Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM PENYEDIAAN AIR MINUM II


FILTRASI

Disusun Oleh:
Kelompok 9 (Sembilan)

NAMA NIM
Putri Rahma Nengsy 2109046008
Khusnul Khotimah 2109046029
Apriyanni 2109046032
Muhammad Syah Putera Sagala 2109046033
Muhammad Rizky Ramdani 2109046053

LABORATORIUM TEKNOLOGI LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
BAB 1
LANDASAN TEORI

1.1 Latar Belakang

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Air memiliki fungsi bagi kehidupan yang tidak dapat digantikan
oleh senyawa lainnya. Kegiatan yang dilakukan manusia hampir semuanya
menggunakan atau membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi),
membersihkan ruangan tempat tinggal, menyiapkan makanan dan minuman sampai
dengan aktivitas-aktivitas lainnya. Kebutuhan yang pertama bagi terselenggaranya
kesehatan yang baik adalah tersedianya air yang memadai dan memenuhi syarat
kebersihan serta keamanan. Air tersebut juga harus tersedia secara kontinyu dan dapat
diterima oleh masyarakat.

Kebutuhan akan air bersih menjadi permasalahan yang sering dijumpai pada masyarakat
perdesaan. Kebutuhan air bersih masyarakat perdesaan umumnya masih tergantung
pada sumber air alami. Perubahan ekosistem pada sumber air alami dan kondisi air
setempat yang buruk sehingga kualitas air menurun dan tidak layak dimanfaatkan untuk
keperluan rumah tangga khususnya digunakan sebagai air minum. Masyarakat pada
akhirnya terpaksa untuk menggunakan air seadanya karena sulit mendapatkan air bersih
yang memenuhi syarat kesehatan untuk itu diperlukan upaya pengolahan terhadap air
yang ada di perdesaan maupun kota.

Salah satu pengolahan air minum adalah filtrasi. Filtrasi adalah suatu proses pemisahan
zat pada dari fluida (cair atau gas) yang membawanya dengan menggunakan suatu
medium berpori atau bahan berpori lainnya untuk menghilangkan sebanyak mungkin
zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Proses filtrasi ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti aerasi saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan pasir
arang, dan lain-lainya. Secara umum filtrasi dilakukan apabila jumlah padatan suspense
relatif kecil dibandingkan zat cairnya. Filtrasi digunakan untuk memisahkan zat atau
partikel-partikel yang ikut larut pada air.
Oleh karena itu, dilakukan agar mengetahui fungsi media saat filtrasi berdasarkan hasil
praktikum Penyediaan Air Minum II tentang Filtrasi yang di lakukan, mengetahui factor
yang mempengaruhi dari proses filtrasi berdasarkan hasil praktikum Penyediaan Air
Minum II tentang Filtrasi, dan mengetahui nilai tingkat kekeruhan awal dan kekeruhan
akhir pada saat proses filtrasi berdasarkan hasil praktikum Penyediaan Air Minum II
tentang Filtrasi.

1.2 Tujuan Praktikum

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan Praktikum Filtrasi yaitu;


1. Mengetahui proses dan fungsi media saat filtrasi berdasarkan hasil praktikum
Penyediaan Air Minum II tentang Filtrasi.
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi dari proses filtrasi berdasarkan hasil
praktikum Penyediaan Air Minum II tentang Filtrasi.
3. Mengetahui nilai tingkat kekeruhan awal dan kekeruhan akhir pada saat proses
filtrasi berdasarkan hasil praktikum Penyediaan Air Minum II tentang Filtrasi.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Sumber Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Sumber daya air harus dilindungi agar tetap
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Sejumlah 40
juta m3 air yang berada di permukaan dan didalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5%
(0,2 juta m3) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia, 97 %
dari sumber air tersebut terdiri dari air laut 2,5% berbentuk salju abadi yang baru dalam
keadaan mencair dapat digunakan. Keperluan sehari-hari terhadap air berbeda untuk
tiap tempat dan untuk tiap tingkatan kehidupan. Semakin tinggi taraf kehidupan
semakin meningkatnya jumlah keperluan akan air. Penurunan kualitas air yang terjadi
ada yang disebabkan tercemarnya air sumur oleh bakteri golongan coliform yang
diakibatkan dari kepadatan penduduk (Maryani, dkk, 2014).

