Disusun oleh :
Ahmad Rofiq Nurhadi (08/265426/TK/33654)
Andrew Mangasi (08/265811/TK/33842)
Heni Hasanah (08/273041/TK/34633)
Irawati Tri Rochadmanti (08/269157/TK/34301)
Sugeng Yulianto (08/268725/TK/34020)
Disusun oleh:
Nama praktikan NIM Tanda Tangan
Pemisahan Gliserol dari Sabun
Mengetahui,
2
Praktikum Khusus-Proses Pemisahan
Pemisahan Gliserol dari Sabun
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Dewasa ini, perkembangan pembangunan industri di Indonesia semakin
meningkat. Kemajuannya tampak dari semakin banyak berdirinya pabrik yang
mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, serta meningkatnya industri barang
untuk modal infrastruktur termasuk industri mesin dan peralatan.
Gliserin merupakan nama komersial dari gliserol. Gliserol adalah bahan yang
dibutuhkan sebagai bahan baku maupun tambahan pada berbagai industri kimia.
Seperti contoh obat – obatan, kosmetik, bahan makanan, larutan anti beku, pasta gigi
dan bahkan tinta printer. Melihat begitu luasnya kegunaan dan kebutuhan gliserol di
Indonesia, utamanya untuk mendapatkan sabun yang murni maka proses pemisahan
gliserol ini sangat penting untuk dikembangkan. Metode pemisahan yang dipilih juga
tentunya sudah mempertimbangkan berbagai aspek seperti safety, ekonomi, dan
lingkungan.
B.TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi jumlah
konsentrasi NaCl terhadap recovery dan daya larut sabun yang didapatkan dari reaksi
saponifikasi.
C.TINJAUAN PUSTAKA
A. Minyak Sawit
Minyak kelapa sawit adalah campuran dari trigliserida asam lemak. Secara
kimia, lemak adalah triester dari gliserol yang dinamakan gliserida. Struktur
gliserida ditunjukkan pada gambar 1.
3
Praktikum Khusus-Proses Pemisahan
Pemisahan Gliserol dari Sabun
karbonnya, sedang asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang mengandung
ikatan rangkap pada ikatan karbonnya. Pada minyak yang memiliki rangkap
sedikit dapat dikonsumsi, sedangkan untuk minyak yang memiliki ikatan rangkap
yang banyak biasa digunakan dalam kegiatan industri misal sebagai drying oil.
Asam lemak tersebut panjang rantai karbonnya antara 12 sampai 18. Asam
lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi
pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi
keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat
dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi
pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Komposisi asam lemak
dalam minyak kelapa sawit ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit
Asam Lemak Jumlah Karbon Kadar (%)
Asam miristat C14:0 1,1 – 2,5
Asam palmitat C16:0 40 – 46
Asam Stearat C18:0 3,6 – 4,7
Asam oleat C18:1 39 – 45
Asam linoleat C18:2 7 - 11
Sumber: Eckey (1955).
B. Sabun
Sabun merupakan garam alkali (biasanya garam natrium/kalium) dan
merupakan zat pembersih yang efektif. Sabun dihasilkan dari reaksi minyak atau
lemak dengan basa (seperti NaOH atau KOH) pada suhu 80 – 100oC dimana
reaksinya biasa disebut reaksi saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa
sehingga membentuk gliserol dan sabun mentah. Alkali yang digunakan dapat
dihasilkan secara tradisional dari pembakaran tumbuhan atau arang kayu. Struktur
sabun secara umum ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
4
Praktikum Khusus-Proses Pemisahan
Pemisahan Gliserol dari Sabun
pembentukan sabun dan struktur sabun yang dihasilkan ditunjukkan pada reaksi di
bawah ini:
A.LANDASAN TEORI
Dalam proses pemisahan gliserol dari campuran sabun dan gliserol, digunakan
sodium chloride (NaCl). Penambahan NaCl ke larutan campuran menyebabkan sabun
mengendap karena kelarutan sabun yang rendah dan kelarutan gliserol yang tinggi di
dalam larutan garam. Jadi jumlah endapan sabun yang diperoleh akan naik jika
kelarutan sabun pada larutan garam semakin kecil.
M1 . V1 = M2 . V2 … (1)
Dengan,
M1 = konsentrasi kadar garam sebelum pengenceran, g/mL
M2 = konsentrasi kadar garam setelah pengenceran, g/mL
V1 = volume pelarut sebelum pengenceran, mL
V2 = volume pelarut setelah pengenceran, mL
Setelah fase sabun terpisahkan dari campuran gliserol dan pengotor, maka
perhitungan percent recovery sabun dapat dihitung dengan persamaan :
% recovery = massa sabun terambilmassa minyak awal x 100 %
… (2)
Variasi jumlah NaCl yang ditambahkan dimulai dari kadar 10% di awal masih
menyisakan sabun yang terlarut dalam campuran gliserol dan pengotor. Hal ini
berbanding terbalik terhadap jumlah NaCl. Maka dari itu dibuat pula korelasi antara
% NaCl terhadap daya larut sabun di larutan garam. Perhitungan stoikiometri daya
larut sabun dijabarkan pada neraca massa berikut :
Minyak + 3KOH 3 sabun+ gliserol
Mula-mula : x mol y mol - -
Bereaksi : -x mol -3x mol +3x +x
Sisa : - y - 3x 3x x
7
Praktikum Khusus-Proses Pemisahan
Pemisahan Gliserol dari Sabun
8
Praktikum Khusus-Proses Pemisahan
Pemisahan Gliserol dari Sabun
B.HIPOTESIS
Hipotesis yang dapat diambil dari percobaan ini adalah adanya variasi
penambahan sodium chloride pada campuran gliserol dan sabun akan didapatkan
endapan sabun yang semakin banyak karena daya larut sabun yang rendah pada
larutan garam, sehingga sabun yang terambil berbanding lurus terhadap jumlah NaCl.
