Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada jaman sekarang, teknologi membran banyak digunakan dalam proses pemisahaan.
Membran memiliki kelebihan dibandingkan metode secara konvensional, diantaranya
adalah proses sederhana dalam proses operasionalnya, dapat berlangsung pada suhu kamar,
sifatnya tidak destruktif. Sehingga tidak menghasilkan perubahan dari zat yang akan
dipisahkan, tidak membutuhkan banyak energi, dan membran dapat digunakan kembali.
Membran dapat dibuat dari polimer alam maupun sintesis, tetapi saat ini pembuatan
membran menggunakan polimer alam sangat berkembang pesat mengingat ketersediaanya
yang melimpah di alam dan prosesnya pun ramah lingkungan.
Karakterisasi membran dapat dilakukan dengan pengujian fluk. Nilai fluks dapat
menentukan nilai kerja membran. Penurunan fluks terjadi karena ada nya fouling yang akan
meningkatkan nilai rejeksi dari suatu membran. Nilai fluks berhubungan dengan
permeabilitias dan selektivitas membran.
Pemisahan partikel yang dilakukan oleh membran berpori sangat erat hubungannya
dengan nilai fluks. Selain itu juga dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah pori yang ada pada
membran. Dengan demikian, penelitian mengenai teknik penilaian fluks suatu membran
sangat dibutuhkan. Sehingga dapat diketahui kinerja membran dan karakterisasi membran.
1.2 Tujuan
1. Mempelajari tata cara pengukuran fluks
2. Melakukan dan menerapkan tata cara pengukuran fluks pada air bersih dengan
mengunakan membran CA yang telah dibuat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Fluks
Fluks merupakan nilai rata-rata laju alir hasil pemisahan. Laju alir hasil pemisahan
diartikan sebagai jumlah volume yang diperoleh pada operasi membran persatuan luas
membran per satuan waktu. Nilai fluks diperlukan sebagai nilai uji suatu membran untuk
memperkirakan ukuran pori dan mengetahui tingkat permeabilitas sebuah membran, serta
menentukan membran pada kategori membran tertentu (Wibisono dkk, 2018). Menurut Hidayat
(2014), fluks adalah jumlah volume permeat yang dapat melewati membran pada satuan luas
dalam waktu tertentu yang dipengaruhi oleh gaya dorong.

2.2 Pengertian Permeabilitas


Permeabilitas merupakan ukuran kecepatan dari suatu spesi atau konstituen dalam
melewati membran. Secara kuantitas, permeabilitas membran sering dinyatakan sebagai fluks
atau koefisien permeabilitas (Hidayat, 2014). Permeabilitas membran dapat menentukan
efisiensi suatu membran. Permeabilitas dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran pori, tekanan yang
diberikan, serta ketebalan membran. Permeabilitas dinyatakan sebagai suatu besaran fluks dan
didefinisikan sebagai jumlah volum permeat yang melewati satu satuan luas membran dalam
satuan waktu tertentu dengan adanya gaya penggerak berupa tekanan (Pratomo, 2009).

2.3 Teknik Perhitungan Nilai Fluks


Teknik perhitungan nilai fluks berdasarkan literature Wibisono dkk (2018), pengujian
nilai fluks membran selulosa asetat dilakukan pengujian fluks menggunakan air bersih pada
tekanan 0.7 bar. Pengukuran fluks dilakukan setiap menit selama 10 menit. Pengujian kinerja
membran dengan uji fluks ini dapat memperkirakan ukuran pori dan mengetahui tingkat
permeabilitas sebuah membran. Nilai fluks dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
(Widayanti, 2013):

Keterangan :
J = nilai fluks (Liter/m2 .jam)
V = volume permeate (Liter)
A = luas permukaan membrane (m2 )
t = waktu (jam)
2.4 Faktor Nilai Fluks
Fluks merupakan jumlah volume permeate yang melewati satu satuan luas membran
dalam waktu tertentu karena adanya gaya dorong tekanan yang masuk ke dalam membran. Nilai
fluks dipengaruhi oleh karakteristik membran itu sendiri seperti porositas membran dan jenis
membran. Dimana semakin besar porositas membran, maka nilai koefisien permeabilitas atau
fluks akan semakin besar (Hidayat, 2014). Selain itu, Faktor yang mempengaruhi nilai fluks
yaitu jumlah dan ukuran pori, interaksi antara membran dan larutan umpan, viskositas arutan
serta tekanan dari luar (Monita, 2014).

2.5 Faktor Peningkatan Nilai Fluks


Fluks air didefinisikan sebagai ukuran kecepatan suatu partikel yang melewati membran
per satuan waktu dan luas permukaan. Nilai fluks akan meningkat apabila pori berukuran besar
dan tidak seragam. Dimana membran tersebut memiliki pori yang melintang dan renggang
sehingga nilai permeabilitas dan selektivitas akan menurun. Konsentrasi yang semakin
bertambah maka akan mengurangi nilai fluks. Faktor jumlah pori mempengaruhi jumlah nilai
fluks, semakin bertambahnya konsentrasi maka akan semakin sedikit jumlah pori yang
terbentuk (Junarzadinata, 2011).
Nilai fluks tinggi memiliki pori-pori besar dan nilai rejeksi yang rendah sehingga tidak
dapat menahan banyak partikel. Penurunan nilai fluks menunjukan peristiwa fouling dapat
terlihat dari perubahan karakteristik fisik membran, fouling terjadi akibat adanya akumulasi
molekul-molekul pada permukaan membran dan sebagian terjebak kedalam poripori membran.
Peristiwa fouling mengakibatkan terhambatnya aliran feed yang melewati membran, jumlah
permeabilitas yang dihasilkan semakin berkurang dengan bertambahnya waktu (Widayanti,
2013)
Laju fluks akan menurun sejalan dengan waktu akibat adanya polarisasi konsentrasi,
fouling dan scaling. Secara berkala dilakukan pencucian dengan air, ataupun dengan zat kimia
(chemical washing) seperti misalnya dengan NaOH, Na acetat atau asam sitrat untuk mengatasi
fouling yang terjadi (Hidayat, 2014).

2.6 Pori dan Porositas


Pori merupakan factor penting yang ada dalam membran yang memisahkan partikel
berdasarkan ukuran. Ukuran dan jumlah pori memiliki dampak pada membran. Ukuran pori
akan menentukan sifat selektifitas membran, yaitu kemampuan dari membran untuk menahan
molekul-molekul zat terlarut, sehingga tidak ada yang lolos menembus pori membran.
Sedangkan jumlah pori menentukan sifat permeabilitas membran yaitu kemudahan membran
untuk melewatkan molekul-molekul air, dimana jika permeabilitas membran yang dihasilkan
tinggi, maka membran layak digunakan (Hidayat, 2014).
Porositas membran dapat dihitung dengan menentukan perbandingan volume pori
dengan volume total membran. Perhitungan porositas dilakukan dengan menguji penyerapan
air pada membran (water uptake) dan diukur ketebalan membrannya. Berat awal sampel yang
akan diuji ditimbang (Wo) dan diukur ketebalannya dengan micrometer. Sampel membran
dimasukan ke dalam wadah plastik lalu diisi akuades ditutup dan didiamkan selama 24 jam.
Setelah itu sampel diangkat dan ditimbang berat sampel basah (W). pengukuran dilakukan
sebanyak 2 kali pengulangan. Setelah data diperoleh, porositas dapat dihitung nilai
porositasnya. Nilai porositas dapat dihitung dengan persamaan berikut (Yuspitasari dkk., 2018):

2.7 Jenis Aliran Membran


Pada dasarnya ada dua type konfigurasi aliran pada proses pemisahan menggunakan
membran yaitu type aliran melintas (Dead-End) dan aliran silang (Cross-Flow). Pada filtrasi
aliran melintas, umpan dialirkan tegak lurus ke permukaan membran sehingga partikel
terakumulasi dan membentuk suatu lapisan pada permukaan membran, hal ini berdampak
terhadap penurunan fluks dan rejeksi. Pada type aliran silang (Cross-Flow), umpan mengalir
sepanjang permukaan membran sehingga hanya sebagian yang terakumulasi (Hidayat, 2014).
Menurut Riani (2014), aliran membran terdapat 4 jenis yaitu dead-end, cross-flow,
hybrid dead-end crossflow dan cascade. Sistem dead-end arah aliran tegak lurus terhadap
membran, mempunyai kelemahan yaitu cenderung mengakibatkan fouling yang sangat tinggi
karena terbentuknya cake di permukaan membran pada sisi umpan. Sedangkan pada sistem
crossflow, umpan dialirkan arah sejajar dengan permukaan membran. Akibatnya pembentukan
cake terjadi sangat lambat karena tersapu oleh gaya geser yang disebabkan oleh aliran crossflow
umpan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, M. Fikri. 2014. Penurunan Kandungan Zat Warna Pada Limbah Songket
Menggunakan Membran Komposit Berbasis Kitosan-Pva Secara Ultrafiltrasi. Skripsi.
Politeknik Negeri Sriwijaya
Indarti, Dwi., Winata, I Nyoman Adi. Novianti, Heny Yunita. 2013.Karakter Membran
Selulosa Asetat Akibat Penambahan Zat Aditif Monosodium Glutamate (Msg.) Jurnal
Ilmu Dasar, Vol. 14 No. 1: 33-37
Junarzadinata, Rendra. 2011. Kajian Struktur dan Uji Fluks Membran Polisulfon dengan
Metode Inversi Fasa. Skripsi. Institut Pertanian Bogor
Monita, Sintia. 2014. Kinerja Membran Keramik Berbasis Tanah Liat, Zeolit, Pasir Silika Dan
Serbuk Besi Pada Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit (Pome). Skripsi. Politeknik
Negeri Sriwijaya
Pratomo, Heru Ai. 2009. Pembuatan Dan Karakterisasi Membran Komposit Polisulfon
Selulosa Asetat Untuk Proses Ultrafiltrasi. Jurnal Pendidikan Matematika Dan Sains.
Edisi 3 Tahun Viii. 168-200

Riani, Pevi. 2014. Preparasi dan Karakterisasi Membran Polisulfon dengan Pengisi
Mikrobentonit sebagai Penyaring Air Gambut. Tesis. Universitas Sumatera Utara

Wibisono, Yusuf. Faradilla, Ashried. Utoro,Panggulu Ahmad. Sukoyo, Agung. Izza, Ni'matul.
Dewi, Shinta Rosalia. 2018. Anti-Biofoulan Alami Moringa oleifera Sebagai Bahan
Pengisi Membran Mixed Matrix Selulosa Asetat untuk Klarifikasi Jus Buah. Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 13, No. 2:. 100 - 109

Widayanti, Nanda. 2013. Karakterisasi Membran Selulosa Asetat Dengan Variasi Komposisi
Pelarut Aseton dan Asam Format. Sripsi. Universitas Jember
Yuspitasari, Mita. Syahbanu, Intan. 2018. Ardiningsih, Puji. Studi Waktu Penguapan Pada
Pembuatan Blend Membran Polisulfon/Selulosa Asetat Dari Nata De Coco. Jurnal
Kimia Khatulistiwa 7(4): 16-24

Anda mungkin juga menyukai