Anda di halaman 1dari 11

HISTOLOGI I

Oleh :
Nama : Edwin Muttaqin
NIM : B1J014132
Rombongan :I
Kelompok :4
Asisten : Tarkinih

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jaringan adalah kumpulan sel yang berhubungan erat satu sama lain dan
mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Ilmu yang mempelajari tentang
struktur tumbuhan disebut Histologi. Berbagai jaringan tersusun dan terorganisasi
dalam bentuk organ (Campbell, 2000: 32).
Tubuh tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel yang mempunyai asal, fungsi
serta struktur yang sama disebut jaringan. Berdasarkan sifat ada dua macam
jaringan yang menyusun tumbuhan yaitu jaringan muda mempunyai sifat
membelah, sehingga mempunyai fungsi menambah panjang akar ataupun batang,
karena biasanya terdapat pada bagian ujung. Pertumbuhan yang diawali oleh
jaringan yang letaknya dibagian ujung dikenal sebagai tumbuhan primer. Pada
beberapa tumbuhan rumput-rumputan perpanjangan batang disebabkan oleh
adanya aktifosa jaringan muda yang terdapat pada pangkal tiap buku dan pelepa
daun (Pudjoarianto, 1988: 40).
Pada tumbuh-tumbuhan, sel-sel yang membentuk jaringan muda (meristem)
adalah juga dalam keadaan muda (embrional). Membran selnya demikian tipis,
bentuknya menunjukkan bentuk yang teratur, antara segi empat dan kubus,
sedangkan ruang sel (lumen) masih penuh dengan “protoplas” serta “vakuola”
yang kecil. Dalam kondisi demikian ini sifat khusus dari jaringan muda yaitu
“sel-sel yang membentuknya selalu mengadakan kegiatan-kegiatan untuk
membelah”, yang dalam istilah lainnya disebut meristematis (Anto, 2010).
Jaringan parenkim atau sering pula disebut jaringan dasar (ground tissue)
merupakan suatu jaringan yang terbentuk dari sel-sel hidup dengan struktur
morfologi dan fisiologi yang bervariasi dan masih melakukan segala kegiatan
proses fisiologi. Walaupun struktur morfologi dan fisiologi bermacam-macam,
akan tetapi pada umumnya dapat dinyatakan bahwa parenkim memiliki sifat-sifat
yang sama (Sutrian, 1983:98).
Menurut (Pudjoarianto, 1988: 42), sifat-sifat jaringan meristem secara umum
adalah:
1. Sel-selnya mempunyai dinding tipis
2. Bentuk sel isodimetris, dengan inti besar
3. Kaya protoplas
4. Protoplas tidak mengandung makanan cadangan dan kristal-kristal
5. Plastisida dalam bentuk proplastisida
6. Vakuola kecil-kecil
Menurut (Iwan, 2006: 101), jaringan terdiri atas:
1. Jaringan meristematik adalah sekumpulan sel yang selalu aktif melakukan
pembelahan untuk memperbanyak jumlah sel. Proses pembelahan pada jaringan
meristem dapat berkembang dari jaringan embrional jaringan dewasa.
Perkembangan jaringan meristem yang berasal dari jaringan embrional disebut
meristem primer, sedangkan jaringan meristem yang berkembang dari jaringan
dewasa disebut meristem sekunder.
a. Meristem primer, jaringan meristem primer banyak terdapat pada bagian
tumbuhan seperti ujung batang, pucuk, daun dan akar.
b. Meristem sekunder adalah jaringan yang terdeferensiasi dari jaringan dewasa.
2. Jaringan dewasa, meristem primer dan meristem sekunder secara terus-
menerus mengalami pembelahan mitosis. Setelah mengalami pembelahan mitosis
jaringan mengalami diferensiasi membentuk jaringan dewasa. Jaringan dewasa
tidak mengalami pembelahan lagi sehingga bentuknya relatif tetap.
3. Jaringan pelindung berfungsi melindungi bagian tubuh tumbuhan yang aktif
melakukan pembelahan primer. Fungsi lain dari jaringan epidermis selain sebagai
pelindung adalah tempat penyimpangan cadangan makanan.
4. Jaringan penguat berfungsi untuk membentuk dan menyokong bagian
tumbuhan.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum histologi kali ini adalah :


1. Mengamati bentuk-bentuk sel epidermis pada tumbuhan dan derivatnya, antara
lain sel silika, sel gabus, stomata dan trikomata.
2. mengamati macam-macam jaringan dasar (parenkim), antara lain aerenkim dan
aktinenkim.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum sitologi diantaranya mikroskop


cahaya, object glass, cover glass, silet, dan pipet tetes.
Bahan bahan yang digunakan adalah preparat awetan potongan membujur
epidermis batang tebu (Saccharum officinarum), preparat awetan daun jagung (Zea
mays), epidermis daun Rhoeo discolor, preparat awetan potongan membujur daun
Orthosiphon stamineus, irisan epidermis bawah daun durian (Durio zibethinus),
potongan melintang tangkai daun talas (Colocasia esculenta).

B. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum acara sitologi antara lain :


1. Mengamati jaringan pelindung (epidermis dan derivatnya) :
 Preparat awetan potongan membujur daun tebu (Saccharum officinarum)
diambil dan diamati bagian-bagiannya di bawah mikroskop.
 Preparat awetan potongan membujur daun jagung (Zea mays) diambil dan
diamati bagian-bagiannya di bawah mikroskop.
 Dibuat potongan membujur epidermis daun Rhoeo discolor dengan silet dan
diletakkan di atas object glass, ditetesi air, ditutup dengan cover glass dan
diamati bagian-bagiannya di bawah mikroskop.
 Preparat awetan potongan membujur daun Orthosiphon stamineus diambil
dan diamati bagian-bagiannya di bawah mikroskop.
 Dibuat irisan epidermis bawah daun Durio zibethinus dengan menggunakan
silet, diletakkan di object glass, ditetesi air, ditutup dengan cover glass, dan
diamati bagian-bagiannya di bawah mikroskop.
2. Mengamati jaringan dasar (parenkim)
 Dibuat irisan melintang daun talas (Colocasia esculenta) dengan silet dan
diletakkan di atas object glass, ditetesi air, ditutup dengan cover glass dan
diamati bagian-bagiannya di bawah mikroskop.
B. Pembahasan

Epidermis biasanya merupakan satu lapisan sel tebalnya. Bentuk sel


epidermis bermacam-macam, misalnya berbentuk kubus atau prisma, ada yang
tidak teratur sehingga bila dilihat dari permukaan merupakan segi banyak, ada
yang berkelok-kelok dindingnya, mempunyai tonjolan seperti papilla (Primadani,
2006)
Menurut Kuntorini et al., (2013) trikoma glanduler berperan sebagai
penyimpan senyawa metabolit sekunder. Pada preparat daun adam hawa (Rhoeo
discolor) yang diamati di mikroskop dengan perbesaran 400x didapatkan hasil yaitu
terlihat adanya epidermis , sel tetangga, sel penutup, klorofil, dan porus
Fungsi jaringan epidermis adalah sebagai berikut : sebagai pelindung
terhadap penguapan. sebagai pelindung terhadap kerusakan-kerusakan mekanis.
sebagai pelindung terhadap perubahan temperatur. sebagai pencegah hilangnya
zat-zat hara (Cambell,2002)
Beberapa derivat epidermis antara lain trikomata, stomata. Trikomata merupakan
derivat derivat epidermis termasuk rambut-rambut yang berkelenjar dan rambut-
rambut yang tak berkelenjar, sisik, papila, dan rambut-rambut akar untuk
absorbsi. Trikomata dapat berupa sebuah sel yang sederhana atau bercabang atau
terdiri dari beberapa deretan sel, ada yan terdiri dari bagian tangkai dan bagian
kepala. Stomata meruapakan celah pada epidermis yang diapit oleh 2 sel epidermis
khusus (sel penutup) (Sutrian, 1992)
Menurut Primadani (2006) Stomata tersusun atas lubang atau pori yang di
kelilingi oleh dua sel berbentuk melengkung seperti ginjal. Kedua sel tersebut
disebut sel penutup (sel penjaga). Stomata berasal dari kata “stoma” yang berarti
mulut.
Fungsi stomata, antara lain:
1. Sebagai jalan masuknya CO2 dari udara pada proses fotosintesis
2. Sebagai jalan penguapan (transpirasi)
3. Sebagai jalan pernapasan (respirasi) membuang kelebihan air melalui proses
tranparasi.
Pembagian Stomata, yaitu:
1. Menurut bentuk sel penjaga
a. Ginjal
Bentuk dari sel penjaga menyerupai ginjal. Mayoritas tumbuhan memiliki tipe ini.
Contoh: Daun adam-hawa (Rhoeo discolour)
b. Barbel
Bentuk datar ditengah dan membuat di ujung. Pemalik stomata tipe ini adalah dari
keluarga Zea.
2. Bentuk sel tetangga
a. Anisositik
Terdapat sel penjaga yang bentuknya berlainan. Contohnya pada cocor bebek
(Kalanchoe sp).
b. Animositik
Sel tetangga tidak dapat dibedakan dengan sel epidermis di sekitarnya. Contohnya
pada paku sarang burung (Aspelenium nidus).
c. Parasitik
Letak sel tetangga parallel dengan sel penjaga. Contoh, pada Eichornia crasipes.
d. Telrasit
Terdapat empat sel penjaga yang letaknya parallel dan dengan sel penjaga.
Jaringan Meristem
Secara garis besar, jaringan penyusun tumbuh-tumbuhan dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa. Jaringan meristem adalah
jaringan yang terus menerus membelah dan jaringan ini relatif sangat muda. Jaringan
ini memiliki sitoplasma yang penuh dan mempunyai kemampuan totipotensi yang
tinggi karena kemampuan membentuk jaringan yang lain berupa jaringan dewasa.
Jaringan meristem dapat dibagi menjadi Jaringan meristem primer dan jaringan
meristem sekunder. Pada jaringan meristem primer, jaringan ini pada tumbuhan
terdapat pada bagian organ yang paling muda ( pada tunas, ujung organ). Jaringan ini
merupakan perkembangan lebih lanjut dari pertumbuhan embrional atau tunas atau
lembaga yang mana mempunyai kemampuan untuk membelah, memanjang dan
berdefrensiasi serta spesialisasi membentuk jaringan yang dewasa. Jaringan ini
cenderung menghasilkan hormon auksin sehingga membuat terjadinya pembelahan
yang terus menerus kearah memanjang. Jaringan ini terletak di ujung batang, ujung
akar yang kemudian dikenal dengan meristem apikal yang mengarah ke dominansi
apikal. Pertumbuhan jaringan meristem primer ini sering disebut pertumbuhan
primer. Jaringan meristem primer menimbulkan batang dan akar bertambang panjang
bukan melebar, sedangkan pada jaringan meristem sekunder adalah jaringan
meristem yang berasal dari jaringan meristem primer yang melakukan defrensiasi
dan spesialisasi. Jaringan ini merupakan jaringan dewasa namun mempunyai
kemampuan totipotensi lagi. Jaringan ini berada di bagian tengah dari organ untuk
melakukan pembentukan jaringan yang berbeda dari yang sebelumnya. Pertumbuhan
jaringan meristem sekunder disebut pertumbuhan sekunder. Pertumbuhannya kearah
membesar sehingga menimbulkan pertambahan besar tubuh tumbuhan. Contoh
jaringan meristem sekunder yaitu kambium. Lakitan (2007)
Jaringan Epidermis
Jaringan epidermis adalah jaringan yang paling luar dan disusun oleh sel-sel hidup
dengan dinding sel yang tipis dan terletak menutupi organ tumbuhan. Jarinagn ini
memiliki ciri-ciri diantaranya,
1. Selnya berbentuk balok, tipis, rapat, serta tidak memiliki ruang antar sel.
2. Fungsinya sebagai pelindung dilapisi kutikula (lapisan lilin).
3. Sebagian epidermis ada yang bermodifikasi menjadi sisik/ bulu.
4. Tidak mempunyai klorofil.
Berdasarkan letaknya, epidermis dibagi menjadi tiga, yaitu epidermis yang berada
didaun, berfungsi untuk melindungi daun dari air. Jaringan epidermis batang yang
berfungsi untuk membentuk bulu sebagai alat perlindungan dan jaringan epidermis
akar yang berfungsi sebagai pelindung dan tempat terjadinya difusi osmosis. Lakitan
(2007)
Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri atas sel-sel xilem dan floem, yang
membentuk berkas pengangkut (berkas vaskuler). Xilem berperan mengangkut air
dan mineral dari dalam tanah ke daun, sedangkan floem berfungsi mengedarkan hasil
fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
1) Xilem
Xilem merupakan jaringan kompleks karena tersusun dari beberapa tipe sel yang
berbeda. Penyusun utamanya adalah trakeid dan trakea sebagai saluran pengangkut
air dengan penebalan dinding sel yang cukup tebal sekaligus berfungsi sebagai
penyokong. Xilem juga tersusun atas serabut, sklerenkim, serta sel-sel parenkim
yang hidup dan berperan dalam berbagai kegiatan metabolisme sel. Xilem disebut
juga sebagai pembuluh kayu yang membentuk kayu pada batang. Trakeid dan trakea
merupakan dua kelompok sel yang membangun pembuluh xilem. Kedua tipe sel
berbentuk bulat panjang, berdinding sekunder dari lignin dan tidak mengandung
kloroplas sehingga berupa sel mati. Perbedaan pokok antara keduanya, adalah pada
trakeid tidak terdapat perforasi (lubang-lubang), hanya ada celah (noktah), berupa
plasmodesmata yang menghubungkan satu sel dengan sel lainnya. Sedangkan pada
trakea terdapat perforasi pada bagian ujung-ujung selnya. Transpor air dan mineral
pada trakea berlangsung melalui perforasi ini, sedangkan pada trakeid berlangsung
lewat noktah (celah) antar sel selnya. Sel-sel pembentuk trakea tersusun sedemikian
rupa sehingga merupakan deretan sel memanjang (ujung bertemu ujung) membentuk
pipa panjang (kapiler). Bentuk penebalan pada dinding trakea dapat berupa cincin
spiral, atau jala.
2) Floem
Pada prinsipnya, floem merupakan jaringan parenkim.Tersusun atas beberapa tipe sel
yang berbeda, yaitu buluh tapis, sel pengiring, parenkim, serabut, dan sklerenkim.
Floem juga dikenal sebagai pembuluh tapis, yang membentuk kulit kayu pada
batang. Unsur penyusun pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis
(sieve plate) berupa sel tunggal dan bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve
tubes) yang serupa pipa. Dengan bentuk seperti ini pembuluh tapis dapat
menyalurkan gula, asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh
bagian tumbuhan. Lakitan (2007)
Jaringan Parenkim
Jaringan Parenkim merupakan jaringan tanaman yang paling umum dan belum
berdiferensiasi. Kebanyakan karbohidrat non-struktural dan air disimpan oleh
tanaman pada jaringan ini. Jaringan Parenkim biasanya memiliki dimensi panjang
dan lebar yang sama (isodiametrik) dan protoplas aktif dibungkus oleh dinding sel
primer dengan selulose yang tipis. Ruang interseluler antar sel umum terdapat pada
parenkim. Nama lain dari jaringan parenkim adalah jaringan dasar. Jaringan
parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun, daging buah dan
endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung
klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut
aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan
oleh jaringan parenkim. Berdasarkan fungsinya jaringan parenkim dibedakan
menjadi beberapa macam antara lain:
1. Parenkim asimilasi (klorenkim). Parenkim asimilasi adalah sel parenkim yang
mengandung klorofil dan berfungsi untuk fotosintesis.
2. Parenkim penimbun Parenkim penimbun adalah sel parenkim ini dapat
menyimpan cadangan makanan yang berbeda sebagai larutan di dalam vakuola,
bentuk partikel padat, atau cairan di dalam sitoplasma.
3. Parenkim air Parenkim air adalah sel parenkim yang mampu menyimpan air.
Umumnya terdapat pada tumbuhan yang hidup didaerah kering (xerofit), tumbuhan
epifit, dan tumbuhan sukulen.
4. Parenkim penyimpan udara (aerenkim). Parenkim penyimpan udara atau aerenkim
adalah jaringan parenkim yang mampu menyimpan udara karena mempunyai ruang
antar sel yang besar. Aerenkim banyak terdapat pada batang dan daun tumbuhan
hidrofit. Lakitan (2007)
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Derivat sel epidermis terdiri dari stomata, trikomata, sel silika, lentisel, litosit,
dan sel gabus. Pada daun jagung (Zea mays) memiliki tipe stoma graminae, pada
daun adam hawa (Rhoeo discolor) memiliki tipe stoma amaryllidaceae, daun
kumis kucing (Orthosiphon stamineus) memiliki tipe trikomata glanduler, dan
pada daun durian (Durio zibethinus) memiliki tipe trikomata non-glanduler.
2. Macam-macam jaringan parenkim atau jaringan dasar adalah aerenkim dan
aktinenkim. Pada daun talas (Colocasia esculenta) memiliki tipe parenkimnya
adalah aerenkim.

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah lebih terampil dalam menggunakan
mikroskop cahaya, berhati-hati dalam mengiris preparat, dan lebih memperhatikan
akuades yang ditetesi kedalam object glass.
DAFTAR PUSTAKA

Anto. Jaringan Tumbuhan. http:www.membuatblog.2010.web.id (Diakses tanggal 17


Oktober 2015).
Campbell, Neil, dkk. 2000. Biologi. Erlangga, Jakarta
Cambell. 2002. Biologi edisi lima. Erlangga, Jakarta
Iwan, Wahyu. 2006. Biologi. CV Regina, Bogor
Kuntorini, E. M., Fitriana, S., & Astuti, M. D. (2013). STRUKTUR ANATOMI
DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAUN
KERSEN (Muntingia calabura). Prosiding SEMIRATA 2013, 1(1).
Lakitan,Benyamin.2007.Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan.PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Primadani. 2006. Anatomi Tumbuhan. Universitas Lambung Mangkurat Press.
Banjarmasin

Putjoarianto. 1988. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.UGM Press. Yogyakarta


Sutrian, Yayan, dkk. 1933. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Jakarta
Sutrian. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-tubuhan Tentang Sel dan Jaringan.
Rineka Cipta. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai