Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEKNOLOGI BIOPROSES
BIOPOLYMER

Disusun oleh :
IVAN AULIA

125100501111005

DITA KURNIA SARI

125100501111007

TRI WILUJENG WULANDARI 125100501111015


RAUDLATUL HASANAH

125100507111011

IKA PUTRI B

125100507111023

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

DAFTAR ISI

Cover
Daftar Isi...i
BAB I Pendahuluan.1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.1
1.3 Tujuan2
BAB II Pembahasan.3
2.1 Pengertian dan Karakteristik Bioplastik3
2.2 Cara Pembuatan dan Produksi...5
2.3 Sumber Bioplastik..........................................................................................................6
2.4 Kelebihan bioplastik dari pada plastik konvensional.....................................................9
BAB III Penutup............................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu permasalah di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya
adalah limbah plastik. Kebutuhan plastik sebagai kantung pembungkus bahan pangan atau
pun barang semakin lama semakin menigkat. Hal ini dikarenakan plastik mempunyai nilai
lebih dibandingkan dengan media lainnya seperti logam dan gelas. Plastik lebih ringan,
lebih murah dan mudah dalam proses pembuatan serta pengaplikasiannya. Selain itu,
peningkatan jumlah penduduk di dunia ditambah dengan penggunaan sumber energi yang
tidak dapat diperbaharui untuk memproduksi plastik semakin menambah penumpukan
sampah plastik. Plastik yang kita gunakan sehari-hari sering disebut sebagai plastik
konfensional yang biasanya menggunakan polimer sintetis yang terbuat dari proleum, atau
gas alam yang sulit untuk didaur ulang dan diuraikan oleh pengurai sebagai bahan baku.
Penumpukan sampah plastik dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan yang
dapat berupa pencemaran tanah, air, dan udara.
Salah satu solusi untuk permasalahan ini adalah dengan mengganti bahan baku yang
digunakan pada pembuatan plastik konvensional menjadi bahan yang lebih ramah
lingkungan dan mudah diuraikan oleh bakteri pengurai, yang disebut dengan plastik
biodegradable (bioplastik). Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable,
merupakan salah satu jenis plastik yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang
dapat diperbarui, seperti pati, minyak nabati, dan mikrobiota. Ketersediaan bahan dasarnya
di alam sangat melimpah dengan keragaman struktur tidak beracun. Bahan yang dapat
diperbarui ini memiliki biodegradabilitas yang tinggi sehingga sangat berpotensi untuk
dijadikan bahan pembuat bioplastik.
Kelebihan dari bioplastik dibandingkan dengan plastik konvensional sangat terlihat
jelas, yaitu dapat mengurangi limbah plastik yang semakin lama jumlahnya semakin banyak.
Salah satu bahan yang mudah diuraikan adalah pati. Pati menjadi material yang sangat
menjanjikan untuk sebagai bahan baku plastik karena sifatnya yang universal, dapat
diperbaharui, dan harga terjangkau.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apakah pengertian dan karakteristik dari bioplastik?


2. Bagaimanakah proses pembuatan dan cara produksi dari plastik biodegradable ?
3. Komoditas apa saja yang dapat dijadikan sumber dari plastik bidegradable ?
4. Keunggulan dari plastik biodegradable di bandingkan dengan plastik konvensional ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dan karakteristik dari bioplastik
2. Mengetahui proses pembuatan dan cara produksi dari bioplastik
3. Mengetahui komoditas yang dapat dijadikan sebagai sumber pembuatan dari plastik
biodegradable
4. Mengetahui keunggulan dari plastik biodegradable dibandingkan dengan plastik
konvensional

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Klasifikasi Bioplastik
Bioplastik (plastic biodegradable) adalah polimer yang dapat dirubah menjadi biomassa
melalui tahapan depolimerisasi dan mineralisasi. Bioplastik ini suatu polimer dimana
polimer itu berubah ke dalam senyawa dengan berat molekul rendah dilakukan sedikitnya
satu tahap pada proses degradasi melalui metabolisme organisme secara alami. Tahapan
depolimerisasi terjadi ketika enzim ekstrakseluler dimana endo eznim ini memutus ikatan
internal pada rantai utama secara acak, sedangkan ekzo enzim memutus unit monomer pada
rantai uatama secara urut. Pada tahap mineralisasi membentuk CO2, CH4, N2, air, garamgaram, mineral dan biomassa. Bioplastik ini dapat terurai karena aktivitas pengurai dalam
proses biodegradasi (Marbun, 2012).
Klasifikasi plastic biodegradable terbagi menjadi empat, antara lain:
a. Produk biomassa dari sumber agro-polimer ini ada dua, yaitu dari polisakarida
contohnya pati (gandum, kentang, jagung), lignin-selulosa (kayu dan jerami), dan
lainnya seperti pektin, kitosan, dan karet. Sedangkan drai protein, lipid ini pada
binatang (kasein, kolagen, dan gelatin) dan tanaman (gluten, soya, dan zein) (Marbun,
2012).
b. Dari

mikroorganisme

(ekstraksi)

contohnya

polihidroksi

alkanoat

(PHA),

polihidroksibutirat (PHB), dan polihidroksibutirat co-Hidroksivalerat (PHBV)


