang diperoleh
Kadar air selulosa asetat berda-sarkan Tabel 1 pada filtrasi saribuah apel ditunjukkan pada Gambar
menunjukkan bahwa selulosa asetat mikrobial 4 berikut ini.
memiliki ka-dar air sebesar 3.76 dan nilainya lebih
rendah daripada selulosa asetat komersial. Selulosa
250
asetat yang memiliki kadar air rendah memungkin-
kan terjadi kenaikan kadar air selama penyimpanan. 200
Fluks (l/jam.m 2 )
penguapan pelarut diklorometana 50 detik dan kon- (1993), saribuah mengandung komponen air, gula,
sentrasi umpan pada 1:4 (satu gram dalam empat zat warna, dan aroma.
mililiter air), sedangkan fluks tertinggi diperoleh dari Berkurangnya kekentalan umpan memung-
filtrasi menggunakan membran dengan lama kinkan partikelnya lebih cepat melewati pori
penguapan pelarut diklorometana 75 detik dan membran. Akibatnya, polarisasi konsentrasi di per-
konsentrasi umpan pada 1:5. mukaan membran pun dapat berkurang atau dihin-
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa dari.
lama penguapan pelarut diklorometana dan Interaksi terbaik terhadap fluks diperoleh
konsentrasi umpan berpengaruh nyata terhadap fluks pada lama penguapan pelarut diklorometana 75 detik
pada =0.05. Pengaruhnya tersebut terjadi pada dan konsentrasi umpan 1:5 pada tingkat kepercayaan
taraf lama penguapan pelarut 75 detik dan 95 %. Hal ini diduga karena pori membran dengan
konsentrasi umpan 1:5 pada tingkat kepercayaan 95 lama penguapan pe-larut diklorometana 75 detik
persen. lebih sesuai untuk molekul umpan dengan
Semakin kecil ukuran pori yang terbentuk konsentrasi yang encer (1:5) sehingga lebih banyak
memungkinkan partikel yang dialirkan tidak saling molekul yang lolos dari pori membran dan
bertubrukan baik dengan partikel lain ataupun ditunjukkan dengan volume filtrat yang diperoleh
dengan dinding porinya karena menurut Wenten menjadi lebih besar. Besarnya volume filtrat ini
(1999), membran yang ukuran porinya besar (r > 10 mengakibatkan besarnya nilai fluks yang dihasilkan.
µm) memiliki peluang terjadi aliran Knudsen atau
aliran viscous. Aliran ini terjadi akibat tubrukan Kekeruhan
antara molekul dengan dinding pori atau molekul
yang satu dengan molekul lainnya dan tubrukan ini Kekeruhan saribuah apel dise-babkan oleh
menyebabkan terjadinya penyatuan molekul. Ada- senyawa non biologi se-perti tanin, protein, atau
nya penyatuan molekul dapat menghambat molekul polisakarida yang dibawa dari buah maupun keke-
lain yang akan melewati pori sehingga volume filtrat ruhan juga disebabkan oleh mikroorganisme (Buren
yang diperoleh menjadi rendah. Mekanisme aliran dan Kilara, 1989).
ini ditunjukkan Gambar 5 berikut ini. Kekeruhan saribuah dapat diminimalkan atau
dihilangkan dengan melakukan proses filtrasi mau-
pun penjernihan. Proses filtrasi dilakukan dengan
tujuan untuk menghilangkan padatan yang tarsus-
pensi sedangkan proses penjernihan dilakukan
dengan tujuan menghilangkan zat-zat koloid dengan
menggunakan diantaranya pemanasan, bentonit, atau
presipitasi (gelatin-tanin) (Considine, 1982).
Proses filtrasi menggunakan membran mem-
berikan kemudahan untuk memperoleh saribuah
Gambar 5. Skema aliran viscous atau aliran Knudsen. yang langsung jernih. Menurut Mclellan (1993),
proses ultrafiltrasi merupakan proses filtrasi meng-
Aliran Knudsen atau viscous diduga terjadi gunakan membran dengan tujuan untuk penjernihan
pada pori dengan lama penguapan diklorometana 25 atau pemisahan padatan terlarut dan tidak terlarut
detik karena ukuran porinya paling besar yaitu 20.1- dalam saribuah. Penggunaan membran ultrafiltrasi
30.2 µm. Lama penguapan pelarut 75 detik diduga secara luas dapat menggantikan pemakaian tanah
memiliki ukuran pori yang sesuai dengan ukuran diatom (fungsinya sama seperti bentonit) dan dapat
partikel umpannya. Akibatnya, penyatuan partikel mengurangi penggunaan enzim pektinase dalam
dapat diminimalisasi dan lebih banyak partikel penjernihan saribuah (Eykamp, 1997; Wenten,
umpan yang lolos saat filtrasi berlangsung. 1999).
Konsentrasi umpan dengan kekentalan yang Kekeruhan saribuah apel diukur nilainya
sama diduga memiliki laju alir yang sama. Semakin dengan menggunakan spektrofotometer pada pan-
kental konsentrasinya maka laju alir partikel umpan- jang gelombang 520 nm dan nilainya ditunjukkan
nya semakin lambat. Keadaan ini memungkinkan dalam persen transmisi. Nilai persen transmisi pada
terjadinya penyatuan dengan partikel lain atau alat menunjukkan besar cahaya yang mampu dile-
dengan dinding pori. watkan oleh bahan.
Penambahan air dalam pembuatan saribuah Nilai kekeruhan yang ditunjukkan pada
apel diduga dapat mengurangi kekentalan saribuah Lampiran 2.2 merupakan persen nilai rasio antara
karena penambahan air dengan volume yang lebih selisih persen transmisi permeat dan umpan dengan
besar memungkinkan konsentrasi air dalam saribuah persen transmisi permeatnya. Kekeruhan yang di-
apel menjadi bertambah. Menurut Sancho dan Rao peroleh selama proses filtrasi dapat dilihat pada
Gambar 6.
Buren, P. V. dan A. Kilara. 1989. Clarification of Mulder, M. 1996. Basic Principles of Membrane
Apple Juice. Didalam D. L. Downing (ed.). Technology. Kluwer Academic Publisher,
Processed Apple Products. Van Nostrand Netherland.
Reinhold Company, New York. Nelson, P. T. dan D.Tressler. 1980. Fruit And
Considine, D. M. 1982. Foods and Food Production Vegetable Juice Processing Technology. 3rd
Encyclopedia. Van Nostrand Reinhold Edition. The AVI Publishing Company, Inc.
Company, New York. Westport, Connecticut.
Eykamp, W. 1997. Membrane Separation in Sancho, M. F. dan M. A. Rao. 1993. Factors
Downstream Processing. Didalam E. Influencing Aroma Recovery and
Goldberg (ed.). Handbook of Downstream Concentration. Didalam D. L. Downing (ed.).
Processing. Chapman & Hill, London. Juice Technology Workshop, 18-19 October
Fengel, D dan G. Wegener. 1995. Kayu: Kimia, 1993. Ithaca, New York.
Ultrstruktur, Reaksi-reaksi. Gadjah Mada Scott, K. Dan R. Hughes. 1996. Industrial
University Press, Yogyakarta. Membrane Separation Technology. Blackie
Kirk, B. E. Dan D. F. Othmer. 1993. Encyclopedia Academic and Proffesionals, London.
of Chemical Technology. The Interscience Sudjana. 1994. Desain dan Analisis Eksperimen.
Encyclopedia Inc., New York. Edisi tiga. Penerbit Tarsito, Bandung.
Mclellan, M. R. 1993. An Overview of Juice Wenten, I. G. 1999. Teknologi Membran Industrial.
Filtration Technology. Didalam D. L. Penerbit Institut Teknologi Bandung,
Downing (ed.). Juice Technology Workshop, Bandung.
18-19 October 1993. Ithaca, New York.