Salah satu teknik pengolahan air yang sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan air bers
ih pada komunitas skala kecil atau skala rumah tangga adalah sistem filtrasi. Teknologi
filtrasi yang banyak ditetapkan di Indonesia biasanya adalah filtrasi konvensional denga
n arah aliran dari atas kebawah, sehingga jika kekeruhan air baku mutu naik terutama pa
da waktu hujan, maka sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu di
lakukan pencucian secara manual. Penyumbatan saringan pasir inilah yang sering meny
ebabkan saringan yang telah dibangun kurang berfungsi dengan baik, terutama pada mu
sim hujan. Masyarakat umumnya malas melakukan pemeliharaan, akibatnya alat tidak d
igunakan lagi dan mereka kembali memanfaatkan air kotor tersebut. Kualitas air, semak
in baik kualitas air baku yang diolah maka akan baik pula hasil penyaringan yang dipero
leh, dengan menggunakan metode tertentu untuk penjernihan air menggunakan proses fi
ltrasi atau penyaringan pada air yang kotor menjadi air bersih, sehingga dapat di konsu
msi oleh semua orang untuk kebutuhan sehari-hari (Maryani, dkk, 2014).
2.2 Pengertian Filtrasi

Filtrasi atau penyaringan adalah suatu proses untuk menghilangkan zat padat
tersuspensif yang diukur dengan kekeruhan dari air melalui media berpori. Penyaringan
melalui media berpori terjadi dengan cara menghambat partikel-partikel ke dalam ruang
pori sehingga terjadi pengumpulan dan tumpukan partikel pada permukaan butiran
media. Tumpukan partikel yang melekat pada butiran media ini akan membuat air tidak
keruh dan menjadi lebih bersih. Filtrasi adalah proses yang digunakan pada pengolahan
air bersih untuk memisahkan bahan pengotor (partikulat) yang terdapat dalam air.
Proses air merembes dan melewati media filter sehingga akan terakumulasi pada
permukaan filter dan terkumpul sepanjang kedalaman media yang telah dilewatinya.
Proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang membawanya
menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan
sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid (Sulistyanti, dkk, 2018).

Filtrasi merupakan proses pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan
melewatkan pada media penyaringan yang diatasnya padatan akan tertahan. Filtrasi
merupakan operasi yang dimana campuran heterogen antara fluida dan partikel padatan
dipisahkan oleh media filter yang meloloskan fluida tetapi menahan partikel padatan.
Filtrasi juga merupakan pemisahan koloid atau partikel padat dari fluida dengan
menggunakan media penyaringan atau saringan. Air yang mengandung suatu padatan
atau koloid dilewatkan pada media saringan dengan ukuran berpori lebih kecil dari
ukuran suatu padatan tersebut (Novia, dkk, 2019).

Filtrasi dalam industri banyak menggunakan medium filter yang berbahan dasar kain
kanvas, dalam hal ini terdapat kanvas dengan berbagai bobot dan anyaman, masing-
masing untuk penggunaan tertentu. Zat cair yang bersifat korosif digunakan medium
filter yang lain seperti kain wol dengan logam monel atau baja tahan karat, kandungan
gelas atau kertas, kain sintetis seperti nilon polipropilena saran dan dakron juga sangat
tahan secara kimia. Prinsip-prinsip kerja penyaringan didasari oleh perbedaan ukuran
partikel zat-zat yang tercampur dimana yang satu lolos melewati saringan (ukuran kecil)
partikel zat yang berukuran lebih besar akan tertahan saat disaring dikarenakan partikel
akan tersangkut di rumah jaring yang kecil dan terjadi proses filtrasi. Filtrasi juga
dipakai untuk memisahkan zat-zat yang kelarutannya berbeda misalnya, gula dikotori
pasir dimasukkan kedalam air, gula akan melarut, sedangkan pasir tidak, melalui
penyaringan, gula yang larut itu akan turun sebagai filtrate, lalu diuapkan sehingga
diperoleh gula padat yang bersih. Instalasi industri PAM terdapat salah satu proses
awalnya yaitu penyaringan air kotor melalui filter bed, yaitu lapisan penyaringan air
kotor melalui filter bed, yaitu lapisan air diatas, kerikil ditengah dan batu besar di
bawah. Air saringan diolah lebih lanjut. Air yang disaring akan hilang pada proses
sedimentasi (Hiskia, 1996).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Filtrasi

Menurut Rahimah (2016), faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi sebagai


berikut :
1. Suhu air
Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi proses koagulasi.
Suhu air yang diturunkan, maka besarnya daerah pH yang optimum pada proses
koagulasi akan berubah dan merubah pembubuhan dosis koagulan.
2. Derajat Keasaman (pH)
Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada daerah pH yang
optimum. Jenis koagulan ini mempunyai pH optimum yang berbeda satu sama
lainnya.
3. Jenis Koagulan
Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi ekonomis dan daya
efektivitas dari pada koagulan dalam pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk
larutan lebih efektif dibanding koagulan dalam bentuk serbuk atau butiran.
4. Kadar Ion Terlarut
Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasi yaitu: pengaruh
anion lebih besar daripada kation. Ion natrium, kalsium dan magnesium tidak
memberikan pengaruh yang berarti terhadap proses koagulasi.
5. Tingkat Kekeruhan
Tingkat kekeruhan yang rendah proses destabilisasi akan sukar terjadi. Tingkat
kekeruhan pada air yang tinggi maka proses destabilisasi akan berlangsung cepat,
tetapi apabila kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang rendah maka
pembentukan flok kurang efektif
6. Dosis Koagulan
Hasil inti flok dari proses koagulasi dan flokulasi sangat tergantung dari dosis
koagulasi yang dibutuhkan, bila pembubuhan koagulan sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan maka proses pembentukan inti flok akan berjalan dengan baik.
7. Kecepatan Pengadukan
Tujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan ke dalam air.
Pengadukan perlu diperhatikan harus benar-benar merata, sehingga semua koagulan
yang dibubuhkan dapat bereaksi dengan partikel-partikel atau ion-ion yang berada
dalam air. Kecepatan pengadukan sangat berpengaruh terhadap pembentukan flok.
Pengadukan yang terlalu lambat mengakibatkan lambatnya flok terbentuk dan
sebaliknya apabila pengadukan terlalu cepat berakibat pecahnya flok yang terbentuk.
8. Alkalinitas
Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau basa yang terjadi dalam air.
Alkalinitas dalam air dapat membentuk flok dengan menghasil ion hidroksida pada
reaksi hidrolisa koagulan.

Kekeruhan disebabkan oleh partikel tersuspensi. Kekeruhan perlu disisihkan untuk


menghindari penurunan efektivitas proses filtrasi, disinfeksi, dan adsorpsi . Kemampuan
instalasi pengolahan dalam menyisihkan partikel perlu dievaluasi jika teramati terjadi
peningkatan kekeruhan dalam air baku. Peningkatan kekeruhan dalam air baku biasanya
diikuti dengan peningkatan kekeruhan hasil olahan jika tidak dilakukan pengaturan
dalam pengoperasian instalasi pengolahan air (Suparno, 2013).

Masyarakat di kawasan tepi sungai bagian pesisir sering mengalami krisis air bersih
yang disebabkan oleh tingginya salinitas air tanah. Teknologi tepat guna digunakan
sebagai alternatif untuk mendapatkan air bersih pada umumnya. Masyarakat pada
umumnya menggunakan bahan baku air sungai yang keruh kemudian disaring dengan
menggunakan kerikil dan pasir, namun hasilnya belum jernih. Solusi dari permasalahan
ini adalah menggunakan teknologi tepat guna berupa pengolahan air dengan treatment
koagulasi, filtrasi, absorbsi, dan pertukaran ion (Purwoto, dkk, 2015).
2.4 Teknologi Filtrasi

Teknologi filtrasi saat ini sudah sangat maju. Air asin, air payau, bahkan air yang
mengandung banyak polusi kimia dari industri dapat diubah menjadi air tawar siap
minum dengan teknologi filtrasi. Teknologi yang banyak digunakan saat ini adalah
filtrasi dengan membrane dan reverse osmosis. Reverse osmosis adalah proses filtrasi
yang menggunakan tekanan lebih besar dari tekanan osmotik untuk mengalirkan air
melalui membrane semi permeable yang menyaring zat-zat terlarut di satu sisi dan
kemungkinan air bersih siap minum untuk lolos ke sisi lain. Filtrasi pasir lambat mulai
digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1872. Filter pasir lambat ini sangat
menjanjikan untuk satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum (SPAM)
ukuran kecil-sedang. Filter pasir lambat memiliki keterbatasan pemakaian yaitu jika air
akan disaring terlalu keruh. Kekeruhan yang tinggi filter pasir lambat sangat mudah
tersumbat. Filter pasir cepat tidak sebaik filter pasir lambat. Filter pasir cepat hanya
mampu mengurangi sebagian kekeruhan air dan bakteri (Radianta, 2019).

Teknologi IPTEKS dalam penerapan ini merupakan teknologi tepat guna (TTG) berupa
pengolahan air dengan tahapan bahan baku air Sungai sebelum masuk pada bak
pengolah dilakukan pretreatment menggunakan koagulan Poly Alumunium Chloride
(PAC). Bak pengolah (I) dilakukan filtrasi, sedangkan pada bak pengolah (II) diberi
perlakuan absorbs menggunakan zeolit dan magnesium sulfida (MGS). Bak pengolah
(III) yang berisi pasir silica sebagai filtrasi dan resin sintesis sebagai penukar ion.
Tujuan dari pada penerapan IPTEKS (IbM) ini adalah mengatasi masalah kesulitan
penjernihan air sungai agar menghasilkan air hasil olahan menjadi jernih. Metode
memberi pengetahuan serta pelatihan tentang cara pengolahan air berbahan baku air
sungai menggunakan bahan perlakuan Poly Alumunium Chloride (PAC), Filter Spoon,
MGS, zeolit, resin anion, dan resin kation. Teknologi menggunakan sumur galian untuk
mencukupi kehidupan sehari-hari. Teknologi filtrasi menggunakan pasir silica, zeolite,
mangan, dan karbon aktif. Teknologi ini menggunakan keempat media yang memiliki
kemampuan menghasilkan kualitas air sumur galian (air tanah) yang baik.
Penyempurnaan pada teknologi ini digunakannya lampu ultra violet (UV) sebagai
desinfeksi pada pengolahan air, agar air bersih dapat dikonsumsi (Purwoto, dkk, 2015).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

3.1.1 Waktu Pelaksanaan Praktikum


Praktikum Penyediaan Air Minum II tentang Filtrasi dilaksanakan pada hari Minggu 29,
Oktober 20023 Pukul 10.30 WITA – 12.00 WITA.

3.1.2 Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum Penyediaan Air Minum II tentang Filtrasi dilakukan pengambilan sampel di
Folder Air Hitam, Air Hitam, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan
Timur dan kegiatan praktikum dilaksanakan di Workshop belakang laboratorium
Teknologi Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Penyediaan Air Minum II tentang Filtrasi, yaitu :
1. Reaktor air sampel.
2. Reaktor bak filter.
3. Turbidity Meter.
4. Stopwatch.
5. Jerigen 30 liter.
6. Gayung.
7. Gelas Plastik.
8. Gelas Beaker 1000 ml.
9. Alat tulis.
10. Kamera.
11. Jas laboratorium.
12. Botol semprot.
13. Baskom.
14. Gunting.
15. Terpal.
16. Batang pengaduk.
17. Spons.
18. Penggaris.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Penyediaan Air Minum II tentang Filtrasi, yaitu:
1. Air sampel Folder Air Hitam 30 liter.
2. Akuades.
3. Batu kerikil.
4. Pasir silica.
5. Pasir malang.
6. Kasa filter akuarium.
7. Tisu.
8. Sabun.
9. Form pengamatan.

3.3 Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum Penyediaan Air Minum II tentang Filtasi yaitu:
1. Dicuci media filter berupa batu kerikil, pasir malang, dan pasir silica dengan
menggunakan baskom dan air hingga bersih.
2. Dijemur media filter yang sudah dicuci hingga kering dengan menggunakan terpal
sebagai alasnya.
3. Disiapkan alat dan bahan.
4. Dimasukkan media filter ke dalam reaktor bak filter dengan susunan kerikil
setinggi 19 cm, kasa filter akuarium setebal 1,5 cm, pasir malang setinggi 15 cm,
kasa filter akuarium setebal 2 cm, pasir silica setinggi 6,5 cm.
5. Diletakkan reaktor air sampel ke atas meja yang berada dibelakang reaktor bak
filter.
6. Dimasukkan air sampel folder air hitam sebanyak 30 liter ke dalam reaktor air
sampel.
7. Diukur kekeruhan awal air sampel sebelum dilakukan filtrasi dengan menggunakan
turbidity meter yang telah dikalibrasi.
8. Dihitung debit air sampel dengan dihitung volume air yang dikeluarkan keran
reaktor air sampel selama 48,47 detik.
9. Dialirkan air sampel dari keran reaktor air sampel ke reaktor bak filter hingga
ketinggian air mencapai kurang lebih 4 cm dari permukaan media filter.
10. Diaduk air sampel pada reaktor air sampel selama pengaliran untuk menghindari
pengendapan pada reaktor air sampel.
11. Disiapkan gelas plastik untuk menampung air dari keran reaktor bak filter.
12. Dibuka keran pada reaktor bak filter dan dihitung debit air yang dikeluarkan keran
reaktor bak filter selama 34,84 detik.
13. Diukur kekeruhan air sampel yang telah melewati proses filtrasi dengan
menggunakan turbidity meter.
14. Dicatat dan didokumentasikan hasil pengamatan..
3.4 Bagan Alir Prosedur Praktikum

Bagan alir prosedur pelaksanaan praktikum filtrasi yaitu:

Dicuci media filter

Dijemur media filter hingga kering

Disiapkan alat dan bahan

Dimasukkan media filter ke dalam


reaktor bak filter dengan susunan
kerikil 19 cm, kasa filter 1,5 cm,
pasir malang 15 cm, pasir silica 12
cm, kasa filter 2 cm setiap antar
media filter

Diletakkan reaktor air sampel ke atas


meja yang sudah disusun
Dicatat dan
Dimasukkan 30 L sampel air ke didokumentasikan hasil
dalam reaktor air sampel pengamatan

Diukur kekeruhan awal air sampel Diukur kekeruhan akhir air


dengan turbidity meter sampel dengan turbidity meter

Dihitung debit air sampel pada keran Dibuka keran pada reaktor bak
reaktor air sampel ke reaktor bak filter dan dihitung debit air
filter

Dialirkan air sampel dari keran Diaduk air sampel pada bak
reaktor air sampel ke reaktor bak reaktor air sampel
filter

Gambar 3.1 Bagan alir prosedur filtrasi


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kekeruhan


Satuan Awal Akhir
Kekeruhan NTU 361 130

4.2 Pembahasan

Pada praktikum Penyediaan Air Minum II tentang Filtrasi dilakukan disekitar rumah
kompos Fakultas Teknik Universitas Mulawarman dan Workshop laboratorium
Teknologi Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. Pencucian media
filter yaitu kerikil, pasir malang, dan pasir silica yang dilakukan sebelum praktikum
filtrasi. Media filter yang sudah dicuci kemudian dijemur hingga kering. Praktikum
dilaksanakan dengan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum
filtrasi. Reaktor bak filter yang sudah disiapkan selanjutnya dimasukkan media filter
dengan susunan kerikil setinggi 19 cm, kasa filter akuarium setebal 1,5 cm, pasir
malang setinggi 15 cm, kasa filter akuarium setebal 2 cm, dan pasir silica setinggi 6,5.
Kasa filter akuarium diletakkan tiap antar media. Reaktor air sampel yang sudah
disiapkan, kemudian diletakkan diatas meja yang penempatannya berada di belakang
reaktor bak filter. Selanjutnya air sampel folder air hitam sebanyak 30 liter dimasukkan
kedalam reaktor air sampel. Air sampel diukur tingkat kekeruhannya sebelum filtrasi
dengan menggunakan turbidity meter yang sebelumnya sudah di kalibrasi dan di
sterilkan menggunakan akuades. Debit air sampel kemudian dihitung dengan
menghitung volume air yang dikeluarkan dari keran reaktor air sampel selama 10 detik.
Pengaliran air sampel dilakukan dengan membuka keran reaktor air sampel ke reaktor
bak filter hingga ketinggian air sampel mencapai kurang lebih 4 cm dari permukaan
media filter. Air sampel yang berada di reaktor air sampel harus selalu dijaga agar tidak
terjadi pengendapan pada dasar reaktor dengan cara mengaduknya secara terus-menerus
menggunakan batang pengaduk. Selanjutnya dibuka keran pada reaktor bak filter dan
ditampung air sampel hasil filtrasi. Debit air yang keluar dihitung juga dengan
menghitung berapa banyaknya volume yang keluar selama 10 detik. Air sampel yang
berada pada gelas plastik kemudian diukur kekeruhannya dengan menggunakan
turbidity meter. Dicatat dan didokumentasikan hasil pengamatan yang dilakukan selama
praktikum filtrasi berlangsung.

Fungsi alat dan bahan yang digunakan pada praktikum filtrasi yaitu reaktor air sampel
untuk menampung air sampel sebelum dimasukkan ke reaktor bak filter, perlakuan ini
dilakukan agar debit yang terkena media pada reaktor bak filter tidak terlalu besar
nilainya. Reaktor bak filter untuk meletakkan media filter yang akan dilewati air
sampel. Turbidity meter untuk mengukur kekeruhan pada air. Stopwatch untuk
menghitung waktu yang digunakan sebagai bahan perhitungan debit pada air sampel
yang keluar dari keran. Jirigen 30 liter untuk menampung air sampel folder air hitam.
Gayung untuk mengambil media dan meletakkannya ke reaktor bak filter. Gelas plastik
untuk menampung sampel air pada awal air sampel dan air sampel yang sudah melewati
media filter untuk diukur kekeruhannya. Gelas beaker 1000 ml untuk mengukur air
sampel yang akan dimasukkan ke reaktor air sampel. Alat tulis untuk mencatat hasil
pengamatan. Kamera untuk mendokumentasikan kegiatan praktikum. Jas laboratorium
untuk melindungi diri praktikan dari zat berbahaya. Botol semprot untuk menampung
akuades. Baskom untuk wadah mencuci media filter. Gunting untuk memotong kasa
filter akuarium. Terpal untuk alas saat menjemur media filter. Batang pengaduk untuk
mengaduk air sampel pada reaktor air sampel agar selalu merata dan menghindari
terjadinya pengendapan. Spons untuk membersihkan reaktor air sampel dan reaktor bak
filter. Penggaris untuk mengukur ketinggian media filter yang digunakan. Air sampel
folder air hitam 30 liter sebagai air yang akan dilalui media filter. Akuades untuk
mensterilkan alat yang akan digunakan. Kerikil sebagai penyaring partikel yang
berukuran besar. Pasir silica sebagai media filter yang menurunkan kekeruhan. Pasir
malang sebagai media filter yang digunakan untuk menjernihkan air karena memiliki
komposisi CaO. Kasa filter akuarium untuk memisahkan tiap antar media filter. Tisu
untuk mengeringkan alat yang basah akibat dibersihkan dengan akuades. Sabun untuk
bahan mencuci reaktor air sampel dan reaktor bak filter. Form pengamatan untuk
mendata hasil selama praktikum. Air untuk mencuci media filter, reaktor air sampel,
dan reaktor bak filter.
Kerikil berfungsi sebagai media penyangga dalam proses filtrasi agar media pasir tidak
terbawa aliran hasil penyaringan, sehingga penyumbatan pada reaktor bak filter dapat
dihindari. Diameter kerikil yang digunakan biasanya antara 1 cm – 2,5 cm. Kerikil
ditempatkan di paling bawah pada reaktor bak filter. Batuan kerikil mempunyai bentuk
yang tidak beraturan namun ukurannya dapat disamakan dengan melalui proses
pengayakan analisa kerikil. Ukuran kerikil yang telah melalui pengayakan biasanya
terdiri dari 5 mm, 10 mm, 15 mm, 20 mm, 25 mm, dan 40 mm. Kerikil mengurai zat
kotor atau padat tanpa menghilangkan nilai nutrisi pada air. Media kerikil yang
digunakan pada saat praktikum filtrasi yaitu setinggi 19 cm.

Kasa filter akuarium berfungsi sebagai pembatas tiap antar media, seperti media kerikil,
media pasir malang, dan pasir silica. Kasa filter akuarium digunakan agar media yang
akan dimasukkan ke reaktor bak filter tidak tercampur. Penggunaan kasa filter cukup
penting untuk digunakan, hal ini dikarenakan tercampurnya media pada proses filtrasi
akan mengganggu proses filtrasi yang berlangsung dan mempengaruhi hasil air yang
keluar pada reaktor bak filter. Fungsi kasa filter akuarium secara tidak langsung juga
berfungsi untuk menyaring partikel-partikel kecil karena memiliki pori-pori yang kecil.

Pasir malang merupakan pasir yang berasal dari gunung berapi berupa lahar atau
magma yang mendingin secara cepat. Pasir malang memiliki pori-pori yang memiliki
kapasitas besar, sehingga lebih cepat basah dan mengering. Pasir malang mampu
menjadi substrat yang mampu menjernihkan air karena memiliki komposisi CaO, Al 2,
O3, dan FeO, Pasir malang digunakan sebagai media adsorben yang menerapkan proses
filtrasi secara kimia. Pasir malang memiliki kandungan zat besin dan mineral yang
tinggi. Kandungan ini zat besi dan mineral pada pasir malang digunakan untuk
menetralkan air yang akan diolah.

Pasir silica adalah bahan alami yang terdiri dari butiran-butiran kecil yang terbuat dari
silicon dioksida (SiO2) Silica adalah salah satu mineral yang paling umum di bumi dan
merupakan komponen utama dalam batuan, kerikil, pasir malang, dan tanah. Pasir silica
sering digunakan dalam filtrasi karena memiliki butiran yang seragam, permukaan yang
besar, dan kemampuan untuk menangkap partikel-partikel kecil, termasuk kotoran,
debu, dan mikroorganisme yang dapat ditemukan dalam air. Media pasir silica berguna
untuk memurnikan air dan mingkatkan kualitas air dalam air minum. Pasir silica juga
mampu untuk mengurangi kadar Fe dan Mn.

Filtrasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk memisahkan padatan dan
cairan. Filtrasi pada praktikum Penyediaan Air Minum II ini memiliki faktor yang
mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi pada filtrasi yaitu jenis media filter yang
digunakan , hal ini dikarenakan setiap media filter memiliki % removal yang berbeda-
beda tergantung dengan parameter yang ingin diturunkan. Tekanan pada sistem filtrasi
mempengaruhi laju reaksi, tekanan yang lebih tinggi dapat meningkatkan laju filtrasi
dengan mendorong air melalui penyaring dengan lebih cepat. Viskositas cairan atau air
juga mempengaruhi filtrasi. Temperatur suhu dapat mempengaruhi viskositas cairan,
pada suhu yang lebih tinggi viskositas cairan atau air umumnya menurun. Kebersihan
pada penyaring juga mempengaruhi efisiensi proses filtrasi. Terakhir yaitu waktu
filtrasi, lama waktu proses filtrasi mempengaruhi jumlah material yang terfiltrasi.

Pada praktikum Penyediaan Air Minum II tentang filtrasi kali ini didapatkan hasil data
praktikum berupa nilai kekeruhan awal dan kekeruhan akhir dari proses filtrasi.
Kekeruhan awal yang didapatkan dari sampel air folder air hitam adalah 361 NTU.
Kekeruhan akhir air yang didapat setelah proses filtrasi adalah sebesar 130 NTU, atau
dapat dikatakan proses filtrasi pada praktikum Penyediaan Air Minum II kali ini
berhasil karena kekeruhan pada air turun. Pada Praktikum Penyediaan Air Minum II
tentang filtrasi juga didapatkan volume awal dan akhir pada proses filtrasi ini. Debit
yang didapatkan pada bak reaktor air sampel yaitu sebesar 30.63 ml/s, dan pada debit
akhir didapat nilai debit sebesar 38,7 ml/s.

Pada praktikum kali ini juga akan dilakukan perbandingan data kloter 2 dengan kloter 1.
Perbandingan pertama adalah tempat pengambilan air sampel kloter 2 di folder air
hitam, sedangkan kloter 1 di sungai karang mumus. Kedua kloter melakukan
pengukuran tingkat kekeruhan air sampel sebelum dan sesudah filtrasi menggunakan
turbidity meter. Hasil dari kedua kloter menunjukkan kesamaan yaitu penurunan nilai
kekeruhan. Terakhir dihitung debit awal dan akhir air sampel. Nilai kekeruhan awal
kloter 2 sebesar 361 NTU, sedangkan kloter 1 sebesar 108 NTU. Kondisi air kloter 2
sebelum di filtras, yaitu berwarna kehijauan, keruh, bau, dan terdapat kotoran,
sedangkan kondisi air pada kloter 1 berwarna kuning kecoklatan, bau, keruh, dan
banyak partikel. Debit air sampel sebelum filtrasi pada kloter 2 sebesar 20,63 ml/s,
sedangkan kloter 1 sebesar 26,05 ml/s. Hasil nilai kekeruhan setelah melalui proses
filtrasi pada kloter 2 sebesar 130 NTU, sedangkan kloter 1 sebesar 64,4 NTU. Debit air
sampel sesudah melewati proses filtrasi pada kloter 2 sebesar 28,7 ml/s, sedangkan
kloter 1 sebesar 35,56 ml/s. Perbedaan hasil yang diperoleh disebabkan oleh sumber air
yang berbeda dan jumlah volume media yang digunakan antar kedua kloter juga
berbeda.

Pada praktikum Penyediaan Air Minum II tentang filtrasi terdapat beberapa faktor
kesalahan yakni tidak stabilnya debit yang keluar dari keran reaktor air sampel
dikarenakan keran reaktor yang tersumbat kotoran atau padatan seperti lumpur. Faktor
kesalahan selanjutnya yaitu masuknya tangan praktikan ke dalam reaktor air sampel
yang mengakibatkan naiknya tingkat kekeruhan. Faktor kesalahan terakhir yaitu
tumpahnya media filter yang berpengaruh terhadap jumlah volume media filter yang
digunakan, sehingga berpengaruh juga terhadap tingkat kekeruhan hasil filtrasi atau
hasil akhir dari proses filtrasi.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum Filtrasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Proses dan fungsi media yang terjadi pada praktikum filtrasi ketika air sampel di
dialirkan ke alat filtrasi, air tersebut akan melewati media media filtrasi yang telah
disusun. Media filtrasi sendiri tentu memiliki fungsinya masing-masing. Kerikil
berfungsi untuk menahan partikel-partikel flok yang terdapat pada air sampel. Kasa
filter akuarium berfungsi sebagai pembatas tiap antar media dan berfungsi agar
media yang dimasukkan ke reaktor bak filter tidak tercampur. Pasir malang
memiliki pori-pori kapasitas besar, sehingga lebih cepat basah dan mengering, pasir
malang juga mampu menjernihkan air karena memiliki komposisi CaO, Al 2O3, dan
FeO. Pasir silica berfungsi untuk mengurangi kandungan partakel-partikel kecil dan
berfungsi untuk memurnikan air atau meningkatkan kualitas air dalam air minum.
Air sampel yang melewati lapisan-lapisan media ini diharapkan memiliki kualitas
yang lebih baik dari sebelumnya. Lapisan-lapisan media yang digunakan pada
reaktor bak filter, yaitu kerikil memiliki ketebalan 19 cm, kasa filter memiliki
ketebalan 1,5 cm, pasir malang memiliki ketebalan 15 cm, kasa filter memiliki
ketebalan 2 cm, dan pasir silica memiliki 6,5 cm.
2. Berdasarkan hasil dari praktikum Penyediaan Air Minum II tentang Filtrasi yang
sudah dilakukan didapatkan faktor yang mempengaruhi dari proses filtrasi ialah
jenis media filter yang digunakan, hal ini dikarenakan setiap media filter memiliki
% removal yang berbeda-beda tergantung dengan parameter yang ini diturunkan.
Faktor yang mempengaruhi selanjutnya yaitu tekanan pada sistem filtrasi
mempengaruhi laju reaksi. Tekanan yang lebih tinggi dapat meningkatkan laju
filtrasi dengan mendorong air melalui penyaring dengan lebih cepat. Faktor yang
mempengaruhi selanjutnya yaitu viskositas cairan, pada suhu yang lebih tinggi
viskositas cairan atau air umumnya menurun. Faktor yang mempengaruhi
selanjutnya yaitu kebersihan pada penyaring atau media filter yang digunakan.
Faktor ini juga mempengaruhi efisiensi proses filtrasi. Faktor yang mempengaruhi
terakhir yaitu waktu filtrasi, lama waktu proses filtrasi mempengaruhi jumlah
material yang terfiltrasi.
3. Berdasarkan hasil dari praktikum Penyediaan Air Minum II tentang Filtrasi yang
sudah dilakukan didapatkan hasil data berupa nilai tingkat kekeruhan awal dan
akhir pada air sampel Folder Air Hitam. Nilai tingkat kekeruhan awal pada air
sampel Folder Air Hitam yaitu 361 NTU. Kekeruhan akhir pada air sampel Folder
Air Hitam yaitu sebesar 130 NTU. Hasil nilai tingkat kekeruhan yang telah didapat
setelah proses filtrasi dapat dikatakan berhasil karena nilai tingkat kekeruhannya
turun. Turunnya tingkat kekeruhan tersebut dikarenakan ketebalan media dan
proses pencucian media yang sudah sesuai atau bersih.

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum Penyediaan Air Minum 2 tentang Filtrasi selanjutnya, media
yang digunakan diperbanyak lagi agar penurunan tingkat kekeruhan dapat lebih
maksimal dan hasil lebih optimal, seperti zeolite. Sebaiknya pada praktikum selanjutnya
keran yang digunakan pada media filter dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan
agar tidak ada kotoran yang menyumbat saat proses filtrasi dilakukan. Sebaiknya pada
pengadukan saat proses filtrasi disediakan alat pengaduk yang sesuai standar praktikum.
Sebaiknya ditambahkan jumlah media filter agar saat praktikum filtrasi dilakukan tidak
kekurangan media filter.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hiskia, Achmad., 1996, Kimia Larutan, Erlangga, Jakarta.

2. Maryani, Deni., Masduqi, Ali., & Moesriati, Atiek., 2014, Pengaruh Ketebalan
Media dan Rate Filtrasi Pada Dalam Menurunkan Ketkeruhan dan Total Coliform,
Jurnal Teknik Pomits, Volume 3, Nomor 2, Fakultas Teknik Sipil, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. (Diakses pada Rabu, 25 Oktober
2023 pukul 08.20 WITA).

3. Novia, Ari, A., dkk., 2019, Alat Pengolahan Air Baku Sederhana Dengan Sistem
Filtrasi, Junal Teknik Sipil, Volume 6, Nomor 12, Fakultas Teknik Sipil,
Universitas Pembangunan Jaya, Banten. (Diakses pada Selasa, 31 Oktober 2023
pukul 01.00 WITA).

4. Purwoto, Setyo., Purwanto, Teguh., & Hakim , Luqmanul., 2015, Penjernihan Air
Sungai Dengan Perlakuan Koagulasi, Filtrasi, Absorbsi, dan Pertukaran Ion,
Jurnal Teknik, Volume 13, Nomor 2 , Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas PGRI Adi Buana (UNIPA), Surabaya. (Diakses pada Rabu, 25 Oktober
2023 pukul 08.32 WTA).

5. Rahimah, Z., Helidawati, H., & Syauqiah, I., 2016, Pengolahan Limbah Deterjen
Dengan Metode Koagulasi-Flokulasi Menggunakan Koagulan Kapur Dan Pac,
Junal Teknik Kimia, Volume 5, Nomor 2, Fakultas Teknik, Universitas Lambung
Mangkurat, Banjar Baru. (Diakses pada Selasa, 31 Oktober 2023 pukul 01.40
WITA).

6. Suparno, Ono., 2013, Teknologi Proses Pengolahan Air untuk Mahasiswa dan
Praktisi Industri, IPB Press, Bogor.
7. Sulistyanti, D., Antoniker., & Nasrokhah., 2018, Penerapan Metode Filtrasi Dan
Adsorpsi Dalam Pengolahan Limbah Laboratorium, Jurnal Kimia dan Pendidikan,
Volume 3, Nomor 2, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. (Diakses pada Selasa, 31 Oktober
2023 pukul 01.30 WITA).

8. Triatmadja, Radianta., 2019, Teknik Penyediaan Air Minum Perpipaan, Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
LAMPIRAN

Gambar 1. Diambil Air Gambar 2. Dicuci Media


Sampel Folder Filter Paling
Air Hitam. Sedikti 20 Kali
hingga Bersih.

Gambar 3. Dijemur Media Gambar 4. Disiapkan Alat


Filter Hingga dan Bahan yang
Kering. Dibutuhkan.

Gambar 5.Dimasukkan Media Gambar 6.Dimasukkan Air


Filter ke Reaktor Bak Filter. Sampel ke Reaktor Air Sampel.
`

Gambar 7. Diukur Kekeruhan Gambar 8. Dimasukkan Air


Awal Air Sampel Sampel ke Gelas
dengan Turbidity Beaker Sebanyak
Meter. 1000 mL dan
Hitung Debit
Awal.

Gambar 9.Dialirkan Air Gambar 10.Diukur Kekeruhan


Sampel dari Keran Reaktor Air Air Sampel yang Telah Melewati
Sampel ke Reaktor Bak Filter. Proses Filtrasi.

Gambar 11.Dimasukkan Air Gambar 12.Dicatat dan


Sampel ke Gelas Beaker Didokumentasikan Hasil
Sebanyak 1000 mL dan Hitung Pengamatan.
Debit Akhir.

Anda mungkin juga menyukai