Anda di halaman 1dari 8

Nama : Fahri Supriyanto

Nim : 115018

Tugas : Kunjungan

( Kelompok Tani Ternak Rejeki Lumintu, di Sumur Rejo Gunungpati).

Pemandu : Bapak Surono

Tanggal : 26 Oktober 2017

Kecamatan gunungpati adalah wilayah terbesar kedua dikota semarang setelah


kecamatan mijen, merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian + 300 m dari permukaan
laut. Wilayah ini mempunyai tipe kelerengan II (2 – 5 % ). III (15 – 40%) dan IV (L 50%).
Jenis tanahnya termasuk Mediteran coklat tua – Aluvial kelabu .

Di kecamatan tersebut terdapat 7 kelompok usaha sapi perah yang tersebar di 5


kelurahan, yakni : Mangunsari (1 kelompok), Nangka sawit (2 kelompok), Cepoko
(1kelompok) dan Sumur rejo (1 kelompok).

Rata-rata peternak berusia 40 tahun tergabung dalam Kelompok Tani Ternak (KTT)
Rejeki Lumintu (35 orang anggota) dengan pengalaman beternak sapiperah 15 tahun. Jumlah
peternak sapi 25 orang dengan rata-rata kepemilikan ternak 4,3 ekor. Status pemilikan ternak
71,4% pemilik dan 28,6% penggaduh (penggemukan).

Awalnya usaha sapi perah di Sumur Rejo dilaksanakan di masing-masing rumah


peternak (tahun 1991), tetapi seiring dengan peningkatan kesadaran dan kesehatan dari
masyarakat setempat (menghindari polusi) kemudian lokasi peternakan dipindahkan di luar
permukiman. Sesuai dengan arah pengembangan kawasan yang difasilitasi oleh Pemkot
Semarang maka pada tahun 1997 lokasi peternakan ditempatkan pada lahan bekas tanah
bengkok seluas ± 1 ha. Pada lahan tersebut 60% dari luas lahan ditanami hijauan pakan
ternak (HPT) berupa rumput unggul (rumput gajah). Disisi ketersediaan pakan, sepanjang
ahun hampir tidak ada kesulitan pengadakan pakan karena daya dukung hijauan berupa
jerami (baik padi, jagung maupun kacang tanah) dan rumput lapang cukup besar.
Di KTT Rejeki Lumintu memanfaatkan kotoran sapi untuk dijadikan biogas, yaitu
dimulai tahun 2014 hingga sekarang, ± 3 tahunan, namun saat ini jarang beroperasi,
disebabkan keterbatasan fasilitas, karena semuanya dilakukan manual dengan tenaga
manusia pada prosesnya. Pengisian dilakukan 1 minggu sekali, instalasi 2. Satu kali pengisian
yaitu sebanyak 25 kg kotoran sapi, atau sebanding dengan kotoran yang dihasilkan dari 4 sapi.

Pak Surono mengatakan :

Apabila pengisian terlalu banyak dan pemakaian sedikit , maka kontrol susah. Dan
pemanfaatan biogas tersebut hanya bisa dinikmati atau dipakai disekitar lahan ternak KTT
Rejeki Lumintu saja, yaitu digunakan untuk menghidupkan kompor untuk masak air dsb.
Akan tetapi kalau untuk menghidupkan lampu kurang, karena tekanan kurang tinggi.
Di bawah berikut adalah cuplikan keadaan sapi yang di kandang :
Saat melihat dan terjun langsung ke lokasi, kami diperlihatkan kandang ternak sapi
sampai tempat pengaliran gasnya, dan dilihatkan buku panduan biogas tersebut.
Berikut adalah bak penampungan Kotoran sapi tersebut. Dilakukan dengan manual
pengadukanya, dan bisa dilakukan dengan 1 orang saja. Kedalaman bak ini ± 2 m.

Sedangkan ini adalah pipa untuk mengalirkan biogas tersebut. Di lihat pada gambar di
bawah ini, keran tersebut dalam keadaan terbuka. Dan karena tempat lokasi biogas ini jauh
dari pemukiman warga, sehingga kurang efektif, jaraknya ± 1 km, maka hanya bisa
digunakan di sekitar lahan ternak tersebut.
Berikut dibawah ini jerami sebagai alas sapi.

Induksi laktasi ditempatkan dalam 1 baris untuk memudahkan pengelolaanya. Tempat


pakat terbuat dari semen sesuai dengan jumlah/kapasitas sapi dalam kandang. Semua
kandang berlantai semen atau paving yang diberi alas jerami, sehingga air cucian atau urine
sapi cepat meresap. Dan ditemukan 2 orang yang memanfaatkan karpet untuk alas kandang
dengan tujuan untuk menghindari terjadinya luka pada sapisebagai akibat benturan dengan
lantai plester. Bak tempat ransum juga dimanfaatkan sebagai bak minum, terbuat dari beton,
sapi peliharaan dari masing-masing perorangan tidak pernah digembalakan.
Berikut adalah dokumentasi saat proses pemerahan susu sapi.
Selain dimanfaatkan sebagai biogas dari kotoan sapi, sapi juga diambil
susunya, dan dijual untuk memenuhi kebutuhan kedai-kedai susu pada sore/malam
hari.

Gambar diatas adalah proses pemerahan susu sapi, sebelum diperah sapi dimandikan
dahulu dan kandang dibersihkan dari kotoran. Berdasarkan wawancara, peternak rata-rata
produksi susu adalah 10 liter/hari. Pemerahan dilakukan 2x sehari. Pagi (02.00-05.00 WIB)
dan sore (15.00-17.00 WIB) .

Umumnya produksi susu yang diperoleh setiap hari dijual langsung ke konsumen,
atau ke pengecer dengan harga Rp. 10.000,- Per liter. Selain itu sebagian lagi dijual di
koperasi (KUD Mekar di Kabupaten Semarang) dengan harga Rp. 9.500,- sampai dengan Rp.
9.700,- perliter sesuai dengan kualitas susu.

Setiap akan memerah sapi, digunakan pelumas minyak goreng, agar sapi tidak merasa
kesakitan saat dilakukan proses pemerahan susu sapi. Sapi dapat diperah susunya kalau sapi
tersebut sudah pernah beranak, kaenakalau belum pernah melahirkan anak sapi, sapi tidak
bisa memproduksi susu.

Pemerahan susu sapi dihentikan pada sapi yang sedang mengandung yaitu umur ± 7
bulanan. Hal tersebut dengan tujuan agar nutrisi sapi yang dikandung terpenuhi. Lama usia
kandungan sapi yaitu 9 bulan.

Demikianlah informasi hasil kunjungan saya pada tanggal 26 Oktober 2017 dengan
Narasumber Bapak Surono, di ( Kelompok Tani Ternak Rejeki Lumintu, di Sumur Rejo
Gunungpati).

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai