Anda di halaman 1dari 19

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN POLIKARBONAT

MENGGUNAKAN METODE TRACK-ETCHING REAKSI FISI NUKLIR

Oleh
Zulfaturrohmaniah
121810301077

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membran

polimer

mikropori

telah

banyak

dikembangkan

dan

diaplikasikan dalam banyak bidang, diantaranya adalah aplikasi bioteknologi dan


industri seperti industri proses makanan, farmasi, kosmetik, aliran listrik yang
masuk dalam aliran limbah. Pada proses mikrofiltrasi, untuk menghilangkan
partikel atau objek biologi dalam aliran limbah dapat dengan memanfaatkan
membran berpori dengan diameter antara 0,1 sampai 10

m (Hanot, 2007).

Membran berpori dengan ukuran mikro atau nanometer dapat diperoleh dengan
menggunakan teknik track-etching nuklir. Beberapa material polimer yang saat ini
dikembangkan untuk dijadikan sebagai membran berpori adalah poliimida,
polikarbonat, dan poliester.
Metode pembuatan membran menggunakan metode track-etching yaitu
dengan menembakkan radiasi pada material polimer sebelum kemudian dietching.
Partikel radiasi yang digunakan adalah partikel yang berenergi tinggi, seperti
partikel alpha, antiproton atau percepatan ion berat (Kaura., et al, 2012) untuk
membuat trek yang tetap (tidak berubah) pada membran sebelum menuju ke tahap
pencelupan (etching) menggunakan bahan kimia. Perubahan densitas pori
diketahui tergantung pada waktu penyinaran dan diameter pori dipengaruhi oleh
waktu etching dan konsentrasi bahan pengetching (etchants) (Bettotti, 2013).
Beberapa penelitian telah melaporkan tentang pembuatan membran menggunakan
aliran neutron termal untuk menghasilkan fragmen fisi oleh reaktor nuklir.
Namun, pergerakan neutron telah diamati memberikan hasil yang baik dalam
menembus pori dibandingkan dengan penembakan neutron termal tetapi
memerlukan tekanan tinggi dari aliran air (Chittrakarn, 2002).
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini akan mempelajari
pembuatan membran polikarbonat dengan ukuran pori yang diperoleh dengan
neutron termal dari reaktor nuklir, yang mana akan menghasilkan produk fisi yang
nantinya digunakan untuk pembuatan trek pada membran tipis polimer. Untuk

mengetahui densitas dan penyebaran ukuran pori membran yang dihasilkan akan
dilakukan karakterisasi sifat fisika dan mekanik dari membran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakterisasi sifat fisika dan mekanik membran polikarbonat
yang dihasilkan melalui metode track-etching menggunakan reaksi fisi
nuklir?
2. Bagaimana kemampuan membran polikarbonat ter-track-etching yang
dihasilkan terhadap filtrasi partikel mikro?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sifat fisika dan mekanik membran polikarbonat ter-tracketching yang dihasilkan.
2. Mengkaji kemampuan dari membran polikarbonat ter-track-etching
terhadap filtrasi partikel mikro.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah membran polikarbonat yang dibuat
dengan menggunakan metode track-etching ini nantinya dapat digunakan dalam
aplikasi yang lebih luas.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Membran

Membran berasal dari bahasa Latin membrana yang artinya kulit kertas
(Widayanti, 2013). Membran merupakan suatu lapisan tipis yang dianggap
sebagai suatu penghalang terhadap suatu spesi tertentu, yang dapat memisahkan
zat dengan ukuran yang berbeda dan membatasi transpor dari berbagai spesi
berdasarkan sifat fisik dan kimia dalam fasa fluida, yaitu fasa umpan (feed) dan
fasa permeat. Membran bersifat semipermeabel yaitu dapat menahan spesi-spesi
tertentu yang memiliki ukuran lebih besar dari ukuran pori membran dan
melewatkan spesi-spesi yang memiliki ukuran lebih kecil. Membran jug bersifat
selektif, sehingga dapat digunakan dalam proses pemisahan.
Membran berdasarkan struktur dan prinsip pemisahannya dibagi menjadi
membran berpori, non-pori dan dense-membran. Jenis membran berpori memiliki
ruang terbuka atau kosong, terdapat berbagai macam jenis pori dalam membran.
Macam-macam jenis pori diantaranya adalah makropori yang memiliki ukuran
pori > 50 nm, mesopori dengan ukuran 2-10 nm, dan mikropori ukuran porinya
adalah < 2 nm. Jenis membran berpori kedua yaitu membran non-pori yang
merupakan membran yang mempunyai pori, tetapi tidak mempunyai diameter,
dan yang terakhir adalah dense-membran. Membran jenis ini yaitu membran yang
seperti tidak mempunyai pori, karena sifatnya yang rapat.
Proses pemisahan suatu komponen dengan menggunakan membran
didasarkan sifat fisika dan kimia dari membran yang digunakan dan komponen
yang akan dipisahkan. Perpindahan komponen melalui membran terjadi karena
adanya gaya dorong dalam larutan umpan yang berupa beda tekanan (P), bed
konsentrasi (C), beda potensial (V) dan beda temperatur (T) dan selektifitas
membran yang dinyatakan dalam rejeksi (Mulder, 1991).
Keunggulan

membran

dibandingkan

dengan

pengolahan

secara

konvensional dalam pengolahan air minum yaitu memerlukan energi yang lebih
rendah untuk operasi dan pemeliharaan, desain dan konstruksi untuk sistem
dengan skala kecil, peralatannya modular sehingga mudah di-scale up dan tidak
butuh kondisi ekstrim (temperatur dan pH). Walaupun demikian, membran
mempunyai keterbatasan seperti terjadinya fenomena polarisasi konsentrasi,

fouling, yang menjadi pembatas bagi volume air terolah yang dihasilkan dan juga
keterbatasan umur membran (Wenten, 1996).
2.2 Teknik Pembuatan Membran
Membran dapat dibuat dari bahan alami maupun sintetis, bahan alami
dapat menggunkana bahan yang berasal dari alam seperti pulp dan kapas,
sedangkan sintetis seperti bahan kimia seperti polimer. Membran juga dapat
material organik dan anorganik. Pembuatan membran dapat dilakukan dengan
teknik yang sederhana, antara lain:
2.2.1

Sintering
Sintering merupakan teknik pembuatan membran yang sederhana, dapat

dilakukan pada material organik maupun anorganik. Pembuatannya adalah bubuk


dengan ukuran tertentu dikompresi dan disitering pada temperatur tinggi. Selama
proses sintering antar muka antara partikel yang saling kontak hilang dan
membentuk pori. Membran yang dihasilkan pada teknik ini memiliki diameter 0,1
sampai 10 m.
2.2.2

Stretching
Stretching adalah suatu metode pembuatan membran dimana film yang

telah diekstrusi atau foil yang dibuat dari bahan polimer semi kristalin ditarik
searah proses ekstruksi sehingga molekul-molekul kristalnya akan terletak paralel
satu sama lain. Jika penekanan mekanik diaplikasikan maka akan terjadi
pemutusan dan terbentuk struktur pori. Pori yang dihasilkan dengan menggunakan
teknik ini yaitu 0,1 sampai 0,3 m.
2.2.3

Track-Etching
Track-Etching merupakan metode dimana film atau foil ditembak oleh

parikel radiasi berenergi tinggi tegak lurus ke arah film. Partikel akan merusak
matriks polimer dan membentuk suatu lintasan. Film kemudian dimasukkan ke
dalam bak asam atau basa, biasanya menggunakan asam alkali dan matriks
polimer akan membentuk goresan sepanjang lintasan untuk selanjutnya
membentuk pori dengan ukuran pori 0,02 sampai 10 m.
2.2.4

