Anda di halaman 1dari 31

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PERCOBAAN 1II


ANALISIS SENYAWA OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK

KELOMPOK 1 / D 2018
Luxvia Jeubun 183145201114
Andi Rahmadani Safitri 183145201123
Dewi Indriani 183145201124
Mariana Ngilamele 183145201128
Esterifika Lafendelina Dasman 183145201131
Yulianti 183145201138
Riska Fajrina Shari 183145201140
Andi Rita Sriwahyuni 183145201147
Reza Geovano Yusuf 183145201246

ASISTEN LABORATORIUM : NURUL SHIDQIYAH S.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia analisis pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan tentang


pengukuran kimia. Oleh karena itu, setiap tahapan atau proses analisis
mengandung suatu kesalahan. Semakin panjang proses analisis, kesalahan
yang dihasilkan akan semakin besar. Maka, seorang analis harus mampu
memilih proses analisis yang sesingkat mungkin secara cermat tanpa
mengorbankan akurasi dan presisi hasil analisis. Tahapan sampling dan
tahapan analisis lainnya akan berkontribusi terhadap kesalahan total
(Abdul Rohman, 2014).
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia (Sudibyo Sapardi, dkk, 2012).
Antibiotik adalah zat-zat kimia dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini
yang dibuat secara semi-sintetik, juga termasuk kelompok ini, begitu pula
semua senyawa sintetik dengan khasiat antibakteri. (Tan hoan tjay, 2015).
Cara kerjanya yang terpenting adalah perintangan sintesis protein,
sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi, misalnya
kloramfenikol, tetrasiklin, amino glikosida, makrolida dan linkomisisn.
Selain itu beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel atau membran
sel. Antibiotika tidak aktif terhadap kebenyakan virus kecil mungkin
karena virus tidak memiliki proses metabolisme sesungguhnya, melainkan
tergantung seluruhnya dari metabolisme tuan rumah. (Tan hoan tjay,
2015).
Antibiotik beta lactam merupakan kelompok antibiotik yang sering
digunakan untuk pengobatan anti-infeksi. Antibiotik ini mempunyai cincin
beta lactam yang bertanggung jawab pada perbedaan sifat fisika kimia dan
farmakologisnya. Termasuk dalam kelompok antibiotik beta lactam adalah
antibiotik pada golongan penisilin dan sefalosforin. ( penuntun praktikum
analisis farmasi 2 , 2021 ).
Senyawa-senyawa antibiotik ini merupakan molekul kiral,
akibatnya stereokimia. Obat-obat golongan ini dapat berpengaruh pada
aktivitas biologisnya. Antibiotik beta lactam dan turunannya memiliki
peranan penting sebagai zat antara dalam sintesis stereoselektif berbagai
kelompok senyawa yang mengandung nitrogen, seperti senyawa-senyawa
heterosiklik, asam-asam amino, obat-obat antitumoe taksoid, alkaloid dan
peptida-peptida rantai pendek, serta senyawa penghambat sistem protease.
Karena sifatnya yang kiral, beberapa peneliti mengembangkan metode
analisis yang mampu bersifat selektif terhadap stereosiomer seperti metode
elektro kapiler. ( penuntun praktikum analisis farmasi 2 , 2021 ).
Sifat fisika dan sifat kimia obat dapat mempengaruhi aktivitas
terapetiknya. Kedua sifat ini ditentukan oleh struktur kimianya, sehingga
struktur kimia suatu obat mempengaruhi aktivitasnya dan perubahan
struktur kimia dapat mempengaruhi perubahan aktivitas biologis obat.
Hubungan antara stuktur kimia dan aktivitas biologis dilakukan dengan
mengaitkan gugus fungsional tertentu dengan respon biologis tertentu
pula. Disamping itu, sifat-sifat kimia fisika merupakan dasar yang sangat
penting untuk menjelaskan aktivitas biologis obat ( Cartika, 2016).
Iodin sebenarnya dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya
sendiri. Iodin juga dapat memberikan warna ungu atau violet untuk zat-zat
pelarut seperti CCl2 dan kloroform sebagai kondisi ini dapat dipergunakan
dalam mendeteksi titik akhir dari titrasi (Muthiah, 2018).
Antibiotik pertama kali mulai diperkenalkan untuk pengobatan
pada manusia pada tahun 1940 dan sepanjang 60 tahun belakangan
antibitiok telah banyak digunakan dan disalahgunakan (Rifka Humaida,
2014).
Awal mulanya antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit
infeksi pada manusia, namun selanjutnya digunkan pula dalam bidang
kedokteran hewan, pertanian dan budi daya perairan. Penggunaanya yang
luas mengakibatkan tekanan selektif yang kuat, dan konsisten sehingga
menyebabkan bakteri resisten akan bertahan dan menyebar (Rifka
Humaida, 2014).
Antibiotik atau antibiotika merupakan segolongan senyawa alami
atau sintetis yang memiliki kemampuan untuk menekan atau
menghentikan proses biokimiawi didalam suatu organisme, khususnya
proses infeksi bakteri. Definisi lain tentang antibiotik adalah substansi
yang mampu menghambat pertumbuhan serta reproduksi bakteri dan fungi
(Prapti Utami, 2012).
Resistensi antibiotik didefinisikan sebagai tidak terhambatnya
pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan
dosis normal atau kadar hambat minimlanya. Antibiotik adalah obat yang
dikenal, baik oleh kalangan medis, maupun masyarakat. Sayangnya,
hampir semuanya mengenal antibiotik secara salah, dan ini terbukti bahwa
antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan secara salah
(misused) (Rifka Humaida, 2014).
Amoksisilin merupakan suatu antibiotik semisintetik penicillin
yang memiliki cincin ß-lactam memiliki aktivitas sebagai antibakteri yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan. Amoksisilin termasuk
antibiotik spektrum luas dan memiliki biovabilitas oral yang tinggi,
dengan puncak konsentrasi plasma dalam waktu 1-2 jam sehingga
pengkonsumsiannya sering diberikan kepada anak-anak dan juga orang
dewasa. Antibiotik amoksisilin ini juga dapat digunakan pada terapi
pneumonia dan penyakit lain, termasuk infeksi bakteri pada telinga,
tenggrokan, sinus, kulit, saluran kemih, abdomen dan darah (Cindy
Melinda, 2018).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Kimia farmasi merupakan suatu disiplin ilmu gabungan kimia dan

