Anda di halaman 1dari 10

SKRINING ACTINOBACTERIA PENGHASIL ENZIM

SELULASE, PROTEASE, AMILASE, DAN LIGNINASE

Nama : Kayla Aisyi Humaira


NIM : B1A021011
Kelompok :1
Rombongan : II
Asisten : Hilda Ayu Swastika

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2023

11
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Actinobacteria merupakan mikroorganisme yang umum dijumpai pada


berbagai jenis tanah dan memiliki populasi terbesar kedua setelah bakteri dan
berperan dalam siklus karbon dengan mendekomposisi bahan organik tanah,
sehingga mampu meningkatkan produktivitas tanaman (Araujo et al., 2020).
Actinobacteria memiliki kemampuan dalam memproduksi senyawa metabolit
sekunder seperti antibiotik (Jose et al., 2016), antitumor, antiprotozoa serta
antifungi (Febrianti et al., 2021), dan berpotensi digunakan sebagai biokontrol
terhadap patogen tanaman (Maritsa & Riani, 2022). Actinobacteria atau dikenal
juga dengan Actinomycetes merupakan kelompok bakteri gram positif berbentuk
benang yang memiliki kemampuan dalam menghasilkan senyawa metabolit
primer dan sekunder (Astika, 2022). Senyawa metabolit primer yang dihasilkan
oleh Actinobacteria berupa enzim.
Enzim adalah biokatalisator yang berfungsi sebagai katalis dalam fungsi
biologis. Secara umum, enzim menghasilkan kecepatan, spesifikasi, dan kendali
pengaturan terhadap reaksi dalam tubuh. Enzim berfungsi sebagai katalisator yaitu
senyawa yang meningkatkan reaksi kimia, suatu enzim dapat mempercepat laju
reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan ketika reaksi tidak
menggunakan katalis (Putra et al., 2021).
Enzim merupakan biokatalis yang diproduksi oleh organisme di dalam
selnya untuk mengatur proses fisiologis makhluk hidup terutama oleh
mikroorganisme bila penerapannya dalam industri. Enzim dari sumber mikroba
umumnya dianggap aman, stabil, dan fungsional pada kisaran suhu, pH, dan
salinitas yang luas. Actinomycetes memiliki keanekaragaman ekologi dan
biokimia, kapasitas tinggi untuk menghasilkan metabolit sekunder, dan dapat
dianggap sebagai sumber enzim yang sangat baik dengan spesifisitas dan aplikasi
baru. Enzim telah digunakan di beberapa sektor industri, termasuk industri
makanan. Genus actinomycetes yang paling jelas terlihat dalam studi produksi
enzim adalah Streptomyces, yang bertanggung jawab untuk produksi beberapa
enzim, seperti litik polisakarida monooksigenase, kitinase, protease, selulase,
pektinase, L-glutaminase, CMCase, xilanase, dan amilase (Nazari et al., 2022).

12
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Skrining Actinobacteria Penghasil Enzim Selulase,


Protease, Amilase, dan Ligninase adalah memberikan pemahaman tentang metode
skrining Actinobacteria penghasil enzim selulase, protease, amilase, dan ligninase.

13
II. TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri selulolitik adalah bakteri yang memiliki kemampuan menguraikan


selulosa menjadi monomer glukosa dan menjadikannya sebagai sumber karbon
dan sumber energi. Pemanfaatan bakteri selulolitik yaitu sebagai penghasil enzim
selulase yang digunakan untuk menghidrolisis selulosa. Selulosa adalah polimer
karbohidrat berantai lurus (1,4)-β-D_glukosa berbentuk seperti serabut, liat, tidak
larut dalam air. Selulosa dapat dipecah menjadi senyawa sederhana melalui proses
selulolitik (Elsie & Anisyah, 2019).
Selulolitik adalah proses pemecahan selulosa menjadi senyawa atau unit-
unit glukosa yang lebih kecil. Proses selulolitik dapat terjadi dengan bantuan
enzim selulase yang salah satunya dihasilkan oleh bakteri selulolitik. Beberapa
genus bakteri selulolitik adalah Clostridium, Cellulomonas, Bacillus,
Thermomonospora, Ruminococcus, dan Actinomycetes: Thermoactinomycetes sp.,
Thermonospora curvata, serta Streptomycetes sp. Actinomycetes merupakan jenis
mikroorganisme yang sangat berpotensi sebagai penghasil metabolit sekunder
yang memiliki aktivitas biologi sebagai antimikroba (Elsie & Anisyah, 2019).
Actinomycetes dapat ditemukan di tanah dan laut. Actinomycetes hidup
sebagai saprofit dan aktif mendekomposisi bahan organik, sehingga dapat
meningkatkan kesuburan tanah. Actinomycetes merupakan salah satu bakteri yang
mampu mendegradasikan selulosa disamping bakteri dan kapang. Hampir sekitar
80% Actinomycetes dari total antibiotic adalah produksi dari Streptomyces.
Selanjutnya kelompok miromonspora juga merupakan penghasil antibiotic tetapi
tidak sebanyak Streptomyces. Disamping antibiotic, Actinomycetes juga mampu
menghasilkan metabolit sekunder lain yaitu agen anti tumor, agen
immunosupresif dan enzim. Metabolit tersebut juga potensial sebagai antibakteri,
anti malaria, memiliki aktivitas antiinflamasi dan juga antibakteri (Elsie &
Anisyah, 2019).

14
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain Medium


Carboxymethyl Cellulose (CMC), Medium Skim Milk Agar (SMA), Medium
Starch Agar, Medium Luria Bertani Methylene Blue (LBMB) Agar, congo red,
NaCl 1 mL, lugol’s iodin, methylene blue, isolat actinobacteria, dan alkohol.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain cawan petri, bor
gabus, bunsen, dan laminar air flow.

B. Metode

Sebanyak 1 ose isolat hasil pemurnian distreak setengah


kuadran pada media CMC

Isolat Actinobacteria diinkubasi selama 7 hari

Sebanyak 0,1% congo red dituangkan ke medium CMC


hingga biakan Actinobacteria terendam

Sebanyak 0,1% congo red dituangkan ke medium CMC


hingga biakan Actinobacteria terendam

Direndam selama 15 menit dan diamati terbentuknya zona


bening di sekitar koloni

15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 4.1. Uji Enzim Selulase pada Isolat A (Negatif)

Gambar 4.2. Uji Enzim Selulase pada Isolat B (Positif)

Gambar 4.3. Uji Enzim Selulase pada Isolat C (Negatif)

Gambar 4.4. Uji Enzim Selulase pada Isolat D (Positif)

16
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum, uji enzim selulase pada
Actinobacteria isolat A menghasilkan interpretasi negatif, isolat B menghasilkan
interpretasi positif, isolat C menghasilkan interpretasi negatif, dan isolat D
menghasilkan interpretasi positif. Hasil interpretasi positif ditandai dengan adanya
zona bening di sekitar area koloni Actinobacteria. Menurut Persita et al. (2017)
zona bening yang terbentuk di sekitar koloni isolat uji disebabkan karena isolat
menghasilkan enzim selulase yang mampu menghidrolisis selulosa menjadi
glukosa. Selain itu, zona bening yang dihasilkan disebabkan oleh reaksi natrium
benzidindiazo-bis-1-naftilamin-4-sulfonat (Congo red) yang berinteraksi kuat
dengan ikatan β-1,4-glikosidik dalam CMC (Arifin et al., 2019).
Sedangkan pada isolat yang tidak terbentuk zona bening dikarenakan
isolat A dan C menghasilkan koloni spreader. Hal ini dapat terjadi karena adanya
kontaminasi. Kontaminasi dapat terjadi pada udara, peralatan, perlengkapan, dan
air yang dapat berasal dari mikroorganisme. Faktor yang dapat mempengaruhi
kontaminasi dalam ruangan salah satunya adalah kelembaban yang diakibatkan
oleh kepadatan populasi dan tingginya aktivitas manusia dengan meningkatkan
konsentrasi bakteri udara. Dalam kondisi laboratorium dengan padatnya aktivitas,
hasil penelitian maupun praktikum sering kali terjadi kontaminasi bakteri yang
mengganggu hasil pengamatan, kontaminasi tersebut dapat disebabkan karena
kerja yang tidak steril dan kualitas udara di dalam ruangan yang kurang baik
(Rahmah et al., 2023).

