Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan
air mengapung. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi
sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang merusak lingkungan
perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air
kebadan air lainnya. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama
disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang
kaya akan nitrogen, fosfat dan potassium.
Adapun dampak negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain
meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-
daun tanaman), menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan
sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air dan
dapat menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.
Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara bagi tanaman
dengan cara pengomposan. Untuk itu perlu adanya pengomposan untuk
menanggulangi masalah tersebut dan juga untuk menghindari pencemaran
lingkungan yang ada. Kompos merupakan hasil dekomposisi bahan organik
seperti tanaman, hewan, atau limbah organik yang telah mengalami proses
pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme yang bekerja
didalamnya, sedangkan pengomposan merupakan pengurairan dan
pemantapan bahan-bahan organik secara biologis dalam temperatur
thermophilik (suhu tinggi) dengan hasil akhir berupa bahan yang cukup
bagus untuk diaplikasikan ke tanah (Murbandono,2000; Wikipedia
Indonesia, 2007).
Plastic ramah lingkunganatau dikenal dengan istilah bio plastic
( biodegradable plastic ) merupakan plastic yang dapat diuraikan oleh jamur
atau mikroorganisme di dalam tanah sehingga akan mengurangi dampak
negatif yang ditimbulkan oleh plastik sintetik. Bahn dasar pembuatan plastik

1
biodegradable adalah tanaman yang memiliki kandungan senyawa pati atau
selulosa. Kecepatan biodegradasi bioplastik tergantung pada temperature
(50-70 celsius), kelembapan, jumlah dan jenis mikroba. Degradasi
berlangsung cepat hanya jika ketiga persyaratan tersebut tersedia.

B. Perumusan Masalah
a) Bagaimana cara pembuatan plastik ( biodegradable ) dari enceng gondok?
b) Bagaimana pengaruh jumlah asam asetat terhadap kualitas plastik yang
dihasilkan?
c) Bagaimana pengaruh penambahan gliserol terhadap kualitas plastic yang
dihasilkan ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui cara pembuatan plastic ( biodegradable ) dari enceng
gondok.
b) Untuk mengetahui pengaruh jumlah asam asetat terhadap kualitas plastik
yang dihasilkan.
c) Untuk mengetahui pengaruh penambahan gliserol terhadap kualitas plastic
yang dihasilkan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ENCENG GONDOK
Enceng gondok merupakan tumbuhan air yang hidup dirawa rawa,
danau, waduk, dan sungai yang aliranya tenang. Enceng gondokberkembang
biak dengan sangat cepat, bak secara vegetative maupun generative.
Kandungan enceng gondok diantaranya lignin, selulosa, dan hemiselulosa
eceng gondok berturut-turut sebesar 7-26,36% ; 17,8-31% ; dan 22-43,4%
(Gunnarson dan Peterson, 2007). Menurut Ahn, et al. (2012), eceng gondok
mengandung lignin 34,19%, selulosa 17,66%, dan hemiselulosa 34,19%.

B. BIO PLASTIK
Bioplastik merupakan bahan alternatif untuk menggantikan plastik
kemasan konvensional agar tidak mencemari lingkungan. Bioplastik dibuat
dengan polimer alam sebagai bahan utama sehingga mudah dicerna oleh
mikroorganisme. Penambahan kitosan pada bioplastik diharapkan mampu
menghasilkan bioplastik yang tahan lama.
C. ASAM ASETAT
Asam asetat yang biasa disebut asam cuka merupakan suatu senyawa
berbentuk cairan, tidak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam
yang tajam dan larut dalam air, alcohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan
atmosferik, titik didih asam asetat sekitar118,1 0C. asam asetat merupakan
senyawa turunan dari asam karboksilat. Asam asetat cair adalah pelarut polar,
mirip seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang
sedang yaitu 6,2 sehingga ia bisa melarutkan senyawa polar seperti garam
anorganik dan gula maupun senyawa non polar se[erti minyak dan unsur-
unsur seperti sulfur dan iodine. Semakin tinggi kosentrasi maka kitosa
semakin larut, dimana kitosan dilarutkan didalam asam asetat memiliki nilai
tarik yang tinggi dibandingkan asam yang lainya ( caner,dkk.1998 ).

3
Menurut dwi dkk (2014), dalam campuran film plastic berfungsi sebagai
pelarut kitosan. Semakin tinggi konsentrasi asm asetat, maka kitosan tida
akan mengalami hidrolisis. Tingginya konsetrasi asam asetat jug menghambat
proses degradasi oleh mikroorganisme dalam tanah karena asam asetat
memiliki aktivitas anti bakteri. Oleh karna itu peran serta asam asetat tidak
dapat diabaikan ketika digunakan sebagai pelarut kitosan ( caner,dkk.1998 ).

