Membran berasal dari bahasa Latin “membrana” yang berarti kulit kertas. Saat ini
kata “membran” telah diperluas untuk menggambarkan suatu lembaran tipis fleksibel atau
film, bertindak sebagai pemisah selektif antara dua fase karena bersifat semipermeabel
(Widayanti, 2013). Membran bersifat semipermeabel, berarti membran dapat menahan spesi-
spesi tertentu yang lebih besar dari ukuran pori membran dan melewatkan spesi-spesi lain
dengan ukuran lebih kecil. Membran merupakan alat pemisah berupa penghalang yang
bersifat selektif yang dapat memisahkan dua fase dari berbagai campuran. Campuran tersebut
dapat bersifat homogen atau heterogen dan dapat berupa padatan, cairan atau gas.
Transportasi pada membran terjadi karena adanya driving force yang dapat berupa konveksi
atau difusi dari masing-masing molekul, adanya tarik menarik antar muatan komponen atau
konsentrasi larutan, dan perbedaan suhu atau tekanan (Pabby et al, 2009). Membran
didefinisikan sebagai suatu media berpori, berbentuk film tipis, bersifat semipermeabel yang
berfungsi untuk memisahkan partikel dengan ukuran molekuler (spesi) dalam suatu sistem
larutan. Spesi yang memiliki ukuran yang lebih besar dari pori membran akan tertahan
sedangkan spesi dengan ukuran yang lebih kecil dari pori membran akan lolos menembus
pori membran (Kesting, RE, 2000). Operasi membran merupakan suatu operasi yang
membagi umpan menjadi dua aliran yaitu permeat yang berisi material-material yang dapat
melalui membran dan rentetat yang merupakan material yang tidak mampu melewati
membran. Operasi membran dapat digunakan untuk memekatkan atau memurnikan larutan
atau suspensi (pelarut zat terlarut atau pemisahan partikel) dan untuk memisahkan suatu
campuran (Bungay,et.,1983). Pemisahan berdasarkan membran memiliki keunggulan
tersendiri karena lebih sedikit energi yang digunakan dan lebih ekonomis dibandingkan
dengan teknologi pemisahan lainnya. Teknologi membran mempunyai beberapa keunggulan
yaitu proses pemisahannya berlangsung pada suhu kamar, dapat dilakukan secara kontinyu,
sifat yang bervariasi, dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Selain memiliki sifat yang
unggul, teknologi membran juga mempunyai kelemahan yaitu pada fluks dan selektivitas.
Pada proses membran terjadi perbedaan yang berbanding terbalik antara fluks dan
selektivitas. Semakin tinggi fluks berakibat menurunnya selektivitas pada membran.
Sedangkan yang paling diharapkan pada membran adalah mempertinggi fluks dan selektivitas
dari kinerja membran tersebut (Agustina, Siti dkk, 2008).
2. Klasifikasi Membran
Membran alami adalah membran yang terdapat pada jaringan makhluk hidup. Membran
alami sering disebut membran sel atau membran biologis yang berfungsi sebagai alat
transport zat pada sel.
Membran sintetik (membran buatan), adalah membran yang dibuat oleh manusia untuk
tujuan tertentu. Membran sintetik dibagi menjadi membran organik (polimer) dan
anorganik (keramik).
Membran simetri adalah membran yang mempunyai ukuran dan kerapatan pori homogen
pada kedua sisi membran, tebalnya sekitar 10- 200 µm.
Membran asimetri adalah membran yang mempunyai ukuran pori lebih kecil dan
distribusi pori lebih rapat pada lapisan permukaan dengan tebal sekitar 0,1-0,5 µm,
sedangkan pada lapisan pendukung, ukuran porinya lebih besar atau membesar dan
distribusi porinya lebih renggang dengan tebal sekitar 50-150 µm. Membran ini dapat
berasal dari satu jenis bahan polimer atau bisa juga dari dua atau lebih polimer yang
dikenal sebagai membran komposit.
Membran tidak berpori Membran jenis ini mampu memisahkan molekul yang berukuran
hampir sama. Proses pemisahan terjadi melalui perbedaan daya larut dan atau difusi. Ini
berarti sifat intrinsik material menentukan tingkat selektivitas dan permeabilitas.
Membran ini digunakan dalam pervaporasi dan pemisahan gas.
Membran cair (berbentuk emulsi) Pada membran ini terdapat zat pembawa yang
menentukan selektivitasnya terhadap komponen tertentu yang akan dipisahkan.
Pemisahan menggunakan membran cair sering dilakukan dengan teknik difusi, yang
dapat dilakukan dengan memilih jenis emulsi dan zat pembawa yang spesifik untuk zat
tertentu.
- Membran penukar kation / Cation Exchange Membrane (CEM) adalah membran bermuatan
anion, yang hanya dapat dilewati oleh kation.
- Membran penukar anion / Anion Exchange Membrane (AEM) adalah membran bermuatan
kation, yang hanya dapat dilewati oleh anion.
-Double Fixed Charge Membrane (DFCM) adalah membran bermuatan yang memiliki
muatan anion dan kation pada bagian lattice tertentu, yang merupakan gabungan CEM dan
AEM.
Membran tidak bermuatan tetap adalah membran yang disebut juga membran netral.
Membran ini terdiri dari polimer yang tidak mengikat ion-ion sebagai ion tetap dan
bersifat selektif terhadap larutan kimia. Selektivitas membran netral ditentukan oleh
unsur-unsur penyusun, ikatan kimia, ukuran pori-pori, daya tahan terhadap tekanan dan
temperatur, resistivitas dan konduktansi, serta karakteristik sifat listrik lainnya.
3. Prinsip Proses Pemisahan Membran
4. Kinerja Membran
Kinerja atau efisiensi perpindahan didalam membran ditentukan oleh dua parameter
yaitu :
a. Permeabilitas
Permeabilitas sering disebut juga sebagai kecepatan permeat atau fluks adalah jumlah
volume permeat yang melewati satu satuan permukaan luas membran dengan waktu tertentu
dengan adannya gaya dorong dalam hal ini berupa tekanan. Pada proses filtrasi, nilai fluks
yang umum dipakai adalah fluks volume yang dinyatakan sebagai volume larutan umpan
yang dapat melewati membran per satuan waktu per satuan luas membran. Faktor yang
mempengaruhi permeabilitas adalah jumlah dan ukuran pori, interaksi antara membran dan
larutan umpan, viskositas larutan serta tekanan dari luar. Permeabilitas membran dilihat dari
fluks, dimana fluks adalah kecepatan aliran melewati membran yang dihitung dengan
persamaan:
V
J=
A .t
Dalam hal ini, J adalah fluks cairan, sedangkan V adalah volume permeat, dan t
adalah waktu permeat, serta A adalah luas permukaan membran.
b. Selektivitas
Cp
R=(1- )
Cb
Dalam hal ini, Cp adalah konsentrasi zat terlarut di dalam permeat dan Cb adalah rata-
rata konsentrasi zat terlarut di dalam umpan (feed) dan rentetat. Ukuran pori juga berperan
dalam menentukan selektifitas membran, dimana membran yang memiliki ukuran pori kecil
akan memberikan tolakan yang lebih besar daripada membran yang mempunyai ukuran pori
lebih besar (Mulder, 1991).
b. Bentuk Membran
Membran dapat dibuat dalam berbagai macam bentuk, seperti bentuk datar, bentuk tabung,
dan bentuk serat berongga.
c. Bahan Membran
Perbedaan bahan membran akan berpengaruh pada hasil rejeksi dan distribusi ukuran pori.
d. Karakteristik Larutan
e. Parameter operasional
Jenis parameter yang digunakan pada operasional umumnya terdiri dari tekanan membran,
permukaan membran, temperatur dan konsentrasi.
6. Keunggulan Membran
Tidak menggunakan zat bantu kimia dan tidak ada tambahan produk buangan.
Penyumbatan
Membran selulosa nitrat terdiri dari 20% selulosa asetat dan 80% selulosa nitrat.
Membran selulosa nitrat lebih halus dan lebih seragam dibandingkan dengan permukaan filter
selulosa nitrat murni, warna permukaan lebih kontras sehingga lebih mudah untuk
mendeteksi partikel yang menempel di permukaan membran, membran ini juga lebih steril
karena pada proses pembuatan dilakukan penyeterilan dengan menggunakan autoklap.
Selulosa memiliki tiga gugus hidroksil per residu anhidroglukosa, sehingga dapat dilakukan
reaksi-reaksi seperti esterifikasi, eterifikasi dan lainlain. Bentuk esterifikasi selulosa dengan
menggunakan anhidrida asam nitrat menghasilkan selulosa nitrat (CN). Membran selulosa
nitrat adalah membran yang dihasilkan dari selulosa ester anorganik turunan selulosa dengan
asam nitrat. Bahan kimia pembuatan membran selulosa nitrat yaitu asam nitrat dan asam
sulfat. Membran selulosa nitrat merupakan polimer yang bersifat hidrofilik, ester organic
selulosa yang berupa padatan tidak berbau, tidak beracun, tidak berasa, yang berwarna putih
yang dibuat dengan mereaksikan selulosa dengan asam nitrat anhidrat dengan bantuan asam
sulfat sebagai katalis (Kroschiwitch, 1990). Selulosa nitrat digunakan untuk bahan baku cat
plastik, bahan peledak, plastik cetakan, film fotografi, penyalut (coating), dan rayon (Brady
dan Clausser, 1991). Keuntungan selulosa nitrat sebagai material membran adalah bersifat
hidrofilik, sehingga mempunyai ketahanan yang baik terhadap terjadinya fouling terutama
terhadap protein dan lemak. Membran selulosa nitrat juga relatif tahan terhadap natrium
hipoklorat yang banyak digunakan sebagai bahan pembersih dan sanitasi (Scott dan Hughes,
1996). Kerugian dari membran ini adalah kecenderungan terjadinya hidrolisis pada kondisi
pH dibawah 3 dan diatas 7. Membran jenis ini mudah didegradasi oleh mikroorganisme
(Scott dan Hughes, 1996). Kelemahan lainnya dari membran selulosa nitrat ini adalah
resistensinya yang lemah terhadap klorin (Wenten, 1999). Beberapa aplikasi membran
selulosa nitrat di bidang bioteknologi antara lain sterilisasi media, pemisahan produk dari
media dan pemurnian produk. Selain itu membran selulosa nitrat dapat juga digunakan pada
berbagai industri, antara lain :
Pabrik gula, seperti menghilangkan zat warna dan komponen selain gula dalam nira,
pemekatan nira dan pengolahan limbah cair pabrik gula.
Pabrik alkohol, seperti penghilangan kotoran dan senyawa tertentu dari molase,
pengambilan kembali ragi untuk diumpankan kembali, pemisahan air dan alkohol untuk
produksi alkohol absolut.
Pabrik susu, seperti pemekatan susu, pemisahan konsentrat protein dan lemak dalam
susu.
Penjernihan air untuk keperluan air minum dan air untuk industri.
9. Teknologi Pervaporasi
Pemisahan pervaporasi ditentukan oleh sifat kimia dari penyusun membran, struktur
fisik dari membran, sifat fisikokimia dari campuran yang akan dipisahkan, dan interaksi
antara permeat-membran (Huang and Feng, 1997). Proses pemisahan etanol dari komponen
cair lainnya menggunakan teknik konvensional yaitu distilasi (penyulingan) dengan
memanfaatkan perbedaan titik uap antara etanol dan komponen – komponen cair lainnya.
Distilasi dapat menghasilkan etanol yang lebih murni, tetapi maksimal hanya menghasilkan
konsentrasi sebesar 95,6 % (pada titik azeotropnya), proses pemisahan yang relatif lama dan
memerlukan energi yang relatif besar. Pada pervaporasi etanol-air, membran yang digunakan
harus bersifat hidrofilik dan selektif.Pervaporasi merupakan teknik pemisahan menggunakan
membran yang saat ini berkembang dan dianggap dapat menjadi alternatif pengganti proses
distilasi pada campuran azeotropik serta dehidrasi pelarut. Hal ini terutama terlihat dari
penggunaan energi yang sangat efisien (Huang, et al., 2006). Pervaporasi mempunyai
karakteristik pemisahan lebih spesifik karena dapat dilakukan pada titik azeotrop dari
keseimbangan uap-cair. Ketika terjadi perpindahan bahan dalam membran dengan adanya
penyerapan, membran pervaporasi dapat menunjukkan sifat penyerapan yang baik untuk
komponen permeat yang sesuai. Hal ini melibatkan derajat pengembangan membran yang
tinggi. Heiser, Binning dan James adalah orang – orang yang mempelajari teknik pervaporasi
secara ilmiah. Proses ini menarik minat dari sejumlah ilmuwan dan selama tahun 1960an
banyak laboratorium penelitian mulai melakukan uji pervaporasi. Beberapa proses pada
mulanya dalam tahap pilot plant, tetapi akhir – akhir ini pervaporasi diterapkan lebih luas
dalam industry. (Rautenbach and Albrecht, 1989).
Dalam pervaporasi, campuran cairan yang akan dipisahkan dikontakkan dengan salah
satu sisi membran dan permeatnya dikeluarkan pada tekanan uap rendah dari sisi membran
yang lain. Berdasarkan sifat difusi larutan, pervaporasi berlangsung tiga tahap:
Desorpsi permean menjadi fasa uap Pemisahan berdasarkan membran berpotensi penting
karena lebih sedikit energi yang digunakan dan lebih ekonomis dibandingkan dengan
teknologi pemisahan lainnya. Adapun mekanisme pemisahan dengan menggunakan
membran ditunjukkan pada gambar berikut.
Terdapat dua tipe membran pervaporasi untuk campuran etanol-air, yang pertama
yaitu permselektif air dan kedua yaitu permselektif etanol. Membran permselektif etanol baik
digunakan untuk konsentrasi etanol rendah dan membran permselektif air baik digunakan
untuk umpan dengan konsentrasi etanol tinggi seperti pada dehidrasi etanol dan turunannya.
Khususnya dalam proses dehidrasi etanol umpan yang mengandung konsentrasi etanol tinggi
atau kondisi azeotropik (95 %) akan tertahan oleh membran yang memiliki karakter hidrofilik
tinggi serta permselektif terhadap air sehingga pada bagian permeat akan mengandung
konsentrasi air lebih banyak dibandingkan dengan bagian retentat. Pada beberapa tahun
terakhir, penelitian mengenai pervaporasi ditekankan pada pengembangan membran polimer
baru yang mempunyai faktor pemisahan tinggi dan laju permeasi yang optimum dengan
stabilitas yang baik terhadap campuran yang akan dipisahkan. Beberapa membran
permselektif untuk air telah dicoba dari polimer hidrofilik, seperti poli(asam akrilat)-nilon 6,
poli (akrila t-co-s tirena), poli(4-vinilpiridinaco-akrilonitril), nafion, dan poli(vinil alkohol).
Beberapa penelitian dengan menggunakan teknik pervaporasi telah dilakukan oleh Haryadi,
dkk (2006) dengan menggunakan membran poli vinil alkohol, Schwarz et al. (2001) dengan
membran polielektrolit-kompleks surfaktan (PELSC) untuk pemisahan metanol-air.
Kinerja membran dapat dilihat dari laju aliran (fluks) dan selektivitasnya. Fluks
adalah jumlah volume permeat yang melewati membran tiap satu satuan luas permukaan tiap
satuan waktu. Selektivitas adalah kemampuan suatu membran di dalam menghambat atau
meloloskan komponen tertentu dari larutan yang dipisahkan. Pemisahan dengan membran
dilakukan dengan mengalirkan feed ke dalam membran kemudian akan terpisah sesuai
driving force yang digunakan. Proses pemisahan dengan membran menghasilkan dua aliran
yaitu permeate dan retentate. Permeate merupakan hasil pemisahan yang diinginkan
sedangkan retentate merupakan hasil sisa (Pabby et al, 2009). Driving force pada pemisahan
menggunakan membran ada 4 macam. Kinerja (performance) instalasi membran tergantung
pada jenis driving force yang digunakan (Mulder, 1996).