FISIOLOGI TUMBUHAN
OLEH :
Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Difusi
Tumbuhan mengandung membran sel yang berfungsi sebagai pengatur
keluar masuknya suatu zat agar mendapat pH yang sesuai. Keadaan dimana
konsentrasi zat tersebut terkendali akan membuat sel yang berhasil ditangkap
masuk dan zat-zat dari ion yang dibutuhkan itu membuang zat yang sudah tidak
diperlukan. Perpindahan molekul yang melewati membran ini juga disebut dengan
transport yang melewati membran (Ahmad, 2020).
Difusi dapat diartikan sebagai suatu proses perpindahan zat baik padat, cair,
maupun gas dari larutan konsentrasi tinggi (hipertonis) ke larutan dengan
konsentrasi rendah (hipotenis) dimana dengan kata lain setiap zat akan berdifusi
menuruni gradien konsentrasinya. Hasil dari difusi berupa konsentrasi yang sama
antara larutan tersebut dinamakan isotonis. Kecepatan zat berdifusi melalui
membran tidak hanya tergantung pada gradien konsentrasi, tetapi juga pada besar
muatan, dan daya larut dalam lemak lipid (Ulfa et al., 2020).
Pergerakan molekul suatu zat secara random yang menghasilkan pergerakan
molekul efektif dari konsentrasi tinggi ke kosentrasi rendah disebut dengan difusi.
Contoh dari peristiwa difusi diantaranya difusi zat warna dalam air tenang, difusi
glukosa dan teknik tomografi, difusi zat melalui membran, difusi oksigen dalam
membran polimer selain itu juga pada difusi skala makro seperti difusi gas dan
galaksi (Ahmad, 2020).
2.2 Osmosis
Osmosis dapat dikatakan sebagai suatu proses berpindahnya zat yang
terdapat dalam pelarut dari bagian yang memiliki konsentrasi rendah atau
hipotonik ke bagian yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi atau hipertonik
dengan melalui membran semipermeabel. Proses osmosis memiliki peranan utama
pada tumbuhan berupa proses penyerapan air dari dalam tanah melalui akar.
Konsentrasi cairan yang terdapat di dalam jaringan akar akan lebih pekat atau
hipertonis jika dibandingkan dengan larutan mineral yang terdapat dalam tanah
Universitas Sriwijaya
sehingga mengakibatkan air atau pelarut berpindah dari dalam tanah menuju ke
jaringan akar (Sinibaldi et al., 2014).
Proses osmosis dapat mengubah struktur dan tekstur dari sel karena sel akan
kehilangan turgiditas, deformasi atau pecahnya dinding sel, pemecahan dan
degradasi lamella tengah, membrane sel yang lisis, kolaps sel, plasmolisis dan
penyusutan jaringan diindikasikan sebagai efek utama dehidrasi osmotik pada
struktur seluler jaringan tanaman. Waktu pencampuran yang lama akan membuat
proses difusi berlangsung lebih optimal. Temperatur dapat memberikan pengaruh
secara bersamaan terhadap kelarutan serta daya difusi yang dalam hal ini berupa
kecepatan (Dika et al., 2020).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
ntrasi sukrosa dimana 50% dari jumlah sel epidemis tadi telah terplasmolisis. Kea
daan ini disebut insiden plasmolisis. Sel pada keadaan insiden plasmolisis memili
ki potensial osmotik sama dengan potensial osmotik larutan yang digunakan. Dite
ntukan potensial osmotik sel pada insiden plasmolisis.
3.3.3. Potensial Air
Siapkan kentang, larutan sukrosa, botol atau cup dengan kapasitas 50 mL, c
orc borer yang berdiamater 1 cm, penggaris dan pisau atau silet. Pertama, tabung r
eaksi diisi dengan masing-masing konsentrasi larutan sebanyak 10 mL. Lalu, buat
potongan-potongan jaringan tanaman yang akan diukur potensial dengan menggu
nakan corc borer. Setelah selesai, masukkan ke dalam masing-masing tabung reak
si 10 atau 15 potongan tersebut, tutup tabung reaksi selama 80 menit dengan meng
goyang tabung reaksi secara perlahan setiap 20 menit. Setelah selesai, keluarkan p
otongan dari tabung reaksi dengan menggunakan pinset. Larutan sisa pada tabung
reaksi di tes dengan laurutan asal yang sudah diwarnai dengan metilen blue. Guna
kan pinset halus atau syringe lalu teteskan larutan pengetes diatas sisa larutan seca
ra perlahan dan amatilah pergerakan larutan tersebut. Apabila larutan pengetes jat
uh ke dasar larutan sisa berarti larutan berarti larutan sisa telah menjadi encer dan
apabila larutan pengetes dipantulkan ke atas berarti larutan sisa menjadi lebih pek
at dari semula. Terakhir, jika sudah didapatkan hasil, buatlah grafik dan tentukan
nilai potensial air jaringan tersebut.
4.2 Pembahasan
Universitas Sriwijaya
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada percobaan difusi dengan
molekul K-permanganat pada rentang waktu waktu 0 menit, 5 menit, 10 menit dan
15 menit, dapat diketahui bahwa K-permangat mampu menyebar dari arah kanan
kiri maupun atas bawah. Menit ke- 0 diketahui bahwa penyebarannya 0,5 cm,
menit ke- 5 sebelah kiri 2,5 cm dan kanan 3 cm, pada menit ke- 10 sebelah kiri 3,5
cm dengan sebelah kanan 4 cm, dan pada menit ke- 15 berada di 4 cm. Menurut
Advinda (2018), difusi berlangsung tidak hanya adanya perbedaan konsentrasi
tetapi perbedaan sifat juga dapat menyebabkan proses difusi. Uji difusi yang
terjadi pada kalium permanganat secara umum adanya penyebaran di cawan petri
dikarenakan terjadi kesetimbangan namun perpindahan molekul tetap
berlangsung.