17
V. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan, dapat diambil kesimpulan bahwa metode skrining


Actinobacteria penghasil enzim selulase, protease, amilase, dan ligninase
khususnya enzim selulase adalah spread plate method (sebar). Metode ini
digunakan karena Actinobacteria penghasil senyawa antibiotik yang dihasilkan
ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar koloni Actinobacteria,
sehingga mudah dilakukan pemurnian. Selain itu, interpretasi yang dihasilkan dari
uji enzim selulase adalah terbentuknya zona bening di sekitar koloni.

18
DAFTAR PUSTAKA

Araujo, R., Gupta V. V. S. R., Reith, F., Bissett, A., Mele, P., Christopher M. M.,
& Franco., 2020. Biogeography and Emerging Significance of
Actinobacteria in Australia and Northern Antarctica Soils. Soil Biology
and Biochemistry Journal, 146, pp. 1-9.

Arifin, Z., Gunam, I. B. W., Antara, N. S.m & Setiyo, Y., 2019. Isolation of
Cellulose Degrading Bacteria from Compost. Jurnal Rekayasa dan
Manajemen Agroindustri, 7(1), pp. 30-37.

Astika, R., 2022. Aktivitas Enzim Kitinase Actinobacteria Asal Perkebunan


Kelapa Sawit PTPN VI Muaro Jambi dalam Menghambat Ganoderma
boninense. (Skripsi: Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi).

Elsie., & Anisyah, N., 2019. Aktivitas Bakteri Selulolitik dari Actinomycetes yang
Diisolasi dari Limbah Pelepah Kelapa Sawit. Riau: Universitas
Muhammadiyah Riau Press.

Febrianti, F., Sasongkowati, R., & Anggraini, A. D., 2021. Potensi Metabolit
Sekunder Antifungi Aktinomisetes yang Diisolasi dari Tanah Mangrove
Wonorejo Surabaya terhadap Trichophyton rubrum. Jurnal Analis
Kesehatan Sains, 10(1), pp. 21–24.
Jose, P. A., & Bhavanath, J., 2016. New Dimension of Research on
Actinomyecetes: Quest for Next Generation Antibiotics. Frontiers in
Microbiology, 7, pp. 1-5.
Maritsal, H., & Riany, H., 2022. Screening of Antagonistic Actinobacteria as a
Biocontrol Agent against Ganoderma boninense. Jurnal Silva Tropika,
6(1), pp. 60-67.

Nazari, M. T., Machado, B. S., Marchezi, G., Crestani, L., Ferrari, V., Colla, L.
M., & Piccin, J. S., 2022. Use of Soil Actinomycetes for Pharmaceutical,
Food, Agricultural, and Environmental Purposes. Biotech Journal, 12(9),
pp. 232.

19
Pesrita, A., Linda, T., M., Devi, S., 2017. Seleksi dan Akivitas Enzim Selulase
Aktinomisetes Lokal Riau pada Media Lignoselulosa Ampas Tebu. Jurnal
Riau Biologia, 2(1), pp. 8-13.

Putra, A. W., Diharmi, A., 2021. Crude Collagenase Enzyme Activities from
Internal Organs Malong Fish (Congresox talabon) at Different pH. Jurnal
Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia, 13(1), pp. 27-30.
Rahmah, W. N., Sartika, F., & Madureni, Y. E. S., 2023. Identification of Bacteria
on Nutrient Agar Plate at The Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya’s Microbiology Laboratory. Borneo Journal Of Medical
Laboratory Technology, 5(2), pp. 338-343.

20

Anda mungkin juga menyukai