Anda di halaman 1dari 33

PG3002 LABORATORIUM TEKNIK PANGAN

SEMESTER II-2017/2018

Laporan Singkat
MODUL MEM
MEMBRAN DISTILASI

Dosen Pembimbing : Dr. Helen Julian


Asisten : Fakhri Putra Nasution

Oleh:
Kelompok PG.B2.1718.06
Carla Nathania (14315029)
Frisilia Indriani (14315034)

PROGRAM STUDI TEKNIK PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
ABSTRAK

Membran distilasi merupakan proses pemisahan dengan memindahkan molekul uap


melalui membran hidrofobik mikrosporus. Prinsip pemisahan menggunakan teknologi
membran distilasi adalah adanya perbedaan tekanan uap air pada sisi umpan dan sisi
permeat yang disebabkan oleh adanya perbedaan temperatur yang melewati membran
hidrofobik. Kinerja membran dapat dievaluasi dengan mengukur nilai fluks permeatnya.
Membran dengan fluks yang tinggi akan menghasilkan laju perpindahan massa yang tinggi
pula sehingga proses dapat berlangsung lebih cepat. Beberapa hal yang dapat menurunkan
kinerja membran adalah polarisasi temperatur, polarisasi konsentrasi, fouling, dan wetting.
Efek dari semua itu dapat diminimalkan dengan melakukan variasi kondisi operasi, seperti
temperatur umpan, konsentrasi umpan, laju alir sirkulasi, dan waktu operasi.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh temperatur dan laju alir terhadap
kinerja membran distilasi. Percobaan dilakukan dengan variasi temperatur pada tangki
umpan yaitu 60°C dan 70°C dengan dilakukan juga variasi laju alir sebesar 3 mL/s dan 5
mL/s. Tangki umpan diisi dengan larutan garam dengan konsentrasi 3% (g/mL). Pada
setiap percobaan dilakukan pengambilan data setiap 15 menit.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pertama, proses
distilasi membran yang paling efektif dilakukan dengan laju alir air sirkulasi sebesar 3
mL/s dengan tempertur pemanasan tangki umpan sebesar 60°C. Kedua, membran akan
mengalami kondisi jenuh ketika tidak terjadi perpindahan massa dari tangki umpan ke
tangki air sirkulasi atau pada saat fluks bernilai nol. Ketiga, pada percobaan ini nilai
konduktivitas umpan kan meningkat seiring waktu dan konduktivitas air sirkulasi konstan
selama percobaan oleh karena belum terjadinya fouling dan wetting pada membran.

Kata kunci: membran distilasi, temperatur, laju alir, konduktivitas, fluks

Halaman 1 dari 32
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Membran distilasi merupakan proses pemisahan dengan memindahkan molekul uap


melalui membran hidrofobik mikrosporus. Prinsip pemisahan menggunakan teknologi
membran distilasi adalah adanya perbedaan tekanan uap air pada sisi umpan dan sisi
permeat yang disebabkan oleh adanya perbedaan temperatur yang melewati membran
hidrofobik. Penggunaan metode ini memiliki banyak keuntungan, di antaranya adalah
temperatur operasi yang rendah jika dibandingkan dengan proses konvensional karena
larutan tidak perlu dipanaskan hingga mencapai temperatur titik didihnya. Selain itu,
tekanan hidrostatik yang digunakan lebih rendah dibandingkan membran Reversed
Osmosis (RO) dan membutuhkan biaya yang lebih murah. Namun, membran distilasi juga
memiliki beberapa kekurangan, seperti fluks permeat yang rendah jika dibandingkan
dengan proses pemisahan lainnya, fluks yang rentan terhadap konsentrasi dan temperatur
umpan akibat polarisasi kedua faktor tersebut, dan besarnya panas yang hilang akibat
adanya konduksi. Aplikasi dari proses pemisahan menggunakan metode ini adalah proses
desalinasi, pengolahan limbah air, dan dalam industri makanan.
Kinerja membran dapat dievaluasi dengan mengukur nilai fluks permeatnya.
Membran dengan fluks yang tinggi akan menghasilkan laju perpindahan massa yang tinggi
pula sehingga proses dapat berlangsung lebih cepat. Beberapa hal yang dapat menurunkan
kinerja membran adalah polarisasi temperatur, polarisasi konsentrasi, fouling, dan wetting.
Polarisasi adalah perbedaan nilai, baik temperatur maupun konsentrasi, antara umpan dan
permeat di fasa ruah dengan umpan dan permeat di permukaan membran-umpan dan
membran-permeat. Fouling adalah peristiwa pelekatan senyawa organik maupun inorganik
pada permukaan membran. Fouling dapat mengakibatkan penyumbatan pada pori
membran sehingga luas area efektif untuk perpindahan massa menjadi berkurang. Fouling
juga dapat mengakibatkan terjadinya wetting, yaitu pembasahan pori membran sehingga
perpindahan massa tidak dalam bentuk uap air lagi dan terdapat zat yang tidak diinginkan
Halaman 2 dari 32
pada sisi permeat. Efek dari semua itu dapat diminimalkan dengan melakukan variasi
kondisi operasi, seperti temperatur umpan, konsentrasi umpan, laju alir sirkulasi, dan
waktu operasi.

