Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK

BUDIDAYA MULOSKA

TIRAM EDIBLE, CRASSOSTREA IREDALEI

KELOMPOK : I (SATU)
NAMA KELOMPOK : NILA SUKARNI
MUSRIFAH
MUH. SYAHRUL
NURHAERANI
EKO PURNOMO ARUNG PAEMBONAN
ZULFIKAR RAIHAN MALAH
APRILLAYANI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Crassostrea merupakan nama genus dari bivalvia yang paling banyak ditemukan di Indonesia
terutama Jawa Timur. Hidup menempel pada substrat keras seperti kayu, akar mangrove, batu, sisa
bahan bangunan atau cangkang keras dari molusca lainnya. Di masyarakat kerang yang dimaksud dalam
buku ini lebih dikenal dengan nama tiram atau tẻrem dalam bahasa Madura yang dalam bahasa Inggris
disebut Oyster. Tiram Crassostrea yang hidup di pantai berbatu pada umumnya menempelkan salah
satu sisi cangkangnya pada benda keras yang tidak berlumut atau tidak terkena lumpur. Pada habitat
mangrove, tiram biasanya menempel pada batang-batang pohon bakau yang masih mungkin untuk
mendapatkan air asin. Sering pula dijumpai tiram menempel pada cangkang moluska lain seperti
Telescopium atau menempel pada sesama cangkang tiram. Di Jawa Timur dapat ditemukan empat jenis
tiram, yaitu Crassostrea glomerata, Crassostrea iredalei, Crassostrea cucullata dan Ostrea sp. Tiram
merupakan golongan filter feeder yang tidak mengejar makan melainkan menyaring makanan yang
tersedia. Tiram juga merupakan organisme biofilter yang efektif untuk mengurangi konsentrasi logam
berat dalam tambak. Struktur jaringan tiram tidak berubah apabila menyerap Cu, tetapi akan berubah
jika menyerap Pb.

Tiram menyaring makanannya yaitu berupa bahan organik, bakteri protozoa dan fitoplankton.
Jenis makanan tiram berkaitan erat dengan kelimpahan dan komposisi makanan yang tersedia di
perairan. Fitoplankton dalam lambung tiram selalu sesuai dengan komposisi fitoplankton yang ada di
perairan. Terdapat interaksi antara tiram dengan jenis fitoplankton yang dimanfaatkan. Crassostrea
glomerata lebih banyak memanfaatkan fitoplankton, kemudian makin menurun untuk Crassostrea
cucullata dan terendah adalah Crassostrea iredalei. Lingkungan hidup atau habitat merupakan aspek
yang sangat penting bagi kehidupan tiram bahkan dapat berpengaruh ritme biologi suatu organisme
karena faktor lingkungan tersebut mempengaruhi proses metabolisme secara langsung. Berdasarkan
beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh lingkungan yang tercemar terhadap tiram
Crassostrea menunjukkan adanya perubahan-perubahan fisik maupun fisiologi terhadap tiram.
II. ASPEK BIOLOGI

A. Klasifikasi
Tiram merupakan jenis bivalva yang bernilai ekonomis. Tiram mempunyai bentuk, tekstur, ukuran
yang berbeda-beda. Keadaan tersebut yang mempengaruhi pertumbuhan tiram (Fisheries and
Aquaculture Departement2008).
Klasifikasi tiram menurut Born (1778) in adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Ordo : Ostreoida
Famili : Ostreidae
Genus : Crassostrea
Spesies : Crassostrea cucullate

B. Morfologi
Tiram memiliki morfologi bentuk cangkang yang tidak beraturan, kulit tebal, dan tidak simetris
Spesies Crassostrea sp. hidup berkelompok dan saling menempel satu sama lain serta melekat pada akar
mangrove. Ukuran maksimum tiram sebesar 4 cm, tetapi dapat mencapai 6-8 cm. Tiram memiliki daging
yang rendah kalori dan mengandung kalsium serta vitamin A.
Menurut Delmendo (1989) nilai kandungan gizi tiram yaitu energi 78 Kcal, protein 9,7 g, lemak
1,8 g, gula 5,0 g, kalsium 55 mg, besi 3,6 g, vitamin A 55 IU, vitamin B1 0,16 mg, vitamin B2 0,32 mg, dan
vitamin C 4 mg.

C. Makanan
Tiram mempunyai kebiasaan makan dengan menyaring makanan (filter feeder), karena memiliki
siphon yang pendek Kebiasaan makan tersebut menyebabkan tiram dapat menyerap sebagian besar air
dan kandungan-kandungan unsur didalamnya. Plankton yang terdapat di perairan akan tersaring melalui
mekanisme makan tiram tersebut. Tiram dapat dijadikan bioindikator karena seluruh partikel-partikel
yang terdapat di dalam perairan akan tersaring (Suharyanto et al. 1996).

D. Habitat
Spesies Crassostrea sp. banyak ditemukan pada daerah intertidal dan perairan dangkal. Daerah
distribusi tiram meliputi perairan Indo-Pasifik mulai dari Laut Merah dan Afrika Timur hingga Australia
dan Jepang. Tiram menempel pada akar mangrove. Spesies mangrove yang umumnya bersimbiosis
dengan tiram adalah Rhizopora sp. Jenis . Jika tiram telah menempel pada akar mangrove, maka sulit
untuk dilepaskan dari akar mangrove dimana Bivalvia meliputi kerang, tiram, remis dan sebagainya.
Tubuhnya berbentuk lateral compresses (pipih pada salah satu sisi), dan tubuh moluska tertutup oleh
cangkang yang berasal dari sekretnya sendiri dengan dua bagian yang disebut valves. Bivalvia tidak
mempunyai kepala dan radula (Castro & Huber, 2007).
III. METODE BUDIDAYA

Salah satu jenis bivalvia potensial yang dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan
pendapatan ekonomi adalah dari jenis tiram. Saat ini budidaya tiram belum dikenal secara luas,
umumnya masyarakat nelayan memanen atau mengumpulkan tiram dari alam untuk konsumsi sendiri
dansebagian lainnya untuk dijual. Di indonesia usaha budidaya tiram belum banyak dilakukan
(Sudradjat, 1982). Produksi tiram Indonesia untuk kebutuhan ekspor belum banyak memberikan
sumbangan berarti bagi peningkatan devisa Negara. Volume ekspor tiram Indonesia pada tahun 2002
baru mencapai 304.873 kg. Negara tujuan ekspor tiram Indonesia adalah Jepang, China, Singapura,
Malaysia, Vietnam, Afrika Selatan, Australia, USA, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Swiss, dan Polandia
(Winanto, 2004).
Tiram termasuk salah satu jenis bivalvia yang mengalami permintaan pasar yang cukup tinggi,
namun penyediaannya masih terbatas dikarenakan biota masih banyak yang ditangkap dari alam. Ada
beberapa faktor yang menjadi masalah dalam kegiatan budidaya tiram, diantaranya yaitu
pertumbuhannya yang lambat dan tingkat kematian yang tinggi. Upaya peningkatan produksi tiram
dapat ditempuh dengan pengembangan usaha budidaya. Salah satu aspek penting dalam usaha
budidaya adalah ketersediaan benih yang terjamin kualitas dan kuantitasnya. Dalam usaha budidaya
tiram didukung oleh banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram
diantaranya kualitas air seperti salinitas, pH, suhu. Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan
yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme
antara lain yaitu jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan
hidupSalinitas merupakan salah satu parameter penting dalam kegiatan budidaya untuk pertumbuhan
dan kelangsungan hidup tiram. Namun belum diketahui salinitas yang tepat untuk pertumbuhan tiram
pada media budidaya. Maka oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh
salinitas yang berbeda terhadap tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram (Crassostrea sp).
KESIMPULAN

Crassostrea merupakan nama genus dari bivalvia yang paling banyak ditemukan di Indonesia
terutama Jawa Timur. Hidup menempel pada substrat keras seperti kayu, akar mangrove, batu, sisa
bahan bangunan atau cangkang keras dari molusca lainnya. Tiram Crassostrea yang hidup di pantai
berbatu pada umumnya menempelkan salah satu sisi cangkangnya pada benda keras yang tidak
berlumut atau tidak terkena lumpur. Pada habitat mangrove, tiram biasanya menempel pada batang-
batang pohon bakau yang masih mungkin untuk mendapatkan air asin. Sering pula dijumpai tiram
menempel pada cangkang moluska lain seperti Telescopium atau menempel pada sesama cangkang
tiram.
Tiram termasuk salah satu jenis bivalvia yang mengalami permintaan pasar yang cukup tinggi,
namun penyediaannya masih terbatas dikarenakan biota masih banyak yang ditangkap dari alam. Ada
beberapa faktor yang menjadi masalah dalam kegiatan budidaya tiram, diantaranya yaitu
pertumbuhannya yang lambat dan tingkat kematian yang tinggi. Upaya peningkatan produksi tiram
dapat ditempuh dengan pengembangan usaha budidaya. Salah satu aspek penting dalam usaha
budidaya adalah ketersediaan benih yang terjamin kualitas dan kuantitasnya. Dalam usaha budidaya
tiram didukung oleh banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram
diantaranya kualitas air seperti salinitas, pH, suhu.
DAFTAR PUSTAKA

Yanti, h. Muliani. Dan Khalil, M. 2017. Pengaruh salinitas yang berbeda tingkat pertumbuhan dan
kelangsungan hidup tiram (Crassostreab sp). Universitas Malikkussaleh. Aceh utara.

Asriyanti, D. 2012. Kepadatan tiram (Crassostrea cucullate Born 1778) pada habitat mangrove diperairan
pantai mayangan, jawa barat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai