Anda di halaman 1dari 6

Naufal Rafif Putranta | Potensi Biopolimer Kitosan Dalam Pengobatan Luka

Potensi Biopolimer Kitosan Dalam Pengobatan Luka


Evi Kurniawaty1, Naufal Rafif Putranta2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Luka merupakan suatu bentuk hilang atau rusaknya sebagian jaringan kulit pada tubuh yang dapat disebabkan oleh kontak
dengan sumber panas (seperti bahan kimia, air panas, api, radiasi, dan listrik), trauma benda tajam atau tumpul, ledakan,
atau gigitan hewan. Luka yang terbuka menjadi sangat rentan terhadap infeksi, terutama oleh bakteri, dan juga dapat
menjadi tempat masuk untuk terjadinya infeksi sistemik. Luka yang terinfeksi menjadi kurang cepat sembuh dan juga sering
mengakibatkan terbentuknya eksudat dan toksin yang diproduksi bersamaan dengan kematian sel regenerasi. Berdasarkan
hal tersebut maka dirasakan adanya kebutuhan untuk merangsang penyembuhan dan mengembalikan fungsi normal dari
bagian tubuh yang terkena untuk mencegah timbulnya infeksi dan juga untuk meringankan ketidaknyamanan serta rasa
sakit yang muncul akibat adanya luka. kitosan mempunyai sifat yang menarik sehingga membuatnya cocok untuk digunakan
dalam aplikasi biomedis. Karena memiliki sifat biodegradabilitas, biokompatibilitas, dan bersifat non-toksik. Terlepas dari
karakter tersebut, kitosan juga memiliki efek positif dalam berbagai fase proses penyembuhan luka. Pada fase hemostasis,
kitosan dapat memodulasi aktivasi trombosit dan menginisiasi proses pembekuan darah. Pada fase inflamasi, kitosan dapat
mengatur aktivitas sel-sel inflamasi dan melepaskan faktor-faktor proinflamasi, dan menyediakan lingkungan mikro yang
baik untuk proses penyembuhan luka. Dalam fase proliferatif, kitosan membantu menyediakan matriks non-protein untuk
pertumbuhan jaringan. Selain itu, kitosan secara bertahap akan mendepolimerisasi untuk melepaskan N-asetil-β-D-
glukosamin, yang merangsang proliferasi fibroblast, sintesis HA, angiogenesis, dan menyediakan deposit kolagen pada
lokasi luka. Berdasarkan karakteristik yang dimilikinya, maka kitosan dapat menjadi pembalut luka yang ideal untuk
digunakan dalam pengobatan luka.

Kata kunci: Biopolimer, kitosan, pengobatan luka

Potency of Chitosan Biopolymer for Wound Treatment


Abstract
Wounds can be defined as a loss or damage of skin tissue in the body that can be caused by contact with sources of heat
(such as chemicals, hot water, fire, radiation, and electricity), sharp or blunt trauma, explosions, or animal bites. Open
wounds are particularly prone to infection, especially to bacteria, and also provide an entry point for systemic infections.
Infected wounds heal less rapidly and also often result in the formation of unpleasant exudates and toxins that will be
produced with concomitant killing of regenerating cells. Consequently, there is a need to stimulate healing and restore the
normal functions of the affected part of the body to reduce the discomfort and pain associated with wound. Chitosan has
fascinating properties which make them suitable for use in biomedical applications. Due to their biodegradability,
biocompatibility and non-toxic nature, chitin and chitosan currently have received a great interest in medical and
pharmaceutical applications. In addition, chitosan also have positive effects on the phases of the wound healing process. In
the hemostasis phase, chitosan can modulate the activation of platelets and initiate blood coagulation. In the inflammatory
phase, chitosan can regulate the activity of inflammatory cells and the release of proinflammatory factors, providing a
favorable microenvironment for the wound healing. In the proliferative process, chitosan provides a non-protein matrix to
enhance tissue regeneration. Moreover, chitosan will gradually depolymerize to release N-acetyl-β-D-glucosamine, which
stimulates fibroblasts proliferation, hyaluronic acid (HA) synthesis, angiogenesis, and providing collagen deposition at the
wound site. These characteristics make chitosan an ideal wound dressing.

Keywords: Biopolymer, chitosan, wound treatment

Korespondensi: Naufal Rafif Putranta, alamat Jln.Abdul Muis 8 No.46 Bandar Lampung, HP 082256488220, email
naufalputranta@gmail.com

Pendahuluan Bentuk luka dapat bermacam-macam


Luka merupakan suatu bentuk hilang bergantung penyebabnya, misalnya luka sayat
atau rusaknya sebagian jaringan kulit pada atau vulnus scissum disebabkan oleh benda
tubuh yang dapat disebabkan oleh kontak tajam, luka tusuk atau vulnus punctum akibat
dengan sumber panas (seperti bahan kimia, benda runcing, luka robek atau vulnus
air panas, api, radiasi, dan listrik), trauma laceratum disebabkan oleh benda yang
benda tajam atau tumpul, ledakan, atau permukaan nya tidak rata, luka lecet pada
gigitan hewan.1 permukaan kulit akibat gesekan, serta luka

Medula | Volume 9 | Nomor 3 |Oktober 2019 | 459


Naufal Rafif Putranta | Potensi Biopolimer Kitosan Dalam Pengobatan Luka

bakar yang disebabkan oleh panas dan zat Saat ini, proses penyembuhan luka
kimia.2 dapat dipersulit dengan adanya berbagai
Luka yang terbuka menjadi sangat kondisi medis yang menyebabkan proses
rentan terhadap infeksi, terutama oleh penyembuhan luka menjadi terhambat,
bakteri, dan juga dapat menjadi tempat diantaranya yaitu kaki diabetik, pressure
masuk untuk terjadinya infeksi sistemik. Luka ulcers, dan venous ulcers, kondisi tersebut
yang terinfeksi menjadi lebih lambat dan juga dapat merubah proses penyembuhan luka
sering mengakibatkan terbentuknya eksudat normal sehingga akan menimbulkan masalah
dan toksin yang diproduksi bersamaan dengan terkait dengan luka kronis yang tidak dapat
kematian sel regenerasi. Berdasarkan hal disembuhkan, dan pada akhirnya akan
tersebut maka dirasakan adanya kebutuhan berakibat terhadap peningkatan masalah
untuk merangsang penyembuhan dan sosial ekonomi.6
mengembalikan fungsi normal dari bagian Limbah padat dari kulit kepiting,
tubuh yang terkena untuk mencegah rajungan, kerang dan udang (crustacean)
timbulnya infeksi dan juga untuk meringankan ternyata memiliki nilai ekonomis tinggi. Dalam
ketidaknyamanan serta rasa sakit yang muncul limbah kulit tersebut terkandung senyawa
akibat adanya luka.3 kitin sekitar 10 - 30%. Kitin merupakan bahan
Proses penyembuhan luka merupakan terbesar kedua yang tersedia di alam
proses biologis kompleks yang melibatkan setelah
kaskade biokimia dan respons seluler yang selulosa.7
berurutan, pada umumnya proses tersebut Kitosan adalah biopolimer alami yang
dibagi menjadi lima fase yang terdiri dari fase berasal dari kitin, komponen utama dari
inflamasi yang muncul segera setelah kerangka Crustacea luar seperti kulit udang,
terjadinya lesi, fase migrasi, proliferatif beberapa penelitian menyatakan bahwa
(termasuk fibroplasia, neovaskularisasi, kitosan efektif dalam mempercepat
pembentukan jaringan granulasi, re- penyembuhan luka karena mempunyai sifat
epitelialisasi), dan maturasi, yang pada spesifik yaitu adanya sifat bioaktif,
akhirnya menghasilkan suatu remodeling.4 biokompatibel, anti bakteri, anti jamur dan
Pengobatan luka saat ini menggunakan dapat terbiodegradasi.8
metode yang bebeda dibandingkan dengan
zaman dahulu. Awalnya pembalutan luka Isi
dilakukan dengan menggunakan campuran Kitosan adalah hasil deasetilasi kitin
bahan alam berbeda yang berpotensi memiliki dengan menggunakan basa kuat. Sedangkan
manfaat dan memiliki sifat yang penting untuk kitin merupakan bahan polimer yang terdapat
mencapai penyembuhan luka yang sempurna, pada bahan alam seperti kulit udang, kerang,
namun dengan menggunakan metode ketam, yeast, serangga, dan jamur, yang
tersebut proses penyembuhan luka menjadi paling banyak kandungan kitinnya adalah
tertunda. Dengan kemajuan teknologi ilmiah, binatang bercangkang (shellfish).7
berbagai bahan digunakan baik dari sumber- Kitosan merupakan kopolimer D-
sumber alami maupun sintetis untuk glucosamine dan N-acetyl-D-glucosamine
digunakan pada proses pengobatan luka.5 dengan ikatan β-(l-4), yang diperoleh dari
Bahan-bahan organik dan sintetis yang alkali atau deasetilasi enzimatik dari
digunakan sebagai pembalut luka berfungsi polisakarida kitin. Kitosan mempunyai nama
untuk mempertahankan kelembaban, kimia Poly N-asetil-D-glucosamine (atau beta
keseimbangan elektrolit, hemostatik, (1-4) 2-asetamido-2-deoxy-D-glucose).
analgesik, penyembuhan, dan sifat Perbedaan antara kitin dan kitosan adalah
antimikroba. Selain itu, pembalut luka yang pada setiap cincin molekul kitin terdapat
ideal juga harus murah, tersedia, tidak gugus asetil (-CH3-CO) pada atom karbon
menimbulkan alergi dan mudah dilepas tanpa kedua, sedangkan pada kitosan terdapat
rasa sakit. Pembalut luka semacam itu harus gugus amina (-NH).9
memiliki sifat antimikroba untuk pengendalian
infeksi.5

Medula | Volume 9 | Nomor 3 |Oktober 2019 | 460


Naufal Rafif Putranta | Potensi Biopolimer Kitosan Dalam Pengobatan Luka

Deasetilasi kitin dilakukan untuk memperoleh


kitosan dilakukan dengan cara memanaskan
kitin dalam larutan NaOH 12,5 mol/L selama
20 jam pada suhu 65 °C.7
Kitosan mempunyai sifat yang menarik
sehingga membuatnya cocok untuk digunakan
dalam aplikasi biomedis. Kitosan diketahui
Gambar1. Struktur kimia kitin.10
memiliki sifat biodegradabilitas,
biokompatibilitas, dan bersifat non-toksik,
Kitin dan kitosan memiliki kegunaan oleh karena itu, kitin dan kitosan saat ini telah
yang sangat luas dalam kehidupan sehari-hari mendapat perhatian besar dalam aplikasi
sehingga merupakan bahan perdagangan yang medis dan farmasi.5
memiliki nilai ekonomi yang tinggi.9 Selain itu, biopolimer kitosan dianggap
sebagai agen antimikroba yang signifikan
untuk penyembuhan luka, bersamaan dengan
fungsi hemostatik dan analgesik yang
dimilikinya.5

Gambar2. Struktur kimia kitosan.10

. Manfaat kitosan dalam bidang


kesehatan antara lain adalah, kitosan
digunakan untuk bakteriostatik, immunologi,
anti tumor, cicatrizant, homeostatic dan anti
koagulan, obat salep untuk luka, ilmu
pengobatan mata, ortopedi, dan
penyembuban jahitan akibat pembedahan.9
Produksi kitin biasanya dilakukan dalam
tiga tahap, yaitu demineralisasi, deproteinasi,
dan depigmentasi. Sedangkan kitosan Gambar3. Skema pembuatan kitin dan kitosan.10
diperoleh dengan deasetilasi kitin dengan
larutan basa konsentrasi tinggi.11 Mayoritas sifat biologis kitosan terkait
Tahap demineralisasi bertujuan untuk dengan aktivitas kationik dan ukuran rantai
menghilangkan senyawa anorganik yang polimernya. Karakteristik ini membuat kitosan
terdapat pada limbah udang, demineralisasi menjadi ideal untuk digunakan sebagai
dilakukan dengan menggunakan larutan HCl pembalut luka.5
0,68 mol/L dengan perbandingan solid:solven Aktivitas biokimia utama bahan
1:5(w/v) pada suhu ruang selama 6 jam.7 berbasis kitin dan kitosan dalam proses
Tahap deproteinasi adalah proses penyembuhan luka adalah melalui aktivasi sel
penghilangan protein yang terdapat pada polimorfonuklear, aktivasi fibroblast, produksi
limbah udang, yang mana kadar protein dalam sitokin, migrasi giant cell, dan menstimulasi
udang sekitar 21% dari bahan keringnya. sintesis kolagen tipe IV. Biopolimer kitosan
Makin kuat basa dan suhu yang digunakan, secara efektif terdepolimerisasi untuk
maka proses pemisahannya akan semakin melepaskan N-asetil-β-D-glukosamin untuk
efektif. Deproteinasi dilakukan dengan cara memulai proliferasi fibroblast selama proses
merendam karapas udang yang telah di penyembuhan luka.10
demineralisasi dengan menggunakan NaOH Monomer kitosan juga membantu
0,62 mol/L pada suhu ruang selama 16 jam. dalam mengatur deposisi kolagen dan
merangsang peningkatan kadar sintesis asam

Medula | Volume 9 | Nomor 3 |Oktober 2019 | 461


Naufal Rafif Putranta | Potensi Biopolimer Kitosan Dalam Pengobatan Luka

hialuronat alami di lokasi luka. Kitosan juga kitosan dengan berat molekul rendah masuk
menyediakan matriks selulosa untuk melalui dinding sel dan menginvasi inti sel
regenerasi jaringan kulit dan mengaktifkan bakteri sehingga menghambat RNA dan
makrofag untuk menghentikan aktivitas sintesis protein. Mekanisme pertama secara
pertumbuhan abnormal. Hal ini membantu dominan diamati pada bakteri gram positif
proses penyembuhan luka lebih cepat dan dan mekanisme kedua terlihat pada bakteri
mencegah munculnya bekas luka.5 gram negatif.6
Kitosan memiliki muatan positif dari Teori lain menyatakan bahwa gugus
hasil proses deasetilasi N-asetil-D-glukosamin fungsional amina kitosan juga memiliki
untuk membentuk D-glukosamin sehingga pasangan elektron bebas sehingga muatan
memberikan gugus amino bebas pada struktur positif NH3+ glukosamin kitosan berinteraksi
molekulnya. Sifat kationik kitosan digunakan dengan muatan negatif (lipoppolisakarida,
untuk menginduksi hemostasis karena protein) membran sel mikroba sehingga
permukaan trombosit dan eritrosit menyebabkan kerusakan membran luar sel
menunjukkan muatan negatif karena adanya dan keluarnya komponen intraselullar bakteri.
gugus fosfatidilkolin, fosfatidletanolamin, dan Hal tersebut menyebabkan mikroba tersebut
sialic acid. Kelompok amino yang ada pada akan mati.13
kitosan (poli-N-asetil glukosamin) terlibat Beberapa penelitian sebelumnya telah
dalam memfasilitasi agregasi eritrosit melalui menunjukkan bahwa baik kitin maupun
interaksi elektrostatik dengan muatan kitosan beserta turunannya memiliki efek
permukaannya, dan selanjutnya hemostasis analgesik pada nyeri inflamasi. Perbedaan
diinduksi setelah mengaktifkan trombosit.12 dalam aktivitas analgesik kitosan adalah
Berat molekul dan derajat deasetilasi dengan melibatkan penyerapan ion proton
yang dicapai selama proses pemurnian kitosan oleh kitosan yang dilepaskan di daerah
akan berpengaruh secara signifikan pada inflamasi. Penyerapan bradykinin; suatu zat
kemampuan hemostatik kitosan. Derajat yang berhubungan dengan rasa sakit juga bisa
deasetilasi yang lebih tinggi meningkatkan menjadi salah satu efek analgesik utama kitin
agregasi eritrosit dan trombosit yang dan kitosan.5
diperlukan untuk memulai hemostasis.12
Kitosan dan turunannya telah Ringkasan
menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Penyembuhan luka merupakan suatu
berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, proses biologis yang terkait dengan
jamur, dan virus. Aktivitas antimikroba kitosan pertumbuhan dan regenerasi jaringan. Proses
sangat tergantung pada berat molekul dan ini dibagi menjadi lima fase yang terdiri dari:
konsentrasinya. Kitosan dengan berat molekul (i)hemostasis (ii) pembentukan ‘clot’
tinggi menunjukkan peningkatan aktifitas bersamaan dengan inflamasi pada daerah
antimikroba terhadap Staphylococcus aureus luka, (iii) migrasi sel baru untuk menggantikan
gram positif, sedangkan kitosan dengan berat jaringan yang mati dan rusak, (iv) proliferasi
molekul rendah menunjukkan aktivitas dengan jaringan granulasi baru, dan (v)
antimikroba yang tinggi terhadap E. coli gram remodelling dengan penutupan luka total dan
negatif.6 pemulihan jaringan.14
Kitosan memiliki efek antimikroba Pembalut luka tradisional (mis., Kain
berdasarkan dua mekanisme, yang pertama kasa) berperan untuk menjaga luka agar
bahwa peningkatan jumlah muatan positif dalam keadaan kering dengan memungkinkan
dalam bentuk −NH3+ pada kitosan penguapan eksudat luka dan mencegah
membuatnya mengikat lebih kuat pada masuknya patogen ke dalam luka. Saat ini,
dinding sel bakteri, Interaksi ini dapat pembalut luka modern telah digunakan
membentuk lapisan impermeabel di sekitar sebagai pengganti dari pembalut luka
sel-sel bakteri dan menghambat transportasi tradisional, dengan menyediakan lingkungan
zat terlarut yang penting, sehingga memblokir yang lembab untuk luka dan memfasilitasi
nutrisi yang masuk melalui membran sel penyembuhan luka, sebab diketahui bahwa
bakteri, dan mekanisme yang kedua yaitu dengan menjaga kelembaban luka dapat