(Marbun, 2012).
c. Dari bioteknologi ini melalui sintesis konvensional dari bio-monomer contohnya
poliaktida dan poli asam laktat (PLA) (Marbun, 2012).
d. Dari produk petrokimia contohnya polikaprolakton (PCL), poliasteramida, alifatik copoliester, dan aromatic co-poliester (Marbun, 2012).
2.2 Produksi
a. Fermentasi

Proses pembuatan Nata de Pina (Iskandar dkk., 2010), pertama buah nanas
dikupas. Setelah buah nanas yang sudah dikupas dicuci hingga bersih selanjutnya
diblender. Lalu disaring dengan kain kasa hingga ampas terpisah dari sarinya. Sari
yang didapat di campur dengan aquades (1:3). Setelah itu dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Ditambahkan asam asetat glacial sebanyak 20 ml, urea 0.5 gram, dan gula
pasir sesuai konsentrasi masing-masing. Ditutup menggunakan aluminium foil. Di
aduk diatas hot plate kecepatan pengadukan 4 rpm selama 10 menit menggunakan
magnetic stirrer. Setelah itu larutan di autoclave suhu 121oC selama 15 menit. Setelah
dingin larutan dituang ke dalam wadah fermentasi di set pHnya dengan penambahan
buffer NaOH dan CH3COOH. Diinokulasikan dengan starter Acetobacter subsp.
xylinum berumur 6 hari. Lalu ditutup dan disimpan di dalam inkubator suhu kamar
selama 15 menit. Selama fermentasi wadah tidak boleh di goyang.

b. Fermentor
c. Proses
Proses pembuatan plastic biodegradable dari glukomannan (Harsojuwono, 2011),
menyiapkan glukomanan 25 g, kitin 25 g, dan penakaran pentanol-1 25 ml.
pencampuran glukomanan dengan kitin atau pentanol-1 sesuai dengan formula.
Setelah itu ditambah aquades sebanyak 300 ml. dipolimerisasi suhu 85oC selama 10
menit, pengadukan 100 putaran/menit. Ditambah plastiziczier gliserol sesuai formula
dan tetap diaduk selama 3 ment setalah penambahan plasticizier gliserol. Dicetak
menggunakan alat cetak polietilen mempunyai luas permukaan 20x15 cm. dioven suhu
50oC selama 48 jam. Dilakukan pendinginan atau aging suhu kamar selama 24 jam
dan terbentuk lembaran plastic biodegradable glukomanan.
Penta

Glukomannan

Kitin

Penimbangan

Pencampuran pentanol-1 Glukomannan (sesuai formula)

Penambahan aquades 300 ml

Polimerasi suhu 85oC, 10 menit, pengadukan dengan RPM= 100 put/mnt

Penambahan plasticizier gliserol sesuai dengan perlakuan

Diaduk dengan RPM 100 put/mnt selama 3 menit

Pencetakan pada cetakan PE luas permukan 20x15 cm


Pengovenan suhu 50oC selama 48 jam, pendinginan suhu kamar selama 24 jam

Film Plastik Glukomannan Biodegradable

Gambar. Diagram Alir Pembuatan Plastik Biodegradable Glukomannan


Pembutaan film (Iskandar dkk., 2010), nata hasil fermentasi dicuci dahulu sampai bersih
dari bakteri dan sisa medium fermentasi dengan air mengalir. Kemudian ditekan pada tekanan
300 psi dengan Hidraulic Power Pass untuk mengeluarkan airnya. Selanjutnya nata yang dipress
menghasilkan lembaran tipis berupa film. Kemudian dibersihkan kembali dan dikeringankan
dengan oven suhu 125oC selama 10 menit. Film dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator
selama 15 menit. Lembaran film yang telah kering dipotong dengan ukuran yang diinginkan,
sehingga membentuk specimen guna untuk pengujian.

