1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu menentukan hubungan ukuran gravel terhadap headloss dan
velocity gradient pada berbagai ukuran gravel.
b. Mahasiswa mampu menentukan hubungan headloss terhadap velocity gradient pada
berbagai ukuran gravel.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3. Penggaris
5. Stopwatch
7. Gravel
Dipersiapkan
Stopwatch
Hasil
BAB IV PEMBAHASAN
Volume = 2 liter
Volume gravel = 1 𝑐𝑚3 = 1x 10−6
Diameter Keran = 0,015 m
0,015 2
Luas permukaan keran = 3,14 x ( 2
) =1,76625 x 10-4 m2
−3
Massa Gravel 0,005 = 1,6752 𝑥 10 𝑘𝑔
Massa Gravel 0,008 = 1,7582 𝑥 10−3 𝑘𝑔
µ (viskositas) = 0,785 × 10−6
α = 0,4
θ = 0,8
g = 9.81
Volume bak gravel 0,005 cm = 0,018792
Volume bak gravel 0,008 cm = 0,015876
Tabel 4.2 Data hasil perhitungan
Ukuran Gravel (m) Headloss (m) Gradien Kecepatan (s-1)
0,005 6,168 21997,966
0,008 5,235 25434,625
Perhitungan
1. Debit (Q)
𝑉
𝑄=
𝑡
a. Gravel Ukuran 0,005 m
0,002
𝑄= 71
= 2,8169 × 10−5
b. Gravel Ukuran 0,008 m
0,002
𝑄= 56
= 3,57143 × 10−5
4. Bilangan Reynold
𝑑𝑣𝜌
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇
5. Faktor Gesekan
1− 𝛼
𝑓 = 150 × ( ) + 1,75
𝑁𝑅𝑒
a. Gravel Ukuran 0,005 m
1− 0,4
𝑓 = 150 × ( ) + 1,75 = 1,750052888
1701713,656
6. Headloss
𝑓 1− 𝛼 𝐿 𝑣2
𝐻= × ( 3 )𝑥
𝜃 𝛼 𝑑𝑔
7. Gradient Kecepatan
ℎ𝜌𝑔𝑄
𝐺= √
𝜇𝛼𝑉
a. Gravel Ukuran 0,005 m
6,168 × 1675,2 × 9,81 × 2,8169 ×10−5
𝐺= √ 0,785 × 10−6 × 0,4 × 0,018792
= 21997,966
Headloss
5,8
5,6
5,4
5,2
5
0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01
Gravel
Kedua grafik diatas merupakan grafik yang menyatakan hubungan ukuran gravel terhadap
headloss. Gambar 4.1 merupakan grafik dari kelompok saya, yaitu kelompok M4. Grafik
tersebut memuat hubungan antara ukuran gravel terhadap kehilangan tekanan (headloss)
pada aliran filter media gravel. Apabila kita teliti lebih mendalam, dapat kita amati bahwa grafik
tersebut menurun. Ketika gravel yang dipergunakan pada praktikum memiliki ukuran 0,005 m
headloss aliran bernilai sebesar 6,168. Sedangkan, ketika gravel yang dipergunakan memiliki
ukuran 0,008 m, headloss pada aliran tersebut bernilai sebesar 5,235. Hal ini menunjukkan
bahwa, antara ukuran gravel dan headloss memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Jika
ukuran gravel semakin besar, maka nilai kehilangan tekanan atau headloss akan semakin
mengecil. Hal ini juga dapat kita amati pada Gambar 4.2, dimana grafik tersebut merupakan
grafik dari kelompok M3. Pada grafik tersebut, kita dapat mengamati bahwa ketika gravel yang
dipergunakan dalam praktikum memiliki ukuran 0,005 m headloss aliran bernilai lebih besar
dari 6. Sedangkan, ketika gravel yang dipergunakan memiliki ukuran 0,008 m, headloss pada
aliran tersebut memiliki nilai yang lebih kecil dari 6. Sama halnya dengan grafik kelompok M4,
grafik kelompok M3 juga menurun, yang artinya, antara ukuran gravel dan headloss memiliki
hubungan yang berbanding terbalik. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa grafik kelompok M3
dan grafik kelompok M4 mendapatkan hasil yang serupa dalam menyatakan hubungan antara
ukuran gravel dan headloss.
Ukuran gravel dan headloss memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Artinya, ketika
ukuran gravel semakin besar, nilai headloss akan bernilai semakin kecil. Hal ini juga berlaku
sebaliknya. Pada dasarnya, hal ini sangat berkaitan erat dengan ukuran pori-pori yang
terbentuk pada lapisan media gravel. Semakin besar ukuran gravel yang dipergunakan akan
menyebabkan pori-pori pada media gravel lebih besar. Dengan adanya pori-pori yang lebih
besar, maka akan menyebabkan fluida lebih mudah dan lebih cepat dalam mengalir.
Kemudian, besarnya pori-pori menyebabkan gesekan antara fluida dengan partikel gravel
menjadi lebih sedikit. Gesekan yang semakin sedikit menyebabkan nilai headloss menjadi
semakin kecil. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa headloss atau
kehilangan tekanan secara menyeluruh disebabkan oleh hilangnya energi akibat adanya
gesekan antara fluida dengan media filter. Dalam hal ini, fluida yang dimaksudkan adalah air
dan media filter yang dimaksud adalah media gravel (Sasmitha, 2017).
4.4 Hubungan Ukuran Gravel dengan Velocity gradient dan Perbandingan Grafik antar
Dua Kelompok
24000
23500
23000
22500
22000
21500
0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01
Gravel
Gambar 4.3 Grafik hubungan ukuran gravel dengan gradien kecepatan kelompok M4
Sumber: Data diolah, 2022
Gambar 4.4 Grafik hubungan ukuran gravel dengan gradien kecepatan kelompok M3
Sumber: Data diolah, 2022
Gambar-gambar diatas merupakan grafik yang berasal dari dua kelompok berbeda, yakni
kelompok M4 dan kelompok M3. Kedua grafik tersebut akan dibandingkan untuk memastikan
hasil yang diperoleh pada praktikum ini. Gambar 4.3 adalah grafik dari kelompok M4 yang
menyatakan hubungan antara ukuran gravel dengan gradien kecepatan. Dapat kita amati
bahwa dalam grafik tersebut terjadi kenaikan, ketika gravel yang dipergunakan dalam
praktikum merupakan gravel berukuran 0,005 m, gradien kecepatan dari aliran yang terjadi
menunjukkan nilai sebesar 21.997,966. Sedangkan, ketika gravel yang dipergunakan
berukuran 0,008 m, gradien kecepatan dari aliran tersebut bernilai sebesar 25.434,625. Hal
ini tentunya menunjukkan bahwa ukuran gravel memiliki hubungan yang berbanding lurus.
Artinya, semakin besar ukuran gravel yang dipergunakan, semakin besar pula gradien
kecepatan dari aliran yang akan terbentuk nantinya. Hal serupa dapat kita amati pada Gambar
4.4, dimana gambar 4.4 merupakan grafik dari kelompok M3 yang menyatakan hubungan
antara ukuran gravel dengan gradien kecepatan. Pada grafik tersebut dapat kita amati, ketika
gravel yang dipergunakan dalam praktikum berukuran 0,005 m, gradien kecepatan dari aliran
yang terjadi menunjukkan nilai sebesar kurang dari 2700000. Sedangkan, ketika gravel yang
dipergunakan berukuran 0,008 m, gradien kecepatan dari aliran tersebut bernilai lebih besar
dari 3100000. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran gravel dan gradien kecepatan memiliki
hubungan berbanding lurus. Dari kedua grafik tersebut dapat kita amati bahwa kelompok M4
dan kelompok M3 mendapatkan hasil yang serupa dalam menyatakan hubungan ukuran
gravel terhadap gradien kecepatan.
Hubungan antara ukuran gravel dan gradien kecepatan merupakan hubungan yang
berbanding terbalik, artinya semakin besar ukuran gravel, nilai dari gradien kecepatan akan
semakin kecil. Hal ini didasari oleh ukuran partikel gravel itu sendiri. Semakin besarnya ukuran
gravel akan menyebabkan pori-pori pada media gravel filter tersebut semakin besar. Besarnya
pori-pori menyebabkan air dapat masuk dalam jumlah banyak dan mengalir dengan lebih
cepat. Dikarenakan gradien kecepatan merupakan perbandingan yang menyatakan waktu
yang dibutuhkan oleh fluidan untuk mengalira dari suatu titik ke titik lainnya, maka semakin
cepat air mengalir, semakin kecil gradien kecepatan yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa pada pengadukan lambat, gradien kecepatan dipengaruhi
oleh ukuran media krikil atau gravel yang dipergunakan. Ukuran diameter yang semakin besar
akan menyebabkan pori-pori media gravel tersebut semakin besar pula dan memperkecil
gradien kecepatan (Rizkya, 2020).
4.5 Hubungan Headloss dengan Velocity gradient dan Perbandingan Grafik antar Dua
Kelompok
24000
23500
23000
22500
22000
21500
5 5,2 5,4 5,6 5,8 6 6,2 6,4
Headloss
Sama halnya dengan topik sebelumnya, kedua gambar diatas merupakan perbandingan
grafik antara kelompok M4 dan kelompok M3. Gambar 4.5 merupakan grafik dari kelompok
M4 yang menyatakan hubungan antara headloss dan gradient kecepatan. Dalam grafik
tersebut, terlihat bahwa grafik menurun, ketika headloss bernilai sebesar 5,235, gradien
kecepatan aliran memiliki nilai sebesar 25.434,625. Sedangkan, ketika headloss bernilai
sebesar 6,168, gradien kecepatan bernilai sebesar 21.997,966. Hal ini menunjukkan bahwa
antara headloss dan gradien kecepatan memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Semakin
besar headloss, maka nilai gradien kecepatan akan bernilai semakin kecil. Gambar 4.6, yaknik
grafik kelompok M3 menunjukkan hal serupa. Ketika headloss bernilai kurang dari 6, gradien
kecepatan memiliki nilai yang lebih dari 3100000. Sedangkan, ketika headloss bernilai lebih
dari 6, gradien kecepatan memiliki nilai yang kurang dari 2700000. Hal ini menunjukkan bahwa
headloss dan gradien kecepatan memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Dari kedua
grafik tersebut dapat kita amati bahwa kelompok M4 dan kelompok M3 mendapatkan hasil
yang serupa dalam menyatakan hubungan headloss terhadap gradien kecepatan.
Jika diamati dari literatur yang diperoleh, kita akan memperoleh perbedaan. Literatur
menyatakan bahwa hubungan antara gradien kecepatan dan headloss adalah berbanding
lurus. Sedangkan, pada praktikum kali ini kita memperoleh hubungan bahwa headloss dan
gradien kecepatan berbanding terbalik. Pernyataan literatur tersebut diperkuat dengan rumus
ℎ𝜌𝑔𝑄
gradien kecepatan, yakni 𝐺 = √ 𝜇𝛼𝑉
. Dalam rumus tersebut, diketahui bahwa G merupakan
gradien kecepatan, sedangkan h merupakan headloss. Tentunya dari rumus tersebut dapat
kita ketahui bahwa gradien kecepatan dan headloss memiliki hubungan yang berbanding
lurus. Semakin besar headloss semakin besar pula gradien kecepatan yang diperoleh
(Hamzani, 2020).
4.6 Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Ukuran Gravel terhadap Headloss dan
Velocity gradient
Pada dasarnya, ukuran gravel, headloss, dan gradien kecepatan merupakan faktor-faktor
yang saling mempengaruhi. Hubungan ini dapat dilihat dalam rumus yang dipergunakan untuk
menentukan nilai dari ketiga faktor tersebut. Headloss dipengaruhi oleh ukuran partikel atau
diameter butiran gravel dan gradient kecepatan dipengaruhi oleh headloss itu sendiri. Lebih
jelasnya, dalam rumus headloss, hubungan antara headloss dan ukuran gravel dipengaruhi
juga oleh faktor gesekan dari gravel, tinggi media, nilai alpha, dan tentunya kecepatan aliran.
𝑓 1− 𝛼 𝐿 𝑣2
Hal ini dapat kita lihat pada rumus headloss, yakni 𝐻 = × ( )𝑥 . Dalam rumus
𝜃 𝛼3 𝑑𝑔
tersebut diketahui bahwa H adalah head los, f adalah faktor gesekan, L adalah tinggi media,
v adalah kecepatan aliran, d adalah diameter butiran gravel, dan g adalah percepatan gravitasi
(Hamzani, 2020).
Hubungan antara ukuran gravel dan gradien kecepatan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Dimana faktor-faktor tersebut juga dapat kita amati pada rumus yang dipergunakan untuk
menentukan besar dari gradien kecepatan itu sendiri. Selain itu, dalam literatur disebutkan
bahwa headloss yang terlalu kecil dapat menyebabkan gradien kecepatan menjadi tidak
konstan, maka, head los merupakan salah satu hal yang mempengaruhi gradien kecepatan.
Kemudian, disebutkan pula bahwa gradien kecepatan ini juga dipengaruhi oleh ketinggian air.
Ketinggian air yang semakin besar menyatakan bahwa volume air dalam bak pengolahan
semakin besar pula. Besarnya volume air menyebabkan tekanan kebawah semakin besar.
Tekanan ini akan mendorong air keluar dari bak melalui keran secara cepat, sehingga
mempengaruhi gradien kecepatan (Bhaskoro, 2018).
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Praktikum kali ini dilaksanakan dengan dua buah tujuan praktikum sebagai acuan
pelaksanaan praktikum itu sendiri. Tujuan pertama dari praktikum ini adalah agar mahasiswa
mampu menentukan hubungan ukuran gravel terhadap headloss dan velocity gradient pada
berbagai ukuran gravel. Kemudian tujuan kedua adalah agar mahasiswa mampu menentukan
hubungan headloss terhadap velocity gradient pada berbagai ukuran gravel. Dari tujuan
tersebut terdapat beberapa istilah, yakni gravel, headloss, dan gradient velocity. Gravel
merupakan salah satu media filtrasi yang terdiri atas butiran bebatuan kecil. Kemudian,
headloss merupakan kehilangan tekanan atau rugi aliran yang terjadi pada sistem penyaluran
fluida, sehingga fluida tidak bisa mengalir. Selanjutnya, gradient velocity adalah perbedaan
kecepatan antar 2 titik terkecil atau volume terkecil dari sejumlah fluida yang arah
kecepatannya tegak lurus terhadap arah gerak koloid.
Ukuran partikel, headloss, dan gradien kecepatan, pada dasarnya merupakan besaran
yang saling mempengaruhi dan memiliki hubungan. Headloss memiliki hubungan yang
berbanding terbalik dengan ukuran gravel. Hal ini dipengaruhi oleh pori-pori media gravel yang
dapat menjadi besar ketika gravel yang dipergunakan berukuran besar. Kemudian, ukuran
gravel memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan gradien kecepatan. Hal ini
dipengaruhi oleh ukuran praktikel. Semakin besar ukuran partikel akan menyebabkan ukuran
pori-pori semakin besar. Hal ini berdampak pada air yang mengalir semakin cepat dan gradien
kecepatan semakin kecil. Kemudian, terkait hubungan antara headloss dan gradien
kecepatan, keduanya memiliki hubungan yang berbanding lurus, dimana hal tersebut tertera
pada rumus yang dipergunakan. Dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa grafik hubungan
ukuran gravel dan gradien kecepatan tidak sesuai dengan literatur. Begitu pula dengan grafik
hubungan headloss dan gradien kecepatan.
5.2 Saran
Praktikum kali ini sudah dilaksanakan dengan cukup baik walaupun dilaksanakan secara
daring melalui beberapa media pembelajaran. Namun, dibalik itu, terdapat beberapa hal yang
harus dimaksimalkan kembali. Para praktikan disarankan mencari literatur yang lebih banyak
lagi, mengingat materi ini cukup rumit untuk dicerna.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia Y. 2012. Efektivitas Biofiltrasi pada Proses Penyaringan Air Minum Isi Ulang Sebagai
Pencegahan Penyebaran Bakteri Patogen di Salah Satu DMIU Pancoran Mas Depok
Tahun 2012. Skripsi. Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.
Hamzani S. 2020. Rancang bangun gravel bed flocculator sistem kontinu untuk pengolahan
air sungai martapura . Buletin Profesi Insinyur 3(1): 11-16.
Mahsyam T. 2021. Pengaruh Aspect Ratio Nosel Inlet Terhadap Performa Propeller Flow
Cooling System (PFCS). Skripsi. Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas
Teknik, Universitas Hasanuddin. Makassar.
Prakoso H. 2018. Uji Kinerja Unit Pengaduk Lambat Tipe Hidraulis. Tugas Akhir. Departemen
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Pratiwi M. 2017. Pengembangan Tutorial Pembuatan Media Aquascape Berbasis Project
Based Learning (PjBL) pada Materi Ekosistem Siswa Kelas X SMA. Skripsi. Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan. Lampung.
Pratiwi R. 2017. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah dan Sistem Daur Ulang Air
Hotel Budget di Kota Surabaya. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Putra IE, Sulaiman, dan Galsha A. 2017. Analisa rugi aliran (headlosses) pada belokan pipa
PVC. Seminar Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4),
Institut Teknologi Padang (ITP), Padang, 27 Juli 2017: 34-39.
Rolla E. dan Surandono A. 2016. Deteksi keberadaan aquifer air tanah menggunakan software
IP2Win dan rockwork 2015. Jurnal TAPAK 6(1): 44-51.
Sari R. 2018. Efektivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal Berdasarkan
Parameter BOD, COD, dan TSS (Studi di Dusun Denok Wetan, Desa Denok,
Kabupaten Lumajang. Skripsi. Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Bhaskoro RGE dan Ramadhan T. 2018. Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Minum
(IPAM) Karangpilang I PDAM Surya Sembada Kota Surabaya Secara Kuantitatif.
Jurnal Presipitasi 15(2): 62-68.
Rizkya MH dan Ratni N. 2020. Penurunan Total Suspended Solid dan Kekeruhan Air Baku
Menggunakan Pipa Circular dan Gravel Bed Flocculator dengan Koagulan Poly
Aluminium Chloride. Jurnal Enviorus 1(1): 16-21.
Sasmitha D. 2017. Pemanfaatan Sampah Plastik Polyethylene Terephthalate (PET) sebagai
Media pada Unit Pre-Filter. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN
DATA HASIL PRAKTIKUM
REVIEW VIDEO
Sama halnya dengan praktikum materi pertama, praktikum materi kedua ini juga
dilengkapi dengan video praktikum yang dibuat oleh mas dan mba asisten praktikum. Adapun
judul atau topik praktikum materi kedua ini adalah analisis pengaruh ukuran gravel terhadap
gradien kecepatan pada pengadukan kanal bersekat. Pertama-tama, kita diberi penjelasan
terkait alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum kedua ini. Selain itu, tentunya juga
dijelaskan pula, kegunaan alat bahan tersebut dalam praktikum. Untuk peralatan yang
pertama adalah gelas volume. Gelas volume ini dipergunakan untuk menampung sekaligus
mengukur volume air yang keluar dari bak pengolahan limbah. Kemudian, alat yang kedua
adalah bak pengolahan limbah yang terbuat dari kaca dengan pelengkap berupa keran di
bagian sampingnya. Bak pengolahan limbah ini berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk
kita memberikan perlakuan pada fluida. Kemudian, alat ketiga yang dipergunakan adalah
termometer. Dalam praktikum ini, termometer dipergunakan untuk mengukur temperatur air
limbah sebelum masuk bak pengolahan dan setelah keluar dari bak pengolahan limbah. Alat
ke empat dalam praktikum ini adalah penggaris yang dimana, penggaris ini dipergunakan
untuk mengukur ketinggian air dalam bak pengolahan limbah sebelum dan sesudah
dimasukannya gravel pada bak tersebut. Beralih pada bahan praktikum, bahan perlakuan
pada praktikum kali ini adalah limbah air sungai yang ditampung pada wadah jirigen. Bahan
selanjutnya adalah gravel dengan dua buah ukuran berbeda, yaitu berukuran 0,8 cm dan 1
cm. Maka dari itu, pada praktikum ini kita akan membandingkan antara gravel 0,8 cm dan 1
cm terkait dengan pengaruhnya terhadap pengolahan air limbah.
Video dilanjutkan dengan pemaparan langkah kerja dari asisten praktikum. Langkah
praktikum yang pertama adalah memasukkan gravel dengan ukuran 0,8 cm kedalam bak
pengolahan limbah dengan ketinggian 56 cm. Perlu ditekankan bahwa ketinggian gravel tidak
harus 56 cm, tetapi bebas, asalkan gravel tersebut jauh lebih tinggi dari keran bak pengolahan
limbah, sehingga air yang keluar pada keran melewati lapisan gravel terlebih dahulu. Langkah
praktikum yang kedua adalah menuangkan air limbah kedalam bak pengolahan limbah.
Setelah limbah air sungai dimasukkan, langkah kerja dilanjutkan dengan mengukur ketinggian
air dalam bak dan temperaturnya. Pengukuran tersebut, tepatnya dilakukan setelah air
menyentuh dasar gravel. Dari video tersebut dapat kita ketahui bahwa ketinggian air limbah
adalah 86,5 cm dan temperaturnya adalah 27 oC. Langkah selanjutnya adalah mengukur air
limbah yang keluar dari keran bak pengolahan limbah. Adapun pengukuran tersebut dilakukan
untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh air limbah untuk memenuhi gelas volume
dengan volume 2 liter pada perlakuan gravel 0,8 cm. Pengukuran waktu tersebut dilakukan
dengan menggunakan stop watch dan pengukuran dimulai ketika aliran air yang keluar dari
keran mulai konstan. Setelah air memenuhi volume 2 liter, langkah kerja dilanjutkan dengan
mengukur temperatur dari air tersebut yang menghasilkan temperatur 30oC. Sedangkan, untuk
waktuk air untuk memenuhi gelas volume 2 liter adalah 1 menit 14 detik.
Data-data hasil pengukuran tersebut kemudian dimasukkan kedalam DHP agar bisa
diolah pada praktikum. Nantinya, data hasil praktikum tersebut akan diolah untuk menentukan
hubungan antara gradien kecepatan, ukuran butiran gravel, waktu keluaran air limbah, dan
headloss. Setelah data dimasukkan kedalam DHP, langkah kerja dilanjutkan dengan
melakukan perlakuan yang sama, tetapi dengan menggunakan gravel dengan ukuran yang
berbeda, yakni gravel berukuran 1cm. Langkah kerja untuk gravel 1 cm ini masih sama dengan
langkah kerja untuk gravel 0,8 cm. Walaupun langkah kerjanya sama, tetapi data yang
dihasilkan nantinya akan berbeda. Data yang dimaksudkan adalah temperatur sebelum dan
sesudah air melalui bak pengolahan limbah, ukuran gravel, dan waktu yang dibutuhkan air
limbah untuk memenuhi gelas volume dengan ukuran 2 liter. Data hasil pengukuran yang
diperoleh kemudian dimasukkan kedalam DHP, sehingga dapat dioleh untuk menentukan
gradien kecepatan, ukuran gravel, dan headloss. Nah, nantinya, ketika data tersebut sudah
diolah, kita akan menemukan perbandingan gradien kecepatan, ukuran gravel, dan headloss
yang ditimbulkan antara perlakuan gravel 0,8 cm dan perlakuan gravel 1 cm. Dalam praktikum
kali ini dibutuhkan ketelitian dalam menentukan tinggi air, waktu, dan temperatur air limbah
dalam sistem.