Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Lama Penguapan Pelarut (Diklorometana)……

PENGARUH LAMA PENGUAPAN PELARUT (DIKLOROMETANA)


DAN KONSENTRASI UMPAN TERHADAP FILTRASI SARIBUAH APEL
PADA MEMBRAN SELULOSA ASETAT MIKROBIAL

Abdul Aziz Darwis, Proyoga Suryadarma, dan Ely Rosita

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

ABSTRACT

Porous membrane in membrane technology is achieved by controlling solvent evaporation time to obtain
various pore size. This various size is expected to affect filtration with various feed concentration at which a
part of soluble particles could be retained. Solvent evaporation time and feed concentration effect on flux and
turbidity of apple juice filtration is studied.

PENDAHULUAN METODOLOGI

Selulosa asetat dan turunan selulosa lainnya Bahan dan Alat


telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan dalam
pembuatan membran. Membran dimanfaatkan in- Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
dustri dalam pembuatan produk maupun penanganan adalah selulosa asetat mikrobial berbahan dasar
limbah. selulosa mikrobial (nata de coco), polietilena glikol
Industri buah apel menggunakan membran (PEG) 4000, diklorometana, bahan kimia untuk
untuk memisahkan atau memfiltrasi komponen analisa, apel manalagi dan aquades.
koloidal yang mengakibatkan kekeruhan pada sari Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
buah. Proses pemisahan atau filtrasinya merupakan adalah neraca analitik, blender, pisau, peralatan
proses penjernihan saribuah. Kejernihan saribuah gelas, termometer, alat pengaduk magnetik, lem-
apel lebih diinginkan karena menurut Neubert pengan kaca, spektrofotometer, mikrometer, mikros-
(1943) didalam Nelson dan Tressler (1980), di kop elektron dan alat penyaringan vakum.
Amerika sebagian besar saribuah apel dijual dalam
keadaan yang telah difiltrasi atau telah dijernihkan. Metode
Pemisahan atau filtrasi ini dapat mengguna-
kan membran dengan jenis mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, Pembuatan Membran
dan osmosa balik. Membran tersebut dibedakan atas
dasar ukuran porinya. Ukuran pori ini dapat dipero- Membran dibuat dengan cara melarutkan
leh dengan pengaturan lama penguapan pelarut. selulosa asetat (6.74 % b/b) dalam campuran diklo-
Lama penguapan pelarut dalam pembuatan rometana (89.18 % b/b) dan polietilena glikol 4000
membran mempengaruhi ukuran pori yang dihasil- (4.08 % b/b) hingga rata. Selanjutnya, larutan
kan. Semakin lama penguapan pelarut, maka ukuran dibiarkan selama 48 jam pada suhu ruang sebelum
pori yang diperoleh akan semakin kecil atau men- dilakukan pencetakan. Proses pencetakan dilakukan
dekati rapat (dense). Sebaliknya semakin cepat dengan menuangkan larutan casting pada kaca tipis
penguapan pelarut, maka ukuran pori yang diperoleh (yang kedua sisinya telah diberi double tape) dan
semakin besar. diratakan menggunakan batang kaca Tahapan
Pori membran yang terbentuk diharapkan selanjutnya adalah mendiamkan cetakan tersebut
dapat mempengaruhi filtrasi saribuah dengan kon- selama 25, 50 dan 75 detik pada suhu 25-29 oC.
sentrasi umpan tertentu. Semakin kental umpan Tahap ini bertujuan memberikan kesempatan pelarut
dengan pori membran yang rapat memungkinkan untuk menguap. Selanjutnya adalah proses peren-
kecepatan alir dari umpan rendah sehingga berpe- daman cetakan kedalam bak koagulasi yang berisik-
luang terjadinya polarisasi konsentrasi di permukaan an aquades. Tahapan proses pembuatan membran
membran dan memungkinkan berpengaruh terhadap ini dapat dilihat pada Gambar 1 (Modifikasi Minhas
fluks dan kekeruhan permeatnya. et al., 1986).
Pengaruh yang terjadi dari penggunaan lama
pelarut dan konsentrasi umpan terhadap filtrasi sari Karakterisasi Membran
buah apel pada memban selulosa asetat mikrofiltrasi
menjadi bahan pengamatan pada penelitian ini. Karakterisasi yang dilakukan antara lain ter-
hadap fluks dan kekeruhan selama filtrasi saribuah

24 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 14(1), 24-29


Abdul Aziz Darwis, Proyoga Suryadarma, dan Ely Rosita

apel. Proses filtrasi dilakukan dengan metode dead pengupan pelarut (diklorometana) memiliki tiga
end yang rangkaian alatnya disajikan pada Gambar taraf, yaitu 25, 50 dan 75 detik, sedangkan faktor
2. Filtrasi ini berlangsung pada tekanan trans- perlakuan untuk konsentrasi saribuah apel terdiri
membran 2 (dua) atm, kecepatan alir sebesar 0.92 atas tiga faktor, yaitu 1:3, 1:4 dan 1:5. Tiap
m/det, dan suhu ruang 25-29 oC. perlakuan diulang sebanyak 2 (dua) kali.
Karakterisasi lainnya adalah pengujian
terhadap ketebalan, gramatur, dan penyerapan air
membran.

2 1

Pencampuran
(25-29 o C)

Gambar 2. Rangkaian alat filtrasi


Penyimpanan
(48 jam, 25-29 o C) Menurut Sudjana (1994), model disain untuk
rancangan percobaan faktorial acak lengkap adalah
sebagai berikut.
Pencetakan
(25-29 o C) Yijℓ = µ + Ti +Cj +TiCj + εℓ(ij)

Keterangan :
Yijℓ = Variabel respon (yaitu fluks dan kekeruhan)
Penguapan hasil observasi ke-ℓ yang terjadi karena
(25, 50 dan 75 detik) pengaruh taraf ke-i faktor T, taraf ke-j faktor
(25-29 o C) C
µ = Pengaruh rata-rata yang sebe-narnya
Ti = Pengaruh faktor lama penguapan pelarut
Perendaman (diklorometana) taraf ke-i (i=1,2,3)
4 (25-29 o C) Cj = Pengaruh faktor konsentrasi umpan taraf ke-j
(j=1,2,3)
TiCj = Pengaruh sebenarnya dari inter-aksi taraf ke-i
faktor T dan taraf ke-j faktor C
εℓ(ij) = Pengaruh galat dari unit perco-baan ke-ℓ
Membran Selulosa Asetat dalam kombinasi

Ket : 1. Selulosa asetat mikrobial (6.74 % b/b) HASIL DAN PEMBAHASAN


2. PEG 4000 (4.08 % b/b)
3. Diklorometana (89. 18 % b/b) Karakteristik Selulosa Asetat Mikrobial
4. Aquades
Penelitian ini menggunakan polimer berupa
selulosa asetat mikrobial dari bahan dasar selulosa
Gambar 1. Diagram Alir pembuatan mem-bran
mikrobial (nata de coco). Selulosa asetat mikrobial
Selulosa Asetat (Modifikasi Minhas et
yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.
al., 1986).
Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa selu-
losa asetat yang diperoleh dari selulosa mikrobial
Rancangan Percobaan
berbeda dengan selulosa asetat komersial. Perbeda-
an yang jelas terlihat adalah warna dan bentuknya.
Penelitian ini menggunakan ran-cangan
Warna selulosa asetat mikrobial yang terlihat adalah
percobaan faktorial acak lengkap dengan faktor yaitu
coklat sedangkan warna selulosa asetat komersial
lama penguapan pelarut (diklorometana) (T) dan
putih. Warna putih pada selulosa asetat komersial
konsentrasi umpan (C). Faktor perlakuan untuk lama

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 14(1), 24-29 25


Pengaruh Lama Penguapan Pelarut (Diklorometana)……

ini diduga akibat penggunaan bahan aditif yang selulosa asetat komersial. Kadar asetil yang tinggi
memberikan efek putih. Bentuk selulosa asetat pada kedua selulosa asetat ini memungkinkan kedua
mikrobial adalah serbuk yang lolos dari saringan selulosa asetat tersebut sukar larut dalam pelarut
berukuran 30 mesh, sedangkan selulosa asetat aseton namun selulosa asetat komersial yang me-
komersial berbentuk butiran. miliki kadar asetil tinggi ini dapat larut dalam
aseton. Larutnya selulosa asetat komersial diduga
akibat perbedaan jenis dan komposisi bahan yang
digunakan dalam pembuatan polimernya.
Menurut Kirk dan Othmer (1993), Fengel dan
Wegener (1995), dan Wenten (1999), selulosa asetat
yang memiliki kadar asetil 43.0-44.8 persen atau
lebih dapat larut dalam pelarut diklorometana.
Selulosa asetat ini memiliki derajat substitusi (DS)
berkisar antara 2.8-3.0 dan selulosa asetat dengan
kisaran DS ini dikenal dengan nama selulosa
triasetat. Oleh karena itu, selulosa asetat mikrobial
yang dihasilkan tersebut diperkirakan selulosa tri-
Gambar 3. Selulosa asetat (A) mikrobial dan (B) asetat.
komersial Selulosa asetat mikrobial sebesar 6.74 persen,
polietilena glikol (PEG) 4000 sebesar 4.08 persen,
Perbedaan yang terlihat secara fisik ini diduga dan pelarut diklorometana sebesar 89.18 persen
bahwa selulosa asetat tersebut memiliki perbedaan merupakan komposisi bahan dalam larutan casting.
nilai untuk kadar air, kadar abu, dan kadar asetilnya. Larutan ini digunakan dalam pembuatan membran
Hasil pengujian untuk kadar selulosa asetat tersebut selulosa asetat mikrobial. Membran yang diperoleh
ditunjukkan pada Tabel 1. transparan seperti plastik dengan ketebalan rata-rata
sebesar 26 µm, gramatur rata-rata sebesar 2.68 mg/
Tabel 1. Karakteristik Selulosa Asetat. cm2, dan daya serap rata-rata sebesar 15.95 persen.
No Jenis Analisa Selulosa Selulosa
Fluks
(%) Asetat Asetat
Mikrobial Komersial
Fluks atau permeabilitas merupakan jumlah
1. Kadar air 3.76 7.45 volume permeat (filtrat) yang diperoleh pada operasi
2. Kadar abu 0.33 2.78 pemisahan membran per satuan luas permukaan
3. Kadar asetil 44.12 52 membran dan per satuan waktu (Scott dan Hughes,
1996; Mulder, 1996). Nilai fluks yang diperoleh
Kadar air selulosa asetat berda-sarkan Tabel 1 pada filtrasi saribuah apel ditunjukkan pada Gambar
menunjukkan bahwa selulosa asetat mikrobial 4 berikut ini.
memiliki ka-dar air sebesar 3.76 dan nilainya lebih
rendah daripada selulosa asetat komersial. Selulosa
250
asetat yang memiliki kadar air rendah memungkin-
kan terjadi kenaikan kadar air selama penyimpanan. 200
Fluks (l/jam.m 2 )

Kenaikannya diduga akibat sifat hidrofilik atau suka 150

air yang dimiliki selulosa asetat. Sifat selulosa asetat 100


ini memungkinkan uap air yang berada di 50
lingkungan terserap ke dalam bahan (selulosa asetat)
0
sehingga kadar air dalam bahan menjadi bertambah 25 50 75

besar. Lama Penguapan Pelarut Diklorometana (detik)

Kadar abu selulosa asetat mikrobial berdasar- C 1:3 C 1:4 C 1:5


kan Tabel 1 sebesar 0.33 persen dan nilainya lebih
rendah dari selulosa asetat komersial. Kadar abu
Gambar 4. Diagram batang hubungan antara fluks
rendah yang dimiliki oleh selulosa asetat mikrobial
dengan lama penguapan pelarut dikloro-
menunjukkan bahwa rendahnya kandungan logam
metana pada berbagai konsentrasi umpan.
anorganik dalam selulosa asetat. Rendahnya kan-
Nilai fluks terendah berdasarkan
dungan logam anorganik ini memungkinkan selulosa
asetat memiliki kelarutan yang baik dalam pelarut.
Gambar 4 sebesar 29.7 l/jam.m2 dan tertinggi
Selulosa asetat mikrobial yang digunakan
sebesar 239.1 l/jam.m2 dengan rata-rata fluks sebesar
pada penelitian ini memiliki kadar asetil sebesar
120.4 l/jam.m2. Fluks terendah diperoleh dari filtrasi
44.12 persen dan nilainya lebih rendah daripada
saribuah apel menggunakan membran dengan lama

26 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 14(1), 24-29


Abdul Aziz Darwis, Proyoga Suryadarma, dan Ely Rosita

penguapan pelarut diklorometana 50 detik dan kon- (1993), saribuah mengandung komponen air, gula,
sentrasi umpan pada 1:4 (satu gram dalam empat zat warna, dan aroma.
mililiter air), sedangkan fluks tertinggi diperoleh dari Berkurangnya kekentalan umpan memung-
filtrasi menggunakan membran dengan lama kinkan partikelnya lebih cepat melewati pori
penguapan pelarut diklorometana 75 detik dan membran. Akibatnya, polarisasi konsentrasi di per-
konsentrasi umpan pada 1:5. mukaan membran pun dapat berkurang atau dihin-
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa dari.
lama penguapan pelarut diklorometana dan Interaksi terbaik terhadap fluks diperoleh
konsentrasi umpan berpengaruh nyata terhadap fluks pada lama penguapan pelarut diklorometana 75 detik
pada =0.05. Pengaruhnya tersebut terjadi pada dan konsentrasi umpan 1:5 pada tingkat kepercayaan
taraf lama penguapan pelarut 75 detik dan 95 %. Hal ini diduga karena pori membran dengan
konsentrasi umpan 1:5 pada tingkat kepercayaan 95 lama penguapan pe-larut diklorometana 75 detik
persen. lebih sesuai untuk molekul umpan dengan
Semakin kecil ukuran pori yang terbentuk konsentrasi yang encer (1:5) sehingga lebih banyak
memungkinkan partikel yang dialirkan tidak saling molekul yang lolos dari pori membran dan
bertubrukan baik dengan partikel lain ataupun ditunjukkan dengan volume filtrat yang diperoleh
dengan dinding porinya karena menurut Wenten menjadi lebih besar. Besarnya volume filtrat ini
(1999), membran yang ukuran porinya besar (r > 10 mengakibatkan besarnya nilai fluks yang dihasilkan.
µm) memiliki peluang terjadi aliran Knudsen atau
aliran viscous. Aliran ini terjadi akibat tubrukan Kekeruhan
antara molekul dengan dinding pori atau molekul
yang satu dengan molekul lainnya dan tubrukan ini Kekeruhan saribuah apel dise-babkan oleh
menyebabkan terjadinya penyatuan molekul. Ada- senyawa non biologi se-perti tanin, protein, atau
nya penyatuan molekul dapat menghambat molekul polisakarida yang dibawa dari buah maupun keke-
lain yang akan melewati pori sehingga volume filtrat ruhan juga disebabkan oleh mikroorganisme (Buren
yang diperoleh menjadi rendah. Mekanisme aliran dan Kilara, 1989).
ini ditunjukkan Gambar 5 berikut ini. Kekeruhan saribuah dapat diminimalkan atau
dihilangkan dengan melakukan proses filtrasi mau-
pun penjernihan. Proses filtrasi dilakukan dengan
tujuan untuk menghilangkan padatan yang tarsus-
pensi sedangkan proses penjernihan dilakukan
dengan tujuan menghilangkan zat-zat koloid dengan
menggunakan diantaranya pemanasan, bentonit, atau
presipitasi (gelatin-tanin) (Considine, 1982).
Proses filtrasi menggunakan membran mem-
berikan kemudahan untuk memperoleh saribuah
Gambar 5. Skema aliran viscous atau aliran Knudsen. yang langsung jernih. Menurut Mclellan (1993),
proses ultrafiltrasi merupakan proses filtrasi meng-
Aliran Knudsen atau viscous diduga terjadi gunakan membran dengan tujuan untuk penjernihan
pada pori dengan lama penguapan diklorometana 25 atau pemisahan padatan terlarut dan tidak terlarut
detik karena ukuran porinya paling besar yaitu 20.1- dalam saribuah. Penggunaan membran ultrafiltrasi
30.2 µm. Lama penguapan pelarut 75 detik diduga secara luas dapat menggantikan pemakaian tanah
memiliki ukuran pori yang sesuai dengan ukuran diatom (fungsinya sama seperti bentonit) dan dapat
partikel umpannya. Akibatnya, penyatuan partikel mengurangi penggunaan enzim pektinase dalam
dapat diminimalisasi dan lebih banyak partikel penjernihan saribuah (Eykamp, 1997; Wenten,
umpan yang lolos saat filtrasi berlangsung. 1999).
Konsentrasi umpan dengan kekentalan yang Kekeruhan saribuah apel diukur nilainya
sama diduga memiliki laju alir yang sama. Semakin dengan menggunakan spektrofotometer pada pan-
kental konsentrasinya maka laju alir partikel umpan- jang gelombang 520 nm dan nilainya ditunjukkan
nya semakin lambat. Keadaan ini memungkinkan dalam persen transmisi. Nilai persen transmisi pada
terjadinya penyatuan dengan partikel lain atau alat menunjukkan besar cahaya yang mampu dile-
dengan dinding pori. watkan oleh bahan.
Penambahan air dalam pembuatan saribuah Nilai kekeruhan yang ditunjukkan pada
apel diduga dapat mengurangi kekentalan saribuah Lampiran 2.2 merupakan persen nilai rasio antara
karena penambahan air dengan volume yang lebih selisih persen transmisi permeat dan umpan dengan
besar memungkinkan konsentrasi air dalam saribuah persen transmisi permeatnya. Kekeruhan yang di-
apel menjadi bertambah. Menurut Sancho dan Rao peroleh selama proses filtrasi dapat dilihat pada
Gambar 6.

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 14(1), 24-29 27


Pengaruh Lama Penguapan Pelarut (Diklorometana)……

15 rendah memudahkan molekul terlarut ini lolos dari


12 pori membran yang dilewatinya.
Kekeruhan (%)
9 Interaksi antara lama penguapan pelarut
6 diklorometana 75 detik dan konsentrasi umpan 1:3
3 memberikan pengaruh yang nyata terhadap keke-
0
25 50 75 ruhan pada =0.05. Interaksi ini telah memberikan
Lama Penguapan Pelarut Diklorometana (Detik) hasil kekeruhan terbaik dalam proses filtrasi sari
1:03 1:04 1:05 buah apel.

Gambar 6. Diagram batang hubungan antara keke-


KESIMPULAN DAN SARAN
ruhan dengan lama penguapan pelarut
diklorometana pada berbagai konsentrasi
Kesimpulan
umpan.
Proses filtrasi dengan menggunakan membran
Kekeruhan yang terendah berda-sarkan
selulosa asetat mikrobial yang dihasilkan pada pene-
Gambar 6 adalah sebesar 0.0 persen dan tertinggi
litian ini mendapatkan hasil bahwa lama penguapan
adalah 14.1 persen dengan kekeruhan rata-rata
pelarut (diklorometana) dan konsentrasi umpan ber-
sebesar 5.7 persen. Kekeruhan terendah terjadi pada
pengaruh nyata terhadap fluks pada tingkat keper-
saat filtrasi menggunakan membran dengan lama
cayaan 99 persen. Pengaruh nyata ini ditunjukkan
penguapan pelarut (diklorometana) 50 detik dan
pada taraf lama penguapan pelarut (diklorometana)
untuk memfiltrasi umpan dengan konsentrasi 1:4,
75 detik dan konsentrasi umpan 1:5 (satu gram apel
sedangkan kekeruhan tertinggi terjadi pada membran
dalam lima mililiter air). Interaksi antara lama
dengan lama penguapan pelarut diklorometana 75
penguapan pelarut 75 detik dan konsentrasi umpan
detik dan konsentrasi umpan 1:3.
1:5 memberikan fluks terbaik sebesar 239.1
Hasil analisa statistik menunjuk-kan lama
l/jam.m2.
penguapan pelarut dan konsentrasi umpan tidak
Lama penguapan pelarut (diklorometana)
berbeda nyata terhadap kekeruhan pada =0.05.
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
Penga-ruh beda nyata terhadap kekeruhan terjadi
kekeruhan pada tingkat kepercayaan 95 persen tetapi
pada konsentrasi umpan 1:3 berdasarkan hasil
konsentrasi umpan pada tingkat kepercayaan yang
analisa keragaman dengan tingkat kepercayaan 95
sama dapat memberikan pengaruh yang nyata ter-
%.
hadap kekeruhan. Pengaruh nyata ini didapatkan
Lama penguapan pelarut mempengaruhi pem-
pada taraf konsentrasi umpan 1:3. Interaksi yang
bentukan pori dan ukuran pori ini diduga mem-
memberikan pengaruh terbaik terhadap kekeruhan
pengaruhi proses filtrasi saribuah apel dengan kon-
adalah pada taraf lama penguapan pelarut (diklo-
sentrasi yang berbeda. Lama penguapan pelarut
rometana) 75 detik dan konsentrasi umpan 1:3. Inte-
yang berbeda belum dapat memberikan hasil yang
raksi ini memberikan hasil kekeruhan terbaik dan
signifikan terhadap kekeruhan. Lama penguapan ini
nilainya sebesar 14.1 persen.
hanya berpengaruh terhadap parameter fluks. Hal
ini diduga bahwa pori membran yang terbentuk
Saran
memiliki kemampuan menahan partikel dari jenis
yang sama seperti partikel kasar. Partikel ini diduga
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk
memiliki ukuran yang lebih besar dari pori membran
mempelajari ketebalan membran yang digunakan
yang dilewatinya.
dalam proses filtrasi metode dead end, karena
Menurut Bump (1989), ukuran diameter pori
ketebalan sangat menentukan proses filtrasi, dan
dapat menentukan ukuran molekul yang dilewatkan
disarankan pula untuk menggunakan membran
melalui membran. Padatan tidak terlarut atau padat-
selulosa asetat mikrobial ini pada proses filtrasi
an kasar, bahan koloidal dan mikroorganisme dapat
metode cross flow.
tertahan oleh membran.
Pori membran yang terbentuk dengan lama
penguapan pelarut diklorometana 75 detik dapat
DAFTAR PUSTAKA
memberikan fluks dan kekeruhan yang tinggi. Kon-
sentrasi umpan dengan perbandingan apel dan air
Bump, V. L. 1989. Filtration of Apple Juice.
yang semakin besar kemungkinan komponen terlarut
Didalam D. L. Downing (ed.). Processed
dalam saribuah apel dapat lolos melalui pori
Apple Products. Van Nostrand Reinhold
membran. Hal ini diduga akibat komponen terlarut
Company, New York.
dari buah larut pula dalam air sehingga kekental-
annya menjadi saribuah menurun. Kekentalan yang

28 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 14(1), 24-29


Abdul Aziz Darwis, Proyoga Suryadarma, dan Ely Rosita

Buren, P. V. dan A. Kilara. 1989. Clarification of Mulder, M. 1996. Basic Principles of Membrane
Apple Juice. Didalam D. L. Downing (ed.). Technology. Kluwer Academic Publisher,
Processed Apple Products. Van Nostrand Netherland.
Reinhold Company, New York. Nelson, P. T. dan D.Tressler. 1980. Fruit And
Considine, D. M. 1982. Foods and Food Production Vegetable Juice Processing Technology. 3rd
Encyclopedia. Van Nostrand Reinhold Edition. The AVI Publishing Company, Inc.
Company, New York. Westport, Connecticut.
Eykamp, W. 1997. Membrane Separation in Sancho, M. F. dan M. A. Rao. 1993. Factors
Downstream Processing. Didalam E. Influencing Aroma Recovery and
Goldberg (ed.). Handbook of Downstream Concentration. Didalam D. L. Downing (ed.).
Processing. Chapman & Hill, London. Juice Technology Workshop, 18-19 October
Fengel, D dan G. Wegener. 1995. Kayu: Kimia, 1993. Ithaca, New York.
Ultrstruktur, Reaksi-reaksi. Gadjah Mada Scott, K. Dan R. Hughes. 1996. Industrial
University Press, Yogyakarta. Membrane Separation Technology. Blackie
Kirk, B. E. Dan D. F. Othmer. 1993. Encyclopedia Academic and Proffesionals, London.
of Chemical Technology. The Interscience Sudjana. 1994. Desain dan Analisis Eksperimen.
Encyclopedia Inc., New York. Edisi tiga. Penerbit Tarsito, Bandung.
Mclellan, M. R. 1993. An Overview of Juice Wenten, I. G. 1999. Teknologi Membran Industrial.
Filtration Technology. Didalam D. L. Penerbit Institut Teknologi Bandung,
Downing (ed.). Juice Technology Workshop, Bandung.
18-19 October 1993. Ithaca, New York.

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 14(1), 24-29 29

Anda mungkin juga menyukai