Percobaan kedua tekanan osmosis cairan sel, didapatkan hasil bahwa daun
Rhoe discolor konsentrasi 0,16 M, plasmolisis 68 dan tidak terplasmolisis 0 .
Konsentrasi dari jumlah sel epidermis yang telah terplasmolisis di hitung dan
keadaan ini disebut juga dengan insiden plasmolisis. Jumlah sel yang
terplasmolisis pada setiap kelompok berbeda-beda walaupun konsentrasi yang
digunakan sama. Menurut Yahya (2017), osmosis dapat dikatakan sebagai proses
berdifusinya zat pelarut dari larutan yang konsentrasinya rendah ke larutan yang
konsentrasinya tinggi melalui selaput semipermiabel. Meningkatnya jumlah
konsentrasi sukrosa, dapat meningkatkan proses plasmolisis disebabkan karena
potensial air yang berbanding lurus.
Percobaan plasmolisis air menggunakan methilen blue yang berfungsi
sebagai larutan pengetes mendapatkan hasil yang berupa larutan isotonik dan
larutan yang encer yakni hipotonik, dengan diketahui hasil konsentrasi glukosa 0
M, melayang (isotonik), konsentrasi glukosa 0,6 M melayang (hipertonik), dan
konsentrasi glukosa 1 M melayang (hipertonik). Menurut Wardhani (2019),
hipotonik dapat didefinsikan sebagai suatu konsentrasi zat terlarut di luar sel lebih
kecil dari pada konsentrasi zat terlarut di dalam sel.
Penyebaran molekul suatu zat yang ditimbulkan oleh suatu gaya yang
identik dengan energi kinetik disebut difusi. Konsentrasi larutan itu sendiri
disebut banyaknya jumlah zat terlarut dalam suatu pelarut. Menurut Yahya
(2017), cepat lambatnya difusi dan osmosis dipengaruhi oleh beberapa faktor
Universitas Sriwijaya
antara lain perbedaan konsentrasi, suhu, tekanan, matrik atau bahan penyusun,
ukuran molekul.
Kecepatan molekul dalam proses difusi dapat menyebabkan kecepatan
difusi tersebut menjadi tinggi ataupun rendah. Faktor utama yang mempengaruhi
laju difusi yakni konsentrasi, temperatur, luas permukaan zat terlarut dan tekanan.
Menurut Astuti (2019), suhu merupakan salah satu faktor penyebab difusi, suhu
yang lebih tinggi mampu meningkatkan energi serta mempercepat gerakan
molekul, sehingga meningkatkan laju difusi.
Osmosis ini dipengaruhi oleh dua faktor, materi terlarut dan kadar air di
dalam sel, dan materi terlarut dan kadar air di luar sel. Laju osmosis dapat
dipengaruhi dari beberapa faktor seperti tekanan, suhu, potensial air, konsentrasi,
dan bahan penyusun membran. Menurut Huda et al. (2020), proses plasmolitik
dipengaruhi oleh faktor yaitu adanya vakuola dan peritiwa ini bersifat reversible
(dapat kembali ke keadaan normal/deplasmolisis) dan bersifat khas bagi sel
tanaman hidup.
Peran utama osmosis pada tumbuhan yaitu dalam mekanisme pengangkutan
air dan zat mineral yang dibutuhkan tumbuhan oleh akar. Proses osmosis
memegang peran penting dalam kehidupan tumbuhan. Sehingga memungkinkan
terjadinya penyerapan air dan ion yang larut dari dalam tanah, terjadinya
translokasi dan distribusi dari sel ke sel di dalam tubuh. Menurut Roza (2022), air
akan bergerak dari daerah dengan tekanan osmosis rendah ke daerah dengan
tekanan osmosis tinggi. Membran akan mengerut jika berada pada lingkungan
yang mempunyai konsentrasi larutan lebih tinggi.
Salah satu bagian difusi yakni osmosis yaitu perpindahan air dari larutan
yang mempunyai konsentarsi rendah ke larutan yang mempunyai konsentrasi tingi
melalui membran semipermiabel. Menurut Ratnasari et al. (2019), sel akan
mengerut jika berada pada lingkungan yang mempunyai konsentrasi larutan lebih
tinggi. Hal ini terjadi karena air akan keluar meninggalkan sel secara osmosis.
BAB V
Universitas Sriwijaya
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
Advinda, L. 2018. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Budi Utama.
Ahmad, Z. 2020. Potensial Air Tanah Dangkal Berdasarkan Neraca Air Pada Sub-
Das Cikao Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Padjadjaran
Geoscience Journal. 5 (5) : 507-516.
Sari, Y.P., Rahman, A dan Kasrina. 2018. Pengembangan Lembar Kerja Peserta
Didik Berdasarkan Studi Pengaruh Osmosis Terhadap Warna Mata. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Biologi. 2 (2) : 16-21.
Sinibaldi, E., Argiolas, A., Puleo, G. L., dan Mazzolai, G. (2014). Another Lesson
from Plants: The Forward Osmosis-Based Actuator. Journal Plos One. 9
(7) : 1-12.
Ulfa, H., Rikha, F dan Suwito, S. 2020. Uji Osmosis Pada Kentang dan Wortel
Menggunakan Larutan NaCl. Sainsmat : Jurna Ilmiah Ilmu Pengetahuan
Alam. 9 (2) : 110-116.
Wardhani, S, P. 2019. Intisari Biologi Dasar. Yogyakarta: Diandra Kreatif.
Yahya. 2017. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solonum tuberosum
dan Doucus carota. Jurnal Biology Education. 4 (1) : 1-11.
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya