Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGETAHUAN BAHAN

( PENGGUNAAN KERAMIK PADA BIDANG TEKNIK INDUSTRI )

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan

Mata Kuliah Pengetahuan bahan

Dosen Pengampu : Ibu. Farliana Sutartiah, M.T.

DISUSUN OLEH :

M Randika Nata Prayoga ( 211151046 )

Teknik industri Malam A

PROGRAM STUDY TEKNIK INDUSTRI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI WASTUKANCANA

2022
KATA PENGANTAR

Hamdanlillah wa syukrulillah, puji beserta syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah
SWT, karenanya atas hidayah, inayah dan kemurahan-Nya sehingga dapar menyelesaikan
tulisan ini.

Sholawat beserta salam marilah kita curah limpahkan kepada junjungan alam yakni Nabi
Muhammad SAW, tak lupa kepada keluarga, sahabatnya, tabiin dan tabiatnya, dan kepada
kita selaku umatnya mudah-mudahan mendapat syafaatul udzma kelak di yaumil qiyamah,
amiin yaa Allah yaa rabbal ‘alamin.

Alhamdulillah dalam pembuatan makalah yang berjudul “Peningkatan Kualitas Air Rawa
Menggunakan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat Alam Dan Abu Terbang Batubara”
dengan dosen pengampu Ibu. Farliana Sutartiah, M.T. telah terselesaikan dengan tepat waktu.
Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannyamakalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan rekan-
rekan, dosen pembingbing, maupun pihak lain yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami juga menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa yang
akan datang sangat kami harapkan, dengan adanya makalah ini semoga bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan kami khususnya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................1
1.2 Rumusan dan Urgensi Pembahasan..............................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat Pembahasan.................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Membran......................................................................................................2


2.2 Klasifikasi Membran.....................................................................................................2
2.3 Prinsip Proses Pemisahan Membran..............................................................................3
2.4 Kinerja Membran...........................................................................................................3
2.5 Kelebihan Total Dissolved Solid (TDS)........................................................................6
2.6 Kelebihan Zat Organik (Angka KMnO4)......................................................................6
2.7 Dampak Kelebihan Zat Besi (Fe)..................................................................................7
2.8 Air Rawa........................................................................................................................7
2.9 Waktu Dan Tempat Penelitian.......................................................................................7
2.10 Prosedur Penelitian......................................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Air adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui. Air merupakan kebutuhan yang
penting bagi kehidupan manusia karena jumlahnya yang sangat melimpah di muka bumi
ini, tetapi kualitasnya sering mengalami penurunan dikarenakan aktivitas manusia yan_g
berdampak pada pencemaran lingkungan hidup. Saat ini masalah utama yang dihadapi
oleh sumber daya air adalah kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan
yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang terus menurun .
Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk
hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan
dan perlindungan sumber daya air secara seksama.

1.2 Rumusan dan Urgensi Pembahasan


Dari pembahasan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud membahas materi
yang terangkum dalam rumusan pembahasan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pengolahan air rawa dengan menggunakan proses filtrasi dengan
filter keramik?
2. Bagaimana pengaruh variabel operasi (tekanan dan waktu) pada kinerja filter
keramik yang digunakan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Pembahasan


3. Mempelajari proses pengolahan air rawa dengan menggunakan proses filtrasi dengan
filter keramik.
4. Untuk mengetahui pengaruh variabel operasi (tekanan dan waktu) pada kinerja
filter keramik yang digunakan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Membran

Membran dapat didefinisikan sebagai suatu media ukuran dan bentuk molekul, menahan
komponen dari umpan yang memiliki ukuran lebih besar dari pori-pori membran dan
melewatkan komponen yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. Membran selain
sebagai pemisah juga sebagai sarana pemekat dan pemurnian dari suatu larutan yang
dilewatkan pada membran tersebut. Teknologi membran memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan proses lain, antara lain pemisahan dilakukan secara terus – menerus,
konsumsi energi umumnya relatif lebih rendah, proses membran dapat mudah
digabungkan dengan proses pemisahan lainnya (hybrid processing), dan material
membran bervariasi sehingga mudah diadaptasikan pemakaiannya. Kekurangan teknologi
membran antara lain fluks dan selektifitas karena pada proses membran pada umumnya
terjadi fenomena fluks berbanding terbalik dengan selektifitas .

2.2 Klasifikasi Membran

Berdasarkan ukuran partikel yang dipisahkan, membran dapat diklasifikasikan menjadi


beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :

1. Membran mikrofiltrasi

2. Membran ultrafiltrasi

3. Membran osmosa balik (OR)

4. Nanofiltrasi

5. Membran dialisa

6. Membran elektrodialisa

Berdasarkan bentuknya membran dibagi

menjadi:

1. Membran datar
• Membran datar yang memiliki satu lembar saja.
• Membran datar yang tersusun bertingkat-tingkat.

5
• Membran spiral bergulung.
2. Membran tubular
• Membran serat berongga (diameter<0,5mm)
• Membran kapiler (diameter 0,5-5,0 mm)
• Membran tubular (diameter > 5 mm)
2.3 Prinsip Proses Pemisahan Membran
Pada prinsipnya proses pemisahan dengan menggunakan membran adalah proses
pemisahan antara pelarut dengan zat terlarut. Pelarut dipisahkan dengan zat terlarut yang
akan tertahan pada membran atau yang disebut dengan konsentrat, sedangkan pelarut
akan lolos melalui membran yang dinamakan permeate. Dengan menggunakan
membran,yaitu filtrasi laminar (dead end) dan filtrasi tangensial (cross flow),dalam
filtrasi laminar,aliran umpan tegak lurus kepermukaan membran sehingga Sebagian saja
yang terakumulasi. Pada konfigurasi dead-end tidak terdapat retentat sedangkan jika
terdapat retentat disebut cross flow. Jadi pada konfigurasi cross flow terdapat sebagian
feed
(pelarut) yang tidak menjadi permeat. Untuk kasus dead-end, resistan meningkat menurut
Jurnal ketebalan lapisan fouling yang terbentuk pada permukaan membran.

2.4 Kinerja Membran


Kinerja atau efisiensi perpindahan didalam
membran ditentukan oleh dua parameter yaitu :
a. Permeabilitas
Permeabilitas sering disebut juga sebagai
kecepatan permeat atau fluks adalah jumlah volume permeat yang melewati satu
satuan permukaan luas membran dengan waktu tertentu dengan adannya gaya dorong
dalam hal ini berupa tekanan. Pada proses filtrasi, nilai fluks yang umum dipakai
adalah fluks volume yang dinyatakan sebagai volume larutan umpan yang dapat
melewati membran per satuan waktu per satuan luas membran. Faktor yang
mempengaruhi permeabilitas adalah jumlah dan ukuran pori, interaksi antara membran
dan larutan umpan, viskositas larutan serta tekanan dari luar.
b. Selektifitas

6
Selektifitas suatu membran merupakan ukuran kemampuan suatu alat membran
keramik menahan suatu suspensi atau melewati suatu suspensi tertentu lainnya. Faktor
yang mempengaruhi selektifitas adalah besarnya ukuran partikel yang akan
melewatinya, interaksi antara membran, larutan umpan dan ukuran pori. Parameter
yang digunakan untuk menggambarkan selektivitas membran adalah koefisien rejeksi

(R), yaitu fraksi konsentrasi zat terlarut yang tidak menembus membran .
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan membran diantaranya :
1. Ukuran Molekul
Ukuran molekul membran sangat mempengaruhi kinerja membran.
2. Bentuk Membran
Membran dapat dibuat dalam berbagai macam bentuk, seperti bentuk datar,
bentuk tabung, dan bentuk serat berongga.
3. Bahan Membran
Perbedaan bahan membran akan berpengaruh pada hasil rejeksi dan
distribusi ukuran pori.
4. Karakteristik Larutan
Karakteristik larutan ini mempunyai akan memberi pengaruh terhadap
permeabilitas membran.
5. Parameter operasional
Jenis parameter yang digunakan pada operasional umumnya terdiri dari
tekanan membran, permukaan membran, temperature dan konsentrasi.
Keunggulan yang dimiliki teknologi membrane antara lain :
1. Pemisahannya berdasarkan molekul
sehingga pemisahan dapat beroperasi pada temperatur rendah (temperature
ambient).
2. Pemakaianan energi yang relatif rendah
karena biasanya pemisahan menggunakan membran tidak melibatkan
perubahan fasa.
3. Tidak menggunakan zat bantu kimia dan
tidak ada tambahan produk buangan.
4. Bersifat modular, artinya di scale-up dengan
memperbanyak unitnya.