D. GLISEROL
Dalam pembuatan plastik biodegradable, penambahan kadar gliserol
pada campuran bahan baku mempengaruhi sifat mekanisnya, seperti kuat
tarik lapisan film, peningkatan fleksibilitas, dan mengurangi karapuhan.
Pengurangan kekuatan arik inter molekul pada ikatan polimer menyebabkan
kenaikan sifat fleksibilitas pada plastik. Beberapa hasil penelitian
sebelumnya, plasticizer harus diminimalkan karena dapat meningkatkan
permeabilitas uap air dan menurukan sifat kohesi film yang mempengaruhi
sifat mekanik film ( silva dkk.,2009). Senyawa ini salah satu pemlastis yang
banyak digunakan karna cukup efektif mengurai ikatan hydrogen internal
sehingga akan meningkatkan jarak intermolekuler dan tidak mudah menguap
saat proses pemanasan karena titik didih gliserol yang tinggi yaitu 2900C.

BAB III
METODE PENELITIAN

4
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
terdiri dari 2 variabel bebas yaitu konsentrasi asam asetat dan konsentrasi
gliserol.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel
a) Variable bebas :
 asam asetat : ( 1%, 2%, 3% )
 gliserol : ( 1%, 4%, 8%, 10%, 15% )
 ( CMC ) : ( 0,1g, 0,5g, 1g )
 ( tepung tapioca ) : ( 5%, 10% )
b) Variable tetap :
 jumlah eneng gondok 7gram
 kondisi operasi : suhu 900C, waktu 30 menit
 proses pengeringan : suhu 50 – 600C, waktu 6jam
c) Variable terikat:
 Kualitas bio plastic yang dihasilkan melalui uji degradabilitas.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Tepung
enceng gondok, 2) Aquadest 3) NaoH, 4) Gliserol, 5) Asam Asetat, 6)
Alcohol ( CMC, tepung tapioca ), (bahan-bahan kimia yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Kimia Organik AKIN
St. Paulus Semarang).
b. Alat
Alat yang dipakai pada penelitian ini adalah :1) Blender, 2)
Ayakan, 3) Kertas saring, 4) Neraca analitis, 5) Gelas ukur, 6) Beaker
glas, 7) Pipet tetes, 8) Hot plate, 9) Thermometer, 10) Oven, 11) Plat
kaca.

5
3. Prosedur kerja
a. Persiapan bahan baku
1. Enceng gondok dicuci sampai bersih, Dipotong ukuran kecil.
2. Di jemur sampai kering.
3. Haluskan eneng gondok dengan blender.
b. Pre – treatment enceng gondok
1. Tepung enceng gondok sebanyak 30gram di tambah 400ml larutan
NaOH 5% didalam 1000ml Erlenmeyer lalu dipanaskan pada
1000C selama 1 jam.
2. Bubur hasil perendaman dicuci dengan 400ml aquadest sebanyak
3kali dan disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan
lignin yang terlarut.
3. Lalu masukan oven pada suhu 700C untuk menghilangkan kadar
air.
4. Selulosa yang diperoleh di masukkan dalam 1000ml erlen yang
ditutup rapat dengan gabus dan alumunium foil.
5. Larutan dipanaskan pada suhu 1000C dengan hot plate selama 1
jam.
6. Hasil hidrolisis disaring menggunakan kertas saring untuk
memperoleh selulosa, kemudian dinginkan hingga suhu 280C.
7. Hasil hidrolisis dilakukan pengukuran pH lalu dicuci dengan
aquadest.
c. Pembuatan plastic ( biodegradable )
1. Selulosa enceng gondok sebanyak 7gram dimasukan kedalam
beaker glass 250ml.
2. Dilakukan pengenceran larutan asam asetat ( 1%, 2%, 3% ) dituang
kedalam beaker glass yang telah berisi selulosa enceng gondok.
3. Larutan selulosa enceng gondok dilakukan pemanasan dan
pengadukan hingga suhu 900C selama 30 menit.