Template Leaching

Template-Leaching merupakan suatu teknik lain untuk membuat membran


berpori yaitu dengan cara melepaskan salah satu komponen (leaching). Membran
yang biasanya dibuat dengan menggunakan teknik ini adalah membran gelas
berpori.
2.2.5

Coating
Coating merupakan teknik pembuatan membran komposit yang sangat

sederhana untuk memperoleh lapisan dense yang sangat tipis di atas permukaan
membran support yang bersifat porous. Pada proses ini diperoleh membran yang
memiliki selektifitas tinggi dan fluks yang relatif tinggi.
2.2.6

Inversi Fasa
Inversi fasa merupakan salah satu metode pembuatan membran. Inversi

fasa adalah suatu proses pengubahan bentuk polimer dari fasa cair menjadi
padatan dengan kondisi terkendali. Proses pemadatan (solidifikasi) ini diawali
dengan transisi dari fasa cair ke fasa dua cairan (liquid-liquid demixing). Tahap
tertentu selama proses demixing, salah satu fasa cair (fasa polimer konsentrasi
tinggi) akan memadat sehingga akan terbentuk matriks padat.
(Wenten, 2000).
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Morfologi Membran
Beberapa parameter yang mempengaruhi morfologi membran yaitu
pemilihan sistem pelarut/nonpelarut, pemilihan polimer, konsentrasi polimer,
komposisi bak koagulasi, komposisi larutan casting (Mulder, 1996), waktu
penguapan larutan dope (Kesting, 1971), dan penambahan aditif (Idris., et al,
2008).
2.3.1

Pemilihan Sistem Pelarut/Nonpelarut


Pelarut dan nonpelarut yang digunakan harus saling melarutkan.

Nonpelarut yang digunakan sebagai koagulan harus dapat larut dalam pelarut,
misalnya air. contoh pada kasus pembuatan membran cellulose acetate (CA) dari
larutan polimer 15%. Pada penggunaan acetone sebagai solven dan air sebagai
nonsolven, akan diperoleh membran dense (delayed demixing), sedangkan pada

penggunaan solven dimethylsulfoxide (DMSO) dan air sebagai nonsolven, akan


diperoleh membran ultrafiltrasi (instantneous demixing).
2.3.2

Pemilihan Polimer
Pemilihan polimer sangat penting karena penggunaan solven/nonsolven

pada phase inversion sangat terbatas. Pemilihan polimer akan berdampak terhadap
fouling dan stabilitas thermal serta kimia dari membran yang dihasilkan. PS, PES
dan PAN merupakan jenis polimer yang dapat digunakan untuk pembuatan
membran ultrafiltrasi dengan dimethylformamide (DMF) sebagai solven dan air
sebagai nonsolven.
2.3.3

Konsentrasi Polimer
Kenaikan konsentrasi polimer pada larutan casting akan menyebabkan

kenaikan konsentrasi polimer pada interface, akibatnya membran yang dihasilkan


akan memiliki ukuran pori yang semakin kecil dan fluks yang rendah. Pemilihan
material membran menjadi penting dengan memperhatikan faktor fouling (efek
adsorpsi, karakteristik hidrofilik/hidrofobik), kestabilan termal dan kimia.
2.3.4

Komposisi Bak Koagulasi


Penambahan solven ke dalam coagulation bath akan berpengaruh pada

struktur membran yang terbentuk. Semakin besar konsentrasi solven di dalam


coagulation bath berdampak pada penurunan konsentrasi polimer pada interface,
sehingga dihasilkan membran dengan ukuran pori semakin besar.
2.3.5

Komposisi Larutan Casting


Penambahan nonsolven pada larutan casting akan berpengaruh terhadap

struktur membran yang dihasilkan. Sebagai contoh kasus pengaruh penambahan


air pada berbagai konsentrasi dalam sistem CA/acetone/air. Ketika tidak ada
penambahan air ke dalam larutan casting, pembentukan membran melewati
mekanisme delayed demixing, sehingga diperoleh membran

nonporous.

Penambahan air pada larutan casting menyebabkan struktur pori membran


semakin terbuka.
2.3.6

Waktu Penguapan Larutan Dope


Waktu penguapan ini berkaitan dengan berapa kuantitas pelarut yang

meninggalkan film polimer ketika proses pembentukan pori-pori membran sedang

berlangsung. Dalam hal ini pelarut berfungsi sebagai pembentuk pori. Saat pori
terbentuk, pelarut berada dalam pori-pori tersebut kemudian disesak oleh
nonpelarut dalam bak koagulasi hingga terjadi solidifikasi. Sebelum solidifikasi,
penguapan pelarut menyebabkan pori yang sudah terbentuk menyatu kembali.
Semakin lama waktu penguapan, semakin sedikit dan semakin kecil diameter pori
yang terbentuk (Kesting, 1971).
2.3.7

Penambahan Aditif
Aditif memiliki fungsi yang spesifik, meliputi perlindungan terhadap
pengaruh lingkungan seperti penolak nyala, penyerap radiasi ultrafiolet,
antioksidan, antiozon (stabilitas termal dan kimia) mempemudah pemrosesan,
memperbaiki kekuatan mekaniknya (Widayanti, 2013). Efek aditif pada larutan
casting tergantung pada sejauh mana pengaruh aditif pada tingkat pengendapan
dalam hal ini aditif yang dimaksud ialah MSG. Aditif dalam larutan casting dapat
meningkatkan tingkat pengendapan, tetapi jika aditif, misalnya untuk benzena ada
dalam larutan casting akan cenderung untuk mengurangi tingkat pengendapan
(Idris., et al, 2008).
2.4 Karakterisasi Membran
Karakterisasi membran perlu untuk dilakukan untuk mengetahui sifat dari
membran tersebut, baik sifat mekanik maupun sifat fisika-kimia membran
tersebut. Sifat mekanik membran untuk mengetahui morfologi termasuk ukuran
pori membran.
2.4.1

Scanning Electron Microscope (SEM)


Karakterisasi sifat mekanik perlu dilakukan untuk mengetahui kekuatan

membran terhadap gaya dari luar yang dapat merusak membran. Semakin rapat
struktur membran, berarti jarak antar molekulnya dalam membran semakin rapat,
sehingga mempunyai kekutan tarik yang besar. Morfologi membran dapat
diketahui dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM), yang
dapat memberikan informasi mengenai struktur permukaan dan penampang
melintang, selain itu juga diperoleh data mengenai ukuran pori dari membran
(Pratomo, 2003).

2.4.2

Efisiensi Membran
Sifat yang lain yaitu efisiensi membran yang dapat ditentukan oleh

permeabilitas dan selektifitasnya. Permeabilitas membran merupakan ukuran


kecepatan dari suatu spesi untuk melewati membran. Permeabilitas dapat
dinyatakan dalam suatu besaran fluks (J), yang didefinisikan sebagai jumlah
volume permeat yang melewati satu satuan luas membran dalam satuan waktu
tertentu dengan adanya tekanan, atau dapat dituliskan dalam persamaan berikut:
fluks=

jumla h volume permeat


luas membran x waktu x tekanan

(1)

Membran yang baik akan memiliki selektifitas dan permeabilitas yang tinggi
(Pratomo, 2003).
Selektifitas membran terhadap campuran secara umum dinyatakan oleh
satu dari dua parameter yaitu koefisien rejeksi (R) dan faktor pemisahan ().
Campuran larutan encer yang terdiri dari pelarut (sebagian besar air) dan zat
terlarut lebih sesuai dengan retensi terhadap terlarut. Zat terlarut sebagian atau
secara sempurna ditahan sedang molekul pelarut air dengan bebas melalui
membran. Rejeksi dinyatakan dalam persamaan 2.
R = (1 Cp/Cf) x 100%