farmasi yang terlibat dalam desain, isolasi sintesis, analisis , identifikasi,

pengembangan bahan-bahan alam dan sintetis yang digunakan sebagai

obat-obat farmasetika, yang dapat digunakan untuk terapi. Bidang ini juga

melakukan kajian terhadap obat yang sudah ada, berupa sifat kimiafisika,

struktur, serta hubungan struktur dan aktivitas (HSA). Kimia farmasi

bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari bahan obat,

maupun obat jadi (Harpolia Cartika, 2014).

Identifikasi dan analisis obat-obatan baik secara kualitatif maupun

kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan

identifikasi elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam

sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk

mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel.

Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) dari

suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel (Harpolia Cartika,

2014).
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang

biasa digunakan di laboratorium untuk menentukan konsentrasi suatu

reaktan. Tujuan dari titrasi untuk menentukan secara kuantitatif suatu zat

dalam larutan dengan zat/larutan lain yang konsentrasinya telah diketahui

melalui reaksi secara bertahap hingga mencapai titik stoikhiometri. Titrasi

asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer maupun titran. Titer

adalah larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya

dan ditempatkan dalam buret, sedangkan titran adalah larutan yang akan

ditentukan konsentrasinya, biasanya ditempatkan dalam labu Erlenmeyer.

Kadar atau konsentrasi asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa

atau sebaliknya (Tati Setiawati, 2015).