7
5. Dapat digabungkan dengan jenis operasi lainnya.

Membran keramik

Membran keramik terbentuk dari kombinasi logam (aluminium, titanium, zirkonium)


dengan non logam dalam bentuk oksida, nitrida atau
karbida. Contohnya adalah membran alumina atau zirkonia. Adanya oksida logam
pada membran keramik menghasilkan muatan listrik sehingga performance permukaan
material keramik lebih kuat. Secara fisik, membrane keramik dapat berbentuk tube
atau disk, bersifat porous.
Tanah Liat (Lempung)
Tanah liat memiliki sifat paling stabil dan paling tahan tererosi. Agar tanah liat dapat
digunakan untuk membentuk benda keramik maka harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :

1. Sifat plastis
Sifat plastis berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga benda
yang dibentuk tidak akan mengalami keretakan, pecah atau berubah bentuk.
2. Memiliki kemampuan bentuk
Tanah liat juga harus mempunyai kemampuan bentuk yaitu kualitas penopang
bentuk selama proses pembentukan berlangsung yang berfungsi sebagai penyangga.
3. Susut kering dan susut bakar
Tanah liat yang terlalu plastis biasanya memiliki persentase penyusutan lebih dari
15 %, sehingga apabila tanah liat tersebut dibentuk akan memiliki resiko retak atau
pecah yang tinggi.
4. Suhu kematangan (vitrifikasi)
Suhu bakar keramik berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu keadaan
benda keramik yang telah mencapai kematangan secara tepat tanpa mengalami
perubahan bentuk.
5. Porousitas
Fluks membran keramik secara langsung berhubungan dengan porositas, dimana
membrane keramik yang bagus adalah membran dengan porositas tinggi, tetapi
tidak menurunkan kekuatan mekanik membran tersebut.
Abu Terbang Batubara (Fly Ash)
Abu terbang batubara terdiri dari butiran halus yang umumnya berbentuk bola padat
atau berongga. Secara kimia abu batubara merupakan mineral alumino silikat yang
banyak mengandung unsur-unsur Ca, K, dan Na disamping juga mengandung sejumlah
kecil unsur C dan N. Sifat kimia dari abu terbang batubara dipengaruhi oleh jenis
batubara yang dibakar dan teknik penyimpanan serta penanganannya.
Kualitas Air Baku

8
Kualitas air minum sangat erat berkaitan dengan kualitas air bakunya. Umumnya air
baku dari air tanah kualitasnya sudah cukup baik sehingga tidak sulit menjadikannya
air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Beberapa persyaratan air minum yang layak minum baik dari segi fisika, kimia,
maupun biologinya antara lain sebagai berikut :
A. Persyaratan Fisika Syarat fisik air yang layak minum sebagai berikut :
1. Kekeruhan Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas
maksimal kekeruhan air layak minum menurut PERMENKES RI Nomor 492 Tahun
2010 adalah 5 skala NTU.
2. Tidak Berbau dan Rasanya Tawar
3. Jumlah batas maksimal jumlah padatan terapung yang diperbolehkan adalah 50mg/l.
4. Suhu Normal yaitu 35oC.
5. Warna Air yang layak dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna. PERMENKES
RI Nomor 492 Tahun 2010 menyatakan bahwa batas maksimal warna air yang layak
minum adalah 15 skala TCU.
B. Persyaratan Kimia Persyaratan kimia sebgai batasan air layak minum sebagai
berikut: 1. Derajat Keasaman (pH) Menurut PERMENKES RI Nomor 492 Tahun
2010, batas pH minimum dan maksimum air layak minum berkisar 6,5-8,5.
2. Kandungan Bahan Kimia Organik Bahan kimia organik seperti NH4, H 2S, SO 42
,dan NO3 tidak boleh melebihi batas yang ditetapkan.
3. Kandungan Bahan Kimia Anorganik Kandungan bahan kimia anorganik seperti
garam dan ion-ion logam (Fe, Al, Cr, Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn) pada air layak minum
tidak melebihi jumlah yang telah ditentukan.
4. Tingkat Kesadahan Berdasarkan PERMENKES RI Nomor 492 Tahun 2010, derajat
kesadahan (CaCO3) maksimum air yang layak minum adalah 500 mg per liter.
Kandungan Logam dalam Air
Indikator yang digunakan untuk mendeteksi pencemaran air adalah cemaran logam
berat didalamnya. Di antara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama
dalam ha sifat racunnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb,
As, Cr, Sn, Fe dan Zn. Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini
tidak dapat didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan, air minum, atau udara. Logam berat seperti tembaga,
selenium, atau seng dibutuhkan tubuh manusia untuk membantu kinerja metabolism
tubuh. Akan tetapi, dapat berpotensi menjadi racun jika konsentrasi dalam tubuh
berlebih. Logam berat menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulasi, yaitu
peningkatan konsentrasi unsur kimia didalam tubuh mahluk hidup.

2.5 Kelebihan Total Dissolved Solid (TDS)


Semakin tinggi TDS maka dalam jangka panjang akan memberikan dampak negatif pada
tubuh manusia karena tidak sanggup diuraikan dan akan mengendap sebagai sumber
berbagai penyakit degenerative.

9
2.6 Kelebihan Zat organik (Angka KMnO 4)
Zat organik merupakan makanan mikroorganisme yang menyebabkan pesatnya
pertumbuhan mikroorganisme air, sehingga membahayakan masyarakat yang
menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dapat menyebabkan kerusakan
pada organ ginjal, hati, kulit, sistem saraf pusat.
2.7 Dampak Kelebihan Zat Besi (Fe)
Kandungan besi dalam air yang diperbolehkan < 0,3 ppm apabila melebihi 0,3 ppm,
mengakibatkan Warna air menjadi kemerah merahan, memberi rasa tidak enak pada
minuman dan pembentukan endapan pada pipa logam. Kelebihan zat besi (Fe) pada tubuh
manusia bisa menyebabkan keracunan, dimana terjadi muntah, diare dan kerusakan usus
serta gangguan pada ginjal. Selain itu, kelebihan zat besi ini, bisa meningkatkan risiko
penyakit jantung. Zat ini dapat mendorong pembentukan plaque (semacam kerak) di
dinding pembuluh arteri, sehingga terjadi aterosklerosis, yaitu dinding pembuluh arteri
jadi tebal dan mengeras.
2.8 Air Rawa
Air rawa merupakan limbah, sebab air rawa memiliki kandungan logam Fe, Mn dan
mikroorganisme berbahaya. pH air rawa cenderung bersifat asam.Turbidity atau
kekeruhan dari air disebabkan oleh adanya partikel-partikel dalam air atau suspended
yang larut tetapi berwarna atau juga dapat dikelompokkan kedalam zat organik dan
nonorganik, plankton serta mikroorganisme lainnya. Jadi turbidity adalah tingkat atau
ukuran kekeruhan suatu fluida atau cairan yang digunakan untuk standar dibolehkannya
atau ukuran kekeruhan suatu produk untuk kebutuhan manusia dan lingkungan.
Kekeruhan itu tidak bisa dikorelasikan dengan persentase berat dari suspended-suspended
dalam air itu karena ia mempunyai hubungan erat dengan cahaya (sifat-sifat optiknya),
ukuran dan bentuk partikel itu sendiri. Rawa, berdasarkan Peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 27 tahun 1991, adalah lahan genangan air secara alamiah yang terjadi
terus-menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai
ciri-ciri khusus terutama keadaan tanahnya cekung; ciri kimiawi, terutama derajat
keasaman airnya rendah; dan ciri biologis, terutama terdapat ikan-ikan rawa, tumbuhan
rawa dan hutan rawa. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan
bagi pemenuhan kehidupan manusia seperti untuk kebutuhan langsung, air minum, mandi
dan sebagainya. Untuk keperluan air bersih factor yang harus diperhatikan adalah
kandungan besi, kesadahan CaCO3, klorida, mangan, nitrat, nitrit, pH dan kandungan
sulfat. Air rawa tidak memenuhi syarat-syarat Kesehatan untuk air minum karena derajat
keasamannya rendah.