(2)

dimana :
R = koefisien rejeksi,
Cp = Konsentrasi permeat, Cf = konsentrasi umpan
R adalah parameter yang tidak berdimensi, sehingga tidak berpengaruh unit
konsentrasinya. Nilai R berkisar antara 100% (jika zat terlarut dapat ditahan
secara sempurna) dan 0% zat terlarut dan pelarut melalui membran secara bebas
(Mulder, 1996).
2.4.3

Metode Bubble Point


Metoda bubble point merupakan salah satu metoda karakterisasi membran

untuk melihat ukuran pori maksimum pada suatu membran. Diperlukan suatu
peralatan bubble point test dengan menggunakan tekanan untuk meniup udara
yang melewati membran cair (Riani, 2014).

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi alat-alat gelas laboratorium, reaktor kolom
termal Thai Research Reactor-1/Modification-1 (TRR-1/M1), seperangkat alat
Scanning Electron Microscope (SEM), mesin tes universal ASTM D882,
mikrometer digital, pemukul kayu, seperangkat alat mikrofilter (Swinnex,
Millipore, USA).
Bahan-bahan yag digunakan adalah meliputi film tipis polikarbonat
komersial (Goodfellow, UK), triuranium oktoksida (U3O8), akuades, sodium
hydroxide 6 N, Alkohol 5%.
3.2 Prosedur Penelitian
Penelitian ini secara umum akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu preparasi
membran polikarbonat ter-track-etching dan karakterisasi membran. Membran
polikarbonat ter-track-etching selanjutnya diuji kemampuan filtrasinya dengan
partikel mikro. Secara ringkas, keseluruhan tahap penelitian digambarkan dalam
diagram alir di bawah ini:
Lembaran
polikarbonat
-

Pelapisan lembaran polikarbonat dengan triuranium


oktoksida
Radiasi dengan sinar gamma (tracking)
Dietching dalam NaOH 6 N selama 60 menit pada 60oC
Karakterisasi -

Membran polikarbonat
ter-track-etching

Filtrasi

SEM
Kerapatan pori
Distribusi ukuran pori
Laju Alir
Bubble point
Sifat Tahan Integritas
Mekanik dan Radiasi

Partikel Mikro

Membran Polikarbonat

Karakterisasi

SEM

3.2.1 Preparasi Membran ter-Track-Etching


Pembuatan membran menggunakan metode track-etching meliputi proses
track dan etching. Tahap pertama yang dilakukan adalah proses track, dalam
proses ini lembaran polikarbonat dilapisi dengan triuranium oktoksida sebelum
ditembakkan dengan neutron termal dari kolom termal pada Thai Research
Reactor-1/Modification-1 (TRR-1/M1). Sampel ditempatkan pada 100 cm dari inti
reaktor dengan waktu paparan selama 15 menit. Berdasarkan data awal, dari
pemaparan selama 15 menit dihasilkan setidaknya 1 x 10 6 fisi kerapatan track
pada lembaran polikarbonat. Selanjutnya membran yang telah di tracking, di
etching dalam sodium hydoxide 6 N selama 60 menit pada 60 oC. Air dan etanol
5% digunakan untuk menghentikan reaksi etching.
3.2.2 Karakterisasi Pori Membran ter-Track-Etching
Karakterisasi

membran

polikarbonat

ter-Track-Etching

dianalisis

menggunakan scanning electron microscope (SEM) (JSM5600 LV, JEOL, Japan)


pada tegangan 10 kV. Kerapatan pori per unit area dan distribusi ukuran pori telah
ditentukan dengan Image J (NIH, Bethesda, Maryland, USA).
3.2.3 Penentuan Laju Alir Fluida
Laju alir air dan udara ditentukan pada temperatur ruang. Uji kemampuan
dilakukan dibawah tekanan dari 0,2 sampai 1,0 bar menggunakan penahan filter
dengan diameter 1,0 cm dari area filtrasi.
3.2.4 Penentuan Bubble Point (Titik Gelembung)
Sebuah tes titik gelembung dilakukan untuk menentukan tekanan pada saat
aliran kontinyu gelembung yang dilihat dari hilir pada pembasahan filter dibawah
meningkatnya tekanan gas.
3.2.5 Sifat Tahan Integritas Mekanik dan Radiasi
Membran diradiasi dengan sinar gamma dengan 25 atau 50 kilogray
menggunakan Cobalt-60 sebagai sumber radiasi. Berdasarkan sifat mekanik
seperti kekuatan tarik, modulus Young, kekuatan luluh dan persentase perpajangan