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama


berfungi yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis
lain. Saat ini banyak antibiotik yang dibuat secara semisintetik atau
sintetik penuh. Pembagian antibiotik ada beberapa macam. ( Ratnasarry,
2016 )
Dalam penggunaan antibiotik terdapat dua jenis terapi yaitu terapi
empiris dan terapi definitif. Terapi empiris adalah terapi yang diberikan di
mana etiologi infeksi tidak dibuktikan dengan pemeriksaan mikrobiologi,
sedangkan terapi definitif adalah terapi yang diberikan di mana etiologi
infeksi diperoleh dari pemeriksaan biakan dan uji kepekaa
( Ratnasarry,2016 ).
Mekanisme kerja antibiotik yaitu membunuh sel bakteri
(bakterisidal) dan menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) salah
satunya denganpenghambatan sintesis dinding sel bakteri sehingga dinding
sel menjadi rapuh dan terjadi lisis sel ( Sujadmiko dan Wukandari, 2017 ).
Iodometri adalah suatu titrasi redoks (reduksi-oksidasi) dimana
iodium yang dibebaskan dalam suatu reaksi kimia dititrasi dengan
Na2S2O3. Sebagai ;arutan utama titrasi iodometri adalah Natrium Tio
Sulfat. Larutan yang dipakai sebagai indikator adalah larutan kanji
(amilum). Amilum dan iodium akan membentuk ikatan iod-amilum yang
berwarna biru keunguan. Konsentrasi larutan kanji yang dipakai adalah
larutan kanji 1% (Muthiah, 2018).
Metode iodometrik menggunakan dua jenis indikator, yaitu kanji
dan iodin yang dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri.
Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intensitas untuk zat-
zat pelarut seperti karbon tetra klorida dan kloroform. Namun demikian
larutan dari kani lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari
kompleks iodin-kanji bertibdak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk
iodine. Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksida yang
kuat dapat dianalisis dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan
menitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksida yang
membutuhkan larutan asam untuk berekasi dengan iodin. Natrium
Tiosulfat biasanya digunakan sebagai tirannya (Novalisa, 2018).
Pemilihan metode titrasi iodometri karena metode ini lebih banyak
digunakan dalam analisa dibandingkan dengan metode lain, dan metode
ini memiliki perbandingan stokiometri yang sederhana, pelaksanaanya
praktis dan tidak banyak masalah serta mudah. Titrasi iodometri dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu titrasi langsung (iodimetri) merupakan
oksidator yang relatif kuat dengan nilai potensial oksidator sebesar +0,533
V, pada saat reaksi oksidasi iodium akan direduksi menjadi iodin sesuai
dengan reaksi. Dan titrasi tidak langsung (iodometri) digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang
lebih kecil daripada sistem iodium-iodin atau senyawa-senyawa yang
bersifat oksidator. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator
direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium
yang selanjutnya ditirasi dengan larutan baku Natrium Tiosulfat (Pande
Komang dkk, 2014).
Kestabilan Na2S2O3 dalam penyimpanan ternyata paling baik bila
mempunyai pH antara 9-10. Cahaya dapat menyebabkan larutan ini
teroksidasi, oleh karena itu larutan ini harus disimpan dibotol yang
berwarna gelap dan tertutup rapat agar cahaya tidak dapat menembus botol
dan kestabilan larutan tidak terganggu karena adanya oksigen diudara
(Muthiah, 2018).
Adapun syarat-syarat standart primer yang digunakan untuk
menstandarisasikan suatu larutan adalah bahannya sangat murni, muda
diperoleh dan dikeringkan, mudah diperiksa kemurniannya (diketahui
macam dan jumlah pengotornya), stabil dalan keadaan biasa (selama
penimbangan), berat molekulnya tinggi untuk mengurangi kesalahan titrasi
dan bereaksi menurut sayrat-syarat reaksi titrasi yaitu reaksinya cepat dan
berlangsung sempurna, ada petunjuk titik akhir serta reaksi diketahui
dengan pasti (Muthiah, 2018).
Reaksi iodometri, berat ekivalen suatu zat dihitung dari banyaknya
zat (mol)yang menghasilkan atau membutuhkan atom iod KIO3
menghasilkan 6 atom iod permolekulnya sedangkan Na2S2O3
membutuhkan 1 atom iod permolekulnya (Muthiah, 2018).
Pada proses penentuan akhir untuk menentukan titik akhir
umumnya digunakan indikator. Indiikator yang digunakan pada titrasi
iodometri untuk penetuan kadar KIO3 adalah indikator amilum. Indikator
amilum ini bertujuan untuk memperjelas titik akhir dari titrasi (Muthiah,
2018).
Pemakaian indikator amilum dapat memberikan warna biru gelap
dari komplek iodin-amilum sehingga indikator ini bertindak sebagai suatu
tes yang amat sensitif untuk iodin. Penamabahan indikator amilum harus
menunggu hingga titrasi mendekati sempurna, hal ini disebabkan bila
pemberian indikator terlalu awal maka ikatan antara ion sukar lepas,
akibatnya warna biru sukar hilang dan titik akhir titrasi tidak kelihatan
tajam lagi. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari
larutan yang dititrasi (Muthiah, 2018).
Beberapa metode analisis untuk penentuan kadar amoksisilin yaitu
dengan elektroforesis kapiler, spektofotometri dan HPTLC (Cindy
Melinda, 2018).
Amoksisilin tidak stabil dalam suasana asam dan cincin beta
laktam terbuka ketika ditempatkan dilingkungan netral atau dasar ketika
ditindaklanjuti oleh enzim beta laktamse, untuk menghasilkan zat aktif
(Cindy Melinda, 2018).

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILATA

Nama Lain : Air suling, aquadest

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, jernih, tidak berwarna, berwarna,

tidak berbau, berbau, tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Pelarut

2. Asam Asetat (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 41)

Nama resmi : ACIDUM ACETICUM


Nama lain : Asam asetat
RM : C2H4O2
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk,

rasa asam dan tajam


Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol

(95%) dan dengan gliserol p


Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan Sebagai zat tambahan
3. Asam Klorida (HCl) (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,

649)

Nama Resmi : ASAM KLORIDA

Nama Lain : Acidum Hydrochloridum

RM/BM : HCl/36,46

Rumus Struktur :

Pemerian : Tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika

diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang

Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetet, tidak larut dalam

air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai oksidator

4. Iodium (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 435)

Nama resmi : IODIUM


Nama lain : Iodida
RM/BM : I2/126,91
Pemerian : Keping atau putih berat mengkilat seperti logam

hitam kelabu dan bau khas


Kelarutan : Larut dalam lebih kuran 3500 bagian dalam 13
bagian etanol (95%)
Pentimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi

5. Indikator kanji (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, )

Nama resmi : AMILUM MANIHOT


Nama lain : Pati singkong
Pemerian : Serbuk halus kadang-kadang berupa gumpalan

kecil putih tidak berbau tidak berasa


Kelarutan : Larut dalam air
Pentimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indiaktor
6. Natrium Hidroksida (NaOH) (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan, 412)

Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/40,00

Rumus Struktur :-

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,

kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan

hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis

dan korosif. Segera menyerap karbondioksida

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai larutan baku


7. Natrium tiosulfat (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,

428)

Nama Resmi : NATRII THIOSULFAS

Nama Lain : Natrium tiosulfat

RM/BM : Na2S2O3/248,17

Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur besar tidak berwarna atau serbu hablur

besar. Dalam udara serbuk meleleh basah,dalam

tanpa udara pada suhu diatas 37°C merapuh

Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air,praktis tidak larut dalam

etanol

Penyimpanan : Dalam Wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai larutan baku

C. Uraian Obat

1. Amoxsisilin
Nama resmi : AMOXICILLINUM (Dirjen POM, 1995 : 95)
Nama lain : Amoksisilin (Dirjen POM, 1995 : 95)
RM/BM : C16H19N3O5S.3H2O / 419,45 (Dirjen POM, 1995 : 95)
Rumus struktur :

(Dirjen POM, 1995 : 95)


Pemerian : Pemerian Serbuk hablur, putih; praktis tidak berbau.

(Dirjen POM, 1995 : 95)


Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol; tidak larut dalam

benzena, dalam karbon tetr~klorida dan dalam

kloroform (Dirjen POM, 1995 : 95)


Interaksi Obat : Peningkatan risiko ruam bila amoxicillin atau

ampicillin diberikan bersama allopurinal (Tim

medical mini notes, 2019 : 192)


Efek samping : Mual, muntah, diare: ruam (hentikan penggunaan),

jarang terjadi colitis karena antibiotic, reaksi alrergi

(urtikaria, anafilaksis) (Tim medical mini notes, 2019

: 193)
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap penicillin, infeksi

mononucleosis (Tim medical mini notes, 2019 : 193)


Dosis : Dewasa dan anak > 20 kg : 250 – 500 mg setiap 8

jam.

Anak < 20 kg : 20 – 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3

dosis (Tim medical mini notes, 2019 : 194)


Perhatian : Alergi terhadap cephalosporin, carbapenem, perlu

penyesuaian dosis pada gagal ginjal, hati hati

kemungkinan terjadi anafilaksis ) (Tim medical mini

notes, 2019 : 193)


Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar

terkendali (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan, 1995 : 96)


BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu

almunium foil, Corong, gelas kimia 50 ml, gelas ukur 25 ml, labu erlenmeyer

250 ml, lumpang dan alu, pipet tetes, statif dan klem, timbangan analitik,

sendok tanduk.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu

Aquadest, asam asetat 12%, asam klorida 1 N, iodium 0,01 N, indicator kanji

0,5%, natrium asetat 27% , natrium hidroksida 0,1 N, natrium tiosulfat 0,01 N,

dan tablet amoksisilin.

B. Cara Kerja

Adapun cara kerja pada metode iodometri yaitu disiapkan alat dan

bahan yang akan digunakan kemudian ditimbang tablet golongan antibiotik

yaitu ampisilin satu persatu lalu dihitung lebih kurang 50 mg ampisilin

dilarutkan dalam air hingga 100 mL sebanyak 5 mL larutan dipipet kedalam

labu bersumbat kaca, ditambah 1 mL natrium hidroksida 1 N dan dibiarkan

selama 20 menit. Larutan selanjutnya ditambahkan 5 mL larutan dapar yang

dibuat dengan mencampurkan 5 mL asam asetat 12%, 5 mL larutan natrium

asetat 27% dan 15 mL air. Selanjutnya ditambhkan 1 mL asam klorida 1 N dan

10 mL iodium 0,01 N, dibiarkan selama 20 menit, dan terlindung dari cahaya.

Larutan dititrasi dengan baku natrium tiosulfat 0,01 N menggunakan 1 mL

indicator kanji 0,5%. Dilakukan titrasi blanko.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

No. Sampel Volume titrasi Perubahan Kadar %

warna

1. Amoksisilin 36,2 mL Biru Tua 0,007 %

B. Pembahasan

Kimia farmasi bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika

dari bahan obat maupun obat jadi. Khusus untuk bahan obat/obat jadi yang

berasal dari alam dipelajari dalam ilmu farmakognosi dan fitokimia,

sehingga dalam ilmu kimia farmasi umumnya dipelajari bahan obat/obat yang

berasal dari bahan sintetik (Cartika, 2016).

Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) dari

suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel. Dalam bidang farmasi

terutama pada industri farmasi, analisis kimia digunakan secara rutin untuk

menentukan suatu bahan baku yang akan digunakan, produk setengah jadi

dan produk jadi. Hasilnya dibandingkan dengan spesifikasi yang ditetapkan

(Cartika, 2016).

Amoksisilin merupakan obat generik dan termasuk golongan obat

penisilin. Amoksisilin merupakan antibiotik β-lactam yang berspektrum luas

dan sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif, seperti infeksi
telinga, pneumonia, faringitis streptokokus, infeksi kulit, infeksi saluran kemih,

infeksi Salmonella, infeksi Chlamydia dan penyakit Lyme (Maida, 2019).

Adapun langkah kerja yang dilakukan pada analisis kali ini, yaitu

disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama praktikum, kemudian

ditimbang sampel sebanyak 0,07 gram, lalu dilarutkan dalam air hingga 100

ml. Kemudian sebanyak 5 mL dari larutan dipipet ke dalam Erlenmeyer,

ditambakan 1 mL natrium hidroksida 1 N agar cincin beta lactam terhidrolisis

sembari didiamkan selama 20 menit. Selanjutnya ditambahkan 5 mL larutan

dapar yang dibuat dengan mencampurkan 5 mL asam asetat 12% dan 5 mL

larutan natrium asetat 27% serta 15 mL air. Selanjutnya ditambahkan 1 mL

asam klorida 1 N dan iodium 0,01 N dibiarkan selama 20 menit di tempat yang

terlindung dari cahaya dimana larutan berubah suasan menjadi asam dan

mengalami reaksi redoks. Setalah didiamkan, terlebih dahulu ditambahkan

dengan indicator kanji 0,5 sebanyak 1 mL % sebelum sampel kemudian

dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,01 N dimana terjadi perubahan

warna menjadi warna biru tua. Setalah dilakukan titrasi dengan metode

iodometri selanjutnya dilakukan titrasi blanko dimana metode titrasi ini

dilakukan tanpa sampel yaitu antibiotic amoksisilin dan hanya dilakukan titrasi

antara larutan pereaksi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Kemudian

dilakukan perhitungan kadar amoksisilin yang dimana di dapatkan hasil yaitu

0,007% kadar kemudian dilakukan perbandingan literature Farmakope

Indonesia edisi IV yaitu amoksisilin mengandung tidak kurang dari 90,0%.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu: Pada metode iodometri

Setelah dilakukan titrasi menggunakan sampel dengan larutan baku natrium

tiosulfat 0.1 N dan terjadi perubahan menjadi bening yang dimana sebelumnya

berwarna biru tua dengan volume 36.2 mL, kemudian dilakukan titrasi blanko

tanpa sampel dan didapatkan hasil akhir titrasi menjadi bening yang dimana

sebelumnya berwarna hitam pekat dengan volume 46.8 mL.

B. SARAN

1. Laboratorium

Diharapkan untuk praktikum agar lebih agar dapat mempersiapkan alat

dan bahan yang lengkap sehingga pada saat praktikum berlangsung tidak

mengalami kesusahan untuk melakukan praktikum.

2. Asisten

Diharapakn untuk asisten agar tetap berada disamping praktikan untuk

mengontrol praktikan ketika proses pengerjaan berlangsung.

3. Praktikan

Diharapkan untuk praktikan agar lebih memperhatikan dalam proses

praktikum berlangsung agar dapat memahami dan mengetahui prosedur-

prosedur kerja yang dilakukan didalam laboratorium serta hasil dari

percobaan yang dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Cindy Melinda, 2018. Validasi Metode Analisis Kromatografi Cair Kinerja


Tinggi Untuk Penetapan Kadar Uji Disolusi Terbanding Tablet
Amoksisilin. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran : Bandung

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Eugelella Verdha A, 2016. Skripsi “Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan


Pemberian Ammoxicillin pada Balita di Desa Banjarwati Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan”. Universitas Airlangga: Surabaya.

Hadibah Kalor, dkk. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Temulawak


( CurcumaXantorihiza) Terhadap Bakteri E. Coli ATCC 11229 dan
Staphylacoccus aureus.