6
4. Selanjutkan tambahkan dengan gliserol ( 4(%V/V), 8(%V/V),
10(%V/V), 15(%V/V)). Kemudian dilakukan pemanasan dan
pengadukan hingga suhu 900C selama 30 menit.
5. Sebelum dicetak dalam cetakan kaca, larutan didiamkan selama 30
menit untuk menghilangkan gelembung – gelembung udara.
6. Plastic biodegradable dicetak pada plat kaca yang telah dibersihkan
sebelumnya dengn alcohol 96%.
7. Plastic biodegradable yang telah dicetak, dimasukan kedalam oven
dengan suhu 50-600C selama 6 jam.
8. Plastic biodegradable didinginkan pada suhu ruang, dan dilepaskan
dari plat kaca secara berlahan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
asam asetat dan gliserol pada pemanfaatan seluosa enceng gondak untuk
pembuatan bio plasik, pada bembuatan bio plastik langkah pertama membuat
bahan baku, dengan menjadika enceng gondok menjadi tepung, pada proses ini

7
akan memakan cukup banyak waktu apabila pada pengeringan enceng gondok
tidak dibantu dengan oven, pada proses Pre-treatment 30g tepung enceng gondok
direndam dalam 1000ml Erlenmeyer lalu masukan NaOH 5% dan dipanaskan
pada hotplate selama 60 menit pada suhu 100 oC, lalu bubur hasil perendaman
dicuci 3 kali dengan aquadest 400ml menggunakan kertas saring, lalu hasil
penyaringan di oven pada suhu 70 0C selama 100 menit untuk mengurangi kada
air, kemudian selulos yang diperoleh dimasukan pada erlenmeyer 1000ml yang
ditutup rapat dengan gabus dan alumunium foil dan dipanaskan pada hotplate
selama 1 jam, setelah dipanaskan, hasil disaring menggunakan kertas saring dan di
dinginkan sampai suhu 28 0C, kemudian dilakukan pengukuran pH dan di cuci
mengguankan aquadest 400ml, pada proses Pre-treatmen cukup memakan banyak
waktu karena banyak proses pencucian bubur, setelah tepung enceng gondok di
pre-treatmen selanjutnya masuk pada pembuatan bioplastik, 7g selulosa enceng
gondok dimasukan pada beaker gelas, lalu masukan pengenceran asam asetat
( 1%, 2%, 3% ), kemudian larutan dilakukan pemanasan menggunakan hotplate
pada suhu 900C selama 30 menit, lalu ditambahkan dengan glserol ( 4(%v/v),
8(%v/v), 10(%v/v), 15(%v/v) ). Dan dilakukan pemanasan kembali pada suhu 90
0
C selama 30 menit, setelah pemanasan selesai larutan di diamkan 30 menit untuk
menghilangkan gelembung – gelembung udara, lalu tuang larutan pada nampan
kecil sebanyak 50ml dan dioven selama 1 hari, masalah pada pembuatn bioplastik
yaitu palastik tidak dapat kering dan saya melakuan penambahan 50% gliserol,
namun plastic tetap tidak kering, kemudian saya mengurangi konsentrasi gliserol
menjadi 2% namun saya menambahkan CMC sebagai pengental sebanyak (0,1g
0,5g dan 1g) tapi plastic yang saya hasilkan tidak kering juga walau larutan yang
saya tuang kenampan sudah cukup kental, hal ini kemungkinan besar karena tidak
adanya bahan kitosan yang ditambahkan karena kitosan cukup sulit didapatkan
dan hargnya yang cukup mahal, kemudian pada praktek berikutnya saya mencoba
mengkombinasikan dengan tepung tapioka ( 5%, 10% ) dengan gliserol 1(%v/v )
dan asam asetan 1%, CMC ( 0,5g, 1g ), setelah menggunakan kombinasi tepung
tapioka, bioplastic yang saya hasilkan cukup baik walau tidak 100% kering,
namun walau lebih baik dari beberapa percobaan sebelanya, plastic yang saya

8
hasilkan tidak dapat dilepas dari cetakan / nampan karena saat hendak diambil,
platik terlalu rapuh sehingga sobek dan juga ada bagian yang tidak kering, untuk
uji sendiri saya melakukan uji biodegradabilitas, namun karena waktu yang tidak
cukup dan bioplastik yang saya hasilkan rapuh sehingga saya tidak melakukan uji
biodegradabilitas.

BAB V
SIMPULAN
A. SIMPULAN
Pada pembuatan bioplastik dari selulosa enceng gondok, pada
praktek yang saya lakukan hasilnya bio plastic tidak kering
sepenuhnya, ada beberapa bagian yang masih basah, dan bioplastik
rapuk, mudah sekali robek.
B. SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan kitosan
dan meminimalkan penambahan gliserol, karena terlalu banyak
gliserol membuat bioplastik sangat susah kering.

