Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TETAP PENGENDALIAN PENCEMARAN

PENGOLAHAN AIR DENGAN MEMBRAN


MIKROFILTRASI

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Nama :
1. Alifanto Dhiastama
2. Astri Widya Sartika
3. Dhea Isra Atmika Kintani
4. Dina Safitri
5. M. Anjas Abdul Kholik
6. Rizka Rahmawati
7. Nyimas Jannatu Adnin
Kelas
Dosen Pembimbing

0614 4041 0790


0614 4041 0791
0614 4041 0792
0614 4041 0793
0614 4041 0796
0614 4041 0808
0614 4041 1738

: 4 EG B
: Dr. Eka Sri Y, M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2016

1. Judul Percobaan
Pengolahan air dengan membran mikrofiltrasi
2. Tujuan Percobaan
Menentukan efisiensi pengisian air dengan proses filltrasi menggunakan
membran mikrofiltrasi

3. Alat Dan Bahan Yang Digunakan


Alat yang digunakan :
Pengaduk
Buret
Gelas kimia
Gelas ukur
Pipet ukur
Bola karet
Pipet tetes
Erlenmeyer
Spatula
Corong
Neraca Analitik
Turbidity meter
Membran mikrofiltrasi
Kertas saring
Bahan yang digunakan :

Air + tanah

FeSO4.7H2O

Aquadest

KMnO4

4. Dasar Teori
Untuk memperoleh air bersih yang banyak digunakan diperlukan suatu
cara yang baik. Salah satu metode alternatif lain yang digunakan adalah filltrasi
( penyaringan ) dengan memenfaatkan teknologi membran, khususnya membran
keramik dengan media filtrasi menggunakan zeolit. Hal ini dapat membantu
persediaan air bersih yang dapat dikonsumsi. Metode ini juga dapat digunakan
didaerah pedesaan yang berada ditepi sungai ataupun sumber air lainnya.
Membran didefinisikan sebagai suatu metode berpori yang berbentuk
seperti tabung atau film tipis, bersifat semipermiabel yang berfungsi untuk
memisahkan partikel dengan ukuran molekular ( spesi ) dalam suatu sistem
larutan. Spesi yang memiliki ukuran yang lebih besar dari pori membran akan
tertahan sedangkan spesi dengan ukuran yang lebih kecil dari pori membran akan
lolos melalui pori membran. Filtrasi membran dapat menyaring polutan /
kontaminan yang tidak diinginkan berdasarkan ukuran partikelnya. Sederhana jika
ukuran pori pori membran halus lebih kecil dari itu.
Membran terdiri dari 2 jenis yaitu porous membran dan non=porous
membran. Aplikasi dari non-porous membran sudah banak digunakan di
Indonesia, salah satunya membran yang terbuat dari plastik polikarbonat untuk
memproduksi air bersih yang dibuat oleh seorang ahli membran kelas dunia yang
bernama Dr. I Gede Wenten. Ia membuat sendiri membran filter yang telah
diaplikasikan di NTT untuk mengkonversi air limbah dan air hujan menjadi air
minum, lainnya yaitu mengubah air sungai menjadi air minum tanpa zat kimia.
Porous

membran

jenis

membran

inorganik

seperti

membran

keramik

menggunaan filter dalam pengolahannya. Media filter yang digunakan adalah


pasir, kerikil, ijuk, lempung, arang dan bentonit (alam atau sintetik).
Jenis-jenis Membran
Berdasarkan jenis pemisahan dan strukturnya, membran dapat dbagi
menjadi 3 kategori :
1.

Porous membrane
Pemisahan berdasarkan atas ukuran partikel dari zat-zat yang akan
dipisahkan. Hanya pertikel dengan ukuran tertentu yang dapat melewati
membran sedangkan sisanya akan tertahan. Berdasarkan klasifikasi dari

IUPAC, pori dapat dikelompokkan menjadi macropores (>50nm), mesopores


(2-50nm), dan micropores (<2nm). Porous membrane digunakan pada
2.

microfiltration dan ultrafiltration.


Non-porous membrane
Dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang sama, baik
gas maupun cairan. Pada non-porous membrane, tidak terdapat pori seperti
halnya porous membrane. Perpindahan molekulterjadi melalui mekanisme
difusi. Jadi, molekul terlarut di dalam membran, baru kemudian berdifusi

3.

melewati membran tersebut.


Carrier membrane
Pada carriers membrane, perpindahan terjadi dengan bantuan carrier molecule
yang mentransportasikan komponen yang diinginkan untuk melewati
membran. Carrier molecule memiliki afinitas yang spesifik terhadap salah
satu komponen sehingga pemisahan dengan selektifitas yang tinggi dapat

dicapai.
Berdasarkan ukuran pori pada membran, membran dapat dibagi menjadi 4:
a. Reverse asmosis
Merupakan proses filtrasi paling baik, yang dapat menyisihkan partikel
berukuran 1Ao sampai 10Ao. Keuntungan metode ini: untuk umpan dengan
terlarut dibawah 400 ppm, merupakan perlakuan yang murah.
b. Nanofiltrasi
Proses nanofiltrasi merejeksi kesadahan, menghilangkan bakteri dan virus,
menghilangkan zat warna karena adanya bahan organik tanpa menghasilkan
zat kimia berbahaya seperti hidrokarbon terklorinasi.
c. Ultrafiltrasi
Merupakan teknologi pemisah menggunakan membran untuk memisahkan
berbagai zat terlarut dengan berat molekul tinggi, bermacam koloid, mikroba
sampai padatan tersuspensi dalam suatu larutan. Metode ini menggunakan
membran semi permeabel untuk memisahkan makromolekul dari larutannya.
d. Mikrofiltrasi
Merupakan pemisah partikel berukuran micron.
Proses Pemisahan dengan Membran
Proses pemisahan dengan membran dapat tercapai karena membran
mempunyai kemampuan untuk memindahkan atau memisahkan suatu komponen
dari suatu campuran umpan dengan lebih mudah dari komponen lain. Hal ini

disebabkan perbedaan sifat fisika dan kimia antara membran dengan komponen
yang dapat dilewatkan.
Upstream merupakan sisi umpan yang terdiri dari bermacam-macam
molekul (komponen) yang akan dipisahkan, sedangkan downstream adalah sisi
permeat yang merupakan hasil pemisahan. Pemisahan ini terjadi karena adanya
gaya pendorong (driving force) yang berupa perbedaan gaya gerak listrik,
perbedaan temperatur, perbedaan konsentrasi, dan perbedaan tekanan.
Kinerja membran ditentukan oleh : fluks dan rejeksi ( penolakan ). Fluks
adalah zat yang dapat menembus membran tiap satuan luas membran/ satuan
waktu. Rejeksi adalah besarnya kandungan garam yang tertahan pada permukaan
membran yang tidak menembus membran. Keuntungan menggunakan teknologi
membran yaitu: pemisahan dapat dilakukan secara kontinyu, konsumsi energi
umumnya relatif rendah, mudah dalam scale up, tidak memerlukan bahan
tambahan, pemakaiiannya mudah.
TSS (Total Suspended Solid)
Uji TSS merupakan suatu cara untuk menguji kadar total padatan terlarut
dalam suatu larutan. Zat yang jumlahnya sedikit di dalam larutan disebut zat
terlarut atau solute sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat zatzat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Zat padat tersuspensi dapat bersifat organis dan inorganic. Zat padat
tersuspensi dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara lain zat padat
terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang selale berrsifat
organisdan inorganic. Jumlah padatan tersuspensi dapaat dihitung menggunakan
gravimetric., padatan tersuspensi dapat mengurangi penetrasi sinar matahari ke
dalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis.
(Misnani,2010).
TSS merupakan residu tersuspensi pada sampel air, TSS ini cenderung
berkaitan dengan tingkat kekeruhan, dimana jika kadar TSS dalam suatu sampel
itu semakin sedikit makan makin kecil tingkat kekeruhan dari air itu. Material
tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas badan air karena
dapat menyebabkan menurunkan kejernihan air dan dapat mempengaruhi
kemampuan ikan untuk melihat dan menangkap makanan serta menghalangi sinar
matahari masuk ke dalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen

serta fotosintesis.. Endapan tersuspensi dapat juga menyumbat insang ikan,


mencegah telur berkembang(bagi ekosistem air). Ketika suspended solid tenang di
dasar badan air, dapat terjadi pendangkalan pada badan air sehingga memerlukan
pengerukan yang memerlukan biaya operasional tinggi. Kandungan TSS dalam
badan air sering menunjukan konsentrasi yang lebih tinggi pada bakteri, nutrien,
pestisida, logam didalam air.
Turbidity atau kekeruhan
Kekeruhan adalah keadaan dimana transparansi suatu zat cair berkurang
akibat kehadiran za-zat tak terlarut. Kekeruhan ini timbul dapat disebabkan oleh
adanya kandungan Total Suspended Solid baik yang bersifat organic maupun
anorganik. Zat organik berasal dari lapukan tanaman dan hewan, sedangkan zat
anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam. Zat organic dapat
menjadi makanan bakteri sehingga mendukung perkembangannya. Kekeruhan
dalam air minum tidak boleh lebih dari 5 NTU.
Turbiditas atau kekeruhan digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan
di dalam air yang disebabkan oleh baha-bahan yang melayang. Kekeruhan
biasanya terdiri dari partikel organic maupun anorganik yang berasal dari DAS
(Daerah Aliran Sungai) dan tersuspensi sediment di dasar danau.

5. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan sampel tanah
2. Melarutkannya dengan air dan menambahkan 1 gram FeSO4.7H2O lalu
menyaringnya
3. Memipet 25 ml sampel ke dalam erlenmeyer
4. Menitrasi sampel dengan KMnO4 (sebelum pengolahan dengan membran)
5. Melakukan analisa pada sampel sebelum pengolahan dengan mengukur
TSS dan kekeruhan.
6. Memasang membran pada modul membran
7. Mengalirkan umpan yang berupa limbah cair dari tangki umpann modul
membran dan kembali ke tangki umpan

8. Mengatur tekanan yang diinginkan


9. Menampung permeat yang dihasilkan
10. Memipet 25 ml sampel setelah pengolahan dengan membran ke dalam
erlenmeyer
11. Menitrasi sampel dengan KMnO4 (sesudah pengolahan dengan membran)
12. Melakukan analisa pada sampel hasil pengolahan dengan mengukur TSS
dan kekeruhan.

a.
b.
c.
d.

Menetukan kadar Fe (titrasi)


Menyiapkan sampel yang akan dititrasi.
Menyiapkan larutan titran (KMnO4) ke dalam biuret.
Memipet 25 ml larutan sampel ke dalam Erlenmeyer.
Mentitrasi larutan sampel dengan KMnO4.

Menentukan TSS
Menyiapkan sampel yang akan di ukur TSS nya
Menimbang kertas saring kosong
Menempatkan kertas saring di gelas kimia
Mengambil 30 ml sampel kemudian saring sampel pada kertas saring yang
telah di keahui beratnya tadi.
e. Biarkan air sampel (TDS) benar-benar turun ke dalam gelas kimia,
sehingga TSS yang didapat murni tanpa cairan.
f. Mengeringkan padatan yang disaring pada kertas saring dengan oven pada
suhu 100-105C sampai kering.
g. Setelah kertas saring kering kemudian dinginkan dalam desikator selama 3
menit lalu menimbang kertas saring tersebut.

a.
b.
c.
d.

6. Data Hasil Pengamatan


Tabel 1. Penentuan Besi

Sampel

Volume analit

1
2
3
Rata-rata

Volume titran
Sebelum masuk
Sesudah masuk
unit pengolahan
0,15 ml
0,15 ml
0,15 ml
0,15 ml

25 ml
25 ml
25 ml

unit pengolahan
0,07 ml
0,07 ml
0,05 ml
0,063 ml

Penentuan Kekeruhan (Turbidity)


Turbidity sebelum masuk unit pengolahan = 72,3 NTU
Turbidity setelah masuk unit pengolahan = 10,6 NTU
Tabel 2. Penentuan TSS

No

Komponen

1
2

Kertas saring kosong


Kertas saring + endapan

Berat (gr)
Sebelum masuk
Sesudah masuk
unit pengolahan
0,8607
0,8731

unit pengolahan
0,7349
0,7453

Table 3. Parameter sampel setelah perhitungan

Parameter

Kondisi Sampel
Sebelum masuk unit
Sesudah masuk unit

Konsentrasi Fe
Turbidity
TSS

pengolahan
20,087 %
72,3 NTU
413,33 mg/L

7. Pengolahan Data (Perhitungan)


7.1

Penentuan Konsentrasi KMnO4


Sebelum masuk unit pengolahan

Setelah masuk unit pengolahan

7.2

Penentuan % Fe
Sebelum masuk unit pengolahan

= 20, 087
Setelah masuk unit pengolahan

= 20,086

pengolahan
20,086 %
10,6 NTU
346,67 mg/L

7.3

Penentuan TSS
Volume sampel = 30 mL
TSS awal =

=
= 413, 33 mg/L
TSS akhir =

=
= 346,67 mg/L
7.4

Efisiensi Unit Pengolahan Air Membran Mikrofiltrasi


Fe

100 %

100 %

= 58%

Turbidity =

100 %

100 %

= 85,34%

TSS =

=
= 16,13%

100 %

100 %

8. Tugas
Pertanyaan
Uraikan perkembangan dan pemanfaatan membran hingga saat ini!
Jawaban :
Perkembangan Membran Terkini
Dalam beberapa tahun terakhir, pembuatan membran dan penerapannya
telah mengalami kemajuan yang pesat dan memberikan pengaruh yang berarti
terhadap segi ekonomi suatu proses membran.
Berbagai

bahan

dan

struktur

membran

baru

telah

berhasil

dikembangkan. Membran - membran yang digunakan saat ini meliputi


polimer padat berpori/tidak berpori, logam atau keramik dengan struktur
simetris atau asimetris. Suatu perkembangan terkini yang cukup menarik
adalah membran zeolit. Membran zeolit sangat berpotensi untuk diterapkan
pada proses pemisahan gas dan uap dalam reaktor membran serta sensor
kimia. Selain membran padat telah dicapai pula kemajuan dalam
pengembangan membran cair. Sebelumnya penggunaan membran cair
dibatasi oleh umur membran yang singkat. Kini kestabilan membran cair
dapat ditingkatkan secara drastis dengan menempatkan lapisan polimer tipis
di atas membran cair. Dengan penemuan membran-membran baru yang
memiliki sifat perpindahan yang lebih baik serta stabilitas panas dan kimia
yang lebih baik sejumlah besar potensi penerapan baru telah terbuka.
Selain perkembangan bahan dan struktur membran, terjadi pula
perkembangan pada modul-modul membran. Selama ini modul-modul
membran seperti plate and frame, spiral wound, hollow fiber, dan kapiler
telah banyak diterapkan dan diperbaharui tetapi hanya sedikit saja modul
membran yang benar-benar baru yang telah dikembangkan. Dua di antara
modul membran baru tersebut adalah modul membran transversal flow
capillary dan spiral-type tubular.

9. Analisa Data Dan Pengamatan


Berdasarkan data pada data pengamatan, terlihat perbedaan sampel
sebelum dan sesudah proses pengolahan air dengan membrane mikrofiltrasi.
Metode pengolahan air menggunakan membrane ini memiliki prinsip kerja yaitu
memisahkan partikel dengan ukuran molekular dalam suatu sistem larutan, di
mana partikel dengan ukuran molecular (spesi) yang lebih besar dari pori
membrane akan tertahan sedangkan molecular (spesi) dengan ukuran yang lebih
kecil dari pori membrane akan lolos melalui pori membrane.
Dari data pada table 1 dan table 3(data hasil perhitungan) dapat dilihat
kadar Fe cenderung menurun sesudah proses pengolahan air dengan membrane
mikrofiltras, di mana kadar Fe awal 20,087%

dan akhir 20,086% dengan

pengurangan sebesar 0,001%, pengurangan kadar Fe ini cenderung sangat kecil


dikarenakan kinerja dari alat ini kurang baik hal ini terlihat pada saat proses
pengolahan, alat yang digunakan mengalami kebocoran.
Kemudian, dari data

pada table 3 juga didapat hasil Turdity (tingkat

kekeruhan) cenderung menurun setelah proses pengolahan air dengan membrane


mikrofiltrasi yaitu dari 72,3 NTU menjadi 10,6 NTU. Hal ini pula menunjukkan
bahawa sampel hasil pengolahan lebih jernih daripada sebelum pengolahan.
Kekeruhan air ini sangat penting didalam parameter air bersih, hal ini menentukan
apakah air tersebut layak atau tidaknya digunakan untuk proses selanjutnya.
Penurunan kekeruhan ini sangat diperlukan karena selain ditinjau dari segi
estetika yang kurang baik juga proses desinfeksi untuk air keruh sangat sukar,hal
ini disebabkan karena penyerapan beberapa koloid dapat melindungi organisme
dari desinfektan. Menurut persyaratan yang ditetapkan oleh mentri kesehatan RI
No: 416/ MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih , batas
maksimum yang dianjurkan untuk kekeruhan air baku yaitu 25 NTU, sehingga
dapat dikatakan bahwa air sampel setelah pengolah sudah memenuhi syarat
kualitas air bersih.
Lalu berdasarkan table 2 dan table 3(data hasil perhitungan) dari hasil
pengolahan air ini juga didapat hasil TSS (Total Suspended Solid) saat sesudah
dan sebelum pengolahan, dan terlihat bahwa hasil TSS pun sama seperti pada

parameter lain yaitu cenderung menurun dibandingkan sebelum pemgolahan.


Berdasarkan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup tahun 1995 mengenai baku
mutu limbah cair bagi kegiatan industri, konsentrasi TSS yaitu 200 mg/L, dari
data tersebut dapat dikatakan bahwa sampel air yang digunakan masih memiliki
kadar TSS yang cukup tinggi atau belum memenuhi syarat baku mutu limbah cair,
baik sebelum maupun setelah pengolahan dengan membrane yaitu 413,33 mg/L
dan 346,67 mg/L.

10. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

Metode pengolahan air menggunakan membran mikrofiltrasi ini memiliki


prinsip kerja yaitu memisahkan partikel dengan ukuran molekular dalam
suatu sistem larutan.

Limbah bahan pencemar Fe cenderung menurun saat setelah proses


pengolahan.

Nilai Turbidity setelah pengolahan dengan membrane mikrofiltrasi sudah


memenuhi syarat menurut persyaratan yang ditetapkan oleh mentri kesehatan
RI No: 416/ MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih ,
batas maksimum yang dianjurkan untuk kekeruhan air baku yaitu 25 NTU.

Nilai TSS yang didapat setelah proses pengolahan air dengan membrane
mikrofiltrasi belum memenuhi syarat berdasarkan Keputusan Mentri
Lingkungan Hidup tahun 1995 mengenai baku mutu limbah cair bagi
kegiatan industri, konsentrasi TSS yaitu 200 mg/L.

Semakin besar nilai TSS maka dapat diperkirakan pula semakin tinggi
tingkat kekeruhan dari sampel air tersebut.

Daftar Pustaka
Anzar, Erniati. Jobsheet Penuntun Praktikum Pengendalian Pencemaran.
2015/2016. Palembang : Politeknik Negeri sriwijaya.
Sisilia, Wahyu. 2016. Pengolahan air dengan membran keramik (online),
http://wahyusisilia.blogspot.co.id/2016/01/laporan-pengolahan-air-denganmembran.html. Diakses 31 Mei 2016.
Sitompul, Vina. 2016. Pengolahan Air Dengan Membran Keramik (online),
http://vsitompul.blogspot.co.id/2013/04/pengolahan-air-dengan-membrankeramik.html. Diakses 31 Mei 2016.
Noerhayati,Asri.2014. Laporan praktikum pengukuran TSS dan TDS (online),
http://asrinoerhayati.blogspot.com/2014/02/laporan-praktikum-pengukurantss-dan-tds.html. diakses 31 Mei 2016.

Gambar Alat

Erlenmeyer

Buret

Spatula

Gelas kimia

Bola Karet

Neraca Analitik

Pipet Ukur

Pengaduk

Kertas Saring

Pipet Tetes

Turbidity meter

Lampiran
a) Hasil titrasi FeSO4.7H2O sebelum proses pengontakan dengan membrane
mikrofiltrasi

b) Hasil titrasi FeSO4.7H2O setelah proses pengontakkan dengan membrane


mikrofiltrasi

c) Kertas Saring pada Penentuan TSS

Anda mungkin juga menyukai