Medula | Volume 9 | Nomor 3 |Oktober 2019 | 462


Naufal Rafif Putranta | Potensi Biopolimer Kitosan Dalam Pengobatan Luka

mendukung re-epitelisasi dengan cepat serta amputasi pada pasien. Pembalut luka berbasis
memicu pembentukan jaringan granulasi.14 kitosan dapat digunakan untuk mencegah
kitosan mempunyai sifat yang menarik infeksi luka karena sifat antimikroba
sehingga membuatnya cocok untuk digunakan intrinsiknya. Selain itu, kitosan dapat pula
dalam aplikasi biomedis. Karena memiliki sifat digunakan sebagai media pembawa obat
biodegradabilitas, biokompatibilitas, dan untuk faktor pertumbuhan di lokasi luka untuk
bersifat non-toksik. Terlepas dari karakter merangsang dan mempercepat proses
tersebut, kitosan juga memiliki efek positif penyembuhan luka.
dalam berbagai fase proses penyembuhan
luka. Pada fase hemostasis, kitosan dapat Daftar Pustaka
memodulasi aktivasi trombosit dan 1. Purnama H, Sriwidodo, Ratnawulan S.
menginisiasi proses pembekuan darah. Pada Review sistematik: Proses penyembuhan
fase inflamasi, kitosan dapat mengatur dan perawatan luka. Farmaka. 2017;
aktivitas sel-sel inflamasi dan melepaskan 15(2):251-8.
faktor-faktor proinflamasi, dan menyediakan 2. Lisa Y, Hasibuan, Soedjana H. Luka.
lingkungan mikro yang baik untuk proses Dalam: Sjamsuhidayat R, dkk., editor.
penyembuhan luka. Dalam fase proliferatif, Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC;
kitosan membantu menyediakan matriks non- 2010. Hal:95-120.
protein untuk pertumbuhan jaringan. Selain 3. Abbaszadeh A, dkk. Effects of chitosan/
itu, kitosan secara bertahap akan nano selenium biofilm on infected wound
mendepolimerisasi untuk melepaskan N- healing in rats; an experimental study.
asetil-β-D-glukosamin, yang merangsang Bull Emerg Trauma. 2019; 7(3):284-91.
proliferasi fibroblast, sintesis HA, 4. Patrulea V, Ostafe V, Borchard G, Jordan
angiogenesis, dan menyediakan deposit O. Chitosan as a starting material for
kolagen pada lokasi luka.15 wound healing applications. European
Kitin dan kitosan saat ini telah Journal of Pharmaceutics and
mendapat perhatian besar dalam aplikasi Biopharmaceutics. 2015; 97(1):417-26.
medis dan farmasi. Selain itu, biopolimer 5. Bano I, Arshad M, Yasin T, dkk. Chitosan:
kitosan dianggap sebagai agen antimikroba A potential biopolymer for wound
yang signifikan untuk penyembuhan luka, management. International Journal of
bersamaan dengan fungsi hemostatik dan Biological Macromolecules. 2017;
analgesik yang dimilikinya. Mayoritas sifat 102(1):380-3.