2.3 Sumber Bioplastik


Sumber yang dapat berpotensi untuk dikembangkan menjadi bioplastik adalah:

Tongkol jagung
Tongkol jagung merupakan bahan alam yang mengandung 40% selulosa dari kandungan
keseluruhan tongkol jagung. Dengan demikian tongkol jagung cukup memadai jika benar-benar di
gunakan sebagai pengganti pembuatan plastik biodegradable.
Tongkol jagung merupakan biopolimer karbohidrat yang aman, mudah didaur ulang,
dapat terdegradasi secara mudah di alam, dan bersifat dapat diperbarui. Karakteristik dari tongkol
jagung itu sendiri yaitu, memiliki batasan bervariasi yang terkait dengan kelarutan dalam air,
kemudian lapisan tipis tongkol jagung dapat dengan mudah rusak.
Sehingga untuk meningkatkan karakteristik tersebut umumnya, tongkol jagung
dicampurkan dengan biopolimer yang bersifat hidrofobik yaitu kitosan (Hidayah,

Sagu
Pati sagu merupakan salah satu polimer alam yang cukup berpotensi untuk
digunakan sebagai bahan baku plastik biodegradable. Namun pati sagu perlu terlebih
dahulu dimodifikasi menjadi pati ester atau pati ester asam lemak sehingga dapat
memenuhi sifat-sifat sebagai plastik biodegradable (Muljana, 2012).
Berdasarkan

penelitian

Muljana

(2012),

menyatakan

bahawa

proses

transesterifikasi/esterifikasi pati sagu dapat dengan menggunakan asetat anhidrida dan


vinil laurat sebagai reagen di dalam media subkritik CO2. Percobaan ini pun dilakukan
dengan memodifikasi tekanan dan suhu. Sehingga dihasilkannya plastik biodegradable
dengan harga bahan-bahan yang murah.
-

Kacang kedelai
Kacang kedelai digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable
yang mana mula-mula dilakukan proses ekstraksi protein yang terkandung pada kacang
kedelai, kemudian ditambahkan dengan tepung tapioka dan gliserol, dan dicetak menjadi
lembaran-lembaran plastik (Sinaga et al, 2013).
Berdasarkan penelitian Sinaga et al (2013) menyatakan bahwa penambahan
gliserol berpengaruh terhadap ketebalan, kekuatan tarik, dan pemanjangan saat pemutusan
bioplastik. Adapun peningkatan ketebalan yang terjadi pada bioplastik hal ini berkaitan
dengan tingkat penambahan gliserol.

Kulit singkong

Untuk memperoleh bioplastik, maka perlu dilakukannya pncampuran antara pati


kulit singkong dengan plastisizer gliserol yang bertujuan untuk memperoleh plastik yang
lebih fleksibel dan elastis (Akbar dkk., 2013).
Berdasarkan penelitian Akbar dkk (2013) menyatakan bahwa, pati kulit singkong
berpotensi sebagai sumber bahan baku pembuatan bioplastik, namun sifat mekanik dari
bioplastik tersebut akan mengalami penurunan pada setiap minggunya yang dikarenakan
adanya absorpsi uap air dan terjadi perpindahan plastisizer dalam matrix bioplastik selama
penyimpanan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bioplastik dari pati kulit singkong tidak
dapat digunakan dalam jangka panjang, akan tetapi bioplastik tersebut akan terdegradasi
secara cepat.
-

Ubi jalar
Pemanfaatan ubi jalar sebagai bahan baku pembuatan plasti biodegradable
dikarenakan pati ubi jalar mengandung kadar amilosa 11,6% dan amilopektin 76,2%. Di
mana kadar amilosa tersebut diharapkan mampu memberikan sifat mekanik yang optimal
dan kadar amilopektin yang mampu memberikan sifat lengket yang optimal (Marbun,
2012).
Pemanfaatan ubi jalar tersebut dilakukan dengan penggunaan matrix yang
dicampurkan dengan selulosa yang memiliki tujan sebagai penguat, dan dilakukan
penambahan gliserol yang bertujuan untuk menghasilkan bahan bioplastik yang memiliki
difat mekanik, morfologi, dan biodegradabilitasyang optimal (Marbun, 2012).

Nata de coco
Pemanfaatan nata de coco sebagai bahan baku plastik biodegradable yaitu,
diharapkannya plastik biodegradable tersebut memiliki sifat fisik seperti tingkat
permeabilitas terhadap uap air yang relatif kecil, dan sifat kimia yakni, limbah yang
dihasilkan dapat diuraikan oleh mikroorganisme (Biamenta, 2011).
Kemudian Nata de coco dilakukan pemerosesan dengan menambahkan pati,
gliserin, dan kitosan yang kemudian dilakukan fermentasi, selanjutnya dilakukan metode
Kjeldhal untuk menentukan kadar protein, dan dilakukan penyimpanan tiga bulan untuk
menentukan ketahanan pada plastik biodegradable yang terbuat dari nata de coco
(Biamenta, 2011).