9
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. potensi Enceng Gondok Rawa Peninguntuk Biogas dengan Variasi


Campuran Kotoran Sapi. Workhsop Penyelamatan Ekosistem Danau Rawa
pening. KLH dan Undip Semarang
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara. 2003. Enceng Gondok
di danau Toba. Medan.
Bourtoom, T. 2008. Plasticizer effect on the properties of biodegradable blend
film from rice starch-Chitosan. Songklanakarin journal of science &
technology, 89, 149.
Caner, dkk. 1998. Chitosan film mechanical and permeation properties as affected
by Acid, Plasticizer, and Storage. Journal food Science Vol. 63, No. 6.
Farida. 2012 pemanfaatan serat enceng gondok dan kitosan sebagai bahan baku
pembuatan poly latic acid sebagai kemasan ramah lingkungan. Fakultas
matematika dan ilmu pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Juari. 2006. Pembuatan dan karakteristik Bioplastik dari ply-3-Hidroksi alkanoat
(PHA) yang dihasilkan Ralstonia Eutropha pada Hidrolisat Pati Sagu dengan
penambahan dimetil Ftalat (DMF). Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian
Bogor.
Kementrian Negara lingkungan hidup Rebuplik Indonesia (KNLH). 2008.
Statistik Persampahan Indonesia. Jakarta: Japan International Coorperation
Agency (JICA).

10
Koes. 2010. Telaga Rawa Pening, Masyarakat Banyu Biru, dan Enceng Gondok.
(Online) http://catatan_go_blogspot.com2010_08_01.archive.html.

LAMPIRAN

1. Perhitungan
A. Menghitung NaOH

N= x kadar x Valensi x

0,1 = x 0.05 x 1 x

0,1 = x 0,125

gr = 50 gram
B. Menghitung kadar asam asetat

 Larutan asam asetat


N = x valensi x

0,1 = x1x
6 = gr x 4
1,5 = gr

gr = 1,5 = 1,42 ml
 Larutan NaOH
N = x valensi x

0,1 = x1x

11
gr = 0,2
 Larutan Asam Oksalat
N = x valensi x

0,1 = x1x
0,63 = gr

 Data Standarisasi larutan standart NaOH


Volume larutan Standar Primer Volume larutan Standar
10 cc 13,0 Cc
10 cc 12,9 Cc
10 cc 13,3 Cc
∑ volume 39,2 Cc
Volume rata-rata 13,0666 Cc
 Data Penentuan Kadar Asam Asetat

Volume Sample Volume larutan Standar


10 cc 5,8 Cc
10 cc 5,0 Cc
10 cc 5,6 Cc
∑ volume 16,4 Cc
Volume rata-rata 5,466 Cc

 Normalitas Larutan Standar Primer Asam Oksalat

H2C2O4 2H+ + C2O42-


1mol H2C2O4 ~ 2 mol H+ ~ 2 grek
Valensi H2C2O4 = = =2

N = x valensi x

N = x2x
N = 0,1988 N

12
 Normalitas Larutan Standar NaOH

TE : mgrek zat uji = mgrek titrasi


mgrek Asam Oksalat = mgrek NaOH
V x NAsam Oksalat = V x NNaOH
10 x 0,1988 N = 13,2 cc x NNaOH
NNaOH = 0,1506 N

 Penentuan Kadar Asam Asetat

Reaksi : CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O


-
1 mol CH3COOH ~ 1mol OH ~ 1grek
Valensi CH3COOH = = =1

TE : mgrek zat uji = mgrek titran

Valensi = V x NNaOH

1 = 5,466 x 0,1506
mgram = 49,3907mgram
= 0,0493 gram
 Kadar Asam Asetat = x 100 %

= x 100 %
= 3,4718 %
 Menghitung kebutuhan asam asetat
1% = x 100ml = 1 ml x = 28,8035 ml
2% = x 100ml = 1 ml x = 57,6070
3% = = x 100ml = 1 ml x = 86,4105
Menghitung kebutuhan Gliserol
1% = x 100ml = 1ml
4% = x 100ml = 4ml
8% = x 100ml = 8ml
10% = x 100ml = 10ml

13
15% = x 100ml = 15ml
 Tepung tapioka
5% = x 5ml = 0,25 gram
10% = x 5ml = 0,5 gram

Cara kerja uji degradabilitas bioplastik:


Pada pengujian biodegradasi (kemampuan bioplastik dapat terurai)
dilakukan dengan merendam sampel bioplastik dalam Effective
Microorganism 4 (EM4). Bakteri EM4 yang digunakan adalah bakteri yang
digunakan untuk fermentasi bahan organik tanah. EM4 mengandung bakteri
fermentasi, dari genus Lactobacillus, jamur fermentasi, actinomycetes bakteri
fotosintetik, bakteri pelarut fosfat, dan ragi.
Gambar

14
15

Anda mungkin juga menyukai