Semakin tinggi konsentrasi NaCl, semakin banyak pula sabun yang terendapkan. Jadi
jumlah endapan sabun yang diperoleh akan naik jika kelarutan sabun pada larutan
garam semakin kecil.
PELAKSANAAN PERCOBAAN
9
Praktikum Khusus-Proses Pemisahan
Pemisahan Gliserol dari Sabun
Keterangan:
1. Waterbath
2. Labu leher tiga 500 mL
3. Pendingin balik
10
Praktikum Khusus-Proses Pemisahan
Pemisahan Gliserol dari Sabun
4. Pengaduk merkuri
5. Termometer alkohol 110℃
6. Motor pengaduk
A.CARA KERJA
1. Tahap pembuatan sampel
1. KOH pellet sebanyak 280 gram ditimbang dalam gelas beker.
2. KOH pellet di atas dilarutkan dalam aquadest sampai volum total larutan 1000
mL dalam gelas beker 1000 mL (sebagai larutan KOH 5 M).
3. Diambil larutan KOH 5 M sebanyak 100 mL kemudian ditambahkan aquadest
sampai volum total larutan 250 mL dalam gelas beker 500 mL (larutan KOH
40%).
4. Gelas beker 500 mL ditimbang dan dicatat hasilnya.
5. Minyak sawit sebanyak 147 gram ditimbang dalam gelas beker 500 mL.
6. Dirangkai alat seperti pada gambar 7.
7. Larutan KOH yang telah dibuat dituangkan ke dalam labu leher tiga 500 mL
yang telah berisi minyak sawit.
8. Putaran pengaduk diatur pada skala 5-7 dan suhu pada termometer alkohol 110oC
pada kisaran 50oC.
9. Proses dihentikan setelah 2 jam lalu didiamkan sampai suhunya kira-kira 30oC.
10. Ditimbang beratnya larutan sampel (campuran sabun dan gliserol).
11
Praktikum Khusus-Proses Pemisahan
Pemisahan Gliserol dari Sabun
A.ANALISIS DATA
1. Penentuan konsentrasi NaCl
M1 . V1 = M2 . V2 … (21)
Dengan, M1 = konsentrasi kadar garam sebelum pengenceran, g/mL
M2 = konsentrasi kadar garam setelah pengenceran, g/mL
V1 = volume pelarut sebelum pengenceran, mL
V2 = volume pelarut setelah pengenceran, mL
2. Perhitungan percent recovery
Percent recovery gliserol dapat dihitung dengan persamaan :
% recovery =massa sabun terendapkan massa minyak awal x 100 %
… (22)
3. Penentuan sabun terlarut
Berdasarkan pada neraca massa yang telah dibuat pada landasan teori,
didapatkan :
Mol sabun terlarut = mol sabun total – mol sabun terendapkan … (23)
4. Grafik
Dibuat grafik hubungan antara % NaCl yang ditambahkan terhadap % recovery
sabun terambil yang ditunjukkan dalam gram sabun/gram minyak awal. Grafik
kedua berupa korelasi variasi % NaCl terhadap daya larut sabun pada campuran
gliserol dan sisa pengotor.
5. Penentuan nilai A dan K
12
Praktikum Khusus-Proses Pemisahan
Pemisahan Gliserol dari Sabun
DAFTAR PUSTAKA
Bayer and Walter, W., 1997, “Organic Chemistry”, Albion Publishing, Great Britain.
13
Praktikum Khusus-Proses Pemisahan
Pemisahan Gliserol dari Sabun
Eckey, S. W., 1955, “Vegetable Fat and Oil”, 1 ed., Reinhold Publishing Corporation,
New York.
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1999, “Kimia Organik”, edisi ketiga, jilid II,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Ketaren, S., 1986, “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”, UI Pers, Jakarta.
Kirk, R.E., and Othmer, D.F., 1980, “Encyclopedia of Chemical Technology”, Vol.9,
3ed., pp.306-308, John Willey and Sons, New York.
Perry, R.H. and Greed, D.E., 1997, “Perry’s Chemical Engineer’s Handbook”, 7ed.,
McGraw-Hill Book Company, Inc., New York.
Prausnitz, J. M., Lichtenthaler, R. N., dan Azevedo, E. G., “Molecular Thermodynamics
of Fluid Phase Equilibria”, 3ed., pp. 635-642, Prentice-Hall, Inc., New Jersey.
Rahajeng, A.S., 2009, “Pembuatan Sabun dan Gliserol Berbahan Dasar Minyak Nabati”,
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada.
14
Praktikum Khusus-Proses Pemisahan