yield diukur pada suhu kamar (22oC) dengan menggunakan metode D882 ASTM
A pada mesin uji universal (LS1 Lloyd, UK). Sebuah sel bermuatan 100 N dengan
kecepatan 50 mm per menit dan panjang 25 mm dapat digunakan. Mikrometer
digital dapat digunakan untuk mengukur ketebalan membran.
3.2.6 Pengamatan Kemampuan Filtrasi Partikel Mikro
Membran yang tertrack-etching dipotong membentuk lingkaran dengan
diameter 12 mm menggunakan pukulan kayu sebelum ditempatkan dalam
dudukan alat mikrofilter (Swinnex, Millipore, USA). Partikel mikro, polistiren
ukuran standard 1,8

m (Thermo Scientific, USA) dan sel adenokarsinoma

prostat manusia PC-3 (ATCC, USA) disiapkan dalam garam bufer fosfat dan
difiltrasi melalui membran polikarbonat tertrack-etching sebelum dikeringkan di
udara dan divisualisasi menggunakan SEM.
3.2.7 Analisis Stastik
Data rata-rata standar error terhadap rata-rata dari masing-masing tiga
percobaan. Analisis statistik dilakukan untuk menentukan perbedaan antara cara
yang dilakukan dengan menggunakan ANOVA satu arah, dilanjutkan dengan uji
post-hoc Tukey atau uji t Student. Nilai p <0,05 dianggap signifikan secara
statistik.

BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Kerapatan dan Distribusi Ukuran Pori
Hasil analisis membran polikarbonat ter-Track-Etching fisi nuklir
menggunakan SEM ditunjukkan pada Gambar. 1a. Berdasarkan gambar tersebut
dapat dilihat bahwa permukaan membran terlihat halus, berlubang membentuk
silinder dan tersusun rapi. Pada gambar tersebut hanya menunjukkan rata-rata
kerapatan pori pada satu sisi (sisi depan), sedangkan sisi belakang membran tidak
ditampilkan. Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa pori-pori dalam
membran ter-track-etching terpaut lurus dari satu sisi membran ke sisi yang lain.
Rata-rata diameter pori ditemukan sebesar 1,68 m. Hal ini melihat bahwa
80% ukuran pori jatuh pada range rata-rata 15% (1,42-1,92 m), seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1b. Parameter lain yang ditentukan adalah porositas
membran, yang mana mengacu pada persentase dari area terbuka membran.
Sesuai dengan kondisi pembuatannya, membran yang dihasilkan memiliki
porositas sekitar 2,28%.

Selain itu, prosess etching juga ditemukan

mempengaruhi ketebalan membran dengan 21% yang mana memberikan hasil


yang signifikan, yaitu p < 0,05 (data tidak tampilkan).

(a)

(b)

