Abstract
Cassava starch can readily be cast into films. However, the cassava starch film is brittle and weak leading to
inadequate mechanical properties. Therefore it is necessary blending with other biopolymers that can overcome
these drawbacks. In this study, composite film prepared by blending of cassava starch and chitosan solutions with
ratio 2:8, 3:7, 4:8, and 5:5. The results show that the mechanical strength of the film increase with increasing the
chitosan content. The significant decline in both permeability and degree of swelling with increasing the content of
chitosan in the composite film. The hydrophobic acetyl groups of chitosan caused a notable reduction of wettability
as well as water permeability. The degree of swelling experiments showed that the films have the highest degree of
swelling in water followed by technical ethanol (±95%) and pure analysis ethanol (>99.9%). SEM photographs of
the surface of film with the ratio 5:5 have more homogeneous than the ratio 2:8. The amino group peak in IR
spectrum of chitosan molecule shifted from 1581 to 1587 cm−1 with the incorporation of starch. These results
suggested that these two film-forming components were compatible and an interaction existed between them.
1
kitosan mempunyai karakteristik sebagai kation tipis ke permukaan kaca dengan ketebalan 0,4
dan merupakan nucleophile yang kuat mm. Setelah itu film dikeringkan pada suhu
(Muzaarelli, 1973; Furusaki et al., 1996). kamar selama 2 jam dan dilanjutkan dengan
Karena sifatnya dalam pembentukan film yang perendaman dalam larutan NaOH 1% selama 24
baik, pelekatan (adhesion) pada sebuah material jam. Film diambil dari permukaan kaca dan
yang kuat, biokompatibel, hidrofilik, dikeringkan dalam oven pada temperatur 50oC
mempunyai sifat kekuatan mekanik yang tinggi selama 4 jam dilanjutkan dengan pengeringan
(Ng et al., 2001; Chen et al., 2005), kitosan pada suhu kamar selama 24 jam.
mempunyai prospek yang bagus untuk Uji Permeabilitas
digunakan sebagai bahan baku film. Kitosan Permeabilitas merupakan indikator yang
mudah dimodifikasi secara kimia karena digunakan untuk mengetahui produktifitas dari
mempunyai gugus hidroksil yang reaktif dan sebuah film atau membran. Permeabilitas
gugus fungsional amino. Sifat biopolimer didefinisikan sebagai laju volumetrik cairan
kitosan yang kationik dapat direaksikan dengan yang melewati film (permeat) per satuan luas
biopolimer alam lain yang bersifat anionik membran per satuan waktu per unit tekanan
Dalam penelitian ini, larutan kitosan antar film. Permeabilitas air diukur dengan
dicampur dengan larutan gelatin pati yang mengalirkan air murni ke dalam modul film
mengandung gliserol sebagai plasticizer. dengan tekanan tertentu. Volume permeat yang
Kombinasi ikatan hidrogen, gaya tarik menarik dihasilkan akan diukur secara gravimetri untuk
dari muatan yang berlawanan antara kation jangka waktu tertentu.
kitosan dan anion pada pati memberikan produk Uji Swelling.
film dengan kekompakan yang baik. Pengaruh Uji swelling dilakukan dengan menimbang
perbandingan konsentrasi larutan kitosan dan produk film yang telah dikeringkan, kemudian
tapioka pada pembuatan film terhadap sifat fisik direndam dalam air. Setelah waktu 2 jam film
dan mekanik diinfestigasi. diambil dari rendaman kemudian permukaan
film diusap dengan tissue, setelah itu dalam
METODE PENELITIAN keadaan basah ditimbang. Prosedur yang sama
dilakukan untuk uji swelling terhadap alkohol
Bahan teknis dan alkohol pa. Derajat swelling dihitung
Kitosan didapatkan dari PT. Biotech dengan persamaan berikut :
Surindo, dengan derajat deasetilasi kitosan : mw - md
80,4%; Tepung Tapioka; Asam asetat glacial; Derajat swelling
md
Ethanol teknis ± 95 %; Ethanol p.a.; Gliserol. Dengan mw dan md berturut-turut adalah berat
Pembuatan Larutan Tapioka film komposit dalam keadaan basah dan kering.
Tapioka 3 % (b/v) dibuat dengan
Uji FTIR.
melarutkan tapioka kedalam larutan glyserol-air Pengamatan terhadap gugus fungsional
(20%) kemudian dipanaskan pada suhu
menggunakan uji fourier transform infrared
gelatinisasi pati 800C dibawah pengadukan (FTIR) dilakukan di Laboratorium Jurusan
sampai kental dan larutan kelihatan transparant. Teknik Kimia, Fakultas Teknik Undip. Pada
Setelah pencampuran homogen, larutan tapioka
penelitian ini akan dibandingkan spektrum film
didinginkan pada suhu kamar. kitosan, tapioka, dan campuran kitosan –
Pembuatan Larutan Kitosan tapioka.
Larutan kitosan 3% (b/v) dibuat dengan Uji SEM
memasukkan kitosan ke larutan asam asetat 1% Morfologi permukaan film diamati dengan
(v/v), kemudian diaduk dengan magnetic stirrer menggunakan alat scanning electrone
sehingga kitosan terlarut sempurna. microscopy (SEM IR Prestige 21 Simadzu)
Pembuatan Film Komposit dengan perbesaran 5.000X.
Larutan tapioka dicampur dengan
larutan kitosan dengan perbandingan 2:8, 3:7,
4:6, dan 5:5, diaduk hingga homogen. Larutan
tersebut kemudian dicetak menjadi lapisan film
2
HASIL DAN PEMBAHASAN konsentrasi 3% (b/v) pada berbagai
perbandingan volume. Pada gambar 1 terlihat
Permeabilitas air merupakan laju bahwa pada kadar tapioka tinggi (rasio
volumetrik air yang dapat melewati film tapioka:kitosan = 8:2) memberikan nilai
persatuan luas persatuan waktu dibawah kondisi permeabilitas yang paling tinggi, dan
tekanan tertentu. Permeabilitas sering digunakan selanjutnya nilai permeabilitas turun secara
untuk mengetahui tingkat produktifitas suatu signifikan dengan menurunnya kadar tapioka
film atau membran. Pada penelitian ini film atau disisi lain dengan meningkatnya kadar
dibuat dari pencampuran larutan tapioka dan kitosan pada larutan film.
larutan kitosan masing-masing dengan
Molekul tapioka yang terdiri dari berakibat pada semakin turunnya laju air yang
monomer glukosa hanya mempunyai gugus mendifusi melalui film. Perubahan nilai
hidroksil sehingga film yang dihasilkan berpori permeabilitas yang menurun tajam dengan
dan kurang kuat. Kitosan yang mengandung bertambahnya kadar kitosan juga disebabkan
gugus amin yang kationik dapat berikatan oleh adanya gugus asetil pada kitosan. Pada
dengan gugus hidroksil yang anionik penelitian ini kitosan yang digunakan
membentuk ikatan antar rantai yang kuat mempunyai nilai derajat deasetilasi 80,4,
sehingga menghasilkan film dengan pori yang sehingga masih mengandung gugus asetil yang
lebih kecil. Hal ini sesuai dengan hasil uji SEM bersifat hidrofobik.
yang ditampilkan pada Gambar 4. Oleh karena
itu semakin tinggi kadar kitosan maka semakin
kecil pori dari film yang dihasilkan yang
3
Gambar 2. Pengaruh perbandingan tapioka : kitosan terhadap derajat swelling
4
3.5
2.5 (c)
2
Absorbance
1.5 (b)
1
0.5 (a)
0
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
Wavenumbers (cm-1)
Gambar 3. Hasil uji FTIR dari film : (a) kitosan, (b) tapioka, dan (c) campuran tapioka-kitosan
5:5
Morfologi permukaan film
Spektrum tapioka (Gambar 3 b) menggunakan alat scanning electrone
menunjukkan puncak fibrasi pada panjang microscopy (SEM) ditunjukkan pada Gambar 4.
gelombang 3366 cm-1 (peregangan OH), 2930 Permukaan film kitosan (Gambar 4a) terlihat
cm-1 (peregangan C-H), dan 1081 cm-1 homogen, halus, dan tanpa pori. Hal ini
(peregangan C-O) (Mano et al., 2003). menunjukkan adanya ikatan antara gugus amin
Sedangkan pada spektrum dari film yang dibuat (kationik) dan gugus hidroksil (anionik) yang
dari campuran larutan kitosan dan tapioka terkandung pada molekul kitosan. Sedangkan
dengan perbandingan 5:5 yang ditampilkan pada pada permukaan film tapioka (Gambar 4b)
Gambar 3c, menunjukkan bahwa terjadi terlihat kasar dan berpori. Molekul tapioka yang
perubahan karakteristik pada puncak spektrum terdiri dari monomer glukosa hanya memiliki
peregangan OH dan atau NH pada panjang gugus aktif anionik dari gugus hidroksil,
gelombang 3431 cm-1, amida I pada 1652 cm-1, sehingga ikatan antara rantai satu dengan rantai
dan amida II pada 1586 cm-1. Hal ini yang lain hanya terbentuk akibat dari adanya
menunjukkan terjadinya interaksi antara gugus ikatan hidrogen yang lemah diantara gugus-
hidroksil dari tapioka dan gugus amin dari gugus hidroksil tersebut.
kitosan.
Gambar 4. Hasil Uji SEM permukaan film : (a) kitosan, (b) tapioka, (c) campuran tapioka - kitosan 8:2,
(d) campuran tapioka-kitosan 5:5
5
bahwa pada pencampuran kitosan dan tapioka kitosan 5:5 lebih homogen dibanding dengan
terjadi interaksi antara 8:2.
gugus hidroksil-hidroksil maupun gugus
hidroksil-amin dari molekul kitosan dan molekul
tapioka. Film dengan perbandingan tapioka-
6
determination, Microchim. Acta , 150, Effects, Advances In Food And
239. Nutrition Research Vol 49, Elsevier Inc.