1.2. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan modul Distilasi Membran adalah untuk menentukan pengaruh
kondisi operasi dan hidrofobisitas membran terhadap kinerja membran distilasi dengan
konfigurasi submerged direct contact.

1.3. Sasaran Percobaan

Sasaran dari percobaan modul Distilasi Membran adalah sebagai berikut:

1. Menentukan hubungan antara waktu operasi dengan fluks aqua dm


2. Menentukan hubungan antara waktu operasi dengan fluks larutan garam
3. Menentukan hubungan antara fluks permeat dengan volume permeat total
4. Menentukan hubungan antara waktu dengan konduktivitas umpan dan
konduktivitas air sirkulasi

Halaman 3 dari 32
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan modul Membran Distilasi kali ini
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Alat dan Bahan Percobaan
Alat Bahan
1. Neraca analitis 1. Aqua dm
2. Pengaduk dan magnet pengaduk 2. Larutan garam NaCl (3 g/100 mL)
3. Gelas kimia 200 mL
4. Gelas kimia 1 L
5. Modul membran
6. Tube aliran permeat
7. Waterbath
8. Conductivity meter
9. Pompa

2.2. Skema Alat Percobaan

Dalam percobaan Membran Distilasi, skema alat yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Halaman 4 dari 32
Gambar 2.2-1 Skema Alat Percobaan Distilasi Membran (Sumber: Modul Membran
Distilasi)
Berikut ini merupakan rangkaian alat Membran Distilasi yang digunakan pada
praktikum tanggal 7-8 Maret 2018.

Gambar 2.2-2. Rangkaian Alat Percobaan Distilasi Membran


Sumber : Dokumen Pribadi

Halaman 5 dari 32
2.3. Prosedur Kerja

2.3.1 Penentuan Fluks Membran dengan Aqua Dm

Penentuan fluks membran dengan aqua dm dilakukan dengan pertama-tama


merangkai alat submerged direct contact membran distillation sesuai dengan skema alat.
Kemudian aqua dm akan dimasukkan ke dalam tangki umpan dan tangki permeat dengan
volume tertentu. Massa tangki permeat yang berisi aqua dm akan ditimbang. Selanjutnya,
tangki umpan akan dipanaskan di waterbath hingga mencapai variasi temperatur tertentu.
Lalu pompa air sirkulasi akan dinyalakan setelah temperatur larutan umpan sudah
mencapai temperatur yang diinginkan. Proses distilasi membran akan dilaksanakan selama
60 menit. Temperatur umpan dan permeat serta massa tangki permeat diukur. Lalu modul
membran akan dibilas selama 10 detik untuk digunakan pada variasi temperatur dan laju
alir berikutnya.

2.3.2 Penentuan Pengaruh Temperatur dan Laju Alir terhadap Fluks Membran

Pengaruh temperatur terhadap fluks membran dapat ditentukan dengan melakukan


proses distilasi membran pada variasi temperatur yang berbeda. Pertama, larutan garam
dengan konsentrasi 3 g/100 mL disiapkan lalu dimasukkan ke dalam tangki umpan dengan
suatu volume tertentu. Aqua dm sebagai air sirkulasi juga dimasukkan ke dalam tangki
permeat lalu diukur massanya. Tangki umpan akan dipanaskan di dalam waterbath hingga
mencapai variasi temperatur tertentu. Pompa air sirkulasi akan dinyalakan setelah
temperatur tangki umpan sudah mencapai variasi temperatur yang diinginkan. Proses
distilasi membran akan dilaksanakan selama 120 menit. Temperatur umpan dan permeat,
konduktivitas umpan dan permeat, serta massa tangki permeat akan diukur setiap 15 menit
proses distilasi berlangsung. Setelah proses disilasi membran selesai dilakukan, modul
membran akan dibilas selama 10 detik untuk digunakan pada variasi temperatur dan laju
alir berikutnya.

Halaman 6 dari 32
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Hubungan antara Waktu Operasi dengan Fluks Aqua Dm

Penentuan fluks menggunakan aqua dm sebagai air umpan bertujuan untuk


mengetahui titik jenuh pada membran. Percobaan dilakukan selama satu jam dengan
variasi laju alir yaitu, 3 mL/detik dan 5 mL/detik bersama dengan variasi temperatur
larutan umpan, yaitu 60°C dan 70°C. Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan hubungan
antara fluks aqua dm terhadap waktu operasi sebagai berikut.
1
0.9
0.8
Flux (L/m-square.jam)

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 15 30 45 60
Waktu (menit)

Gambar 3.1-1. Hubungan Fluks Aqua dm terhadap Waktu Operasi pada Temperatur
Umpan 60°C dan Laju Alir Air Sirkulasi 3 mL/detik

Halaman 7 dari 32
0
0 10 20 30 40 50 60 70
-500

-1000
Flux (L/m-square.jam)

-1500

-2000

-2500

-3000

-3500

-4000
Waktu (menit)

Gambar 3.1-2. Hubungan Fluks Aqua dm terhadap Waktu Operasi pada Temperatur
Umpan 70°C dan Laju Alir Air Sirkulasi 3 mL/detik
1
0.9
0.8
Flux (L/m-square.jam)

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)

Gambar 3.1-3. Hubungan Fluks Aqua dm terhadap Waktu Operasi pada Temperatur
Umpan 60°C dan Laju Alir Air Sirkulasi 5 mL/detik

Halaman 8 dari 32
0
0 10 20 30 40 50 60 70
-1000
-2000
Flux (L/m-square.jam)

-3000
-4000
-5000
-6000
-7000
-8000
-9000
Waktu (menit)

Gambar 3.1-4. Hubungan Fluks Aqua dm terhadap Waktu Operasi pada Temperatur
Umpan 70°C dan Laju Alir Air Sirkulasi 5 mL/detik

Berdasarkan Gambar 3.1-1, fluks aqua dm dengan temperatur 60°C pada laju alir 3
mL/detik yang didapat selama satu jam percobaan mengalami nilai fluks yang konstan
yaitu 0 L/m2 jam. Berdasarkan Gambar 3.1-2, fluks aqua dm dengan temperatur 70oC
pada laju alir 3 mL/detik yang didapat selama satu jam percobaan mengalami peningkatan
dari nilai fluks percobaan selama 15 menit hingga 60 menit. Namun pada Gambar 3.1-2,
nilai fluks yang dihasilkan dari percobaan memiliki nilai negatif. Berdasarkan Gambar 3.1-
3, fluks aqua dm dengan temperatur 60°C pada laju alir 5 ml/detik memiliki nilai konstan
yaitu 0 L/m2 jam selama 30 menit. Percobaan hanya dilaksanakan selama 30 menit oleh
karena membran yang terlepas dari selang air sirkulasi.pada Gambar 3.1-4, fluks aqua dm
dengan temperatur 70°C pada laju alir 5 ml/detik juga memiliki pengingkatan pada menit
ke-15 sampai 45 lalu penurunan pada menit ke-45 sampai 60.
Secara ideal, membran akan mengalami titik jenuh pada saat sudah tidak terjadi
perpindahan massa pada membran sehingga nilai fluks yang terjadi merupakan sama
dengan nol. Hal ini terjadi oleh karena tangki umpan yang berisi aqua dm bukan
merupakan suatu campuran sehingga tidak terjadi perpindahan massa. Penurunan massa

Halaman 9 dari 32
gelas kimia yang berisi air demineralisasi terjadi oleh karena terjadinya kebocoran pada
modul membran sehingga air sirkulasi akan masuk ke dalam tangki umpan. Nilai fluks
yang negatif dapat terjadi oleh karena adanya penurunan massa tangki air sirkulasi.
Penurunan massa ini dapat terjadi oleh karena kebocoran pada modul membran sehingga
air sirkulasi berpindah masuk ke dalam tangki umpan.

3.2 Analisis Hubungan antara Waktu Operasi dengan Fluks Larutan Garam

Percobaan dilakukan dengan variasi temperatur, yaitu 60°C dan 70°C dan dengan
variasi laju alir yaitu 3 mL/detik dan 5 mL/detik. Berdasarkan studi literatur, peningkatan
suhu permeat akan menghasilkan fluks membran yang lebih rendah karena penurunan
perbedaan tekanan uap membran ketika temperatur larutan umpan dijaga konstan. Selain
itu, peningkatan aliran permeat akan mengurangi efek polarisasi temperatur yang akan
menghasilkan peningkatan nilai fluks membran. Berikut ini merupakan grafik hubungan
antara fluks air garam terhadap waktu operasi pada variasi temperatur dan laju alir
berdasarkan hasil percobaan.
2500

2000
Flux (L/m-square.jam)

1500

1000

500

0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)

Gambar 3.2-1. Hubungan Fluks Air Garam 3% terhadap Waktu Operasi pada
Temperatur Umpan 60°C dan Laju Alir Air Sirkulasi 3 mL/detik

Halaman 10 dari 32
Berdasarkan Gambar 3.2-1, fluks yang terjadi memiliki nilai yang konstan pada
percobaan menit ke-15 hingga 45. Pada menit ke-60, nilai fluks mencapai nilai nol. Pada
menit ke-60 hingga 90, nilai fluks yang terjadi memiliki peningkatan. Hal ini dapat
disebabkan oleh karena pada menit ke-15 hingga 45 terjadi peningkatan massa tangki air
sirkulasi yang sama sehingga menghasilkan nilai fluks yang konstan. Namun pada menit
ke-60, tidak terjadi perubahan massa tangki air sirkulasi dari menit ke-45 hingga 60,
sehingga nilai fluks yang terjadi sama dengan nol. Pada menit ke-60 hingga 90, terjadi
peningkatan fluks dimana berarti terjadi perpindahan uap air dari tangki umpan ke tangki
air sirkulasi.
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
-200
-400
Flux (L/m-square.jam)

-600
-800
-1000
-1200
-1400
-1600
-1800
Waktu (menit)

Gambar 3.2-2. Hubungan Fluks Air Garam 3% terhadap Waktu Operasi pada
Temperatur Umpan 70°C dan Laju Alir Air Sirkulasi 3 mL/detik

Halaman 11 dari 32
0
0 5 10 15 20 25
Flux (L/m-square.jam) -2000

-4000

-6000

-8000

-10000

-12000

-14000
Waktu (menit)

Gambar 3.2-3. Hubungan Fluks Air Garam 3% terhadap Waktu Operasi pada
Temperatur Umpan 60°C dan Laju Alir Air Sirkulasi 5 mL/detik
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
-2000
Flux (L/m-square.jam)

-4000

-6000

-8000

-10000

-12000
Waktu (menit)

Gambar 3.2-4. Hubungan Fluks Air Garam 3% terhadap Waktu Operasi pada
Temperatur Umpan 70°C dan Laju Alir Air Sirkulasi 5 mL/detik

Pada Gambar 3.2-2, Gambar 3.2-3 dan Gambar 3.2-4 didapatkan nilai fluks yang
negatif. Tetapi pada Gambar 3.2-3, terjadi peningkatan fluks pada menit ke-5 hingga 15
walaupun nilai fluks yang dihasilkan masih memiliki nilai yang minus. Seperti yang telah
tertera sebelumnya, nilai fluks yang negatif menandakan adanya perpindahan massa air
Halaman 12 dari 32
sirkulasi ke dalam tangki umpan dan hal ini dapat disebabkan oleh kebocoran pada
membran maupun selang yang digunakan. Selain itu berdasarkan Gambar 3.2-2, Gambar
3.2-3 dan Gambar 3.2-4, percobaan hanya dilakukan selama 15-20 menit. Hal ini
disebabkan oleh karena membran yang lepas dari selang aliran air sirkulasi. Membran
dapat terlepas dari selang oleh karena laju alir sirkulasi dan temperatur yang tinggi. Laju
alir sirkulasi yang tinggi akan memberikan tekanan yang lebih besar pada membran
sehingga memudahkan membran untuk terlepas. Temperatur pemanasan yang tinggi
mampu meningkatkan kemungkinan suatu benda padat untuk memuai yang menyebabkan
longgarnya selang sehingga memudahkan membran untuk terlepas. Berdasarkan keempat
grafik tersebut, data tidak dapat dibandingkan karena adanya fluks yang bernilai negatif.

3.3 Analisis Hubungan antara Fluks Permeat dengan Volume Air Sirkulasi Total

Berdasarkan studi literatur, nilai kenaikan fluks permeat berbanding lurus dengan
nilai kenaikan volume air sirkulasi total. Hal ini dikarenakan tenperatur air sirkulasi dijaga
agar tetap berada di bawah 30 C sehingga driving force pada proses distilasi membran
o

tetap memiliki nilai yang besar. Berikut ini merupakan grafik hubungan antara fluks
permeat dengan volume air sirkulasi larutan garam pada temperatur umpan 60 C dan laju o

alir air sirkulasi 3 mL/detik.


2500.00

2000.00
Fluks (L/m-square.jam)

1500.00

1000.00

500.00

0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
Volume Permeat Total (L)

Halaman 13 dari 32
Gambar 3.3-1. Hubungan Fluks Permeat terhadap Volume Air Sirkulasi Total pada
Temperatur Umpan 60oC dan Laju Alir Air Sirkulasi 3 mL/detik

Berdasarkan gambar 3.3-1, nilai fluks air sirkulasi (permeat) mengalami kenaikan
sebesar 1295,78 L/m2 jam di menit ke-15 dan nilainya konstan hingga menit ke-45. Pada
keadaan fluks konstan tersebut volume air sirkulasi total pun mengalami kenaikan dengan
nilai yang konstan. Nilai fluks kemudian mengalami penurunan hingga mencapai nol pada
menit ke-60 sehingga nilai volume air sirkulasi total konstan. Fluks mengalami kenaikan
kembali sebesar 647,89 dan 1619,73 saat menit ke-75 dan ke-90 berturut-turut.
Berikut ini merupakan grafik hubungan antara fluks permeat dengan volume air
sirkulasi larutan garam pada temperatur umpan 60oC dan laju alir air sirkulasi 5 mL/detik.
0.00
-6.00 -5.00 -4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00
-200.00
-400.00
Fluks (L/m-suare.jam)

-600.00
-800.00
-1000.00
-1200.00
-1400.00
-1600.00
-1800.00
Volume Permeat Total (L)

Gambar 3.3-2. Hubungan Fluks Permeat terhadap Volume Air Sirkulasi Total pada
Temperatur Umpan 60oC dan Laju Alir Air Sirkulasi 5 mL/detik

Berdasarkan gambar 3.3-2, nilai fluks air sirkulasi (permeat) yang didapat bernilai
negatif. Hal ini disebabkan pada percobaan tersebut, membran yang digunakan mengalami
kebocoran sehingga uap air yang dialirkan pada tangki air sirkulasi mengalami penurunan
dan berakibat pada massa air sirkulasi mengalami penurunan. Selain itu, selang yang

Halaman 14 dari 32
digunakan sebagai kondensor air dari tangki larutan umpan dan tangki permeat terdapat
lekukan sehingga mengakibatkan massa air yang dialirkan ke tangki permeat berkurang.
Berikut ini merupakan grafik hubungan antara fluks permeat dengan volume air
sirkulasi larutan garam pada temperatur umpan 70oC dengan laju alir air sirkulasi 3
mL/detik dan 5 mL/detik.

0
-25 -20 -15 -10 -5 0
-2000
Fluks (L/m-square.jam)

-4000

-6000

-8000

-10000

-12000

-14000
Volume Permeat Total (L)

Gambar 3.3-3. Hubungan Fluks Permeat terhadap Volume Air Sirkulasi Total pada
Temperatur Umpan 70oC dan Laju Alir Air Sirkulasi 3 mL/detik

Halaman 15 dari 32
0
-40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0
Fluks (L/m-square.jam) -2000

-4000

-6000

-8000

-10000

-12000
Volume Permeat Total (L)

Gambar 3.3-4. Hubungan Fluks Permeat terhadap Volume Air Sirkulasi Total pada
Temperatur Umpan 70oC dan Laju Alir Air Sirkulasi 5 mL/detik

Berdasarkan gambar 3.3-3 dan 3.3-4, nilai fluks air sirkulasi (permeat) yang didapat
bernilai negatif. Hal ini disebabkan pada percobaan tersebut, membran yang digunakan
mengalami kebocoran sehingga uap air yang dialirkan pada tangki air sirkulasi mengalami
penurunan dan berakibat pada massa air sirkulasi mengalami penurunan. Selain itu, hanya
satu data yang didapat dikarenakan selama proses membran distilasi dengan temperatur
70 C, membran yang digunakan selalu lepas dari selang. Hal ini dapat diakibatkan karena
o

saat temperatur tinggi, polimer pada selang mengalami pelonggaran. Pada saat pemanasan
dengan temperatur 70 C, partikel-partikel pada zat padat mengalami pergerakan lebih cepat
o

sehingga jarak antarpartikelnya semakin berjauhan (merenggang).

3.4 Analisis Hubungan antara Waktu dengan Konduktivitas Umpan dan


Konduktivitas Air Sirkulasi

Berikut ini merupakan grafik hubungan antara waktu dengan konduksi umpan dan
konduktivitas air sirkulasi.

Halaman 16 dari 32
80
70
Konduktivitas (µS/cm)
60
50
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)

Gambar 3.4-1. Hubungan Waktu dengan Konduktivitas Umpan dan Konduktivitas


Air Sirkulasi pada Temperatur Umpan 60°C dan Laju Alir Air Sirkulasi 3 mL/detik
90
80
Konduktivitas (µS/cm)

70
60
50
40
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)

Gambar 3.4-2. HubunganWaktu dengan Konduktivitas Umpan dan Konduktivitas


Air Sirkulasi pada Temperatur Umpan 60°C dan Laju Alir Air Sirkulasi 5 mL/detik

Halaman 17 dari 32
70

Konduktivitas (µS/cm) 60

50

40

30

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (menit)

Gambar 3.4-3. Hubungan Waktu dengan Konduktivitas Umpan dan Konduktivitas


Air Sirkulasi pada Temperatur Umpan 70°C dan Laju Alir Air Sirkulasi 3 mL/detik
70

60
Konduktivitas (µS/cm)

50

40

30

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (menit)

Gambar 3.4-4. HubunganWaktu dengan Konduktivitas Umpan dan Konduktivitas


Air Sirkulasi pada Temperatur Umpan 70°C dan Laju Alir Air Sirkulasi 5 mL/detik

Berdasarkan seluruh hasil percobaan, nilai konduktivitas umpan selalu mengalami


peningkatan seiring berjalannya waktu percobaan. Peningkatan nilai konduktivitas umpan
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi garam didalam tangki umpan. Sedangkan nilai
konduktivitas air sirkulasi selalu memiliki nilai yang konstan oleh karena air sirkulasi yang
Halaman 18 dari 32
digunakan tidak mengalami kontaminasi dari tangki umpan akibat dari wetting atau
kontaminasi dari luar sehingga tangki air sirkulasi selalu terisi dengan air demineralisasi.

