Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TETAP PENGENDALIAN

PENCEMARAN
SOLIDIFIKASI

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Nama :
1. Muhammad Ridho Putra 0614 4041
0802
2. Puspita Anggraini

0614 4041

0804
3. Rahmat Rendi Setiady
4041 0805

0614

4. Ridho Anugrah

0614 4041

5. Septiani Wulandari

0614 4041

0806
0810
6. Tri Lestari
7. Yulinda

0614 4041 0811


0614 4041

0812

M.T.

Kelas

: 4 EG B

Dosen Pembimbing

: Dr. Eka Sri Y,

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2016
Solidifikasi
I. Tujuan
Melakukan proses solidifikasi limbah berbahaya agar kontaminan
dalam bentuk terlarut dapat larut atau terekstrak kembali ke air dan tidak
menyebar ke lingkungan.
II.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan:
1 Pengaduk
2 Spatula
3 Kaca loji
4 Pipet ukur
5 Bola karet
6 Wadah aqua bekas
7 Gelas piala 100 ml, 1000 ml, 2000 ml
8 Gelas ukur 100 ml, 500 ml
9 Buret
10 Erlenmayer 250 ml
11 Alat uji tekan
12 Kertas pH

1
2

Bahan yang digunakan:


Limbah Artificial
Semen

III.
DASAR TEORI
LIMBAH B3
1. Pengertian Limbah B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan
lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa


(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan
manusia.
2. Identifikasi Limbah B3
Pengidentifikasian Limbah B3 digolongkan ke dalam 2 kategori, yaitu:
1. Berdasarkan sumber
2. Berdasarkan karakteristik

Golongan Limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:


1. Limbah B Limbah B3 dari sumber spesifik;
2. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan


dengan:
1. mudah meledak;
2. pengoksidasi;
3. sangat mudah sekali menyala;
4. sangat mudah menyala;
5. mudah menyala;
6. amat sangat beracun;
7. sangat beracun;
8. beracun;
9. berbahaya;
10. korosif;
11. bersifat iritasi;
12. berbahayabagi lingkungan;
13. karsinogenik;
14. teratogenik;
15. mutagenik.

Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP


No. 18 tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:
1. mudah meledak;
2. mudah terbakar;
3. bersifat reaktif;
4. beracun;
5. menyebabkan infeksi;
6. bersifat korosif.

3. Pengolahan Limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan
kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan
dengan proses sbb:
1. proses secara

kimia,

meliputi:

redoks,

elektrolisa,

netralisasi,

pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.


2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan
penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi,
dialisa, osmosis balik, dll.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi
racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut,
penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat
penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus
mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin
dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak
boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr.

METODE SOLIDIFIKASI

Solidifikasi

merupakan

teknik

pengolahan

dengan

menggunakan

pencampuran antara limbah dengan agen solidifikasi. Keuntungan dari metode


solidifikasi adalah mencegah disperse partikel kasar dan cairan selama
penanganan, meminimalkan keluarnya radionuklida dan bahan berbahaya setelah
pembuangan serta mengurangi paparan potensial (pemecahan jangka panjang).
Beberapa properti yang harus diperhatikan dalam solidifikasi antara lain:
kemampuan leaching, stabilitas kimia, uji kuat tekan, ketahanan radiasi,
biodegradasi, stabilitas termal dan kelarutan (Brownstein, xxxx). Beberapa bahan
yang digunakan sebagai agen dalam solidifikasi yaitu semen, kaca, termoplastik
dan thermosetting.
Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi
menjadi 6 golongan, yaitu:
1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar

2. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan


pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat
mikroskopik
3. Precipitation
4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia
pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
5. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya
ke bahan padat
6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi
senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama
sekali

Karakteristik solidifikasi:
Solidifikasi logam murni
Logam murni membeku pada temperature konstan yaitu sama dengan

temperature pembekuannya / temperature leburnya.


Solidifikasi logam murni (alloy)
Logam padatan pada umumnya membeku pada daerah pembekuan

sebenarnya.
Solidifikasi logam panduan eutektik
Suatu panduan yang memiliki komposisi tertentu (komposisi eutentika) bila
mengalami pendinginan ssangat lambat maka pembekuan akan berlangsung
pada temperature konstan.

Tiga hal yang umumnya dilakukan dalam proses solidifikasi, yaitu:


1. Fisika
Mencangkup kelembapan, kerapatan, kepadatan, kekuatan, dan daya tahan.
2. Kimia
Mencangkup Ph, reaksi redoks, kapasitas penetralan asam, kebasahan, dan
kandungan senyawa organic.
3. Peluluhan
Mencangkup TCID, prosedur ekstraksi peluluhan dinamis, prosedur peluluhan
pengendapan asam sintesis (SPLP) dan ekstraksi berurutan.
Mekanisme solidifikasi dengan menggunakan semen
Selama absorbsi air, senyawa mineral terhidrasi membentuk substansi
dispersi koloid yang disebut sol. Sol tersebut kemudian di koagulasi dan
dipresipitasi (pengkondisian akhir). Gel yang terbentuk kemudian dikristalisasi.

Solidifikasi menggunakan semen merupakan asalah satu alternative pengolahan


limbah dengan tujuan untuk mengurangi interaksi pencemaran lingkungan.
Teknologi solidifikasi limbah didasarkan pada interaksi limbah membentuk
padatan limbah baik secara fisika maupun kimiawi.

Keuntungan dan Kerugian Solidifikasi menggunakan Semen


Keuntungan
Material dan
dijangkau

teknologinya

Kerugian
mudah

Sesuai dengan berbagai jenis limbah


Biaya sedikit

Peningkatan volume dan densitas yang


tinggi for shipping dan disposal
Dapat mengalami keretakan apabila
terekspos dengan air

Produk sememntasi bersifat stabil


terhadap bahan kimia dan biokimia
Produk sementasi tidak mudah terbakar
dan memiliki kestabilan temperature yang
baik

SIFAT PERMEABILITAS

Jamulya dan Suratman Woro Suprodjo (1983), mengemukakan bahwa


permeabilitas adalah cepat lambatnya air merembes ke dalam suatu benda baik
melalui pori makro maupun pori mikro baik ke arah horizontal maupun vertikal.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori
yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur
tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran
pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya.
Dalam solidifikasi, rasio air-semen merpakan hal yang penting karena
akan mempengaruhi ukuran pori dan perubahan volume sehingga dapat
mempengaruhi permeabilitas. Permeabilitas yang kecil akan menyebabkan
penurunan mobilitas kontaminan dalam limbah.

IV.

Prosedur Percobaan
1. Membuat Limbah artificial dari FeSO4 . 7H2O dengan cara melarutkan
2 gram FeSO4 . 7H2O sebanyak 400 ml di dalam labu takar, ini sebagai
sampel 1. Mengambil 100 ml sampel 1, memasukkannya ke dalam
gelas baker dan mengencerkannya dengan 100 ml aquadest. Hal ini
terus dilakukan sampai didapat 4 sampel. Menguji kadar masingmasing pH pada ke empat sampel tersebut.
2. Mengambil masing-masing dari keempat sampel 50 ml dan
memasukkannya ke dalam erlenmeyer, melakukan hal yang sama dan
memasukkannya ke dalam gelas bekas air mineral.
3. Menambahkan ke dalam erlenmeyer 50 ml H2SO4 dan mentitrasinya
dengan KmnO4 hingga didapat perubahan warna menjadi merah
jambu.
4. Menimbang 10 gram semen dan memasukkannya kedalam gelas bekas
air mineral, hal ini dilakukan untuk keempat sampel. Lalu gelas yang
telah berisi sampel ditutup dengan rapat.
5. Selanjutnya setelah 1 minggu, membuka tutup dari gelas berisi sampel
tersebut dan menguji kadar pH masing-masing sampel tersebut.
6. Air yang terdapat pada sampel diambil sebanyak 10 ml dan
memasukkannya kedalam erlenmeyer untuk selanjutnya dilakukan
titrasi dengan KmnO4 hingga didapat perubahan warna menjadi merah
jambu.

V.

Data Pengamatan

1. Tabel Perlakuan Limbah


N
o
1

Perlakuan

Hasil titrasi limbah


sebelum
disolidifikasi

Limbah setelah
disolidifikasi

Hasil titrasi limbah


setelah disolidifikasi

Limbah setelah diuji


tekan

Limbah sebelum
disolidifikasi

Gambar Sampel

2. Tabel volume titrasi Fe

No

Sampel

1
2.

Volume Titran (KMnO4)


Sebelum (ml)

Sesudah (ml)

Sampel 1
Sampel 2

0,5
0,3

0,15
0,1

3.

Sampel 3

0,2

< 0,1

4.

Sampel 4

0,1

< 0,1

5.

Sampel 5

< 0,1

< 0,1

3. Tabel Karakteristik Limbah


No

Sampel

Kadar Fe

Nilai pH

1.
2.
3.

Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3

Sebelum

Sesudah

Sebelum

Sesudah

2,799
1,675
1,117

0,84
0,558

4
4
5

8
8
7

4.

Sampel 4

0,558

0,558

5.

Sampel 5

0,558

0,558

0,558

VI.

Perhitungan
1. Pembuatan larutan KMnO4 0,1 N
gr=N V BE

0,1

ek
0,25 l 158 gr /ek
l

3, 95 gr
2. Penentuan kadar Fe limbah sebelum disolidifikasi

Sampel 1
%Fe=

V KMnO N KMnO BE Fe
100
gr sampel
4

5 104 l1 ek /l 55,845 gr /ek


100
1 gr

2,79225

Sampel 2
%Fe=

V KMnO N KMnO BE Fe
100
gr sampel
4

3 104 l1 ek /l 55,845 gr /ek


100
1 gr

1,67535

Sampel 3
%Fe=

V KMnO N KMnO BE Fe
100
gr sampel
4

2 10 l 1 ek /l 55,845 gr /ek
100
1 gr
1,1169

Sampel 4
%Fe=

V KMnO N K MnO BE Fe
100
gr sampel
4

1 10 l 1 ek /l 55,845 gr /ek
100
1 gr

Sampel 5
%Fe< 0,55846

0,55846

(Dikarenakan volume titran 0,1 ml )

3. Penentuan kadar Fe limbah setelah disolidifikasi


Sampel 1
%Fe=

V KMnO N KMnO BE Fe
100
gr sampel
4

1,5 10 l 1 ek /l 55,845 gr /ek

100
1 gr

0,84

Sampel 2

%Fe=

V KMnO N KMnO BE Fe
100
gr sampel
4

1 10 l 1 ek /l 55,845 gr /ek
100
1 gr

Sampel 3, sampel 4, dan sampel 5

%Fe<0,55846
5

1ml

0,55846

(Dikarenakan Volume titran pada sampel 3,4, dan

VII.

Analisa data
Metode solidifikasi merupakan metode penanganan limbah berbahaya

dengan cara memadatkan limbah tersebut sedemikian rupa sehingga mempunyai


sifat fisik, kimia yang stabil sehingga aman bagi lingkungan. Dengan solidifikasi
limbah-limbah semi-liquid yang berbahaya dapat diubah menjadi bahan yang
termanfaatkan dan tidak menjadi polutan bagi lingkungan.
Pada praktikum kali ini, digunakan semen sebagai media pemadat limbah
berbahaya. Limbah berbahaya yang digunakan merupakan sebuah sampel limbah
artificial yang dibuat dari senyawa

FeS O4

kemudian dilarutkan dengan

aquadest sehingga menghasilkan 5 sampel dengan kadar senyawa

FeS O4

berbeda-beda.
Semen yang digunakan akan memadatkan limbah artificial dan mengikat
unsur logam (Fe) yang terdapat didalam limbah sehingga mengurangi kadar Fe
dalam limbah. Hal iu dapat terlihat pada sampel 1 yang memiliki kadar Fe sebesar
0,5% saat sebelum berubah menjadi 0,15% saat sesudah dilakukan solidifikasi.
Komposisi perbandingan air-semen yang dicampurkan juga memmpengaruhi
kadar logam yang terikat yaitu semakin banyak semen yang digunakan maka
semakin banyak pula logam (Fe) yang terikat.
Tidak hanya logam berat yang jumlahnya berkurang, namun metode
solidifikasi juga dapat menetralkan PH limbah dari asam menjadi PH dengan
kisaran netral. Hal itu juga dapat terlihat dari nilai pH sebelum disolidifikasi pada
sampel 1 dan 2 adalah 4, sampel 4 dan 5 adalah 5 yang berubah menjadi sampel 1
adalah 7, sampel 2, 3, 4 dan 5 menjadi 8.
Pada pengujian kekerasan hasil solidifikasi, dengan komposisi campuran
semen tersebut masih belum memenuhi kriteria hasil semen yang baik.
Dikarenakan hasil solidifikasi tersebut masih rapuh.

VIII. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini didapat kesimpulan yaitu :

Solidifikasi bertujuan untuk mencegah migrasi/penyebaran konstituen


berbahaya yang terdapat pada suatu limbah cair dengan merubahnya dalam

bentuk solid sehingga mudah ditangani.


Kadar Fe setelah disolidifikasi bergantung pada komposisi perbandingan

air-semen yang dicampurkan dalam limbah.


Solidifikasi dapat menetralkan nilai pH limbah.

Daftar Pustaka
Jobsheet Penuntun Praktikum Pengendalian Pencemaran, 2014, Solidifikasi,
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya
Satir, Depi Oktari, 2013, Solidifikasi, [online http://depisatir.co.id/]
Diakses pada 28 Februari 2016
Firdaus,

M.

Yusuf,

2010,

Pemadatan

Limbah,

[online

http://muhammadyusuffirdaus.wordpress.com]
Diakses pada 28 Februari 2016
Utomo, M. Pranjoto, 2009, Kajian TentangProses Solidifikasi/Stabilisasi Logam
Berat

dalam

Limbah

http://staff.uny.ac.id]
Diakses pada 9 April 2016

dengan

Semen

Portland,

[online

Gambar Alat

Erlenmeyer

Gelas kimia

Pipet

Ukur

Buret
Mineral

Bola Karet

Gelas Bekas Air

Spatula
Kertas pH

Neraca Analitik

Anda mungkin juga menyukai