2.9 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di dua tempat. Persiapan bahan baku membran keramik berupa
serbuk besi dan fly ash di Laboratorium Kesetimbangan Kimia Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sriwijaya. Pengolahan air rawa di Laboratorium Teknik Pemisahan Jurusan

10
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Waktu penelitian adalah bulan
agustus-november 2011.
Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain :
1. Filter Membran keramik
2. Selang plastic
3. Pressure gauge
4. Pipa PVC5. Pompa air
6. Flowmeter
7. pHmeter
8. TDS meter
9. Oven
10. Erlenmeyer
11. Gelas ukur
12. Ember plastic
Bahan yang digunakan, yaitu :
1. Tanah liat
2. Abu batubara
3. Serbuk besi
4. Air rawa
2.10 Prosedur Penelitian
1. Proses Pembuatan Filter Keramik
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembuatan filter keramik :
1. Pencampuran tanah liat, abu batubara dan serbuk besi : dengan perbandingan tanah
liat : abu batubara : serbuk besi yaitu 67,5% : 25% : 7,5%. Ukuran Serbuk besi dan abu
batubara 500μm. Kemudian ditambah air 30% kemudian diaduk rata.
2. Bahan dicetak dengan cetakan gips.
3. Dikeluarkan dari cetakan kemudian ditempatkan diatas lembaran pohon pisang.
4. Dikeringkan pada suhu kamar selama 7 hari.
5. Dibakar pada suhu 900 – 1000 oC.
6. Lama pembakaran 12 jam, yaitu 4 jam dilakukan pengasapan dan pembakaran 8
jam.

2. Skema rancangan filter keramik


11
Membran keramik dibuat dari tanah liat dan abu batubara yang mempunyai:
Diameter dalam = 4 cm
Diameter luar = 5 cm
Ketebalan = 1 cm
Panjang = 25 cm

3. Rangkaian Alat Penelitian

Air rawa dialirkan dari tangka penampungan melalui pipa PVC dengan bantuan pompa
berturut-turut melewati housing yang berisi pasir silika, zeolit, dan karbon aktif
sebelum menuju filter keramik. Air yang mengalir ke dalam filter keramik tersebut
akan merembes melewati pori-pori dinding. Kondisi operasi untuk masing-masing
filter divariasikan antara tekanan 20 lb/in 2 dan 25 lb/in dengan waktu operasi berturut-
turut selama 15, 30, 45 dan 60 menit.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel air awal yang diteliti adalah air rawa dengan kandungan air awal seperti pada
tabel dibawah ini.

Tabel Kandungan Sempel Air Awal

12
Dari tabel diatas terlihat bahwa TDS, Kekeruhan, kadar ion Besi dan Angka KMnO 4
melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.
Hubungan Antara Fluks Terhadap Waktu Operasi

Dari Gambar 3 terlihat bahwa untuk membran dengan dengan tekanan 20 lb/in 2, fluks
permeat ketika proses pengolahan berlangsung pada waktu 15 menit sebesar 12,43
L/m2 jam, 30 menit sebesar 12,33 L/m2 jam; dan semakin kecil ketika operasi
berlangsung 45 menit dan 60 menit yaitu sebesar 12,19 L/m2 jam, dan 12,03 L/m2 jam.
Hal yang sama untuk membrane dengan tekanan 25 lb/in2, Fluks ketika proses pengolahan
berlangsung pada waktu 15 menit sebesar 13,45 L/m2 jam, 30 menit sebesar 13,25
L/m2 jam; dan semakin kecil ketika operasi berjalan, 45 menit dan 60 menit yaitu
sebesar 13,15 L/m2 jam, dan 12,99 L/m2 jam Penurunan nilai fluks ini disebabkan
karena zat terlarut yang tertahan oleh filter lama kelamaan akan terakumulasi atau
menumpuk pada permukaan membran dan mengakibatkan terbentuknya gel atau
lapisan fouling pada permukaan membran, sehingga terjadinya pemampatan dan
meningkatnya resistan (hambatan) pada permukaan membran. Selain itu adanya serbuk
besi di dalam komposisi filter mengakibatkan meningkatnya kekuatan mekanis filter,
namun hal ini juga dapat mengakibatkan kekompakan filter yang berakibat pada makin
sukarnya cairan melakukan difusi pada pori-pori filter.
Persentase rejeksi TDS dan PH Berikut ini adalah tabel persentase rejeksi TDS dan pH