Halaman 19 dari 32
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum modul Membran Distilasi adalah sebagai
berikut.

1. Hubungan waktu operasi terhadap fluks aqua dm pada temperatur 60oC adalah konstan,
dengan nilai 0 L/m2 jam, sedangkan pada temperatur 70 oC mengalami fluktuasi.
2. Hubungan waktu operasi terhadap fluks larutan garam 3% pada temperatur 60oC
o
mengalami fluktuasi, sedangkan pada temperatur 70 C mengalami penurunan
dikarenakan nilai fluks negatif.
3. Hubungan fluks permeat terhadap volume permeat total pada temperatur 60oC
o
mengalami fluktuasi, sedangkan pada temperatur 70 C mengalami penurunan
dikarenakan nilai fluks negatif. Membran akan mengalami kondisi jenuh ketika tidak
terjadi perpindahan massa dari tangki umpan ke tangki air sirkulasi atau pada saat fluks
bernilai nol
4. Nilai konduktivitas umpan meningkat dan konduktivitas air sirkulasi konstan selama
percobaan oleh karena tidak terjadinya wetting dan fouling pada membran
5. Proses distilasi membran yng paling efektif dilakukan dengan laju alir air sirkulasi
sebesar 3 mL/detik dengan temperatur pemanasan tangki umpan sebesar 60°C

4.2 Saran

Saran dari praktikan terkait praktikum modul Membran Distilasi adalah sebagai
berikut.

1. Laju alir yang diujikan memiliki nilai yang lebih kecil

Halaman 20 dari 32
DAFTAR PUSTAKA

Alkhudiri, Abdullah, dkk. 2012. Membran Distillation: A Comprehensive Review.


Desalination Journal 287, page 2-18.
Onsekizoglu, Pelin. 2012. Membrane Distillation: Principle, Advances, Limitations and
Future Prospects in Food Industry. Turkey: The Authors.
https://www.intechopen.com/books/distillation-advances-from-modeling-to-
applications/membrane-distillation-principle-advances-limitations-and-future-
prospects-in-food-industry
Wenten, I.G., dkk. 2013. Polarisasi Konsentrasi dan Fouling pada Membran. Bandung:
Institut Teknologi Bandung. https://www.researchgate.net/publication/ 287489743_
Polarisasi_Konsentrasi_dan_Fouling_pada_Membran
Wenten, I.G. 2004. Teknologi Membran Dalam Pengolahan Air Dan Limbah Industri.
Studi Kasus: Pemanfaatan Ultrafiltrasi untuk Pengolahan Air Tambak.
https://www.researchgate.net/publication/281236127_TEKNOLOGI_MEMBRAN_
DALAM_PENGOLAHAN_AIR_DAN_LIMBAH_INDUSTRI_Studi_Kasus_Pema
nfaatan_Ultrafiltrasi_untuk_Pengolahan_Air_Tambak

Halaman 21 dari 32
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR

A.1 Air
Air yang digunakan pada modul Membran Distilasi adalah aqua dm untuk mencegah
terjadinya fouling akibat mineral yang terkandung pada air biasa. Berikut ini merupakan
tabel sifat fisik dan kimia dari air juga tabel densitas air pada variasi temperatur.
Tabel A.1. Data Sifak Fisik dan Kimia Air
Sifat Keterangan
Berat molekul 18,02 g/mol
Titik didih 100oC (1 atm)
Titik beku 0oC (1 atm)
Densitas 1 g/mL (4oC)
Konduktivitas 10 μS/cm
Indeks bias 1,33
Kepolaran Polar

Halaman 22 dari 32
Gambar A.1. Data Densitas Air pada Variasi Temperatur
Sumber : http://www.vaxasoftware.com

A.2 Garam NaCl


Garam yang digunakan pada modul Membran Distilasi adalah natrium klorida
(NaCl) dengan konsentrasi 3g/100 mL. Berikut ini merupakan tabel sifat fisik dan
kimia dari natrium klorida.