Gambar 1. Mewakili gambar SEM dari membran polikarbonat ter-track-etching


fisi nuklir pada perbesaran x1,000 (a). Lampiran gambar yang diambil pada

pebesaran x5,000. Distribusi ukuran pori pada membran polycarbonate ter-tracketching (b).
4.2 Penentuan Laju Alir Fluida
Untuk lebih mengetahui karakteristik dari membran, kemampuan
filtrasinya dilakukan dengan tes laju alir udara dan air. Laju aliran udara melalui
filter membran terlihat bergantung pada linieritas tekanan yang diterapkan,
sedangkan laju aliran air tampaknya tidak tergantung pada tekanan, untuk
tekanan diuji dari 0,2-1,0 bar sebagai laju aliran air yang diperoleh sedikit
berfluktuasi pada kisaran 1,22-1,91 mL / min / cm2. Hasil pengujian ditunjukkan
pada Tabel 1, laju aliran air rata-rata adalah 1,46 mL / menit / cm 2, sedangkan
laju aliran udara 2.99 L / min / cm 2 yang ditentukan pada tekanan 1 bar. Hasil tes
aliran air tampaknya akan terpengaruh dari porositas rendah dari pembuatan
membran dan tekanan fluida tinggi mungkin diperlukan untuk filtrasi biasa.
Parameter yang diuji adalah titik gelembung yang mengacu pada tekanan yang
mana gelembung gas pertama keluar dari larutan dalam air. Pembuatan membran
memiliki titik gelembung sekitar 0,6 bar.
Tabel 1. Karakteristik Fisik Membran ter-Track-Etching

Parameter
Laju alir air (mL/menit/cm2)
Laju alir udara (L/menit/cm2) pada 1 bar
Titik gelembung (bar)

Nilai
1,46
2,99
0,6

4.3 Integritas Mekanik dan Sifat Tahan Radiasi


Integritas mekanik dan sifat radioresistensi membran ter-Track-Etching
ditentukan sebelum dan setelah irradiasi. Membran diiradiasi pada 25 dan 50
kiloGray, yang mana 25 kilogray adalah dosis yang diserap yang diperlukan
untuk sterilisasi sebagian besar bahan. Kekuatan tarik membran ter-TrackEtching ditemukan secara signifikan relatif menurun yaitu ~ 22% terhadap
membran awal yang tidak terpengaruh oleh radiasi sinar gamma (Gambar. 2a).
Penurunan kekuatan tarik menunjukkan kelemahan (pori-pori) dalam spesimen
membran yang dihasilkan. Sebaliknya, penilaian kekakuan membran dengan

pengujian modulus Young ditemukan sedikit meningkat (tidak signifikan secara


statistik) dengan proses track-etching daripada yang tidak terpengaruh oleh
radiasi sinar gamma (Gambar. 2b). Selanjutnya, tegangan dan persentase
regangan pada offset yield menyebabkan terjadinya perubahan materi yang elastis
menjadi tidak elastis terdeteksi pada beberapa bahan. Tidak ada perbedaan yang
jelas terlihat hasil dari tegangan dan persentase regangan pada pengujian antara
membran awal dan membran ter-track-etching pada kondisi baik iradiasi dan
non-iradiasi dan sinar gamma, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2c dan 2d:

Gambar 2. Sifat mekanik dari membran track-etching (TE) dibandingkan dengan


membran awal; (a) kekuatan tarik, (b) modulus youngs, (c) tegangan pada offset yield,
dan (d) persentase regangan pada offset yield ditentukan dengan mesin tes Lloyd LS1.

4.4 Kemampuan Filtrasi Mikro-partikel


Pembuktian mengenai kegunaan membran dilakukan dengan standar
ukuran partikel 1,8 m dan sel adenokarsinoma prostat PC-3 manusia. Pada
Gambar. 3a dan b, ditunjukkan bahwa partikel yang memiliki ukuran lebih besar
dari ukuran pori membran dapat dipertahankan pada permukaan membran.
Partikel pengujian yang standar ukuran 1,8 mikron dan PC-3 sel kanker prostat
manusia. Ini menunjukkan bahwa membran fisi nuklir track-etching yang
dihasilkan dapat digunakan untuk menangkap jenis dan ukuran berbagai partikel
yang berbeda sebelum di analisis lebih lanjut. Mikrofiltrasi juga dapat digunakan

dalam persiapan sampel untuk menghilangkan sel-sel utuh dan beberapa sel
debris dari lisat.

Gambar 3. Gambar SEM dari (a) ukuran partikel standar 1,8 m dan (b) sel
adenokarsinoma prostat PC-3 manusia tertahan pada permukaan 1,68 m membran
polikarbonat track-etching.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam jurnal ini, dengan menggunakan reaksi fisi nuklir digabungkan
dengan proses kimia etching, ukuran pori-pori silinder yang seragam pada
membran polikarbonat berhasil dibuat dan direproduksi. Analisis sifat fisik dan
mekanik dari treking atau penembakan nuklir dan etching kimia membran
polikarbonat menunjukkan bahwa membran tersebut dapat diterapkan dalam
filtrasi untuk menghilangkan partikel yang mempunyai ukuan lebih besar dari
1,68 m dan cocok untuk setiap studi di mana sampel tersebut yang dilihat pada
permukaan membran. Membran ini cocok untuk aplikasi praktis, karena
kehilangan sedikit dari kekuatan mekanik, sementara ketahan sifat-sifat lainnya
tetap. Membran polikarbonat ter-track-etching berhasil disiapkan dengan reaksi
fisi nuklir yang akan di aplikasikan dalam proses mikrofiltrasi.
5.2 Saran
Dalam pembuatan membran berpori polikarbonat disarankan dilakukan
dengan metode yang cocok, sehingga sifat-sifat membran baik sifat mekanik
ataupun fisik yang dihasilkan juga semakin baik..

DAFTAR PUSTAKA
Bettotti, R. 2013. Part E Nanoporous materials, Vajtai (Eds), Springer Handbook
of Nanomaterials. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Chapter 24.
Chittrakarn,
Bhongsuwan,
Wanichapichart,
Nuanuin,
Chongkum,
Khonduangkaew, Bordeepong. 2002. Nuclear track-etched pore membrane
production using neutrons from the Thai research reactor TRR-1/M1.
Songklanakarin J. Sci. Technol. 24(Supp l) 863-870.
Hanot, H. 2007. Use of high-technology track-etched polymer membrans in a
wide range of industries. American Biotechnology Laboratory. 24-26.
Idris, Mieow and Ahmed. 2008. The Effect of Monosodium Glutamate Additive
On Performance Of Dialysis Membrane. J. Sci. Technol. 3( 2): 172 179.
Jetawattana, Pichestapong, Charoen, and Picha. 2015. Polycarbonate TrackEtched Membrae by Nuclear Fission Reaction: Preparation and
Characterization. Trans Tech Publication, Switzerland. Thailand: Thailand
Institute of Nuclear Technology. 659, 479-483.
Kaura, H., Singha, Kaura, J., Kumar. 2012. Study of variation in pore diameter
with etching rate and fabrication of copper nano/micro wires using
electrodeposition method. Polymer-Plastics Technology and Engineering.
51, 1193-1197.
Kesting, R. E. 1971. Synthetic Polymeric Membranes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Mulder, M. 1991. Basic Principles of Membrane Technology. Netherlands:
Kluwer Academic Publisher.
Mulder, M. 1996. Basic Principles of Membrane Technology. Netherlands:
Kluwer Academic Publisher.
Pratomo, H. 2003. Pembuatan dan Karakterisasi Membran Komposit Polisulfon
Selulosa Asetat untuk Proses Ultrafiltrasi, edisi ke 3. Yogyakarta: FMIPA
UNY.
Riani, P. 2014. Preparasi dan Karakterisasi Membran Polisulfon dengan Pengisi
Mikrobentonit sebagai Penyaring Air Gambut. Tesis. Medan: Universitas
Sumatra Utara.

Wenten, I. G. 1996. Membrane Technology for Industry and Environmental


Protection, UNESCO, Center for Membrane Science and Technology,
Institut Teknologi Bandung.
Wenten, I .G. 2000. Teknologi Membran Industrial. Bandung: Penerbit ITB.
Widayanti, N. 2013. Karakterisasi Membran Selulosa Asetat dengan Variasi
Komposisi Pelarut Aseton dan Asam Format. Sripsi. Jember: Universitas
Jember.

Anda mungkin juga menyukai