13
Hubungan Antara TDS terhadap Waktu Setelah Melewati Filter Pasir Silika

Hubungan Antara TDS terhadap Waktu Setelah Melewati Filter Zeolit

Hubungan Antara TDS terhadap Waktu Setelah Melewati Filter Karbon Aktif

14
Hubungan Antara TDS terhadap Waktu Setelah Melewati Filter Keramik

Dari Gambar 8 dapat terlihat bahwa Gambar penurunan TDS sangat fluktuatif pada
tekanan 20 lb/in 2 tekanan 25 lb/in 2 . Terjadi penurunan TDS dari tiap outlet titik
pasir,karbon aktif,zeolit dan membran keramik. Seperti pada tekanan 20 ln/in 2 pada
waktu operasi 15 menit, persentase rejeksi TDS setelah melewati filter pasir silica,
dimana persentase rejeksi TDS nya 50,46% menjadi 53,77% setelah melewati filter
zeolit. TDS juga menurun pada outlet housing karbon aktif, sehingga persentase rejeksi
TDS nya menurun menjadi 57,42%. Hal ini dikarenakan kandungan zat terlarut yang
terbawa

15
oleh air sudah tertahan pada pasir dan filter zeolite yang mengakibatkan sedikit
kandungan zat terlarut yang terbawa untuk filter selanjutnya. Jumlah TDS kembali
turun setelah melewati filter keramik dengan persentase rejeksi TDS
sebesar 60,27%. Begitu pula pada laju alir 12,5 , fluktuasi penurunan jumlah TDS
tidak jauh berbeda.
Data Analisa Ion Kandungan Logam Fe dan Kandungan zat organik (KMnO 4)

Persentase Rejeksi Kandungan Ion Logam Fe dan Kandungan Zat Organik

(KMnO 4)

16
Berikut adalah Gambar hasil analisa logam.

Dari tabel 3 di atas terlihat bahwa ion logam dan kandungan zat organik (angka KMnO
4) untuk membran dengan komposisi tanah liat, abu batubara dan serbuk besi 67,5% :
22% : 7,5% ukuran 500 μm mengalami penurunan yang sangat signifikan bila
dibandingkan dengan kandungan ion logam dan kandungan zat organic (angka KMNO
4) pada sampel awal. Pada kandungan besi (Fe) yang mengalami penurunan, dimana
kandungan besi pada sampel awal yaitu 1,117 mg/l yang melebihi kadar maksimum
yang diperbolehkan terkandung di dalam air yaitu 1,1 mg/l pada tekanan 20 lb/in2
menjadi 0,045 mg/l pada 15 menit, 0,042 mg/l pada 30 menit, 0,045 mg/l pada 45
menit dan 0,049 mg/l pada 60 menit. Sedangkan pada tekanan 25 lb/in 2 menjadi 0,048
mg/l pada 15 menit, 0,047 mg/l pada 30 menit, 0,043 mg/l pada 45 menit dan 0,043
mg/l pada 60 menit. Sama halnya dengan kandungan zat organik (angka KMnO 4) yang
juga mengalami penurunan yang signifikan dari kandungan zat organik (angka KMnO
4) pada sampel awal. Dimana kandungan zat organik (angka KMnO 4) pada sampel awal
yaitu 14,364 mg/l yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan terkandung di
dalam air yaitu 10 mg/l pada tekanan 20 lb/in 2 menjadi 1,3140 mg/l pada 15 menit,
1,2512 mg/l pada 30 menit, 0,9336 mg/l pada 45 menit dan 0,7765 mg/l pada 60 menit.
Sedangkan pada tekanan 25 lb/in2 menjadi 1,6272 mg/l pada 15 menit, 1,4230 mg/l
pada 30 menit, 1,2450 mg/l pada 45 menit dan 1,0461 mg/l pada 60 menit.
Filter membran keramik dengan komposisi tanah liat, fly ash dan serbuk besi
67,5% : 25% : 7,5% ukuran 500 μm mampu menurunkan konsentrasi parameter yang
melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan dari air rawal. Hal ini terlihat dari
turunnya kandungan ion logam besi (Fe), kandungan KMNO 4, TDS dan juga menetralkan pH.
Penurunan kandungan ion logam besi (Fe), KMNO 4, TDS dan juga pH dikarenakan adanya
proses filtrasi yang terjadi pada filter keramik. Proses filtrasi yang dimaksud adalah
partikel-partikel dengan diameter yang lebih besar dari ukuran pori membran akan
tertahan pada permukaaan membran. Selain proses filtrasi terjadi juga proses adsorpsi
yang disebabkan karena adanya tumbukan partikel-partikel dengan fly-ash. Semakin
banyak pori-pori yang ada pada filter keramik maka semakin luas permukaan, sehingga
semakin efektif untuk digunakan menyerap zat pencemar, karena adsorpsi merupakan
fenomena struktur berpori yang memiliki permukaan cukup luas. Dari tabel 2 yang
menunjukkan persentase rejeksi TDS dan pH, dapat diambil kesimpulan bahwa pada
tekanan 20 lb/in2 dan tekanan 25 lb/in 2 membran keramik memiliki perentase rejeksi