Halaman 23 dari 32
Tabel A.2. Data Sifak Fisik dan Kimia Air
Sifat Keterangan
Berat molekul 58,44 g/mol
Titik didih 1413oC (1 atm)
Titik leleh 801oC (1 atm)
Densitas 2,165 g/mL
Fasa Padat (bubuk kristal)
pH 7 (netral)

Halaman 24 dari 32
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1. Perhitungan Fluks

Fluks proses distilasi membran dapat dihitung dengan menggunakan data pada Tabel
D.3-1 pada menit ke-0 dan 15. Perhitungan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan B.1.
B.1

Massa permeat dapat dihitung dengan mengurangi massa tangki permeat satu waktu
dikurangi dengan massa tangki permeat sebelumnya. Dengan demikian, perhitungan dapat
dilakukan sebagai berikut:

( )
⁄ ⁄

B.2. Perhitungan Volume Permeat Total

Volume permeat total dapat dihitung dengan menggunakan data pada Tabel D.3-1
pada menit ke-0 dan 15. Perhitungan ini dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan
B.2.
B.2

Dengan demikian, perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut:


( )

Halaman 25 dari 32
LAMPIRAN C
DATA ANTARA

C.1. Data Antara Penentuan Fluks Membran dengan Aqua Dm

Tabel C.1-1. Data Antara Penentuan Fluks Membran dengan Aqua Dm dengan Laju
Alir 3 mL/detik pada Temperatur Pemanasan 60C

Flux (L/m-
t (menit)
square.jam)
0 0
15 0
30 0
45 0
60 0

Tabel C.1-2. Data Antara Penentuan Fluks Membran dengan Aqua Dm dengan Laju
Alir 3 mL/detik pada Temperatur Pemanasan 70C

Flux (L/m-
t (menit)
square.jam)
0 0
15 -3583.45
30 -2547.77
45 -424.63
60 0

Halaman 26 dari 32
Tabel C.1-3. Data Antara Penentuan Fluks Membran dengan Aqua Dm dengan Laju
Alir 5 mL/detik pada Temperatur Pemanasan 60C

Flux (L/m-
t (menit)
square.jam)
0 0
15 0
30 0

Tabel C.1-4. Data Antara Penentuan Fluks Membran dengan Aqua Dm dengan Laju
Alir 5 mL/detik pada Temperatur Pemanasan 70C

Flux (L/m-
t (menit)
square.jam)
0 0
15 -8144.21
30 -5254.78
45 -106.16
60 -557.32

C.2. Data Antara Penentuan Pengaruh Temperatur dan Laju Alir terhadap Fluks
Membran

Tabel C.2-1. Data Penentuan Pengaruh Temperatur dan Laju Alir terhadap Fluks
Membran dengan Laju Alir 3 mL/detik pada Temperatur Pemanasan 60C

Flux (L/m- Volume permeate


t (menit)
square.jam) total (L)
0 0 0
15 1295.78 4.07
30 1295.78 8.14
45 1295.78 12.21
60 0 12.21
75 647.89 14.24
90 2267.62 21.36
Halaman 27 dari 32
Tabel C.2-2. Data Penentuan Pengaruh Temperatur dan Laju Alir terhadap Fluks
Membran dengan Laju Alir 3 mL/detik pada Temperatur Pemanasan 70C

Flux (L/m- Volume permeate


t (menit)
square.jam) total (L)
0 0 0
15 -1628.84 -5.11

Tabel C.2-3. Data Penentuan Pengaruh Temperatur dan Laju Alir terhadap Fluks
Membran dengan Laju Alir 5 mL /detik pada Temperatur Pemanasan 60C

Flux (L/m- Volume permeate


t (menit)
square.jam) total (L)
0 0 0
5 -11662.05 -12.21
10 -5831.02 -18.31
15 0 -18.31
20 -971.84 -19.33

Tabel C.2-4. Data Penentuan Pengaruh Temperatur dan Laju Alir terhadap Fluks
Membran dengan Laju Alir 5 mL /detik pada Temperatur Pemanasan 70C

Flux (L/m- Volume permeate


t (menit)
square.jam) total (L)
0 0 0
15 -11401.89 -35.80

Halaman 28 dari 32
LAMPIRAN D
DATA MENTAH

D.1. Kondisi Laboratorium

Tabel D.1-1. Data Kondisi Laboratorium Hari ke-1

Waktu Temperatur Tekanan Udara


(oC) (mmHg)

09.05 25 ± 0,5 741.0 ± 0,5

11.28 26 ± 0,5 740.3 ± 0,5

12.30 26 ± 0,5 740.3 ± 0,5

14.00 25 ± 0,5 739.5 ± 0,5

15.37 25 ± 0,5 739.5 ± 0,5

Tabel D.1-2. Data Kondisi Laboratorium Hari ke-2

Waktu Temperatur Tekanan Udara


(oC) (mmHg)

08.55 25 ± 0,5 738.8 ± 0,5

11.34 26 ± 0,5 739.5 ± 0,5

12.55 26 ± 0,5 739.5 ± 0,5

14.55 26 ± 0,5 738.0 ± 0,5

16.30 26 ± 0,5 738.8 ± 0,5

Halaman 29 dari 32
D.2. Data Penentuan Fluks Membran dengan Aqua Dm

Tabel D.2-1. Data Penentuan Fluks Membran dengan Aqua Dm dengan Laju Alir 3
mL /detik pada Temperatur Pemanasan 60C

Berat gelas kimia + air


t (menit) T umpan (C) T air sirkulasi (C)
demineralisasi (g)
0 60 23.3 1239
15 40.7 24.8 1239
30 40 23.7 1239
45 39.8 23.6 1239
60 39.9 23.8 1239

Tabel D.2-2. Data Penentuan Fluks Membran dengan Aqua Dm dengan Laju Alir 3
mL /detik pada Temperatur Pemanasan 70C

Berat gelas kimia + air


t (menit) T umpan (C) T air sirkulasi (C)
demineralisasi (g)
0 70 20.5 1276
15 69.5 26.7 1265
30 68.3 27.6 1260
45 67.9 28.3 1256
60 66.4 29.1 1256

Tabel D.2-3. Data Penentuan Fluks Membran dengan Aqua Dm dengan Laju Alir 5
mL/detik pada Temperatur Pemanasan 60C

Berat gelas kimia + air


t (menit) T umpan (C) T air sirkulasi (C)
demineralisasi (g)
0 60 16.4 1239
15 45.8 22.9 1239
30 41.6 23 1239

Halaman 30 dari 32
Tabel D.2-3. Data Penentuan Fluks Membran dengan Aqua Dm dengan Laju Alir 5
ml/detik pada Temperatur Pemanasan 60C

Berat gelas kimia + air


t (menit) T umpan (C) T air sirkulasi (C)
demineralisasi (g)
0 70 20.1 1227
15 46.8 31.9 1201
30 47.3 33.6 1194
45 47.5 34.8 1193
60 50.5 35.5 1186

D.3. Data Penentuan Pengaruh Temperatur dan Laju Alir terhadap Fluks
Membran

Tabel D.3-1. Data Penentuan Pengaruh Temperatur dan Laju Alir terhadap Fluks
Membran dengan Laju Alir 3 mL /detik pada Temperatur Pemanasan 60C

Berat gelas
T air Konduktivitas Konduktivitas
t T umpan kimia + air
sirkulasi umpan air sirkulasi
(menit) (deg-C) demineralisasi
(deg-C) (mS/cm) (mS/cm)
(g)
0 60 23.3 1239 68.2 0.008
15 41.6 22.9 1243 68.65 0.008
30 41.5 23.3 1247 69.4 0.009
45 42.3 24.1 1251 69.95 0.009
60 41.5 23.9 1251 69.45 0.009
75 41.2 23.5 1253 69.6 0.009
90 41.9 23.8 1260 70.05 0.009

Halaman 31 dari 32
Tabel D.3-2. Data Penentuan Pengaruh Temperatur dan Laju Alir terhadap Fluks
Membran dengan Laju Alir 3 mL /detik pada Temperatur Pemanasan 70C

Berat gelas
T air Konduktivitas Konduktivitas
t T umpan kimia + air
sirkulasi umpan air sirkulasi
(menit) (deg-C) demineralisasi
(deg-C) (mS/cm) (mS/cm)
(g)
0 70 23.9 1245 54.6 0.008
15 47.9 28.9 1240 58.6 0.008

Tabel D.3-3. Data Penentuan Pengaruh Temperatur dan Laju Alir terhadap Fluks
Membran dengan Laju Alir 5 mL /detik pada Temperatur Pemanasan 60C

Berat gelas
T air Konduktivitas Konduktivitas
t T umpan kimia + air
sirkulasi umpan air sirkulasi
(menit) (deg-C) demineralisasi
(deg-C) (mS/cm) (mS/cm)
(g)
0 60 20.5 1177 65.05 0.009
5 38.3 23.9 1165 68.45 0.009
10 37.8 14.7 1159 70.85 0.009
15 39.3 27 1159 70.65 0.009
20 41.9 28.7 1158 78 0.009

Tabel D.3-4. Data Penentuan Pengaruh Temperatur dan Laju Alir terhadap Fluks
Membran dengan Laju Alir 5 mL /detik pada Temperatur Pemanasan 70C
Berat gelas
T air Konduktivitas Konduktivitas
t T umpan kimia + air
sirkulasi umpan air sirkulasi
(menit) (deg-C) demineralisasi
(deg-C) (mS/cm) (mS/cm)
(g)
70 22.3 1254 0.008
0 61.85
15 51.2 27.3 1219 64.29 0.008

Halaman 32 dari 32

Anda mungkin juga menyukai