ABSTRACT
This research about the manufacture of biodegradable film from cempedak (Artocapus champeden sp.) seed starch
and CMC (Carboxy Methyl Cellulose) as well as with the addition of glycerol as a plasticizer has been studied. The
purpose of this research are to knowing the concentration of glycerol which have the best of tensile strength,
percent elongation, water uptake and biodegradability and knowing the characteristic of biodegradable film
produced. In this research the ratio of starch: CMC used is 7:3 while the concentration glycerol is added 10%,
20%, 30% and 40% from the weight of starch. The result of the best concentration of glycerol is glycerol 10%.
2
Glycerol 10% produce a film with 19.62 N/mm of tensile strength, 4.98% of percent elongation, 54.33% of water
uptake and 39.96% of degradation in 2 days with degradability 24.9 mg/day. Biodegradable film characterized by
using FT-IR, analysis result of functional groups showing there are alcohol (O-H) and eter (C-O) groups which
indicates that the film is biodegradable.
label, tissue, akuades, iodine (I2), CMC (Carboxy jam. Hasil cetakan kemudian di keluarkan dari
Methyl Cellulose), dan gliserol. oven dan didinginkan pada suhu ruang untuk
selanjutnya dilakukan pengujian yang meliputi
Prosedur Penelitian analisa FT-IR untuk mengetahui gugus fungsi
yang terdapat pada film, uji kuat tarik, uji
Persiapan bahan baku
elongasi, uji persen air yang diserap dan uji
Perlakuan awal yang dilakukan adalah
biodegradabilitas.
pencucian biji cempedak dengan menggunakan air
dan pengelupasan kulit biji. Selanjutnya dipotong- HASIL DAN PEMBAHASAN
potong biji cempedak dengan ketebalan 1-5 mm agar Uji kuat tarik yang dilakukan pada film
luas permukaan biji cempedak tidak terlalu besar biodegradable digunakan sebagai parameter sifat
sehingga akan memudahkan pada saat di blender [7]. mekanik dari film, di mana tergantung pada kekuatan
Biji cempedak selanjutnya dihancurkan bahan yang digunakan dalam pembuatan film
menggunakan blender dengan perbandingan 2 kg biodegradable, sehingga nantinya dapat membentuk
bahan : 2 L air sehingga menghasilkan bubur yang ikatan molekuler dalam jumlah yang banyak dan
kemudian disaring dengan menggunakan kain saring kuat. Tarikan maksimum yang dapat dicapai sampai
untuk memisahkan pati dan ampasnya. Setelah itu film tetap bertahan sebelum putus dan sobek
mengekstraksi kembali ampas yang diperoleh dari merupakan hasil dari kuat tarik.
proses penyaringan pertama dengan penambahan air
( 2 kg ampas : 2 L air) kemudian menyaring kembali
untuk mendapatkan pati. Selanjutnya filtrat yang
didapatkan didiamkan selama 12 jam, pati yang
terbentuk selanjutnya dikeringkan di bawah sinar
matahari langsung sampai kering kemudian pati
dihaluskan lagi dengan cara di blender dan diayak
dengan menggunakan ayakan 100 mesh [4].
Uji amilum
Larutan pati 1% sebanyak 5 tetes dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian Gambar 1. Grafik konsentrasi gliserol terhadap kuat
ditetesi dengan larutan iodine (I2) sebanyak 2 tetes. tarik dari film biodegradable
Perubahan warna menjadi biru menunjukkan sampel
mengandung amilosa dan warna merah atau ungu Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui
mengandung amilopektin [8]. bahwa nilai kuat tarik yang terbaik dihasilkan oleh
konsentrasi gliserol 10% dengan nilai kuat tarik
Pembuatan film biodegradable sebesar 19,62 N/mm2. Nilai kuat tarik berbanding
Pertama-tama dibuat larutan CMC dengan terbalik dengan persen elongasi, pada konsentrasi
melarutkan 3 gram CMC ke dalam 60 mL akuades gliserol 10% memiliki nilai kuat tarik yang tinggi
dan dipanaskan pada suhu 600C selama 10 menit tapi persen elongasinya rendah dikarenakan ikatan
kemudian dibuat larutan pati dengan melarutkan 7 yang terjadi antara campuran bahan komposit
gram pati biji cempedak ke dalam 140 mL akuades penyusun film yaitu molekul pati, CMC dan
dan dipanaskan pada suhu 800C selama 10 menit gliserol cenderung rapat dan kompak yang
dengan kecepatan pengadukan 300 rpm (rotasi per menyebabkan film menjadi kuat sehingga film
menit) setelah larutan pati homogen ditambahkan sulit untuk merenggang atau memanjang, hal ini
gliserol dengan konsentrasi yaitu (10, 20, 30 dan
tentunya akan berpengaruh pada rendahnya persen
40%) dan dipanaskan dengan menggunakan hot
plate with magnetic stirrer pada suhu 800C selama elongasi atau persentase perpanjangan film.
5 menit dengan kecepatan pengadukan 300 rpm. Nilai kuat tarik akan menurun seiring
Setelah itu, ditambahkan larutan CMC kemudian dengan meningkatnya konsentrasi gliserol yang
diaduk lagi selama 15 menit sampai larutan sedikit ditambahkan. Penurunan nilai kuat tarik ini
mengental. Selanjutnya pindahkan larutan tersebut berkaitan dengan berkurangnya interaksi
dari hot plate with magnetic stirrer dan diaduk intermolekular antara molekul pati. Hal ini
kembali dengan menggunakan batang pengaduk dikarenakan dengan adanya gliserol yang menyisip
selama 30 menit sampai suhu normal sekitar 25- di antara molekul pati akan memutuskan ikatan
300C agar kekentalan tetap terjaga. Setelah suhu hidrogen internal antara molekul pati dengan
larutan normal dituangkan ke dalam cetakan dan membentuk ikatan hidrogen baru di antara molekul
dikeringkan dalam oven pada suhu 600C selama 24
pati, yang meyebabkan jarak antara molekul pati
123
akan mengalami peningkatan yang tadinya rapat elongasi akan meningkat [11]. Namun,
menjadi renggang. penggunaan gliserol sebagai plasticizer harus
Dengan adanya kerenggangan di antara disesuaikan, di mana jika konsentrasi gliserol
molekul pati tersebut akan menyebabkan kekuatan terlalu tinggi maka akan memberikan efek negatif
ikatan molekul menjadi semakin lemah seiring terhadap film yang dibuat, yaitu film yang
dengan meningkatnya konsentrasi gliserol yang dihasilkan akan mudah sobek karena sifat
ditambahkan, sehingga gaya atau beban yang elastisitas dari film yang terlalu besar.
dibutuhkan untuk menarik dan memutuskan film
tersebut juga semakin rendah atau mudah diputus.
Faktor penting yang mempengaruhi sifat mekanik
film adalah affinitas antara campuran bahan
penyusunnya. Affinitas merupakan suatu
fenomena atom atau molekul tertentu yang
memiliki kecenderungan untuk bersatu dan juga
berikatan, semakin meningkat affinitas maka akan
semakin banyak terjadi ikatan antar molekul [6].
Menurut Darni, dkk (2009) plastik berbahan pati
saja bersifat lebih elastis serta memiliki kuat tarik
dan persen elongasi yang rendah pula [5]. Dalam
hal ini penambahan CMC pada film yang dibuat Gambar 2. Grafik konsentrasi gliserol terhadap
diharapkan dapat meningkatkan nilai kuat tarik persen elongasi dari film
dari film yang dibuat. Hal tersebut dikarenakan biodegradable
adanya interaksi molekular antara pati dan CMC,
yaitu ikatan hidrogen yang terjadi antara gugus Uji persen air yang diserap, merupakan uji
hidroksil (OH) dari pati dengan gugus hidroksil yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
(OH) dan karboksilat (COOH) dari CMC, daya serap film yang dihasilkan terhadap air, di mana
sehingga akan menyebabkan terjadinya air yang diserap film tersebut harus sangat sedikit
peningkatan ikatan hidrogen antara molekul pati atau dengan kata lain daya serap film tersebut
dan CMC yang mengakibatkan kekuatan material terhadap air haruslah rendah, sehingga nantinya
menjadi semakin meningkat. diharapkan dapat mempertahankan umur simpan
Uji persen elongasi atau persen produk yang dikemasnya.
pemanjangan saat putus (elongation to break)
merupakan persen pertambahan panjang pada
film biodegradable yang diukur mulai dari
panjang awal saat mengalami penarikan hingga
mengalami putus.
Berdasarkan gambar 2, dapat diketahui
bahwa nilai persen elongasi yang tertinggi
dihasilkan oleh konsentrasi gliserol 40% dengan
nilai persen elongasi sebesar 36,31%, seperti yang
diketahui nilai persen elongasi akan berbanding
terbalik dengan nilai kuat tarik, yaitu semakin
meningkatnya konsentrasi gliserol maka nilai kuat
tarik yang dihasilkan semakin menurun, namun
nilai persen elongasi nya akan semakin meningkat.
Sehingga nilai persen elongasi yang terbaik bila Gambar 3. Grafik konsentrasi gliserol terhadap nilai
merujuk pada nilai kuat tarik yang terbaik yaitu persen air yang diserap dari film
konsentrasi gliserol 10% dengan nilai persen biodegradable
elongasi sebesar 4,98%. Menurut Selpiana, dkk
(2015) dengan penambahan gliserol akan Berdasarkan gambar 3, dapat diketahui bahwa
mengurangi ikatan hidrogen pada molekul pati, nilai persen air yang diserap oleh film biodegradable
sehingga jarak antara molekul biopolimer menjadi biji cempedak yang terendah dihasilkan oleh
renggang. Dengan adanya kerenggangan di antara konsentrasi gliserol 10% dengan nilai persen air yang
molekul biopolimer tersebut akan meningkatkan diserap sebesar 54,33%. Untuk menghasilkan film
fleksibilitas film yang mengakibatkan nilai persen yang baik, maka daya serap air pada film tersebut
haruslah rendah. Dengan meningkatnya konsentrasi
124 124
Jurnal Atomik., 2018, 03 (2) hal 122-126
gliserol yang ditambahkan, maka persen air yang mempengaruhi kemampuan degradasi suatu film
diserap oleh film juga akan semakin meningkat. Hal yaitu jenis tanah, jenis mikroba dan kelembaban [1].
ini dikarenakan adanya jumlah ruang kosong (free Analisis gugus fungsi pada film biodegradable
volume) yang semakin bertambah seiring dengan pati biji cempedak dapat dilihat pada gambar 5.
meningkatnya konsentrasi gliserol yang ditambahkan Terlihat bahwa O-H alkohol yang terdapat pada
sehingga akan meningkatkan celah untuk dapat bilangan gelombang 3400-an, C-H alkana pada 3000-
ditempati oleh molekul-molekul air [1]. 2850 cm-1, C-O eter pada 1100-1000 cm-1 dan C-C
Uji biodegradabilitas merupakan uji yang alkana pada 990-900 cm-1.
dimaksudkan untuk mengetahui biodegradabilitas
film biodegradable yang dibuat dengan
menggunakan metode yaitu soil burial test atau
metode uji penguburan dalam tanah.
125
eter yang menandakan film yang dihasilkan [7] Fairus, Sirin, Haryono, Agrithia Miranthi
mempunyai sifat biodegradable. dan Aris Aprianto. 2010. “Pengaruh
Konsentrasi HCl dan Waktu Hidrolisis
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Perolehan Glukosa Yang
[1] Anggarini, F. 2013. Aplikasi Plasticizer Dihasilkan Dari Pati Biji Nangka”.
Gliserol Pada Pembuatan Plastik Prosiding Seminar NasionalTeknik Kimia
Biodegradable dari Biji Nangka (Skripsi). “Kejuangan”. Yogyakarta: Institut
Universitas Negeri Semarang. Teknologi Nasional.
[2] Anshari, H., Olenka, D dan Marliana, M. 2010. [8] Lapu, P dan Telussa, I. 2013. “Analisis
“Pemanfaatan Biji Cempedak Sebagai Kandungan Pati Resisten Dari Beberapa Jenis
Alternatif. Pengganti Tepung Terigu Dengan Pati Sagu Di Maluku Dengan Variasi Suhu
Kualitas dan Gizi Tinggi”. PKM GT. Malang: Pemanasan”. Indonesian Journal Of Chemical
Universitas Negeri Malang. Science 1 (6-14).
[3] Ardiansyah, R. 2011. Pemanfaatan Pati Umbi [9] Sanjaya, I. G dan Puspita, T. 2009. “Pengaruh
Garut Untuk Pembuatan Plastik Penambahan Kitosan dan Plasticizer Gliserol
Biodegradable (Skripsi). Universitas Pada Karakteristik Plastik Biodegradable Dari
Indonesia. Pati Limbah Kulit Singkong”. Jurnal Teknik
[4] Aripin, S., Saing, B dan Kustiyah, E. 2017. Kimia FTI-ITS.
“Studi Pembuatan Bahan Alternatif Plastik [10] Sari, L. 2016. Pengaruh Temperatur
Biodegradable Dari Pati Ubi Jalar Dengan Pengadukan Terhadap Karakteristik Plastik
Plasticizer Gliserol Dengan Metode Melt Biodegradable Dari Umbi Suweg
Intercalation”. Jurnal Teknik Mesin (JTM). (Amorphophalluscampanulatus) Dengan
Vol. 06, No. 2, Maret 2017, 79-84. Penambahan Gliserol Dan CMC (Carboxy
[5] Darni, Y., Herti, U dan Siti, N. A. 2009. Methyl Cellulose) (Skripsi). Universitas
“Peningkatan Hidrofobisitas dan Sifat Fisik Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Plastik Biodegradable Pati Tapioka Dengan [11] Selpiana., Riansya, J. F dan Yordan, K. 2015.
Penambahan Selulosa Residu Rumput Laut “Pembuatan Plastik Biodegradable Dari
Euchema spinossum”. Seminar Hasil Tepung Nasi Aking” Palembang: Universitas
Penelitian dan Pengabdian Kepada Sriwijaya.
Masyarakat. Lampung: Universitas Lampung. [12] Septiosari, A., Latifah dan Kusumastuti, E.
[6] Darni, Y dan Herti, U. 2010. “Studi Pembuatan 2014.“Pembuatan Dan Karakterisasi
dan Karakteristik Sifat Mekanik dan Bioplastik Limbah Biji Mangga
Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Sorgum”. Dengan Penambahan Selulosa Dan
Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan.7(4) : Gliserol”. Indo. J. Chem. Sci. 3(2). 158-
88-93. 162.
126 126