Muthiah, 2018. Penentuan Kadar Kalium Iodat Dalam Garam Konsumsi Yang
Beredar Dipasaran Dengan Metode Iodometri. Universitas Medan Area :
Medan

Novalisha Techinamuti, 2018. Metode Analisis Kadar Vitamin C. Universitas


Padjajaran : Bandung

Pande Komang dkk, 2014. Pengaruh Pemanasan Karbon Aktif Dalam Penurunan
Kadar Klor Pada Air. Universitas Udayana : Bali

Rifka Humaida, 2014. Strategy To Handle Resitance Of Antibiotics. Universitas


Lampung : Lampung

Supardi Sudibyo, dkk. 2012. Kajian Peratutan Perundang-Undangan Tentang


Pemberian Informasi Obat dan Obat Tradisional Indonesia. Jurnal
kefarmasian indonesia Vol 2.1.2012 : 20-27.

Team medical mini notes, 2019. Basic pharmacology dan drug notes. Makassar

Tryadi Hendra Widjaja. 2018. Petunjuk Praktikum Analisis Farmasi. STIKes Al


Irsyad Al-Islamia: Cilacap.
Utami Prapti. 2012. Antibiotik Alami untuk Mengatasi Aneka Penyakit.
AgroMedia Pustaka : Jakarta.

LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Amoxilin

Ditimbang kurang lebih 0,4 g


Amoxilin menggunakan kertas
perkamen

NaOH 0,1 N

Dilarutkan NaOH hingga larut.

Timoftalein

Diteteskan timoftalein 2-3 tetes


hingga berubah menjadi warna biru
lemah

H2SO4 0,1 N

Ditambahkan beberapa tetes asam


sulfat hingga berubah warna putih
bening

AgNO3 0,1 N

Ditambahkan 25 mL perak nitrat.


Lalu didiamkan di tempat gelap
selama 10 menit.
Endapan

Endapan disaring dengan dua lapisan


kertas saring dan dicuci dengan air
Indikator pH

Dicelupkan kertas pH kedalam


larutan yang telah disaring dan
diukur pHnya yaitu 3.

NH4SCN 0,1 N

Dititrasi dengan ammonium sulfat


tiosianat 0,1 N sampai terbentuk
endapan.

Endapan putih
B. Gambar Pengamatan

1. Metode Iodometri

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ke : Penimbangan Sampel Obat Ket : Dilarutkan dengan Aquadest


t Amoxilin

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR


Ke : Pengambilan larutan sampel Ket : Pengambilan NaOH 1 N
t

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ke : Didiamkan selama 20 menit Ket : Penambahan larutan dapar


t

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ke : Penambahan asam klorida 1 N Ket : Penambahan iodium 0,01 N


t
LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ke : Didiamkan selama 20 menit Ket : Larutan setelah didiamkan


t

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ke : Penambahan indikator kanji Ket : Larutan sampel setelah titrasi


t 0,5%

2. Larutan Blanko
LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ke : Aquadest Ket : Pengambilan NaOH 1 N


t

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ke : Didiamkan selama 20 menit Ket : Penambahan larutan dapar


t

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR


Ke : Penambahan iodium 0,01 N Ket : Didiamkan selama 20 menit
t

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ke : Penambahan indikator kanji Ket : Larutan blanko sebelum di


t 0,5% titrasi

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR


Ke : Larutan blanko setelah di
t titrasi

D. Perhitungan

1. Perhitungan Bobot Rata-Rata


Berat Semua Obat
¿
Jumlah Obat

6,96 gram
¿ =0,696 gram
10 Tab

2. Perhitungan Bobot Yang Ditimbang

¿ Bobot yang diinginkan


x Bobot Rata−rata
Bobot Etiket

50 mg
¿ x 0,696 gram
500mg

= 0, 39 g = 0,4 g

3. Perhitungan Larutan Baku

a. NaOH 1 N 25 ml

b. Na2S2O3 0,1 N 500 ml

c. HCL 1 N 50 ml

d. KOH 0,1 N 50 ml

e. Kanji 0,5% 100 ml

f. Larutan dapar : H2SO4 12% 50 ml

Ch3COONa 21% 50 ml

4. Perhitungan % Kadar

a. Metode idiometri

V = 50 ml – L = 0,05
N = 0,28

= 0,007 %

Anda mungkin juga menyukai