biologis kitosan terkait dengan aktivitas 6. Park JU, Song EH, Jeong SH, dkk.
kationik dan ukuran rantai polimernya. Chitosan-based dressing materials for
Karakteristik ini membuat kitosan menjadi problematic wound management.
ideal untuk digunakan sebagai pembalut luka.5 Advances in Experimental Medicine and
Biology. 2018; 1077(1):527-37.
Simpulan 7. Sarwono R. Pemanfaatan kitin/kitosan
Berbagai penelitian tentang kitosan sebagai bahan antimikroba. JKTI. 2010;
mengungkapkan bahwa kitosan merupakan 12(1):32-8.
biomaterial yang sangat baik sebagai 8. Putri FR, Tasminatun S. Efektivitas Salep
pembalut luka. Perawatan dan penyembuhan Kitosan terhadap Penyembuhan Luka
luka tampaknya merupakan proses yang Bakar Kimia pada Rattus norvegicus.
sangat kompleks yang melibatkan respons Mutiara Medika. 2012; 12(1):24-30.
yang terintegrasi dengan faktor pertumbuhan 9. Pratiwi R. Manfaat kitin dan kitosan bagi
dan berbagai jenis sel untuk mencapai kehidupan manusia. Oseana. 2014;
pemulihan struktur dan fungsi kulit secara 39(1):35-43.
cepat. 10. Singh R, Shitiz K, Singh A. Chitin and
Pembalut luka berbasis kitosan dapat chitosan: biopolymers for wound
merangsang penutupan, neovaskularisasi, dan management. International Wound
regenerasi dermis pada luka. Pembalut luka Journal. 2017; 14(6):1276-89.
seperti itu juga dapat mengurangi risiko

Medula | Volume 9 | Nomor 3 |Oktober 2019 | 463


Naufal Rafif Putranta | Potensi Biopolimer Kitosan Dalam Pengobatan Luka

11. Harjanti RS. Kitosan dari limbah udang 14. Kenawy E, Omer AM, Tamer TM, Elmeligy
sebagai bahan pengawet ayam goreng. MA, Eldin MS. Fabrication of
Jurnal Rekayasa Proses. 2014; 8(1):12-9. biodegradable gelatin/ chitosan/
12. Khan MA, Mujahid M. A review on recent cinnamaldehyde crosslinked membranes
advances in chitosan based composite for for antibacterial wound dressing
hemostatic dressings. International applications. International Journal of
Journal of Biological Macromolecules. Biological Macromolecules. 2019;
2019; 124(1):138-47. 139(1):440-8.
13. Nurainy F, Rizal S, Yudiantoro. Pengaruh 15. Miguel SP, Moreira AF, Correia IJ.
konsentrasi kitosan terhadap aktivitas Chitosan based-asymmetric membranes
antibakteri dengan metode difusi agar for wound healing: a review.
(sumur). Jurnal Teknologi Industri dan International Journal of Biological
Hasil Pertanian. 2008; 13(2):117-25. Macromolecules. 2019; 127(1):460-75.

Medula | Volume 9 | Nomor 3 |Oktober 2019 | 464

Anda mungkin juga menyukai