17
pH dengan rata-rata sebesar 2,369% dan 2,041%. Hal ini berbeda pada housing yang
berisi pasir silica, zeolit dan karbon aktif, yang memiliki persentase rejeksi pH berkisar
antara 0,14 – 0,51%. Persentase rejeksi pH membran keramik yang diperoleh
memenuhi syarat baku mutu air minum yang ditetapkan pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tertanggal 19 April
2010 yang berisi tentang persyaratan kualitas air minum. Nilai TDS yang dihasilkan
juga mengalami penurunan yang sangat signifikan baik pada Tekanan 20 lb/in2 dan
tekanan 25 lb/in2. dari membran keramik yang dihasilkan pada tekanan 20 lb/in 2 dan
tekanan 25 lb/in 2 mengalami persentase rejeksi rata-rata sebesar 60,27% dan 49,54%,
sedangkan persentase rejeksi pada housing yang berisi pasir silika,zeolit dan karbon
aktif dapat menurunkan TDS berkisar antara 45,66 - 57,42%. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa filter keramik dapat digunakan untuk mengolah air
rawa menjadi air yang memenuhi persyaratan kualitas air minum. Hal ini dikarenakan
hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan persentase rejeksi kandungan ion
logam berat Besi (Fe), kandungan zat organik (angka KMnO 4), pH dan TDS yang
cukup tinggi dan sesuai standar air minum.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kinerja filter keramik yang dibuat dari campuran tanah liat, abu terbang batu bara dan
serbuk besi cukup efektif dalam menghasilkan permeat dengan kualitas yang baik.
Hal ini tercermin dalam penurunan kandungan ion logam berat besi (Fe) dalam air
rawa mencapai 91,54% serta kandungan zat organik (angka KMnO 4) mencapai
84,33% diikuti penurunan TDS sekitar 60,2%.
2. Volume permeat, laju alir dan waktu operasi mempengaruhi dalam penentuan nilai
pH, TDS, kandungan logam besi (Fe), logam Seng (Zn) dan fluks.
3. Filter keramik dapat digunakan sebagai solusi alternatif dalam pengolahan air
menjadi air yang memenuhi persyaratan air minum.

19
20
DAFTAR PUSTAKA

Amsyari, 1996. Membangun Lingkungan Sehat, Air Langga Press, Surabaya.


Ambarrini, Septa dan Reni, A. (2010), ”Kinerja Filter Keramik Dalam Pengolahan
Limbah Cair Industri Pupuk Urea”, Laporan Penelitian. Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya.
Bhave, R.R. (1991), “Inorganic Membrane: Synthesis. Characteristic and
Applications”, Van-Nostrand-Reinhold. France.
Dickenson, Christopher. (1992), “Filters and Filtration Handbook”, Elsevier Science
Publishers LTD. United States of America.
Effendi, Hefni. (2003), “ Telaah Kualitas Air”, Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Edy B., 2007. Fly Ash - Bottom Ash dan Pemanfaatannya.
George, Austin dan E. Jasjfi (1996), “Industri Proses Kimia”, Edisi Kelima. Erlangga.
Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010), “Persyaratan Kualitas Air
Minum”.
Noble, R. D and S. A. Stern. (1995), “Membrane Separations Technology, Principles
and Applications”.
Elsevier Science B. V. Pontius, Frederick W. (1990), “Water Quality and Treatment”,
McGraw-Hill, Inc. United States of America.
Sinugroho, G., Hartono, J.M.V. 1979. Teknologi Bahan Bangunan Bata dan Genteng,
Balai Penelitian Keramik, Bandung.
Soemirati, Slamet. (1994) Kesehatan Lingkungan, Jurusan Teknik Lingkungan-ITB-
Bandung.
Wulandari, Rizka dan Intan, Jelita (2011),”Peningkatan Kualitas Air Baku
Menggunakan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat dan Abu Terbang
Batubara”, Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,Universitas
Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai