Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PERKEMBANGAN TUMBUHAN

PRAKTIKUM 3 : JARINGAN SEDERHANA (AERENKIM,


KOLENKIM DAN SKLERENKIM)

NAMA : DWI MUHARROMI


NIM : 08041182126007
KELAS/KELOMPOK : A/IV (EMPAT)
DOSEN PENGAMPU : Dra. NINA TANZERINA, M.Si

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
I. LANDASAN TEORI

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan tersusun dari sel-sel yang kemudian membentuk jaringan. Jaringan
sendiri merupakan sekelompok sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama
dan terikat oleh bahan antar sel untuk membentuk satu kesatuan. Pembentukan
awal tanaman dimulai dengan jaringan meristem. Jaringan meristem dikhususkan
ke dalam berbagai kelompok yang disebut jaringan sederhana. Jaringan sederhana
ini terdiri dari sel-sel dengan struktur yang sama seperti parenkim, kolenkim, dan
sklerenkim. Jaringan meristem tersebut kemudian akan aktif membelah melalui
proses mitosis.

 Jaringan Kolenkim : Jaringan kolenkim merupakan jaringan pada tumbuhan


yang berfungsi sebagai penguat pada organ tumbuhan yang masih aktif
dalam pertumbuhan. Struktur Sel Kolenkim sebagai sel yang panjang
dengan dinding sel tebal primer. Dinding sel biasanya tidak teratur dan
terdiri dari molekul selulosa dan pektin  di beberapa titik, mereka
menyerupai sel parenkim yang berubah menjadi sel kolenkim. Ketika
beberapa sel menumpuk, tubuh Golgi bersama dengan retikulum
endoplasma (RE) muncul bersama untuk membentuk dinding sel primer.
Kolenkim dapat bergabung dengan kloroplas dan melakukan proses
fotosintesis.

 Jaringan Sklerenkim : Jaringan sklerenkim adalah jaringan pada tumbuhan


yang berfungsi sebagai penguat tumbuhan yang terdiri atas sel-sel mati.
Dinding sel sklerenkim sangat kuat, tebal, dan banyak mengandung lignin.
Berdasarkan bentuknya, sklerenkim dibagi menjadi dua macam, yaitu
serabut dan sel batu (sklereid). Serabut atau serat berasal dari jaringan
meristem dan umumnya terdiri atas sel-sel panjang dan bergerombol
membentuk anyaman atau pita. Contohnya adalah pelepah daun pisang.
Sedangkan sel batu (sklereid) merupakan jaringan sklerenkim yang bentuk
selnya membulat dengan dinding sel yang mengalami penebalan.
Contohnya adalah tempurung kelapa atau kulit biji keras.

 Jaringan Aerenkim : Parenkim udara (aerenkim) adalah jaringan parenkim


yang mampu menyimpan udara karena mempunyai ruang antar sel yang
besar dan terdapat rongga atau kantong udara yang memberikan daya
apung pada tumbuhan. Aerenkim banyak terdapat pada batang dan daun
tumbuhan hidrofit. Jaringan aerenkim termasuk dalam jaringan parenkim.
Parenkim udara disebut sebagai aerenkim bertugas menyimpan udara
dalam kantung besarnya, terdiri dari sel gabus dengan rongga yang besar
sehingga membantu menjaga kelebihan air pada tumbuhan dengan habitat
perairan. Ruang antar selnya besar, sel- sel penyusunnya bulat sebagai alat
pengapung di air, misalnya parenkim pada tangkai daun tumbuhan enceng
gondok.
II. METODE PRAKTIKUM

2.1 Praktikum III. : Jaringan Sederhana (Aerenkim, Kolenkim dan


Sklereid)

2.2 Tujuan Praktikum


Untuk melatih keterampilan dan mengamati jaringan sederhana
aerenkim, kolenkim dan sklereid yang ada pada tumbuhan.

2.3 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada Jumat, 23 September 2022 pukul
13.00 WIB, di Laboratorium Fisiologi dan Perkembangan, Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Sriwijaya, Indralaya.

2.4 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu mikroskop, kaca objek,
kaca penutup, silet, pipet tetes, botol, tisu dan alat tulis.

2.5 Bahan
1. Canna sp. 4. Cocos nucifera
2. Solanum nigrum 5. Nymphaea
3. Ageratum conyzoides

2.6 Cara Kerja


Pertama, dibuat irisan tipis pada bahan-bahan yang akan diamati.
Kemudian, diletakkan sayatan pada kaca objek dan ditetesi aquades lalu
ditutup menggunakan kaca penutup. Amati sayatan menggunakan
mikroskop. Terakhir, dicatat perbesarannya, di foto dan dilengkapi bagian-
bagiannya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Preparat : Canna sp.


Klasifikasi
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberals
Famili : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna sp.
Hasil Pengamatan :

Keterangan :
1. Jaringan aerenkim
Pembahasan :
Setelah dilakukan praktikum menyayat pada tanaman Canna sp. dapat di
deskripsikan bahwa pada saat menyayat bagian batang Canna sp. tidak terlalu
sulit untuk mendapatkan sayatan yang tipis. Sayatan Canna sp. menggunakan
sayatan melintang dan terlihat adanya aerenkim. Aerenkim pada sayatan batang
Canna sp. memiliki bentuk mirip seperti bintang.
Tanaman Canna sp. memiliki bentuk parenkim bintang atau disebut juga
aktinenkim yaitu adanya perluasan jaringan secara keseluruhan dan bentuk
hubungan antar sel, maka sel-sel ini berdiferensiasi membentuk parenkim
berlobus atau menjari. Pada aktinenkim ini juga mengalami pembelahan sel tegak
lurus terhadap dinding yang berbatasan dengan rongga udara.
Canna sp. memiliki noktah yang sederhana. Struktur aerenkim korteks pteolus
Canna sp. sel-sel nya tampak lebih rapat sehingga ruang antar sel nya lebih kecil
dan terbentuk secara skizogenik. Namun, keadaan dinding sel yang dimiliki
batang Canna sp. tipis. Ruang antar sel Canna sp. dibentuk oleh 3 buah sel dan
fungsi aerenkim sendiri yaitu sebagai tempat untuk menyimpan udara pada batang
hidrofit. Aerenkim tergolong ke dalam jaringan parenkim karena dinding sel yang
tipis, namun pada aerenkim memiliki ruang antar sel nya berkembang baik pada
angiospermae, dimana fungsi ruang antar sel tersebut sebagai pertukaran gas pada
jaringan fotosintesis.
Preparat : Solanum nigrum L.
Klasifikasi
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum nigrum L.
Hasil Pengamatan :

Keterangan :
1. Kolenkim
Pembahasan :
Setelah dilakukan praktikum menyayat pada tanaman Solanum nigrum dapat di
deskripsikan bahwa pada saat menyayat bagian batang Solanum nigrum tidak
terlalu sulit untuk mendapatkan sayatan yang tipis. Sayatan Solanum nigrum
menggunakan sayatan melintang dan terlihat adanya kolenkim dengan melihat
menggunakan perbesaran 4 x 10. Kolenkim yang dimiliki pada batang Solanum
nigrum yaitu kolenkim lamelar atau lempeng.
Kolenkim dijumpai pada batang sebagai silinder penuh, atau jalur yang
membujur. Kolenkim batang Solanum nigrum bertipe lamelar atau papan,
mengalami penebalan pada dinding sel tangensial saja. Jaringan kolenkim lamelar
bisa sangat kuat karena mengalami penebalan yang besar. Selain itu, jaringan ini
bisa mendapatkan dukungan pada lapisan paling luar dari struktur tumbuhan.
Kolenkim terbentuk dari sel-sel memanjang yang menyerupai sel prokambium
dan berkembang dalam stadium awal promeristem. Sifat kolenkim umumnya
kaku, dan sel-sel nya masih aktif melakukan metabolisme karena merupakan sel
hidup. Letaknya ada di bawah jaringan epidermis dan ditemukan pada tumbuhan
dikotil dan beberapa Gymnospermae batang dan daun serta buah yang aktif
tumbuh.
Preparat : Ageratum conyzoides
Klasifikasi
Kelas : Angiospermae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides
Hasil Pengamatan :

Keterangan :
1. Kolenkim bawah
Pembahasan :
Setelah dilakukan praktikum menyayat pada tanaman Ageratum conyzoides.
dapat di deskripsikan bahwa pada saat menyayat bagian batang Ageratum
conyzoides tidak terlalu sulit untuk mendapatkan sayatan yang tipis. Sayatan
Ageratum conyzoides menggunakan sayatan melintang dengan perbesaran 4 x 10
dan terlihat adanya kolenkim.
Jaringan kolenkim yang terlihat pada batang Ageratum conyzoides termasuk
bentuk kolenkim lamelar. Kolenkim tersebut ditemukan berada dibawah
epidermis dan berwarna hijau karena memiliki kloroplas. Jaringan kolenkim tipe
lamelar memiliki ciri yaitu penebalan dnding sel terutama pada dinding
tangensial, dinding radial relatif tidak menebal dan tidak terdapat ruang antar sel.
Jaringan kolenkim sendiri berfungsi sebagai penguat pada organ dan dapat
meregang secara permanen bersama dengan pertumbuhan organ tempat berada,
dan ummnya terdapat di daerah perifer.
Dinding kolenkim hanya memiliki dinding primer dan mengandung selulosa,
hemiselulosa, pektin dan air dengan kadar yang tinggi. Dinding sel kolenkim pada
batang Ageratum conyzoides umumnya tidak mengandung zat kayu dan bersifat
plastis, yaitu berkembang dan menyesuaikan diri dengan pertumbuhan
memanjang organ.
Preparat : Cocos nucifera
Klasifikasi
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera
Hasil Pengamatan :

Keterangan :
1. Sklereid
Pembahasan :
Setelah dilakukan praktikum menyayat pada tempurung tanaman Cocos
nucifera dapat di deskripsikan bahwa sebelum menyayat bagian tempurung Cocos
nucifera, terlebih dahulu serabutnya dibuang atau dibersihkan, kemudian baru
dibuat sayatan melintang. Membuat sayatan melintang pada tempurung Cocos
nucifera sedikit terlalu sulit untuk mendapatkan sayatan yang tipis, dikarenakan
kulit tanaman yang keras. Sayatan Cocos nucifera menggunakan perbesaran 4 x
10 sehingga terlihat adanya jaringan sklerenkim.
Jaringan sklerenkim adalah jaringan penguat atau jaringan penyokong dengan
dinding sekunder yang tebal karena mengandung zat lignin. Jaringan sklerenkim
hanya bisa terlihat atau dijumpai pada organ tumbuhan yang tidak lagi melakukan
pertumbuhan dan perkembangan. Ini terlihat pada sayatan tempurung Cocos
nucifera, dimana bentuk sklerenkim nya seperti serabut benang dan tersusun rapat
(Puspawati et al., 2013).
Pada sayatan tempurung Cocos nucifera terlihat jaringan brankis sklerenkim.
Pada tumbuhan, jaringan sklerenkim berfungsi sebagai jaringan penyokong atau
penguat (pelindung tumbuhan). Ini terbukti dengan adanya tekstur tempurung
Cocos nucifera yang sangat keras, yang berfungsi sebagai pelindung buah Cocos
nucifera.

Preparat : Nymphaea
Klasifikasi
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Nymphaeales
Famili : Nymphaeaceae
Genus : Nymphaea
Spesies : Nymphaea
Hasil

Pengamatan :
1

Keterangan :
1. Sklereid
Pembahasan :
Setelah dilakukan praktikum menyayat pada tanaman Nymphaea dapat di
deskripsikan bahwa pada saat menyayat bagian batang Nymphaea tidak terlalu
sulit untuk mendapatkan sayatan yang tipis. Sayatan Nymphaea menggunakan
sayatan melintang dan terlihat adanya sklereid dengan menggunakan 4 x 10
perbesaran. Batang Nymphaea teradaptasi untuk keadaan basah. Ciri yang paling
menonjol adalah adanya lakuna yang besar dan banyak. Lakuna sebagai saluran
udara pada batang. Korteks pada batang Nymphaea tersusun atas sel-sel parenkim
yang melakukan penebalan, penebalan terjadi sebagai hasil adaptasi dengan
lingkungannya yang berair.
Nymphaea termasuk tumbuhan dikotil, namun batangnya memiliki berkas
pengangkut yang tersebar, yaitu kolateral terbuka karena tidak ditemukan
kambium pada batang Nymphaea. Posisi floem batang terletak di tepi dari xilem,
lakuna xilem berkembang lebih baik. Lakuna xilem disebut dengan canal lysigen
xylem yang merupakan ciri khas batang hidrofit. Jaringan yang berperan sebagai
penguat pada batang Nymphaea berupa sklereid yang memiliki tipe asterosklerid,
atau berbentuk bintang seperti pada hasil pengamatan.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jaringan kolenkim berfungsi sebagai penguat pada organ tumbuhan yang
masih aktif dalam pertumbuhan.
2. Jaringan sklerenkim berfungsi sebagai penguat tumbuhan yang terdiri atas
sel-sel mati.
3. Jaringan aerenkim bertugas menyimpan udara dalam kantung besarnya,
terdiri dari sel gabus dengan rongga yang besar sehingga membantu
menjaga kelebihan air pada tumbuhan dengan habitat perairan.
4. Jaringan sklerenkim sebagai jaringan penyokong dengan dinding sekunder
yang tebal karena mengandung zat lignin.
5. Jaringan sklerenkim hanya bisa dijumpai pada organ tumbuhan yang tidak
lagi melakukan pertumbuhan dan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, E. 2016. Analisis Kesesuaian Materi Kuliah dengan Materi Praktikum


Biologi Bidang Tumbuhan Pada Program Studi Pendidikan Biologi.
Jurnal Biotik, 4(2): 156-162.

Agustina. 2017. Kajian Karakteristik Tanaman Papaya dengan Kajian Kristal Pati
Dengan Sayatan Tipis Kota Madya Bandar Lampung. Skripsi Jurusan
Biologi FMIPA. 176 Hal.

Aini, N., Wijonarko, G. 2016. Sifat Fisik, Kimia, Dan Fungsional Tepung Jagung
Yang Diproses Melalui Fermentasi. Agritech. 36(2): 160-169.

Andraini, D., 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ageratum conyzoides Terhadap


Staphylococcus. Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Jakarta.

Anniesah, Rahayu Sarkinah. Pengembangan Mikroskop deangan Mikroskop dan


Cahaya Monokromatisuntuk Mendeteksi Parasit Malaria. Jurnal Teknologi
Laboratorium. 6(2): 78.

Dalimartha, D. 2008. Atlas Analisis Tumbuhan Nymphaea. Jakarta: Pustaka


Bunda.

Damayi, F. 2017. Analisis Jumlah Kromosom Dan Anatomi Stomata Pada


Beberapa Plasmah Canna sp. Asal Kalimantan Timur. Skripsi Jurusan
Biologi FMIPA. Universitas Mulawarman. Samarinda.

Effendi, Taufikrahman Nasaudin. 2019. Keanekaragam Jenis Canna sp. dan Studi
Populasi Canna sp. Jurnal Ilmiah Biologi. Vol 36(3): 99-105.
Ferdikurniawan. 2020. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman. Jakarta: Rineka Cipta.

Puspawati, N. M., Kriswiyanti, E. dan Junitha I. 2013. Profil Struktur Serat Ibu
Tangkai Daun Antara Induk dan Anakan Kelapa (Cocos nucifera). Jurnal
Simbiosis. 1(2): 70-78.

Anda mungkin juga menyukai