Kitin yang dihasilkan dari limbah kulit udang

Pemanfaatan limbah kulit udang sebagai bahan baku plastik biodegradable yaitu,
sebagai pengemas makanan yang anti bakteri. Kemudian dijelaskan bahwa, kulit pada
udang mengandung kitin, di mana kitin diproses menjadi kitosan yang kemudian dibuat
menjadi lembaran-lembaran plastik, dan diblanding dengan polimer sintetik (Sofyan,
2010).
2.4 Kelebihan bioplastik dari pada plastik konvensional
Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar,
sehingga hal ini menghasilkan sekitar 100 juta ton plastik per tahunnya yang diproduksi di
berbagai sektor industri dunia (Firdaus, 2007)
Sehingga perlu diketahui bahwa plastik memiliki beberapa sifat yang kurang
menguntungkan yaitu, plastik tidak mudah hancur karena lingkungan, cuaca hujan, panas,
maupun mikroba yang hidup didalam tanah, dan mudah bereaksi (Firdaus, 2007).
Maka dilakukan pengembangan berbasis bioplastik yang merupakan sebagai bahan
pembungkus alternatif dikarenakan, bioplastik memiliki sifat yang menguntungkan yaitu,
ramah lingkungan karena mudah terurai, dapat digunakan secara berulang kurang lebih
selama 3 bulan, aman, dapat diperbarui, sehingga bioplastik relatif lebih banyak digunakan
pada bidang industri pangan, farmasi, dan kesehatan (Firdaus, 2007).
2.5 Analisa atau Pengujian Plastik Biodegradable
a.

Karakterisasi sifat mekanik


sifat mekanik berupa kuat tarik dan elongasi yang menunjukkan kekuatan material
tersebut. Sifat mekaniknya ditunjukkan dengan kuat tarik yang tinggi dan elastisitas yang
baik. Karakteristik uji tarik dilakukan dengan menambah beban secara perlahan-lahan
hingga material tersebut patah. Pada waktu yang bersamaan, pertambahan panjang
material dapat diukur. Sedangkan elastisitas suatu material dicari dengan perbandingan
antara pertambahan panjang dengan panjang semula (Marbun, 2012).
Keterangan:

= kuat tarik (kgf/cm2)


= beban maksimum (kgf)
Ao= luas penampang awal

Keterangan:

= elastisitas(%)
to= panjang mula-mula material (cm)
= pertambahan panjang (cm)
b. Karakterisasi SEM (Scanning Elctron Microscopy)
Menganalisis struktur morfologi film, dengan cara memotong sampel dengan ukuran
yang kecil dan diletakkan pada karbon tape. Hasil analisis SEM memperlihatkan
penyebaran partikel pengisi pada matriks sehingga dapat diketahui distribusi partikel
pengisi pada matriks tersebar merata atau tidak (Marbun, 2012).
c. Karakterisasi XRD (X-Ray Diffraction)
Difraksi sinar-X berdasarkan interferensi kontruksif dari sinar-X monokromatik dan
kristal sampel. Sinar-X dan sampel berinteraski menghasilkan interferensi kontruktif
ketika kondisiny memenuhi Hukum Bragg yang dinyatakan hubungan antara panjang
gelombang radiasi elektromagnetik terhadap sudut difraksi dan jarak kisi dalam kristal
sampel. Difraksi sinar-X terdeteksi, diproses, dan dihitung (Marbun, 2012).
Keterangan:
n= bilangan bulat menyatakan frasa pada fraksi yang menghasilkan terang
= panjang gelombang sinar-X
d= lebar celah

= sudut difraksi
d. Karakterisasi FT-IR (Fourier Transform InfraRed)
FT-IR menggunakan spektroskopi inframerah, dimana radiasi inframerah dilewatkan
pada sampel. Sebagian radiasi inframerah diserap sampel dan disebagian diltransmisikan.
Hasilnya besar absorbsi molekul dan transmisi sidik jari dari suatu sampel. Spectrum
inframerah berupa sidik jari dari suatu sampel menunjukkan puncak absorbansi sesuai
dengan frekuensi getaran yang dihasilkan antara ikatan atom dari sampel (Marbun, 2012).

Gambar . Bagan Ilustrasi system FT-IR (Anonim, 2010).


e. Karakterisasi fisikokimiawi
Analisis mrofologi dengan mengamati secara fisik film kemasan plastic biodegradable
dihasilkan dengan menggunakan EM 30 m/nikon HFX-DX dengan cara meletakkan
sampel uji ukurannya 2x2 cm dibawah lensa mikroskop, gambar yang ditampilkan dalam
monitor dicetak. Untuk pH dilakukan dengan cara meletakkan kertas lakmus atau pHindikator pada sampel film plastic biodegradable yang dihasilkan kemudian diamati
perubahan warna kertas lakmus, dicocokan dengan indicator warna yang ada. Stabilitas
panas dilakukan dengan mengkondisikan produk film plastic biodegradable yang
dihasilkan dalam oven perlakuan suhu bertingkat sampai film plastic biodegradable
rusak, selama 2 jam, diamati perubahan fisiknya. Ketahana-air dilakukan dengan cara
film plastic biodegradable yang dihasilkan direndam di air suhu kamar yang bervariasi
sampai film plastic biodegradable rusak dan ketahanan air panas suhu 100oC setiap menit
diaamati dan dianalisis kondisi secara fisikokimiawi terkait ketahanan airnya (Huda dan
Firdaus, 2007).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable, merupakan salah satu jenis plastik
yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat diperbarui, seperti pati, minyak
nabati, dan mikrobiota.
3.2 Saran
Perlu adanya desain lanjutan mengenai sistem produksi bioplastik lembaran dengan
meningkatkan jumlah produksi. Proses pembuatan bioplastik memakan waktu lama dalam proses
pengeringan. Sehingga proses pengeringan perlu dipercepat agar jumlah produksi semakin
meningkat. Selain itu, kapasitas produksi dapat ditingkatkan dengan cara menambah jumlah lini
produksi, menambah panjang konveyor, atau menambah waktu produksi dalam setahun.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, F., Z. Anita, H. Harahap. 2013. Pengaruh Waktu Simpan Film Plastik Biodegradasi dari
Pati Kulit Singkong Terhadap Sifat Mekanikalnya. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 2 (2), 11
12.
Biamenta, E. 2011. Karakterisasi dan Analisa Kadar Nutrisi Edible Film dari Nata De Coco
Dengan Penambahan Pati, Gliserin, dan Kitosan Sebagai Bahan Pengemas Makanan.
[Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Firdaus, F. 2007. Bahan Plastik Ramah Lingkungan. Diakses pada 31 Januari 2007.
<http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/news/umum/338Bahan/20Plastik/20Ramah/20
Lingkungan.htm>
Hidayah, L. 2012. Pemanfaatan Tongkol Jagung Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Plastik
Biodegradable. Institut Sains & Teknologi Akprind. Yogyakarta.
Marbun, E. S. 2012. Sintesis Bioplastik dari Pati Ubi Jalar Menggunakan Penguat Logam ZnO
dan Penguat Alami Selulosa. [Skripsi]. Universitas Indonesia. Depok.
Marbun, E. S. 2012. Sintesis Bioplastik dari Pati Ubi Jalar Menggunakan Penguat Logam ZnO
dan Penguat Alami Selulosa. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.
Muljana, H. 2012. Studi Proses Transesterifikasi Pati Sagu di dalam Media Subkritik CO2.
Universitas Katolik Parahyangan. Bandung.
Sinaga, L. L., M. S. Rejekina., M. S. Sinaga. 2013. Karakteristik Edible Film dari Ekstrak
Kacang Kedelai Dengan Penambahan Tepung Tapioka dan Gliserol Sebagai Bahan
Pengemas Makanan. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 2 (4), 12 13.
Sofyan, M. 2010. Pengembangan Teknologi Kemasan Plastik Biodegradable Dimasa yang Akan
Datang. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Harsojuwono, B.A. 2011. Penentuan Formula Komposit Plastik Biodegradable Glukonomanan
dari Umbi Porang(Amorphophallus meller B) Ditinjau dari Karakteristik dan Mekanis.
The Excellent Research. Universitas Udayana.
Anonim. 2009. What is FT-IR. <http://epic.ms.northwestern.edu/keckii/ftir1.asp>
Huda, T., dan F. Firdaus. 2007. Karakteristik Fisikokimiawi Film Plastik Biodegradable dari
Komposit Pati Singkong-Ubi Jalar. Logika. Vol 4 No. 2, 5.

Iskandar, M. Zaki, S. Mulyati, U. Fathananh, I. Sari, dan Juchairawati. 2010. Pembuatan Film
Selulosa dari Nata de Pina. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. Vol. 7 No. 3, 105111.

Anda mungkin juga menyukai